Anda di halaman 1dari 13

ASPEK KESELAMATAN KONSTRUKSI (K3)

PEKERJAAN OPTIMALISASI SPAM IKK WAISAI DISTRIK WAIGEO SELATAN


KABUPATEN RAJA AMPAT

I. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor: 10 tahun 2021
Tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi, maka demi menjamin Keselamatan
dan Kesehatan Kerja bagi seluruh personil dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan dilapangan membuat suatu manajemen yang mengatur dan mengelola
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pelaksanaan pekerjaan yang merujuk pada
ketetapan/aturan resmi dari pemerintah seperti tersebut diatas.

II. PERSYARATAN UMUM

Secara umum, Sistem Manajemen K3 Perusahaan adalah tergambar dalam skema sebagai berikut :

Format RKK penawaran pada tahap pemilihan penyedia jasa pekerjaan Konstruksi sudah harus
mengikuti persyaratan dalam SMKK dan menjadi informasi terdokumentasi.

III. KEBIJAKAN K3

Dalam menjalankan usahanya, Managemen mempunyai komitmen yang tertuang dalam kebijakan
mutu K3 (MK3) sebagai berikut:
• Memenuhi Persyaratan pelanggan dan mencegah cidera dan sakit akibat kerja serta melakukan
peningkatan berkelanjutan terhadap managemen dan kinerja MK3.
• Menetapkan kebijakan sesuai dengan sifat alamiah dan skala resiko MK3 yang ada
di persahaan
• Menjadikan kebijakan ini sebagai kerangka dalam menetapkan dan mengevaluasi sasaran MK3.
• Seluruh efisiensi dan efektifitas kegiatan Perusahaan dipantau dan diukur secara berkala
dengan mengacu pada sasaran mutu dan K3 Perusahaan beserta semua unit pendukungnya.
• Mematuhi peraturan perundangan dan persyaratan MK3 lainnya yang relevan bagi Perusahaan
• Mengkomunikasikan kebijakan kepada semua orang yang bekerja dibawah kendali organisasi.
• Mengevaluasi kebijakan ini secara periodik untuk meningkatkan kinerja MK3 yang
berkesinambungan,
• Direktur perusahaan memberikan bukti keterlibatannya pada pengembangan dan penerapan
sistem managemen mutu dan K3 dan terus menerus memperbaiki keefektifannya dengan jalan :
• Mengadakan rapat pengarahan secara berkala dan menekankan pentingnya memenuhi
persyaratan pelanggan K3, undang-undang dan peraturan yang berlaku.
• Menetapkan dan mengesahkan kebijakan mutu dan K3.
• Menetapkan dan mengesahkan sasaran mutu dan K3 (MK3) perusahaan hingga sasaran mutu
dan K3 unit-unit kerja yang mendukungnya.
• Melaksanakan dan bertindak sebagai ketua rapat tinjauan managemen, yang pelaksanaannya
diatur dalam prosedur Rapat Tinjauan Managemen (RTM).

Halaman1dari13
• Mengesahkan daftar karyawan dan daftar inventaris, untuk di kantor cabang daftar karyawan
dan daftar invertaris disahkan oleh Pimpinan cabang.
• Direksi menetapkan dan mengesahkan kebijakan MK3, berupa surat keputusan yang mencakup
:Maksud dan tujuan Perusahaan.
• Ikrar, keterlibatan untuk memenuhi persyaratan dan terus menerus memperbaiki sistem
managemen K3.
• Tersedianya kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau sasaran MK3.
• Kebijakan MK3 ini dikomunikasikan, dipahami dalam organisasi dan didokumentasikan.
• Pelaksanaan tinjauan pada waktu terjadwal, sehingga dapat dilakukan penyesuaian terus-
menerus.

IV. STRUKTUR ORGANISASI

Dalam menjalankan aktifitas perusahaan, struktur organisasi telah ditetapkan untuk menjamin peran
tanggung jawab, akuntabilitas dan mendelegasikan wewenang untuk memfasilitasi SMMK3 yang
efektif.

