A. DESKRIPSI DATA
Kapal ADNOC 851 adalah type PSV dengan GRT 1092 milik ADNOC
LOGISTIC & SERVICES UAE, kapal ini dilengkapi dengan dua mesin penggerak
utama type Nigata 3516-B dengan 2x1800 BHP dan dua auxiliary engine type
Volvo D-12, 240 KW dan satu Emergency Generator Volvo D-7 90 KW. Sebagai
kapal Supply atau PSV ADNCO 851 membawa muatan general cargo di main
deck, minyak, dan air tawar serta material lainnya yang mana sangat dibutuhkan
pada kegiatan pengeboran minyak dan gas lepas pantai.
Adapun fakta kondisi yang terjadi di atas kapal ADNOC 851 adalah sebagai
berikut :
18
segera mengadakan meeting atau JSA (Job Safety Analysis) untuk semua
anggota team kerja yang akan bekerja. Prosedur-prosedur kerja dan
keselamatan kerja sudah berjalan sebagaimana mestinya, namun namanya sifat
manusia ada yang mau melaksanakan dengan bersungguh-sunguh dan ada pula
hanya sebatas formalitas.
Pernah penulis temui di atas kapal selama melakukan pengamatan, yang
mana pada Jam 15.00 LT tanggal 10 Mei 2020 tepatnya pada saat kapal sandar
belakang di platform, terjadi kecelakaan kerja yang dialami oleh ABK,
kecelakaan kerja yang terjadi pada saat itu ABK keletihan dikarenakan kurang
istirahat setelah selesai bekerja, ABK tersebut menonton TV dan berbincang-
bincang bersama temannya hingga lupa waktu, Sedangkan esok harinya dia
harus bekerja harian, akhirnya terjadi kecelakaan kerja yaitu tergelincir ketika
mengambil alat kerja di gudang, walau tak parah tapi membuat pergelangan
kakinya terkilir. Itu terjadi disebabkan dia tidak benar-benar mengikuti arahan-
arahan yang sudah ditetapkan.
19
(chipping) ABK tersebut tidak memakai kaca mata (safety gogles), semua ini
akan sangat berbahaya terhadap keselamatan dari ABK itu sendiri maka perlu
adanya pencegahan karena kecelakaan tidak bisa diramalkan atau diprediksi
atau diperhitungkan.
B. ANALISIS DATA
Dari rumusan masalah yang penulis uraikan pada bab I maka penulis
menganalisis data dengan mencari penyebab permasalahan untuk menemukan
pemecahannya diantaranya yaitu :
20
hanya sebatas pengawasan. Jadwal kerja Safety Officer yang begitu padat
sehingga sulit membagi waktu antara kewajiban tugasnya yang berkaitan
dengan kelancaran operasional kapal dengan melakukan pengawasan
setiap saat di area kerja pada saat pekerjaan sedang berlangsung untuk
memastikan bahwa pelaksanaan manajemen keselamatan kerja dijalankan
dengan baik oleh ABK.
21
penyimpangan, apalagi jika penyimpangan tersebut dapat merugikan atau
mencelakakan orang disekitarnya. Sanksi ini diberikan untuk menyadarkan
pelaku dan tidak dilakukan lagi olehnya dikemudian hari serta tidak terjadi atau
tidak dilakukan lagi oleh pihak lain.
Namun, menurut pengamatan penulis Safety Officer di AHTS. Jul Sofus
K tidak tegas dalam memberikan sanksi terhadap ABK yang tidak menjalankan
manajemen keselamatan kerja. Hal ini membuat ABK yang lainnya
menyepelekan prosedur keselamatan kerja tersebut dengan anggapan yang
terpenting pekerjaan selesai tepat pada waktu tanpa memikirkan resiko
kecelakaan yang dapat dialami.
22
Akan tetapi karena keterbatasan waktu tersebut menjadikan familiarisasi
yang seharusnya dijalankan selama kurang lebih 7 hari, pada kenyataannya
dijalankan selama 1 hari dan paling lama 2 hari karena mengikuti sisa masa
kontrak ABK yang akan sign off. Penulis mengamati, hal ini kurang efektif
bagi pengetahuan dan keterampilan ABK yang sebagian besar baru pertama
kali bekerja di kapal supply. Selain itu rencana kerja dan jadwal operasi yang
lumayan padat menjadi salah satu faktor. Kadang waktu yang seharusnya
digunakan untuk familiarisasi, bersamaan dengan waktu operasional kapal
(kapal sedang beroperasi).
