Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Tempat penelitian dilaksanakan di MV. POLARIS MELODY yaitu

kapal Bulk Carrier milik DORIKO Ltd. yang dibangun pada tahun 2011

beroperasi ocean going dibawah bendera Panama .

Gambar 4.1 Gambar kapal MV. POLARIS MELODY

Sumber : Dokumentasi oleh Jose Sors.

Berikut adalah data kapal (Ship Particular) dan Crew list MV.

POLARIS MELODY sebagai berikut :

22
23

Tabel 4.1 Ship particular

Sumber : MV. POLARIS MELODY Ship particular


24

Tabel 4.2 Crew list

Sumber : MV. POLARIS MELODY Crew list


25

B. HASIL PENELITIAN

Menurut ISM Code, suatu manajemen keselamatan yang

distrukturkan memungkinkan suatu perusahaan untuk memfokuskan pada

peningkatan praktek-praktek keselamatan dalam pengoperasian kapal dan

dalam kesiapan mendesak dan darurat, pengembangan dan

pengimplementasian suatu manajemen keselamatan menunjukan adanya

suatu pengurangan dalam kesalahan-kesalahan yang dapat menyebabkan

suatu ancaman terhadap personil, kerusakan lingkungan atau kerusakan

harta benda yang ada dikapal (kapal dan inventarisnya beserta muatan

yang dibawa) dimana dalam pelaksanaannya tidak lepas dari berbagai

macam hambatan.

Dari pengamatan yang telah dilakukan, penulis melihat ada

beberapa kejadian yang diakibatkan karenatidak diterapkannya

pelaksanaan SMS diatas kapal yang berhubungan dengan keselamatan jiwa

personil dan kapal, peristiwa tersebut adalah sebagai berikut :

1. Penyajian Data

a. Pada tanggal 24 Maret 2018 kapal bersandar di Tauranga, New

Zealand untuk melakukan pemuatan logs. Setelah kapal selesai

dengan CIQ (Custom, Imigration, and Quarantine), proses pemuatan

siap dilaksanakan. Terdapat 2 gang yang bekerja pada saat pemuatan

dilaksanakan. Tidak ada permasalahan yang muncul saat gang

pertama bekerja, namun masalah muncul ketika pergantian gang.

Foreman gang kedua mempermasalahkan gangway kapal yang tidak

bisa duduk di darat karena menurutnya kurang aman untuk anak


26

buahnya bekerja. Kru dek yang mendengar keluhan foreman

secepatnya mengusahakan untuk menarik gangway lebih dekat ke

darat dan mendudukannya, namun hasilnya tidak sesuai rencana.

Gangway tidak dapat ditarik mendekat ke darat lagi dikarenakan

gangway rotating device terdapat banyak karat sehingga jika gangway

ditarik lagi kemungkinan akan patah. Mualim I sudah mencoba

menjelaskan kepada foreman prihal gangway yang tidak bisa ditarik

ke darat, tetapi foreman masih tetap mempermasalahkannya dan

melaporkan kejadian ini, sehingga dijadwalkan akan diadakan PSC

inspection pada tanggal 29 Maret 2018. Dan hasilnya kapal terkena

deficiency. Berikut hasil dari inspection yang telah dilaksanakan di

Tauranga, New Zealand.


27

Gambar 4.3 Hasil PSC inspection di Tauranga, New Zealand

Sumber : PSC report


28

b. 12 Desember 2017, Kapal dalam perjalanan dari Tauranga, New

Zealand menuju Zhenjiang, China dengan kondisi terdapat muatan

kayu (logs) di dalam ruang muat palka dan on deck. Muatan kayu

yang berada diatas deck tidak menjadi kendala untuk kru kapal

bekerja diatas kapal.

Saat dalam pelayaran, terjadi suatu kecelakaan kerja yang

mengakibatkan salah satu kru kapal (OS A) terpeleset dan tangannya

terkilir pada saat berjalan diatas kayu, dikarenakan licinnya

permukaan kayu dan korban tidak menggunakan peralatan kerja

tambahan berupa spike shoes sesuai dengan prosedur saat kapal

bermuatan kayu. Setelahnya OS A mendapat perawatan dan waktu

istirahat hingga pulih kembali. Karena hal ini Deck crew berkurang

tenaga kerjanya pada saat bekerja harian seperti biasa.