Direksi menetapkan dan mengesahkan struktur organisasi seperti yang terlampir pada manual MK3
ini. Tugas dan wewenang setiap personil baik yang terkait dengan mutu maupun K3 ataupun terkait
dengan struktur organisasi, untuk tingkat kepala Divisi/Bagian dibuat oleh kepala Divisi/Bagian
bersama dengan Direksi/Pimpinan cabang kemudian disahkan oleh Direksi/Pimpinan cabang. Untuk
tingkat dibawah kepala Divisi/Bagian sampai tingkat terbawah, dibuat oleh kepala Divisi/Bagian
bersama dengan Divisi/Bagian SDM direview oleh Direksi/Pimpinan cabang dan disahkan oleh
kepala unit kerja masing-masing, sedangkan untuk proyek dibuat oleh kepala proyek dibuat
bersama kepala Divisi/Bagian Teknik, direview Direksi/Pimpinan cabang dan disahkan oleh kepala
Divisi/Bagian Teknik.

V. MAKSUD DAN TUJUAN

Perusahaan memastikan bahwa metodologi untuk identifikasi bahaya dan penilaian resiko k3
mempertimbangkan:
• Lingkup, karakteristik, waktu dan bersifat proaktif.
• Tersedianya informasi mengenai:
o Identitas Bahaya
o Klasifikasi Resiko K3
o Resiko K3 yang akan dihilangkan atau diminimalkan.
• Pengalaman operasi dan kemampuan pengendalian resiko k3 yang ada.
• Informasi tentang:
o Persyaratan-persyaratan fasilitas dan peralatan.
o Persyaratan pelatihan.
o Persyaratan pengembangan pengendalian operasi.
o Persyaratan pemantauan dan pengukuran untuk memastikan efektifitas implementasi

Halaman2dari13
VI. TUJUAN

Untuk memastikan atau menjamin bahwa pekerjaan yang dilaksanakan di Satuan Kerja Pelaksanaan
Prasarana Permukiman Provinsi Papua Barat, menjamin hal-hal tentang:
1. Pemakaian peralatan/perlengkapan yang memadai
2. Dapat mengidentifikasi sumber-sumber/potensi bahaya
3. Melaksanakan metode yang benar (menyediakan tempat-tempat khusus untuk material yang
memerlukan penanganan khusus, bongkar muat)

VII. RUANG LINGKUP

Instruksi kerja ini hanya berlaku pada paket pekerjaan di lingkungan Satuan Kerja Pelaksanaan
Prasarana Permukiman Provinsi Papua Barat.

VIII. DEFINISI

1. Pekerjaan ini adalah Optimalisasi SPAM IKK Waisasi Distrik Waigeo Selatan Kabupaten Raja
Ampat. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk memberikan suatu dasar dalam bekerja
yang menuju kearah tujuan akhirnya, yakni mencegah terjadinya cidera atau gangguan
kesehatan yang disebabkan karena kejadian dan keadaan yang berhubungan dengan
pekerjaan.
2. Kategori I adalah jenis kecelakaan yang dapat menimbulkan kerusakan ringan atau pada
prinsipnya tidak membutuhkan perawatan, rawat inap di rumah sakit.
3. Kategori II adalah jenis kecelakaan yang dapat menimbulkan kerusakan sedang/korban luka
berat atau membutuhkan rawat inap di rumah sakit.
4. Kategori III adalah jenis kecelakaan yang dapat menimbulkan kecelakaan berat/korban
meninggal dunia.

IX. KETENTUAN UMUM

1. Keselamatan kerja adalah tanggung jawab moril baik karyawan maupun pimpinan perusahaan.
2. Penanggung jawab dalam pelaksanaan K3 di proyek adalah Kasie Quality Assurance (dalam hal
ini Tenaga Ahli K3), dengan memastikan malakukan inspeksi secara berkala.
3. Setiap personil/pegawai harus diberikan pelatihan mengenai K3 yang sesuai dengan lingkup dan
tugasnya.
4. Setiap area yang mempunyai resiko dan kemungkinan terjadinya bahaya, harus menyediakan
petunjuk-petunjuk/informasi-informasi yang tepat cara penanganan dan pencegah bahaya-
bahaya yang mungkin terjadi. (Gbr 1.1 - 1.2-1.3-1.4)
5. setiap karyawan harus disediakan kebutuhan akan alat-alat pelindung diri, dilatih bagaimana
cara menggunakan, dan digunakan tempat yang seharusnya.