Kecelakaan kerja dapat terjadi ABK karena menggunakan alat- alat
keselamatan kerja yang kurang terampil. Hal ini dapat terjadi karena
ketidaktahuan dari ABK tentang cara penggunaan atau mungkin baru pertama
kali seseorang tersebut menggunakannya. Sebagai contoh ABK menggunakan
gerinda mesin portable dan kacamata pelindung untuk memotong rantai fender
akibatnya hampir mencelakai ABK itu sendiri. Setelah diselidiki ternyata ABK
baru tersebut baru pertama kali memakai alat tersebut.
Selain itu Di saat ada perintah untuk melaksanakan pekerjaan, ABK
langsung bersiap-siap memenuhi panggilan dan perintah kerja tersebut.
Namun, ABK tersebut lupa memakai alat-alat kelengkapan kerja terutama alat-
alat yang berhubungan dengan keselamatan kerja karena terburu-buru untuk
menjalankan tugas. Hal ini dapat menimbulkan dampak yang mengancam
keselamatan diri ABK tersebut. Walaupun kelihatannya merupakan hal kecil
akan tetapi perlindungan jiwa bagi ABK sangat penting terutama saat mereka
menjalankan kewajiban serta tugas dan tanggung jawabnya di atas kapal.
Kadang yang menjadi prioritas mereka hanya pekerjaannya ingin cepat-cepat
selesai tanpa memikirkan keamanan dan keselamatan diri mereka. Apabila
tidak diambil tindakan khusus mengenai hal ini maka ABK akan tetap
mengulangi kesalahan yang sama yaitu mereka tidak melengkapi diri mereka
dengan alat-alat keselamatan kerja sebelum mereka menjalankan pekerjaan.
Hal tersebut dikarenakan kurangnya sosialisasi keselamatan kerja terhadap
anak buah kapal.
23
Safety Officer mencerminkan seseorang yang menjadi contoh bagi
bawahannya, namun Safety Officer sebagai seorang panutan justru yang
melanggar atau tidak melaksanakan manajemen keselamatan kerja. Hal ini
disebabkan karena Perusahaan tidak terlalu ketat dalam melakukan
penyeleksian dan merekrut Safety Officer yang tidak profesional di bidangnya.
Akibatnya Safety Officer yang bekerja di atas kapal kurang memiliki
pengetahuan dan tidak menerapkan disiplin kerja maupun keselamatan kerja.
Contohnya yaitu pada saat berada di tempat kerja, Safety Officer tidak
menggunakan alat-alat keselamatan kerja. Hal ini dapat membahayakan
keselamatan jiwa Safety Officer tersebut dan diikuti juga oleh ABK lain yang
bekerja di atas kapal.
Safety Officer sebagai seseorang yang bertanggung jawab penuh atas
keselamatan kerja dan pengawas di atas kapal tidak memahami manajemen
keselamatan kerja, karena kurangnya pengetahuan Safety Officer akan prosedur
keselamatan kerja. ABK yang bekerja di atas kapal juga sering mengabaikan
manajemen keselamatan kerja dalam melaksanakan pekerjaan dan tugas
tanggung jawab masing – masing ABK tersebut.
Selain itu, kurangnya kompetensi Safety Officer dalam memberikan
sosialisasi manajemen keselamatan kerja dapat dilihat juga dari cara dia
memimpin meeting maupun memberikan briefing terhadap ABK. Pada saat
meeting maupun memberikan briefing seorang Safety Officer tidak menguasai
materi sehingga materi yang disampaikan tidak sesuai dengan manajemen
keselamatan kerja. ABK akan mengikuti materi materi yang diberikan seorang
Safety Officer, padahal penyampaiannya itu salah. Dengan kurangnya
kompetensi dan pengetahuan seorang Safety Officer tentang manajemen
keselamatan kerja, pekerjaan di atas kapal akan menimbulkan resiko
kecelakaan kerja.
24
C. PEMECAHAN MASALAH
25
untuk meningkatkan kesadaran semua ABK sehingga pimpinan kapal tidak
mengalami kesulitan dan mendapatkan dukungan dari semua ABK dalam
menyelesaikan ketidaksesuaian berdasarkan hasil audit. Ujung tombak
keselamatan kerja ada di setiap individu pelaku aktifitas, Safety Officer
memastikan sistem management pengendalian resiko selalu diterapkan oleh
setiap individu yang akan melakukan pekerjaan.
26
Adapun komunikasi tersebut adalah sebagai berikut :
27
mendampingi ABK baru yang akan menggantikan pekerjaannya. ABK lama
memberi pengarahan mengenai tugas – tugas yang harus dikerjakan, tanggung
jawab dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan ABK lama
tersebut. Pengarahan atau petunjuk yang diberikan ABK lama bertujuan agar
ABK yang baru mengetahui dan mengerti manajemen kerja yang benar di atas
kapal. Setelah itu, Nakhoda memberitahukan kepada perusahaan mengenai
ABK lama yang masih mengikuti pelayaran mendampingi ABK baru agar
diberikan bonus sesuai dengan waktu tambahan selama di atas kapal.
