Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmiah Kemaritiman Nusantara

Volume 3, Number 1, 2023 pp. 15-21


P-ISSN: 2830-6082 E-ISSN : 2829-7024
Open Access: https://ejournal.amc.ac.id/index.php/JIKEN

Optimalisasi Pelaksanaan Dinas Jaga Laut dalam Mendukung


Keamanan dan Kelancaran Pelayaran di KM. Bintan Utama
Achmad Joviawan1, Kamaludin2,3*
1 Nautika, Akademi Maritim Cirebon, Indonesia
2 Program Pascasarjana, Universitas Majalengka, Indonesia
3 Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga dan Kepelabuhan, Akademi Maritim Cirebon, Indonesia

ARTICLEINFO ABSTRAK
Article history: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran pelaksanaan dan
12 Juni 2023
Received in revised form hambatan-hambatan pelaksanaan dinas jaga laut dalam mendukung keamanan
09 Juli 2023 dan kelancaran pelayaran di KM. Bintan Utama. Penelitian ini menggunakan
Accepted 09 Juli 2023
Available online 10 Juli 2023
pendekatan penelitian kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif dengan fokus penelitian yaitu menganalisis
Kata Kunci: optimalisasi pelaksanaan dan hambatan-hambatan dinas jaga laut di KM. Bintan
Optimalisasi, Dinas Jaga
Laut, Keamanan Pelayaran, Utama. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Kelancaran Pelayaran wawancara, observasi, dan studi pustaka untuk memastikan data yang diperoleh
Keywords:
merupakan gambaran yang valid dalam menerangkan fenomena dilapangan.
Optimization, Sea Guard Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembagian tugas dinas jaga di atas kapal
Service, Shipping Security, telah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan secara internasional.
Smooth Shipping
Pembagian tugas ini sangat diperlukan agar setiap crew kapal mendapatkan
URL: haknya dalam hal waktu istirahat. Sedangkan hambatan-hambatan dalam dinas
https://ejournal.amc.ac.id/ind
ex.php/JIKEN jaga di KM. Bintan Utama yaitu terlambatnya komunikasi ketika kapal
berpapasan sehingga hampir menyebabkan tubrukan, kurangnya kejelasan saat
berkomunikasi dari jarak jauh, kegiatan dinas jaga tidak dapat dilaksanakan
dengan baik oleh perwira jaga dan crew, serta jarak pandang terbatas saat cuaca buruk.
ABSTRACT
This study aims to obtain an overview of the implementation and obstacles to the implementation of the sea guard
service in supporting the security and smooth sailing of KM. Main Bintan. This study uses a qualitative research
approach. The type of research used in this research is descriptive with a research focus, namely analyzing the
optimization of the implementation and obstacles of the marine guard service at KM. Main Bintan. Data collection
techniques used in this study were interviews, observation, and literature study to ensure that the data obtained is
a valid description in explaining phenomena in the field. The results of the study show that the division of duties
on the watch on board is following internationally established regulations. This division of tasks is very necessary
so that each ship's crew gets their rights in terms of rest time. While the obstacles in the guard service at KM.
Bintan Utama, namely delays in communication when ships pass each other so that it almost causes a collision,
lack of clarity when communicating remotely, guard duty activities cannot be carried out properly by guard officers
and crew, and visibility is limited during bad weather.

This is an open access article under the CC BY-SA license.


Copyright © Akademi Maritim Cirebon. All rights reserved.

1. PENDAHULUAN
Penggunaan kapal laut untuk memindahkan barang melintasi lautan sangat berguna karena
dapat membawa banyak barang sekaligus, terutama kapal komersial besar yang membawa barang untuk
kegiatan niaga (Baeti, 2021; Tawaris, 2021). Kegiatan mengirim barang ke negara lain atau membawa