Halaman3dari13
Halaman4dari13
1. Bahan-bahan yang mudah meledak atau terbakar harus disimpan, diangkat dan diperlakukan
sedemikian rupa sehingga dapat dicegah dari kemungkinan terjadinya kebakaran.
2. Alat-alat penyelamat harus tersedia diarea atau tempat-tempat yang membutuhkan
3. Pekerjaan yang dilakukan diatas air harus menyediakan peralatan keselamatan, seperti
pelampung/life jacket yang mudah dijangkau dan diketahui oleh pegawai yang berada dilo kasi
tersebut.
4. Peralatan/kendaraan sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu kelayakannya
5. Pihak managemen proyek harus melakukan tinjauan managemen mangenai safety secara
berkala
6. Setiap personil saat bekerja dilapangan harus dilakukan secara berkelompok
7. Masing-masing kelompok harus disediakan sarana untuk berkomunikasi.
8. Pada saat bekerja pegawai disarankan mengenakan identitas pengenal
9. Semua pegawai dari pihak penyedia jasa untuk pekerjaan Optimalisasi SPAM IKK Waisasi
Distrik Waigeo Selatan Kabupaten Raja Ampat diasuransikan kesehatannya oleh Perusahaan.

Halaman5dari13
X. TANGGUNG JAWAB

I. Manager Proyek

1. Menyetujui konsep instruksi safety yang akan dilaksanakan di proyek


2. Memimpin penerapan program K3 di proyek yang menjadi tanggung jawabnya
3. Memimpin rapat tinjauan managemen atau rapat koordinasi tentang pelaksanaan program K3
4. Memimpin upaya peningkatan efektifitas dan efisien pelaksanaan program K3

II. Penanggung Jawab Quality Assurance (Petugas K3)

1. menyusun konsep instruksi tentang safety yang sesuai dengan ruang lingkup pekerjaan dan
membahasnya bersama bagian-bagian yang terkait
2. Merekomendasikan konsep yang telah dibahas kepada manager proyek
3. memeriksa, memonitor, mengevaluasi pelaksanaan K3 ditingkat proyek.
4. Melaporkan penerapan dan pelaksanaan K3 di tingkat proyek kepada Manager Proyek
5. membuat resume tentang pelaksanaan K3

IV. Pelaksana/Manajer Teknik

1. Bertanggung jawab akan keselamatan karyawan yang berada dibawah pengawasannya


2. Terjadi keadaan yang kurang aman, tidak aman atau darurat.

XI. PENANGANAN KECELAKAAN

1. Tangani segera apabila ada kecelakaan kerja dan utamakan keselamatan jiwa manusia.
2. Segera berikan pertolongan pertama pada kecelakaan sesuai dengan jenis kecelakaan.
3. Apabila perlu, segera dibawa ke puskesmas/Dokter/Rumah Sakit yang telah dirujuk pa da alamat
yang telah ditentukan.
4. Hubungi Kepolisiian, Babinsa setempat apabila kecelakaan tersebut memerlukan pertolongan yang
serius.

XII. PENANGANAN KEBAKARAN

1. Apabila terjadi kebakaran kecil agar ditangani sendiri dengan menggunakan peralatan pemadam
kebakaran
2. Beritahukan kepada personil yang berada dilokasi bahwa terjadi bahaya kebakaran
3. Jika terjadi kebekaran besar yang tidak dapat ditangani sendiri, utamakan manusia dengan
memberitahukan agar menjauhi lokasi
4. Laporkan kejadian kebakaran kepada penanggung jawab safety

Catatan:
1. Jika lokasi pekerjaan banyak terdapat kayu-kayu kering, yang diperhatikan adalah:
• Dilarang membuang puntung rokok yang masih menyala sembarangan
• Bara-bara api/bekas api unggun harus dipastikan telah benar-benar padam
2. Peralatan pemadam api/fire extinguisher, harus disediakan pada tempat-tempat rawan tertentu
yang memerlukan.

XIII. PERALATAN KESELAMATAN PEGAWAI

Setiap personil yang bertugas pada pelaksanaan pekerjaan, untuk paket pekerjaan yang beresiko
tinggi, terutama yang dilapangan wajib menggunakan peralatan pelindung diri yang sesuai dengan
satndart yaitu:
1. Helm proyek, disarankan dipakai setiap kelapangan dan diwajibkan dipakai pada tempat-tempat
yang beresiko tinggi terhadap kejatuhan/benturan material.
2. Sepatu proyek, dipakai setiap hari dilapangan/site
3. Pakaian seragam, dan identitas pengenal diri.
Halaman6dari13
4. Masker, jika bekerja didaerah yang beracun/berbau yang bisa mengakibatkan terganggunya
kesehatan.
5. Sarung Tangan, bila hal tersebut diperlukan (untuk tukang las diwajibkan)
6. Kacamata pelindung, jika hal tersebut diperlikan.