Selain itu, ABK baru juga mendapat bimbingan dan pengarahan dari
Safety Officer. Dengan memberikan bimbingan dan pengenalan awal secara
bijaksana terhadap ABK yang baru naik kapal. Safety Officer akan menjelaskan
prosedur –prosedur yang berlaku di atas kapal, tentang keselamatan kerja dan
peraturan -peraturan di kapal sesuai dengan kebijakan perusahaan, termasuk
pelaksanaan manajemen keselamatan kerja.
Dengan meningkatkan sosialisasi manajemen keselamatan kerja terhadap
ABK di atas kapal dengan memberikan pengarahan dari ABK lama dan
bimbingan prosedur keselamatan kerja dari Safety Officer. Hal tersebut dapat
memberikan pengetahuan tentang manajemen keselamatan kerja agar ABK
mengetahui dan mengerti tugas dan tanggung jawabnya serta meningkatkan
kesadaran ABK akan pentingnya keselamatan kerja di atas kapal.
28
mengarahkan dan mengawasi ABK
Safety Officer memiliki kewajiban untuk menjelaskan manajemen kerja
dan keselamatan kerja, mengawasi ABK untuk disiplin serta memperingatkan
ABK apabila terjadi pelanggaran dalam pelaksanaan manajemen kerja maupun
keselamatan kerja tersebut. Untuk mendapatkan Safety Officer yang
berkualifikasi, Perusahaan melakukan sistem merekrut Safety Officer yang
Profesional dan berpengalaman dibidangnya. Perusahaan harus lebih selektif
dalam hal penerimaan Safety Officer yang hendak bekerja di atas kapal.
Seorang Safety Officer harus memberikan briefing dan meeting tentang
manajemen keselamatan kerja terhadap ABK. Tujuan dari briefing dan meeting
ini untuk mengevaluasi setiap hasil kerja dan memberikan masukan-masukan
kepada ABK mengenai cara kerja sesuai dengan manajemen yang telah dibuat
perusahaan agar pekerjaan dapat diselesaikan dengan efektif dan efisien.
Manajemen harus tetap dilaksanakan walaupun pekerjaan yang dilakukan
setiap hari dan sudah berulang-ulang dilaksanakan agar setiap pekerjaan dapat
diselesaikan dengan lancar dan aman serta resiko kecelakaan kerja dapat
dihindari. Seorang Safety Officer dan Chief Officer juga akan menjadi contoh
atau panutan bagi ABK serta motor penggerak utama dilapangan, maka
seorang Safety Officer tidak hanya sekedar mengetahui dan memahami
manajemen, tetapi juga dapat menerapkan dan mengimplementasikan dalam
pekerjaan sehari-hari di atas kapal. Misalnya pada saat berada di area tempat
kerja, Safety Officer menggunakan alat-alat keselamatan kerja agar tidak
membahayakan keselamatan jiwa Safety Officer tersebut dan ABK lain akan
mengikuti manajemen keselamatan kerja yang di lakukan Safety Officer.
Apabila Safety Officer yang sudah bekerja di atas kapal kurang
profesional dan memiliki pengetahuan yang minim mengenai manajemen
keselamatan kerja, hendaknya Nakhoda sebagai pimpinan dan pemegang
kekuasaan tertinggi di atas kapal memberikan pengarahan dan pelatihan kepada
Safety Officer. Pengarahan dan pelatihan ini bertujuan agar Safety Officer
terampil dan memahamai tugas-tugas yang harus dilakukannya dalam
pelaksanaan manajemen keselamatan kerja di atas kapal yaitu :
a. Mencatat semua kejadian aktifitas Safety, merangkum semua kejadian
yang bersifat Acident ataupun niermiss,membuat analisa dan pengendalian
29
yang akan diterapkan agar tidak terulang hal yangsama, serta membuat
cacatan/laporan tanpa mengurangi atau menutupi suatu kejadian.
b. Memastikan semua pelaku aktifitas dapat menilai, mengetahui dan
menguasai cara pengendalian resiko yang ada serta menguasai
pengendalian dampak kelingkungan sehingga tidak terjadi kejadian yang
dapat merugikan keselamatan orang lain. (Membuat sistem bahwa
dipastikan pelaku aktifitas adalah orang yang menguasai karakter
pekerjaannya).
c. Memastikan semua pelaku aktifitas selalu berpikiran pada target selamat
dengan menerapkan Behavior Base Safety (Menerapkan pengisian BBS
Form / Check list form).
d. Menerapkan Safety Garansi kepada seluruh pelaku aktifitas untuk
memastikan Penghentian perilaku yang tidak aman dari mulai golongan
paling bawah ke atas dengan cara Memberikan wewenang menghentikan
pekerjaan yang tidak aman.
30