* Kamaludin: kamaludin.abahrizka@email.com 15
Achmad Joviawan1, Kamaludin2,3*(2023). Jurnal Ilmiah Kemaritiman Nusantara. Vol. 3(1) PP. 15-21

barang dari negara lain menggunakan kapal laut menjadi lebih murah dan lebih mudah daripada
menggunakan mode transportasi lain untuk memindahkan barang. Optimalisasi hal tersebut dapat
membantu peningkatan devisa bagi negara dari menjual barang ke negara lain. Berkaitan dengan hal
tersebut, perwira perlu mengetahui cara mengemudikan kapal dengan aman, cepat, bertanggung jawab,
dan etos kerja yang tinggi sehingga kegiatan pelayaran dapat terlaksana dengan baik (Arleiny et al.,
2018; Fahrisani et al., 2022).
Perwira jaga yang bertugas melaksanakan dinas jaga memiliki peranan yang sangat penting
sehingga kapal dapat mencapai tujuan dengan aman dan tepat waktu. Maka dari itu, aturan yang
berkaitan dengan operasionalisasi kapal yang harus diikuti untuk memastikan bahwa operasionalisasi
kapal tidak menabrak kapal lain tertuang dalam Standards Of Training Certification And Watchkeeping.
Berdasarkan aturan ini mewajibkan beberapa orang harus melakukan dinas jaga dan waspada terhadap
bahaya apa pun yang dapat terjadi. (STCW, 1995).
Pelaksana dinas jaga laut bertugas memperhatikan dan berhati-hati dalam melaksanakan
pengawasan terhadap pergerakan sebuah kapal saat berlayar. Berkaitan dengan hal tersebut, maka
pelaksana dinas jaga laut merupakan pekerjaan besar yang membutuhkan banyak keterampilan dan
tanggung jawab untuk memastikan kapal laut dapat beroperasi dengan lancar (Dahran et al., 2021). Oleh
karena itu, Pelaksana dinas jaga sebagai perwira yang mewakili Nakhoda bertanggung jawab penuh atas
keselamatan kapal selama bertugas dan memperhatikan Peraturan Tabrakan tahun 1972 dan Peraturan
STCW II/1 1978 sebagaimana telah diubah pada tahun 1995.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di KM. Bintan Utama selama satu
bulan Februari 2022 menunjukkan bahwa belum optimalnya pelaksanaan dinas jaga dipengaruhi oleh
faktor internal diantaranya, akurasi petunjuk arah kurang akurat, pendeteksi kedalaman laut
(Ecosounder) kurang tepat dalam mengukur kedalaman laut, salah satu crew kapal tertidur pada saat
pelaksanan dinas jaga, kurangnya komunikasi antar Crew saat pelaksanaan dinas jaga laut, dan
terlambatnya crew kapal saat serah terima tugas jaga. Seharusnya dalam pelaksanaan dinas jaga, crew
kapal melaksanakan dengan penuh konsentrasi agar proses perjalanan pelarayan lebih optimal. Dari
hasil penelitian Mawardi (2021), menunjukkan bahwa untuk menilai keefektifan tugas jaga anjungan
sehubungan dengan kurangnya waktu istirahat awak kapal, maka perwira/pelaut perlu mengetahui
pekerjaan apa yang akan dilakukan sebelum melakukan tugas jaga, agar tugas jaga lebih efektif.
Sedangkan penelitian Nuryaman & Denisyanti (2022), menunjukkan bahwa penyebab pelaksanaan
tugas yang kurang optimal adalah: awak kapal tidak dapat menjalankan tugas dengan baik karena
pelanggaran prosedur, beban kerja harian, lembur dan kemampuan untuk melakukan tugas sesuai
standar. Pelanggaran prosedur terjadi di atas kapal KM. Sabuk Nusantara 35 adalah awak kapal yang
sering terlambat serah terima, banyaknya pekerjaan yang dilalui juru mudi tentunya akan mempengaruhi
kebugarannya saat bertugas. Tentunya hal ini akan menimbulkan bahaya bagi navigasi saat kapal sedang
berlayar. Wajar hal ini terjadi karena beraktivitas akan mempengaruhi kinerja fisik. Berkaiatan dengan
hal tersebut penelitian Antoro et al., (2018), menunjukkan bahwa masalah yang menyebabkan kurang
efektifitasnya pelaksanaan dinas jaga di kapal MT. Sei Pakning yaitu kurangnya peralatan penunjang
keamanan, penerapan ISPS (International Ship and Port Facility Security Code ) yang kurang maksimal,
disiplin personil dinas jaga, Security patrol, waktu istirahat dinas jaga, serta perencanaan dinas jaga.
Seorang perwira yang profesional dalam menjalankan tugasnya harus didukung oleh data
navigasi yang dapat diperhitungkan, antara lain data dari pemerintah, agen, atau pihak lain. Hal ini
memerlukan keterlibatan mualim sendiri dalam menangani informasi yang tersedia seperti hambatan
navigasi, gangguan magnetik, dan pencemaran laut sehingga tugas jaga dapat dilaksanakan secara
efektif dan efektif.
Mualim harus memastikan bahwa setiap peringatan dini visual terjadi dalam situasi saat ini,
termasuk keberadaan kapal dan sinyal dari pantai, pemantauan terus menerus dan berlabuh kapal yang