7. Body Protector (pelindung badan), apabila hal tersebut diperlukan (untuk tukang las diwajibkan);
8. Life Jacket (pelampung), untuk bekerja diatas air diapakai setiap menggunakan transportasi air.
9. P3K, ditempat-tempat yang memerlukan.
10. Perlengkapan P3K harus diperiksa kembali kelengkapannya setelah dipergunakan.
11. Setiap pembantu pelaksana, pelaksana, koordinator, pengukuran harus dilengkapi dengan sarana
komunikasi;
12. memastikan sarana komunikasi berfungsi dengan baik;
13. Disediakan layout ruangan ditempat-tempat strategis

Target yang ingin dicapai:


• Nol Kecelakaan;
• Selalu menggunakan helm, sepatu keselamatan, dan perlengkapan keselamatan lainnya;
• Menjaga ketertiban;
• Proyek bersih, rapi, dan segat

Halaman7dari13
XIV. IDENTIFIKASI K3 PEKERJAAN OPTIMALISASI SPAM IKK WAISAI

Penilaian SMK3

No Pekerjaan Identifikasi Bahaya


1 Galian Tanah Terperosok akibat galian tanah

Pekerjaan Optimalisasi SPAM IKK Waisai, Distrik Waigeo Selatan, Kabupaten Raja Ampat termasuk
dalam kategori pekerjaan dengan resiko: Sedang

PEMANTAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Umum

Menyadari kegiatan pembangunann ini diperkirakan akan menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan hidup, dan mengacu pada ketentuan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 17
Tahun 2001 tentang jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan hidup (AMDAL).

Dari semua solusi penanganan yang akan di aplikasikan, perlu dikaji dari segala aspek, termasuk aspek
lingkungan. Kegiatan Optimalisasi SPAM IKK Waisasi Distrik Waigeo Selatan Kabupaten Raja Ampat ini
diperkirakan akan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup, baik dampak positif maupun
negatif yang terjadi pada tahap pra konstruksi, tahap konstruksi maupun tahap pasca konstruksi.

2. Komponen Lingkungan yang Harus Di Perhatikan

Komponen lingkungan yang harus diperhatikan pada kegiatan Optimalisasi SPAM IKK Waisasi Distrik
Waigeo Selatan Kabupaten Raja Ampat adalah sebagai berikut:

• Komponen Fisik-Kimia: Komponen fisik-kimia mencakup kualitas air, udara, kebisingan, erosi &
longsor, Tata Guna Lahan.
• Biologi: Komponen biologi meliputi fauna air/darat dan flora air/darat yang berkaitan langsung dengn
kegiatan penghijauan (Revegetasi) de sekitar lokasi proyek.
• Sosial Ekonomi Budaya: Komponen ekonomi, sosial budaya meliputi kesempatan kerja dan
berusaha, kerusakan jalan, keselamatan & kesehatan kerja (K3), gangguan kamtibnas/keresahan
masyarakat, persepsi masyarakat.

1. Pelaksanaan Kegiatan

a. Komponen Air
- Kualitas Air
Parameter yang akan dianalisa dalam pendugaan dampak terhadap kualitas air sungai
diantaranya adalah kandungan sedimen dalam perairan. Kandungan sedimen di amati melalui
pengambilan contoh air pada sungai yang selanjutnya ditetapkan berdasarkan metode
Laboratorium. Metode analisis kualitas air disesuaikan dengan metode yang ditetapkan oleh
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Kep/MenLH/10/1995.

• Kualitas Air Permukaan: Kualitas air permukaan berupa air sungai yang terdapat pada areal
lokasi pembangunan/pekerjaan parameter contoh yang diambil terlebih dahulu disepakti
bersama oleh Direksi.
• Kualitas Air Tanah: Tidak terpengaruh

Halaman8dari13
• Kegiatan Konstruksi Fisik: Kontraktor melakukan pengaturan pelaksanaan pekerjaan
dengan baik. Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi
berlangsung. Lokasi pemantauan disekitar lokasi pemukiman sebanyak 3 titik.