Gambar 4.3 Ketika Kapal MV. POLARIS MELODY bermuatan kayu

Sumber : Dokumentasi Malik Praja Lugita


29

2. Analisis Data

Maka dengan pengamatan dan dari hasil observasi yang ada, dapat

disimpulkan mengenai penyebab – penyebab tidak terlaksananya Safety

Management System di MV POLARIS MELODY, penyebab-penyebab

tersebut kurang lebih dapat penulis uraikan sebagai berikut :

1. Sesuai dengan ISM Code elemen nomor 7 tentang Shipboard

operation, Perusahaan harus menetapkan prosedur untuk persiapan

rencana dan instruksi, termasuk daftar periksa yang sesuai, untuk

operasi kapal utama terkait keselamatan kapal dan pencegahan polusi.

Berbagai tugas yang terlibat harus didefinisikan dan ditugaskan

kepada personel yang berkualifikasi. Fakta yang ditemui di lapangan,

perusahaan telah menetapkan aturan tersebut, namun kurangnya rasa

disiplin personil kapal untuk bekerja sesuai prosedur. Salah satu

penyebabnya adalah menyepelekan hal kecil, terkadang kita sebagai

manusia terlalu melihat hal – hal besar didepan kita, seakan hal kecil

itu tertutup rapat dan terhalang oleh hal besar itu. Padahal jika kita

sadar akan tanggung jawab kita, hal sekecil apa pun akan kita

perhatikan.

Hal ini ditandakan pada saat gangway tidak bisa ditarik hingga

duduk di darat terjadi dikarenakan kurangnya perawatan khususnya

pada bagian rotating device gangway yang terindikasi banyak karat

ketika PSC inspection. Perawatan yang harusnya dilakukan minimal

setiap bulan sekali tidak dilaksanakan sesuai checklist. Karena

personil yang bertanggung jawab beranggapan perawatannya dapat


30

dilakukan tidak sesuai jadwal perawatan hal ini disebabkan oleh

jarangnya penggunaan gangway karena waktu pelayaran yang lama,

padahal area gangway sangat rawan sekali mengalami karat

dikarenakan selalu terkena spray air laut.

Tabel 4.3 Monthly deck equipment maintenance checklist

Sumber : Doriko maintenance checklist


31

2. Kurangnya pengawasan terhadap personil kapal. Beberapa personil

kapal mengindikasikan bahwa kurangnya pengawasan oleh perwira

atau bosun sebagai kepala kerja di dek merupakan penyebab dominan

dari terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam penerapan SMS

dan ISM Code diatas kapal. Sesuai dengan elemen nomor 6 tentang

sumber daya dan personalia, perusahaan harus memperkerjakan orang

– orang yang tepat diatas kapal dan di kantor serta memastikan bahwa

mereka semua mengetahui tugas masing – masing dan menerima

instruksi – instruksi tentang cara melaksanakan tugasnya.

Berdasarkan Shipboard Safety Rule sub bab 3.3.1 poin 2 yang

telah ditetapkan oleh perusahaan Doriko Ltd. Bahwa Tool box meeting

harus dilaksanakan sebelum memulai pekerjaan, yang bertujuan

untuk;

a. Membangkitkan kesadaran pekerja akan bahaya dalam pekerjaan

yang direncanakan.

b. Mengambil tindakan yang tepat untuk menghindari potensi

bahaya.

Pada kasus terpelesetnya salah satu personil kapal akibat tidak

menggunakannya spike shoes terjadi karena bosun sebagai kepala

kerja di deck department tidak melakukan pengawasan yang baik

dalam perlengkapan keselamatan kerja setelah dilakukannya tool box

meeting.
32

Tabel 4.4 PPE sesuai Shipboard Safety Rule

Sumber : Doriko Safety Management Document

C. PEMBAHASAN

Pemecahan masalah atau upaya mengatasinya mengenai kejadian di

atas adalah dengan cara;

1. Pengawasan yang harus ditingkatkan oleh perwira atau bosun sebagai

kepala kerja di dek terhadap personil diatas kapal dengan cara, antara

lain;

a. Setelah dilakukannya tool box meeting, Mualim I atau bosun

mengecek dan memastikan personil yang akan bekerja sudah

menggunakan perlengkapan keselamatan dalam bekerja seperti


33

safety helmet, safety gloves, safety shoes, dan juga dengan

tambahan spike shoes yang harus digunakan jika terdapat muatan

logs diatas kapal.

b. Bosun tidak segan - segan menegur atau memberi peringatan

kepada para kru jika mereka lalai menjalankan tugasnya untuk

mengikuti prosedur. Disamping itu sesama kru kapal juga harus

saling menjaga dan mengingatkan, sebelum kejadian yang

merugikan terjadi.