p-ISSN : 2830-6082, e-ISSN : 2829-7024 16


Achmad Joviawan1, Kamaludin2,3*(2023). Jurnal Ilmiah Kemaritiman Nusantara. Vol. 3(1) PP. 15-21

mendekat, identifikasi kapal dan lampu darat, pengujian kontrol arah dan kemudi, pemantauan radar dan
GPS, dan pemantauan perubahan cuaca agar mampu membentuk sebuah layanan perlindungan yang
efektif bagi muatan. Bertitik tolak dari uraian tersebut di atas maka penelitian ini penting untuk
ditindaklanjuti dalam rangka menjawab pertanyaan Bagaimanakah pelaksanaan sistem dinas jaga laut
di KM. Bintan Utama? Bagaimana hambatan-hambatan pada pelaksanaan sistem dinas jaga laut di KM.
Bintan Utama?.
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi secara teoretis dalam menambah
pengetahuan yang berkaitan dengan optimalisasi dinas jaga laut bagi perkembangan kemajuan ilmu
pelayaran serta berkontribusi secara praktis dalam memberikan gambaran dan pengetahuan bagi crew
kapal di KM. Bintan Utama untuk dapat memahami tentang faktor penyebab dari kurang optimalnya
pelaksanaan dinas jaga laut dan mematuhi sesuai dengan aturan dinas jaga yang telah ditetapkan di atas
kapal.

2. METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif berjenis deskriptif. Metode penelitian
kualitatif sebagai suatu pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala
sentral (Creswell, 2016). Dalam penelitian ini subjek penelitian atau informan merupakan mualim I yang
memiliki tanggung jawab terhadap masalah yang bersinggungan dengan sistem dinas jaga, Bosun yang
memiliki tanggung jawab terhadap masalah yang bersinggungan dengan perawatan kapal, serta Operator
crane yang memiliki tanggung jawab terhadap masalah yang bersinggungan dengan bongkar muat.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini yaitu observasi, wawancara,
dan studi kepustakaan. Teknik analisis data dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis
kebenaran analisis masalah yang ada dengan penjelasan masalah yang dihadapi dalam kaitannya dengan
penyebab dan akibat yang timbul dari masalah tersebut serta untuk menmukan hubungan antara satu
hal dengan hal lainnya. Sedangkan teknik analisis data dimulai dengan melihat hasil seluruh data yang
terkumpul dari berbagai sumber seperti data lembar wawancara, data obsevasi, serta data dokumentasi.
Data yanag terkumpul kemudian dilakukan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pelaksanaan dinas jaga di KM. Bintan Utama sesuai dengan prosedur bertujuan untuk mencegah
terjadinya bahaya tubrukan agar terciptanya keselamatan dalam pelayaran dan terpenuhinya prinsip
dalam bernavigasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembagian tugas dinas jaga di atas kapal yang
telah diterapkan di KM. Bintan Utama telah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan secara
internasional. Pembagian tugas dinas jaga menjadi hal penting dalam rangka memastikan bahwa setiap
crew kapal mendapatkan hak waktu untuk beristirahat. Sedangkan hambatan-hambatan dalam dinas jaga
di KM. Bintan Utama yaitu terlambatnya komunikasi ketika kapal berpapasan sehingga hampir
menyebabkan tubrukan, kurangnya kejelasan saat berkomunikasi dari jarak jauh, kegiatan dinas jaga
tidak dapat dilaksanakan dengan baik oleh perwira jaga dan crew, serta jarak pandang terbatas saat cuaca
buruk.