- Kualitas Udara (Debu)


Kualitas udara harus diperhatikan agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat sekitar
lokasi pekerjaan. Periode pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan selesai konstruksi.
Dengan metode pengelolaan lingkungan.
- Kebisingan
Tingkat kebisingan juga harus dipantau agar tidak menimbulkan keresahan masyarakat sekitar. Data
yang ada di analisis dan dibandingkan dengan baku mutu. Periode pengelolaan sejak tahap
konstruksi sampai dengan selesai konstruksi, dengan metode pengelolaan lingkungan.
a. Kegiatan Mobilisasi alat dan bahan
• Pemilihan jalur yang tidak padat penduduknya
• Melakukan penyiraman secara periodik pada lokasi yang dekat dengan pemukiman
• Mengatur kecepatan kendaraan angkut tidak lebih dari 30 km/jam
b. Kegiatan Konstruksi Fisik
• Kontraktor melakukan pengaturan pelaksanaan pekerjaan dengan baik
• Dengan frekuensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi berlangsung
• Lokasi pemantauan disekitar lokasi permukiman sebanyak 3 titik.

Erosi dan Sedimentasi


Parameter yang dipantau adalah laju erosi/sedimentasi dan luas areal & jumlah pemilik lahan yang
longsor dengan pengamatan langsung dilapangan.
Periode pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan selesai konstruksi dengan metode
pengelolaan lingkungan:
1. Pada tempat yang miring dibuatkan terasering
2. Membuat parit-parit/saluran untuk mengalirkan air
3. Melakukan perawatan dan pengerasan jalan
Dengan frekuwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi berlangsung, lokasi
pemantauan disekitar lokasi permukiman sebanyak 3 titik.

Tata Guna lahan

Parameter yang dipantau adalah perubahan fungsi tata guna. Periode pengelolaan sejak tahap
konstruksi sampai dengan selesai konstruksi. Dengan metode pengelolaan lingkungan:

• Melakukan kegiatan secara bertahap dengan memperhatikan kemiringan lahan


• Pada tempat yang miring dibuatkan terasering
• Membuat parit-parit/saluran untuk mengalirkan air

Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi berlangsung. Lokasi
pemantauan disekitar lokasi quarry dan borrow area sebanyak 3 titik.

Komponen Biologi

Fauna & Flora AIr/Darat


Parameter yang dipantau adalah perubahan komposisi dan keberadaan fauna & flora air/darat
dengan cara pengamatan dan pencatatan di lapangan. Data yang ada dianalisis secara deskritif.
Periode pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan selesai konstruksi. Dengan metode
pengelolaan lingkungan:

• Penanaman Berbagai jenis tanaman


• Pemberian pupuk dan menyiram secara teratur
• Memelihara dan mengganti tanaman yang mati
Jenis tanaman : Matoa, Rambutan, Durian, Palem, Mahoni dll.

Halaman9dari13
Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi berlangsung. Lokasi
pemantauan disekitar lokasi quarry dan borrow area.

Sosial Ekonomi Budaya

Kesempatan kerja & Berusaha: Parameter yang dipantau adalah jumlah tenaga yang terserap,
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sesuai kualifikasi. Di analisa dengan mengadakan kunjungan
lapangan. Data yang ada dianalisis dengan tabulasi frekuensi secara deskritif kualitatif. Periode
pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan selesai konstruksi. Dengan metode pengelolaan
lingkungan.

• Memprioritaskan penduduk lokal sebagai tenaga kerja


• Memberi kesempatan berusaha kepada penduduk sekitar pada tahap konstruksi

Dengan frekuwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi berlangsung.

Kerusakan Jalan: Parameter yang dipantau adalah jenis alat berat yang digunakan, kondisi
prasarana jalan, frekuensi pengangkutan, tingkat kerusakan jalan dan jembatan, pelaksanaan
perbaikan jalan. Di analisa dengan pengamatan lapangan, Data yang ada dianalisa secara deskritif
kualitatif. Periode pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan selesai konstruksi. Dengan
metode pengelolaan lingkungan:

• Menggunakan route jalan yang sesuai dengan bebab kendaraan


• Mengatur trip pengangkutan bahan dan alat
• Kendaraan yang mengangkut bahan dan alat tidak melebihi kapasitas angkutnya
• memperbaiki kerusakan jalan yang dilalui

Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi berlangsung. Lokasi
pelaksanaan di jalur transportasi yang dipakai sebagai jalur mobilisasi kendaraan.

