Anda di halaman 1dari 19

I.

LATAR BELAKANG 
Sesuai dengan Kepmen Tenaga Kerja Nomor : 05/Men/1996 Tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, maka PT RAMELAN KURNIA SEJATI
demi menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi seluruh personil dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan dilapangan membuat suatu
manajemen yang mengatur dan mengelola Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
pelaksanaan pekerjaan yang merujuk pada ketetapan / aturan resmi dari pemerintah
seperti tersebut diatas.

II. PERSYARATAN UMUM


Secara umum, Sistem Manajemen K3 Perusahaan adalah tergambar dalam skema
sebagai berikut :

III. KEBIJAKAN K3

Dalam menjalankan usahanya, Managemen mempunyai komitmen yang tertuang


dalam kebijakan mutu K3 (MK3) sebagai berikut :
 Memenuhi Persyaratan pelanggan dan mencegah cidera dan sakit akibat kerja
serta melakukan peningkatan berkelanjutan terhadap managemen dan kinerja MK3.
 Menetapkan kebijakan sesuai dengan sifat alamiah dan skala resiko MK3 yang
ada di [isi : nama perusahaan] 
 Menjadikan kebijakan ini sebagai kerangka dalam menetapkan dan
mengevaluasi sasaran MK3.
 Seluruh efisiensi dan efektifitas kegiatan Perusahaan dipantau dan diukur secara
berkala dengan mengacu pada sasaran mutu dan K3 Perusahaan beserta semua unit
pendukungnya.
 Mematuhi peraturan perundangan dan persyaratan MK3 lainnya yang relevan
bagi Perusahaan : [isi : nama perusahaan] 
 Mengkomunikasikan kebijakan kepada semua orang yang bekerja dibawah
kendali organisasi.
 Mengevaluasi kebijakan ini secara periodik untuk meningkatkan kinerja MK3
yang berkesinambungan,
Direktur [isi : nama perusahaan] memberikan bukti keterlibatannya pada
pengembangan dan penerapan sistem managemen mutu dan K3 dan terus menerus
memperbaiki keefektifannya dengan jalan :
 Mengadakan rapat pengarahan secara berkala dan menekankan pentingnya
memenuhi persyaratan pelanggan K3,  undang-undang dan peraturan yang berlaku.
 Menetapkan dan mengesahkan kebijakan mutu dan K3.
 Menetapkan dan mengesahkan sasaran mutu dan K3 (MK3) perusahaan hingga
sasaran mutu dan K3 unit-unit kerja yang mendukungnya.
 Melaksanakan dan bertindak sebagai ketua rapat tinjauan managemen, yang
pelaksanaannya diatur dalam prosedur Rapat Tinjauan Managemen (RTM).
 Mengesahkan daftar karyawan dan daftar inventaris, untuk di kantor cabang
daftar karyawan dan daftar invertaris disahkan oleh Pimpinan cabang.
Direksi menetapkan dan mengesahkan kebijakan MK3, berupa surat keputusan yang
mencakup :
 Maksud dan tujuan Perusahaan.
 Ikrar, keterlibatan untuk memenuhi persyaratan dan terus menerus memperbaiki
sistem managemen K3.
 Tersedianya kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau sasaran MK3.
 Kebijakan MK3 ini dikomunikasikan, dipahami dalam organisasi dan
didokumentasikan.
 Pelaksanaan tinjauan pada waktu terjadwal, sehingga dapat dilakukan
penyesuaian terus-menerus. 
IV. STRUKTUR ORGANISASI

Dalam menjalankan aktifitas perusahaan, struktur organisasi telah ditetapkan untuk


menjamin peran tanggung jawab, akuntabilitas dan mendelegasikan wewenang untuk
memfasilitasi SMMK3 yang efektif.
Direksi menetapkan dan mengesahkan struktur organisasi seperti yang terlampir pada
manual MK3 ini. Tugas dan wewenang setiap personil baik yang terkait dengan mutu
maupun K3 ataupun terkait dengan struktur organisasi, untuk tingkat kepala
Divisi/Bagian dibuat oleh kepala Divisi/Bagian bersama dengan Direksi/Pimpinan
cabang kemudian disahkan oleh Direksi/Pimpinan cabang. Untuk tingkat dibawah
kepala Divisi/Bagian sampai tingkat terbawah, dibuat oleh kepala Divisi/Bagian
bersama dengan Divisi/Bagian SDM direview oleh Direksi/Pimpinan cabang dan
disahkan oleh kepala unit kerja masing-masing, sedangkan untuk proyek dibuat oleh
kepala proyek dibuat bersama kepala Divisi/Bagian Teknik, direview Direksi/Pimpinan
cabang dan disahkan oleh kepala Divisi/Bagian Teknik.