3.1 Pelaksanaan Dinas Jaga Kapal

Peraturan yang ada di KM. Bintan Utama sudah memenuhi aturan internasional yang berlaku
secara umum yaitu STCW (1995). Dalam pelaksanaan dinas jaga atau pergantian dinas jaga semua
perwira maupun juru mudi tidak ada yang menyimpang dari aturan internasional. Pada setiap pergantian
waktu jaga di kapal, seorang perwira harus berada di anjungan sekurang-kurangnya 15 menit sebelum
dimulainya giliran jaga, hal ini bertujuan agar petugas jaga mengetahui situasi yang dihadapi kapal

Optimalisasi Pelaksanaan Dinas Jaga Laut dalam Mendukung Keamanan dan Kelancaran Pelayaran di KM. Bintan Utama 17
Achmad Joviawan1, Kamaludin2,3*(2023). Jurnal Ilmiah Kemaritiman Nusantara. Vol. 3(1) PP. 15-21

selama navigasi. Pemahaman tentang kondisi dan situasi sangat penting bagi seorang mualim agar dalam
menjalankan tugasnya dapat mengetahui situasi, kondisi cuaca, posisi kapal dan masalah lain yang
berkaitan dengan keselamatan kapal dalam berlayar (Mahdi et al., 2019; Farasichwan & Hartanto, 2022).
Adapun susunan pembagian jam jaga di KM. Bintan Utama adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Susunan Pembagian Jam Jaga di KM. Bintan Utama


Regu Jam Dinas Jaga Nama Dinas Jaga Petugas Deck Petugas Kamar Mesin
I 04.00 – 08.00 Subuh Mualim 1 dan Masinis I dan Oiler
16.00 – 20.00 Sore Jurumudi
II 08.00 – 12.00 Pagi Mualim III dan Masinis III dan Oiler
20.00 – 24.00 Malam Jurumudi
III 00.00 – 04.00 Tengah Malam Mualim II dan Masinis II dan Oiler
12.00 – 16.00 Siang Jurumudi

Kapal KM. Bintan Utama terdapat 3 orang juru mudi maka tiap satu orang perwira dalam
pelaksanaan dinas jaga didampingi oleh satu orang juru mudi. Penyesuaian posisi shift pengemudi
ditetapkan selama 1 bulan, setelah itu ia dapat bergantian bertugas di jam yang lebih tinggi darinya. Juru
Mudi II mengubah jam dinas pagi dan sore dengan mualim 1. Hal ini dilakukan agar pengemudi tidak
bosan dengan waktu jaganya. Setiap Juru mudi harus selalu melaksanakan tugas jaga di anjungan,
walaupun kapal sedang berlayar di laut lepas pantai. Selain itu Juru mudi juga bertugas jaga ketika kapal
sedang melakukan kegiatan bongkar atau muat di pelabuhan. Selain jam jaga di anjungan dan jam jaga
di pelabuhan, Juru mudi juga ikut membantu setiap perwira ketika melakukan proses sandar dan lepas
sandar dari pelabuhan.

3.2 Hambatan saat Pelaksanaan Dinas Jaga di Kapal KM. Bintan Utama

3.2.1 Terlambatnya Komunikasi Ketika Kapal Berpapasan Sehingga Hampir Menyebabkan


Tubrukan
Human error merupakan kendala yang begitu berbahaya bila terjadi di malam hari serta
membahayakan para awak kapal. Kesalahan operator kapal juga sangat memungkinkan terjadi karena
kesalahan bahasa dalam berkomunikasi. Bahasa yang mudah dimengerti merupakan hal yang sangat
penting. Hal ini karena bahasa yang kurang dimengerti dapat memicu kesalahpahaman komunikasi yang
berdampak pada potensi terjadi tubrukan antar kapal (Guritno, 2017). Komunikasi bahasa Inggris
melalui komunikasi radio juga sering menyebabkan kecelakaan laut. Apalagi, kecelakaan itu terjadi
pada dini hari, ketika nakhoda dan awak kapal dalam keadaan sangat lelah. Disamping itu juga karena
alat komunikasi yang mengalami kerusakan sehingga ketika komunikasi dilakukan berdampak pada
kurang jelasnya suara dan pecahnya suara akibat alat yang kurang perawatan (Hoerunisa & Kamaludin,
2022). Inti dari semua itu tergantung perawatan serta penyampaian dalam komunikasi dan waktu yang
di perhitungkan saat komunikasi dengan kapal lain jangan sampai melakukan kelalaian sehingga potensi
tubrukan antar kapal dapat dihindari.
3.2.2 Kurangnya Kejelasan Saat Berkomunikasi dari Jarak Jauh
Pemilihan cara berkomunikasi yang salah dapat mengganggu aliran pesan dan kehilangan
makna yang dimaksudkan. Seseorang harus memilih sarana atau saluran komunikasi tergantung pada
sifat pesan dan penerima pesan. Komunikasi yang digunakan berupa radio telepon dan alat komunikasi
lain yang ada diatas kapal KM. Bintan Utama. Saluran komunikasi yang sangat tidak efektif dalam