Kesehatan & Keselamatan Kerja Karyawan: Parameter yang dipantau dengan pengamatan
lapangan, wawancara dengan pekerja. Di analisa dengan pengamatan lapangan. Data yang ada
dianalisa secara deskritif kualitatif. Periode pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan
selesai konstruksi. Dengan metode pengelolaan lingkungan:

• Menyusun SOP pelaksanaan pekerjaan konstruksi


• Menggunakan tenaga operator yang memiliki sertifikat
Melengkapi tenaga kerja dengan peralatan keselamatan kerja
• Menempatkan rambu-rambu tanda bahaya di lokasi berisiko tinggi

Melakukan pengawasan secara rutin setiap hari Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali
selama kegiatan konstruksi berlangsung. Lokasi tapak proyek.

Keresahan Masyarakat/Gangguan Kamtibmas: Parameter yang dipantau adalah tingkat gangguan


keamanan, tingkat kasus pencurian yang terjadi Di analisa dengan pengamatan lapangan. Data yang
ada dianalisa secara deskritif kualitatif. Periode pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan
selesai konstruksi. Dengan metode pengelolaan lingkungan

• Sosialisasi rencana kegiatan pada masyarakat sekitar


• Menempatkan petugas pengamanan dilokasi proyek
• Melakukan patroli keamanan secara rutin
• Melakukan koordinasi dengan aparat polsek
• Mewajibkan masyarakat /tamu yang masuk ke lokasi dengan menggunakan kartu identitas

Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi berlangsung.

Halaman10dari13
Persepsi Masyarakat: Parameter yang dipantau adalah persepsi dan keresahan masyarakat
dianalisa dengan pengamatan lapangan. Data yang ada dianalisa secara deskritif kualitatif. Periode
pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan selesai konstruksi. Dengan metode pengelolaan
lingkungan:

• Mengelola berbagai dampak negative yang timbul


• Melakukan pendekatan terhadap masyarakat
• Memprioritaskan tenaga kerja local
• Menjaga keamanan dan ketertiban di dalam dan sekitar tapak proyek
• Memperhatikan aspirasi masyarakat

Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi berlangsung. Di Lokasi
pelaksanaan di permukiman disekitar lokasi proyek

A. Skema Protokol Pencegahan Covid-19 Dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

I. Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan COVID- 19


a) Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa wajib membentuk Satgas Pencegahan COVID- 19 yang
menjadi bagian dari Unit Keselamatan Konstruksi;
b) Satgas Pencegahan COVID-19 sebagaimana dimaksud pada hurup a dibentuk oleh Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) proyek tersebut;
c) Satgas Pencegahan COVID-19 sebagaimana dimaksud pada hurup a berjumlah paling sedikit 5
(lima) orang yang terdiri ataş: 1). I (satu) Ketua merangkap anggota; dan 2). 4 (empat) Anggota
yang mewakili Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa.
d) Satgas Pencegahan COVID-19 memiliki tugas, tanggung jawab, dan kewenangan untuk
melakukan:
• Sosialisasi;
• pembelajaran (edukasi);
• promosi teknik;
• metode/pelaksanaan pencegahan COVID-19 di lapangan
• berkoordinasi dengan Satgas Penanggulangan COVID- 19 Kementerian PUPR melakukan
Identifikasi Potensi Bahaya COVID19 di lapangan;
• pemeriksaan kesehatan terkait potensi terinfeksi COVID-19 kepada semua pekerja dan tarnu
proyek;
• pemantauan kondisi kesehatan pekerja dan pengendalian mobilisasi/ demobilisasi pekerja;
• pemberian vitamin dan nutrisi tambahan guna peningkatan imunitas pekerja;
• pengadaan Fasilitas Kesehatan di lapangan;
• melaporkan kepada PPK dalam hal telah ditemukan pekerja yang positif dan/atau berstatus
Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan merekomendasikan dilakukan penghentian kegiatan
sementara .