Dengan terjadinya kecelakaan kerja diatas permukaan kayu yang

licin, seharusnya kru kapal mengikuti prosedur kerja sesuai yang

ditetapkan oleh perusahaanya itu menggunakan alat keselamatan kerja

dan juga dengan tambahan spike shoes. Tidak adanya sanksi atau

teguran yang tegas untuk setiap penyimpangan juga termasuk

didalamnya, sehingga banyak kru kapal tidak menghiraukan

pentingnya penerapan SMS diatas kapal walaupun mereka sadar apa

akibat yang akan terjadi ketika SMS tidak diterapkan pada saat

mereka bekerja.

2. Memberikan catatan disiplin terhadap para awak kapal yang

melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur keselamatan kerja. Agar

rasa disiplin yang timbul bukan semata-mata atas pihak manajemen

perusahaan, tetapi karena termotivasi dan atas dasar dorongan disiplin

individu masing-masing. Tujuannya agar perusahaan memberikan

penghargaan yang dapat berupa kenaikan pangkat kepada setiap awak

kapal yang memiliki kesadaran dan kedisiplinan yang baik dalam hal
34

menerapkan keselamatan kerja, sehingga para awak kapal menjadi

lebih termotivasi dalam menerapkan prosedur keselamatan kerja.


35

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian berupa analisis

data dan pembahasan di atas kapal MV. POLARIS MELODY, dapat di

simpulkan bahwa kapal telah memenuhi persyaratan ISM Code dibuktikan

dengan memilikinya Safety Management Certificate (SMC), namun masih

terdapat penyimpangan – penyimpangan yang terjadi terhadap checklist

yang disebabkan oleh sumber daya manusia yang tidak disiplin untuk

mengikuti checklist yang ada sehingga mengancam keselamatan awak

kapal dan merugikan perusahaan.

B. SARAN

Melihat berbagai kecelakaan-kecelakaan kerja yang terjadi diatas

kapal MV. POLARIS MELODY dimana sebagian besar disebabkan

karena kelalaian dari awak kapal. Atas dasar tersebut maka penulis

menyarankan beberapa hal sebagai berikut.

1. Meningkatkan disiplin dalam menggunakan alat-alat keselamatan kerja

diatas kapal sesuai prosedur yang ditetapkan.

Diperlukan adanya motivasi dari para perwira dan pihak perusahaan

agar seluruh awak kapal menjadi termotivasi untuk meningkatkan

kedisiplinan mereka di dalam menggunakan alat-alat keselamatan kerja


36

yang ada diatas kapal. Motivasi yang diberikan dapat berupa Reward

(pemberian hadiah) atau juga Punishment (pemberian sanksi). Selain itu

para perwira diatas kapal juga harus melaksanakan kepemimpinan

yang baik didalam memimpin seluruh anak buahnya.

a. Reward (pemberian hadiah).

Adalah pemberian hadiah kepada awak kapal yang berprestasi dan

memiliki disiplin kerja yang baik . Hadiah yang diberikan dapat

berupa bonus maupun penghargaan.

b. Punishment (pemberian sanksi).

Adalah pemberian sanksi kepada awak kapal yang tidak disiplin

dalam bekerja. Sanksi yang diberikan yaitu Perwira yang

bertanggung jawab diatas kapal melaporkan awak kapal yang tidak

disiplin tersebut ke perusahaan sehingga pihak perusahaan akan

memberikan sanksi seperti menunda kenaikan pangkat awak kapal

yang tidak disiplin tersebut.

2. Meningkatkan keselamatan kerja awak kapal dengan prosedur kerja

yang baik. Perlu ditingkatkan kualitas pendidikan, pelatihan dan

keterampilan para pelaut. Seluruh awak kapal harus mengerti dan

mengetahui terlebih dahulu tentang prosedur apa saja yang harus

dilakukan sebelum melakukan pekerjaan yang akan dikerjakan. Karena

itu peran serta aktif dari pihak perusahaan dan pihak kapal untuk dapat

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan awak kapal tentang

prosedur –prosedur keselamatan kerja diatas kapal sangat dibutuhkan.

a. Pihak perusahaan
37

Setiap calon awak kapal yang akan bekerja diatas kapal diberikan

Pengenalan dan Pelatihan (familiarisasi) mengenai sistem

manajemen keselamatan

b. Pihak kapal
Bosun melakukan pengarahan sebelum dan sesudah pekerjaan.

Dengan demikian diharapkan dalam melakukan suatu pekerjaan para

awak kapal harus senantiasa menerapkan prosedur kerja yang baik.

Sehingga dengan melakukan prosedur-prosedur keselamatan kerja

yang ada maka terjadinya kecelakaan akan dapat dicegah.

Anda mungkin juga menyukai