p-ISSN : 2830-6082, e-ISSN : 2829-7024 18


Achmad Joviawan1, Kamaludin2,3*(2023). Jurnal Ilmiah Kemaritiman Nusantara. Vol. 3(1) PP. 15-21

menyampaikan pesan dalam perkapalan adalah komunikasi menggunakan bendera atau morse, lampu
dan lain-lain karena memiliki kekurangan dalam menyampaikan petunjuk non-verbal, umpan balik,
serta mengurangi fokus personal. Saluran komunikasi sangat penting dalam semua pelayaran dan dalam
pemilihan komunikasi harus tepat pada yang di informasikan agar tidak salah menerima berita atau
informasi, baik pihak kapal maupun kapal lain sehingga dalam hal ini yang berperan penting adalah
mualim. Berkiatan dengan hal tersebut maka tindakan yang dilakukan mualim harus tepat sasaran
hingga tidak menimbulkan bahaya atau hal lain yang tidak di inginkan .
Disamping itu juga, terlalu banyaknya informasi dapat mengganggu kemampuan komunikasi
untuk dapat berkonsentrasi pada bagian terpenting dari sebuah pesan. Banyaknya informasi yang
masuk cenderung dapat berakibat terabaikannya beberapa pesan, menunda memberikan tanggapan
terhadap pesan yang dianggap kurang penting, hanya menjawab sebagian dari pesan, atau bereaksi
seadanya terhadap keseluruhan pesan. Kegagalan ini dapat mengarah pada kesalahpahaman dalam
berkomunikasi. Dalam rangka mengatasi banyaknya informasi maka sebagai pengirim pesan hendaknya
fokus dan menyadari bahwa beberapa informasi tidak terlalu penting dan memberikan beberapa makna
terhadap informasi yang ada. Sedangkan penerima pesan hendaknya membuat skala prioritas terhadap
arus informasi yang masuk. Terlalu banyaknya informasi dapat membingungkan dalam penggunaan
informasi yang harus dipakai atau digunakan. Dalam hal ini mualim harus bisa mengurangi informasi
yang kurang penting atau tidak diperlukannya informasi tersebut hingga mengurangi banyaknya
informasi dan harus bisa meringkasnya agar tidak spesifik dalam penyampaian informasi. Efektifitas
dalam komunikasi berdampak pada keakuratan informasi yang diperoleh baik di dalam kapal maupun
kapal lain sehingga berdampak pada berkurangnya potensi tubrukan antar kapal laut (Dahran et al.,
2021; Susanto et al., 2022)
3.2.3 Kegiatan dinas jaga tidak dapat dilaksanakan dengan baik oleh perwira jaga dan crew
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa masih terdapatnya crew yang melaksanakan
kegiatan dinas jaga tidak sesuai prosedur dinas jaga maupun serah terima jaga. Alasan kinerja shift yang
kurang optimal antara lain data yang diperoleh peneliti saat melakukan penelitian selama kurang lebih
satu tahun yang menunjukkan bahwa kru tidak dapat melakukan shift dengan baik karena pelanggaran
prosedur, beban kerja harian dan lembur, serta kondisi fisik yang tidak baik. Terkait pelanggaran
prosedur, pelaksanaan tugas jaga di atas kapal KM. Bintan Utama dilaksanakan dengan baik sesuai
dengan prosedur tugas perlindungan yang berlaku di bawah STCW 1978 sebagaimana diamandemen
pada tahun 2010, namun pada praktiknya petugas dan awak kapal sering melanggar prosedur yang
dilakukan saat ini. Salah satu pelanggaran prosedur yang terjadi adalah adanya petugas jaga pengganti
yang terlambat menyerahkan sehingga membuat tugas jaga tidak efektif. Oleh karena itu dalam rangka
meminimalisir pelanggaran prosedur, perlu dilakukan pengawasan (control).
Sedangkan berkaitan dalam hal beban kerja harian, pengaturan jumlah jam kerja harian dan jam
istirahat pelaut diatur dalam STCW Code 1978. Namun, dalam praktiknya terdapat perbedaan aturan
tentang pekerjaan sehari-hari, jam kerja dan lembur, serta jam istirahat, dimana hal ini dapat
mempengaruhi kinerja awak kapal saat menjalankan tugas yang diwajibkan. Akibatnya, nakhoda dan
mualim 1 merasa perlu menyesuaikan jam kerja. Selain kebugaran awak kapal, pengaruh kebugaran
terhadap status kesehatan awak kapal juga sangat penting untuk menunjang kelancaran pelaksanaan
tugas. Ini juga dapat mempengaruhi produktivitas seluruh tim jika tidak dikelola sebagaimana mestinya
sehingga berdampak pada hasil kerja yang tidak optimal. Kondisi atau kinerja awak kapal menjadi tidak
sesuai dengan tugas yang dibutuhkan karena beban kerja harian tidak sebanding dengan jam istirahat.
Pentingnya jam istirahat bagi awak kapal berdampak pada optimalisasi dinas jaga yang dilakukan oleh
awak kapal sehingga kapal dapat berlayar dalam keadaan aman (Kuncowati, 2018; Mawardi, 2021),
3.2.4 Jarak pandang terbatas saat cuaca buruk