2. Identifikasi Potensi Bahaya COVID-19 di lapangan.


a. Satgas Pencegahan COVID-19 berkoordinasi dengan Satgas Penanggulangan COVID- 19
Kementerian PUPR untuk menentukan: I) Identifikasi potensi risiko lokasi proyek terhadap
pusat sebaran penyebaran COVID- 19 di daerah yang bersangkutan; 2) Kesesuaian fasilitas
kesehatan di Lapangan dengan protokol penanganan COVID- 19 yang dikeluarkan Oleh
Pemerintah; 3) Tindak lanjut terhadap Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
b. Dalam hal Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut teridentifikasi: 1). Memiliki risiko tinggi
akibat lokasi proyek berada di pusat sebaran, 2). Telah ditemukan pekerja yang positif dan/atau
berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP); atau 3). Pimpinan
Kementerian/Lembaga/Instansi/KepaIa Daerah telah mengeluarkan peraturan untuk
menghentikan kegiatan sementara akibat keadaan kahar, Maka Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi tersebut dapat diberhentikan sementara akibat Keadaaan Kahar;
c. Penghentian Penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana di maksud huruf b diatas
dilakukan sesuai ketentuan pada Lampiran

Halaman11dari13
II. TINDAK LANJUT TERHADAP KONTRAK PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

Yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Instruksi Menteri ini.


1. Dalam hal Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut karena sifat dan urgensinya tetap harus
dilaksanakan sebagai bagian dari penanganan dampak sosial dan ekonomi dari COVID- 19,
maka Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut dapat diteruskan dengan ketentuan:
a. Mendapatkan persetujuan dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
b. Melaksanakan protokol pencegahan COVID- 19 dengan disiplin tinggi dan dilaporkan
secara berkala Oleh Satgas Pencegahan COVID- 19;
c. Menghentikan sementara ketika terjadi (Telah ditemukan pekerja yang positif dan/atau
berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) untuk melakukan penanganan sesuai protokol
Pemerintah.

2. Penyediaan Fasilitas Kesehatan di Lapangan

a. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan ruang klinik kesehatan di


lapangan yang dilengkapi dengan sarana kesehatan yang memadai, antara Iain tabung
oksigen, pengukur suhu badan nir-sentuh (thermoscan), pengukur tekanan darah, obat-
obatan, dan petugas medis;
b. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib memiliki kerjasama operasional perlindungan
kesehatan dan pencegahan COVID- 19 dengan rumah sakit dan/ atau pusat kesehatan
masyarakat terdekat untuk tindakan darurat (emergency) ;
c. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan fasilitas tambahan antara lain:
pencuci tangan (air, sabun dan hand sanitizer), tisu, masker dikantor dan lapangan bagi
seluruh pekerja dan tamu; dan
d. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan vaksin, vitamin dan nutrisi
tambahan guna peningkatan imunitas pekerja.

3. Pelaksanaan Pencegahan COVID-19 di lapangan

a. Satgas Pencegahan COVID-19 memasang poster flyers) baik digital maupun fisik tentang
himbauan/anjuran pencegahan COVID- 19 untuk disebarluaskan atau dipasang di tempat-
tempat strategis di lokasi proyek;
b. Satgas Pencegahan COVID- 19 bersama petugas medis harus menyampaikan penjelasan,
anjuran, kampanye, promosi teknik pencegahan COVID-19 dalam setiap kegiatan
penyuluhan K3 pagi hari (safety morning talk) ;
c. Petugas medis bersama para Satuan Pengaman (Security Staff) melaksanakan
pengukuran suhu tubuh kepada seluruh pekerja, dan karyawan setiap pagi, siang, dan
sore;
d. Satgas Pencegahan COVID-19 melarang orang (seluruh pekerja dan tamu) yang
terindikasi memiliki suhu tubuh 38 derajat Celcius datang ke lokasi pekerjaan;
e. Apabila ditemukan pekerja di lapangan sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP) COVID-
19, pekerjaan harus diberhentikan sementara oleh Pengguna Jasa dan/ atau Penyedia
Jasa paling sedikit 14 hari kerja.
f. Petugas Medis dibantu Satuan Pengaman (Security Staff) melakukan evakuasi dan
penyemprotan disinfektan pada seluruh tempat, fasilitas dan peralatan kerja; dan
g. Penghentian sementara dilakukan hingga proses evakuasi dan penyemprotan disinfektan,
serta pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan isolasi tenaga kerja yang pernah
melakukan kontak fisik dengan tenaga kerja yang terpapar telah selesai.

Halaman12dari13
B. Mekanisme Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID19) dalam
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

Halaman13dari13

Anda mungkin juga menyukai