Optimalisasi Pelaksanaan Dinas Jaga Laut dalam Mendukung Keamanan dan Kelancaran Pelayaran di KM. Bintan Utama 19
Achmad Joviawan1, Kamaludin2,3*(2023). Jurnal Ilmiah Kemaritiman Nusantara. Vol. 3(1) PP. 15-21

Jarak tampak terbatas merupakan kondisi dimana jarak terbatas suatu pengelihatan yang terjadi
dikarenakan kondisi fisik lingkungan tersebut salah satunya kabut. Kondisi tersebut berdampak pada
objek-objek navigasi menjadi tidak jelas sehingga menjadi ancaman pada saat bernavigasi. Peran para
crew dan Nakhoda dalam persiapan serta pelaksanaan saat jarak tampak terbatas sangat dibutuhkan
dalam menghadapi masalah yang akan muncul oleh karena itu perlunya identifikasi bahaya yang
dipahami oleh seluruh awak kapal termasuk tugas-tugas apabila kondisi jarak tampak terbatas tersebut
sudah terjadi (Susdarwono, 2022). Sistem navigasi dan komunikasi untuk aktivitas bergerak idealnya
menggunakan alat atau perangkat nirkabel dengan spektrum frekuensi radio sebagai mediumnya.

4. SIMPULAN
Pelaksanaan dinas jaga di kapal KM. Bintan Utama telah sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan secara internasional, namun dalam pelaksanaannya belum optimal sehingga perwira jaga
yang berada di anjungan belum dapat mengoptimalkan P2TL dengan optimal. Disamping itu juga,
kegiatan dinas jaga pada dasarnya dapat dilaksanakan dengan baik oleh perwira jaga dan crew di kapal
KM. Bintan Utama, dari PT. Luas Line, namun ada beberapa hal yang membuat dinas jaga tidak dapat
dilaksanakan dengan baik, antara lain pelanggaran prosedur, beban kerja harian, dan kebugaran crew.
Pelaksanaan dinas jaga merupakan salah satu faktor pendukung dalam keselamatan pelayaran
kapal. Oleh karena itu manajemen KM. Bintan Utama perlu melakukan safety meeting di atas kapal
secara terjadwal, hal ini dimaksudkan untuk membahas mengenai apa yang seharusya perwira jaga
lakukan dan yang tidak boleh dilakukan dalam pelaksanaan dinas jaga, sehingga pelakasaan dinas jaga
dapat berjalan secara optimal.

5. REFERENSI
Antoro, D., Purwantini, S., & Ikhsannudin, M. A. (2018). Analisis Peningkatan Dinas Jaga di Daerah Rawan Guna
Meningkatkan Keamanan Pada Kapal MT. Sei Pakning. Dinamika Bahari, 8(2), 1960–1977.
Arleiny, A., Sartoto, M. S., Parerungan, S. D., & Nurjana, N. (2018). Optimalisasi Penggunaan Radar oleh Perwira
Jaga Untuk Mengetahui Posisi Target Dan Mengurangi Bahaya Navigasi Di Atas Kapal. JURNAL 7
SAMUDRA, 3(2), 1–8.
Baeti, A. N. (2021). Peranan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) dalam Tata Laksana Impor Barang Oleh PT.
Cahaya Moda Indonesia di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Jurnal Ilmiah Kemaritiman Nusantara,
1(1), 7–12.
Creswell, J. W. (2016). Research Design, Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitaif, dan Campuran. 4th ed.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Dahran, N., Lestari, E., & Nari, H. P. (2021). Analisis Pelaksanaan Dinas Jaga Untuk Mencegah Terjadinya
Bahaya Tubrukan di KM. AISHAKAMILAH. Andromeda, 5(1), 102–110.
Fahrisani, A., Anggeranika, V., & Azmy, F. M. (2022). Optimalisasi Serah Terima Tugas Jaga sebelum Crew
melaksanakan Tugas Jaga di Kapal MV. Amanah Morowali Amc. E-Journal Marine Inside, 4(1), 11–19.
Farasichwan, A., & Hartanto, C. (2022). Mekanisme Pergantian Awak Kapal untuk Memperlancar Manajemen
Awak Kapal di PT. Berlian Khatulistiwa Line. Jurnal Ilmiah Kemaritiman Nusantara, 2(1), 20–29.
Guritno, S. (2017). Pentingnya Penerapan IMO Resolution A.918 (22) Tentang Standard Marine Communication
Phrases Bagi Deck Officer di Kapal. Jurnal Saintek Maritim, 17(1), 1–18.
Hoerunisa, R., & Kamaludin, K. (2022). Peranan Prosedur Penggunaan Alat-Alat Keselamatan Kerja Terhadap
Optimalisasi Kinerja ABK di Kapal MT. Anggraini Excellent. Jurnal Ilmiah Kemaritiman Nusantara, 2(2),
85–91. http://ejournal.amc.ac.id/index.php/JIKEN/article/view/43
Kuncowati. (2018). Pentingnya Pengaturan Dinas Jaga Pelabuhan Dan Beban Kerja Awak Kapal Terhadap Kinerja
Awak Kapal Pada Saat Dinas Jaga di Pelabuhan Surabaya. Jurnal Saintek Maritim, 17(1).
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.33556/jstm.v0i2.175
Mahdi, M., Todingan, M., & Jaya, I. (2019). Analisis Keterlambatan Pemuatan di atas KM. Sinar Belawan.

p-ISSN : 2830-6082, e-ISSN : 2829-7024 20


Achmad Joviawan1, Kamaludin2,3*(2023). Jurnal Ilmiah Kemaritiman Nusantara. Vol. 3(1) PP. 15-21

JURNAL KARYA ILMIAH TARUNA ANDROMEDA, 3(8), 91–100.


https://jurnal.pipmakassar.ac.id/index.php/ard/article/view/501
Mawardi, K. (2021). Sikap dan Tanggung Jawab Crew Saat Tugas Jaga Kapal Berlabuh (Anchor Watch) Sesuai
Standard Of Training Certification And Watchkeeping (STCW) Amandemen 2010. Jurnal Saintek Maritim,
21(2), 141–159.
Nuryaman, D., & Denisyanti, S. (2022). Prosedur Serah Terima Tugas Sebelum Crew Melaksanakan Dinas Jaga
di Kapal KM. Sabuk Nusantara. Jurnal Sains Teknologi Transportasi Maritim, 4(1), 38–45.
STCW. (1995). Collision Regulation 1972, STCW 1978 as amended in 1995 Regulation II/1.
Susanto, K., Wahyuni, T. I. E., & Setyaningsih, A. (2022). Meningkatkan Efektifitas Tugas Jaga Pelabuhan Untuk
Kelancaran Operasional di Kapal MT. GAS KOMODO. Jurnal Andromeda, 6(2), 497–504.
https://jurnal.pipmakassar.ac.id/index.php/ard/article/view/634
Susdarwono, E. (2022). Aspects Related to Ship Collision: Basis and Consequences of Applicable Laws. Jurnal
Ilmiah Kemaritiman Nusantara, 2(2), 77–84. http://ejournal.amc.ac.id/index.php/JIKEN/article/view/39
Tawaris, M. T. (2021). Pelayanan Kedatangan dan Keberangkatan Kapal Asing Pada PT. Pelayaran Batam
Samudra Di Pelabuhan Batu-Ampar Pulau Batam. JIKEN: Jurnal Ilmiah Kemaritiman Nusantara, 1(1), 18–
22.

Optimalisasi Pelaksanaan Dinas Jaga Laut dalam Mendukung Keamanan dan Kelancaran Pelayaran di KM. Bintan Utama 21

Anda mungkin juga menyukai