V. MAKSUD DAN TUJUAN

Perusahaan memastikan bahwa metodologi untuk identifikasi bahaya dan penilaian


resiko k3 mempertimbangkan :
 Lingkup, karakteristik, waktu dan bersifat proaktif.
 Tersedianya informasi mengenai :
          * Identitas Bahaya
          * Klasifikasi Resiko K3
          * Resiko K3 yang akan dihilangkan atau diminimalkan.
 Pengalaman operasi dan kemampuan pengendalian resiko k3 yang ada.
 Informasi tentang :
          * Persyaratan-persyaratan fasilitas dan peralatan.
          * Persyaratan pelatihan.
          * Persyaratan pengembangan pengendalian operasi.
          * Persyaratan pemantauan dan pengukuran untuk memastikan efektifitas
implementasi

VI. TUJUAN

Untuk memastikan atau menjamin bahwa pekerjaan yang dilaksanakan disatuan


kerja : [isi : nama satuan kerja atau instansi] menjamin hal-hal tentang :
1. Pemakaian peralatan/perlengkapan yang memadai
2. Dapat mengidentifikasi sumber-sumber/potensi bahaya
3. Melaksanakan metode yang benar (menyediakan tempat-tempat khusus untuk
material yang memerlukan penanganan khusus, bongkar muat)
VII. RUANG LINGKUP

Instruksi kerja ini hanya berlaku pada paket pekerjaan di lingkungan [isi : nama
instansi]

VIII. DEFINISI
1. Pekerjaan ini adalah [isi : nama pekerjaan dan lokasi] keselamatan dan
kesehatan kerja adalah untuk memberikan suatu dasar dalam bekerja yang menuju
kearah tujuan akhirnya, yakni mencegah terjadinya cidera atau gangguan kesehatan
yang disebabkan karena kejadian dan keadaan yang berhubungan dengan pekerjaan.
2. Kategori I adalah jenis kecelakaan yang dapat menimbulkan kerusakan ringan
atau pada prinsipnya tidak membutuhkan perawatan, rawat inap di rumah sakit.
3. Kategori II adalah jenis kecelakaan yang dapat menimbulkan kerusakan
sedang/korban luka berat atau membutuhkan rawat inap di rumah sakit.
4. Kategori III adalah jenis kecelakaan yang dapat menimbulkan kecelakaan
berat/korban meninggal dunia.
 IX. KETENTUAN UMUM
1. Keselamatan kerja adalah tanggung jawab moril baik karyawan maupun
pimpinan perusahaan.
2. Penanggung jawab dalam pelaksanaan K3 di proyek adalah Kasie QA ( Quality
Assurance), dengan memastikan malakukan inspeksi secara berkala.
3. Setiap personil/pegawai harus diberikan pelatihan mengenai K3 yang sesuai
dengan lingkup dan tugasnya.
4. Setiap area yang mempunyai resiko dan kemungkinan terjadinya bahaya, harus
menyediakan petunjuk-petunjuk/informasi-informasi yang tepat cara penanganan dan
pencegah bahaya-bahaya yang mungkin terjadi. (Gbr 1.1 - 1.2-1.3-1.4)
5. setiap karyawan harus disediakan kebutuhan akan alat-alat pelindung diri, dilatih
bagaimana cara menggunakan, dan digunakan tempat yang seharusnya.
6. Bahan-bahan yang mudah meledak atau terbakar harus disimpan, diangkat dan
diperlakukan sedemikian rupa sehingga dapat dicegah dari kemungkinan terjadinya
kebakaran.
7. Alat-alat penyelamat harus tersedia diarea atau tempat-tempat yang
membutuhkan
8. Pekerjaan yang dilakukan diatas air harus menyediakan peralatan keselamatan,
seperti pelampung/life jacket yang mudah dijangkau dan diketahui oleh pegawai yang
berada dilokasi tersebut.
9. Peralatan/kendaraan sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu
kelayakannya
10. Pihak managemen proyek harus melakukan tinjauan managemen mangenai
safety secara berkala
11. Setiap personil saat bekerja dilapangan harus dilakukan secara berkelompok
12. Masing-masing kelompok harus disediakan sarana untuk berkomunikasi.
13. Pada saat bekerja pegawai disarankan mengenakan identitas pengenal
14. Semua pegawai dari pihak penyedia jasa untuk pekerjaan [isi : nama pekerjaan
& lokasi] diasuransikan kesehatannya oleh Perusahaan.

X. TANGGUNG JAWAB

I.  Manager Proyek


1. Menyetujui konsep instruksi safety yang akan dilaksanakan di proyek
2. Memimpin penerapan program K3 di proyek yang menjadi tanggung jawabnya
3. Memimpin rapat tinjauan managemen atau rapat koordinasi tentang pelaksanaan
program K3
4. Memimpin upaya peningkatan efektifitas dan efisien pelaksanaan program K3
II.  Penanggung Jawab Quality Assurance
1. menyusun konsep instruksi tentang safety yang sesuai dengan ruang lingkup
pekerjaan dan membahasnya bersama bagian-bagian yang terkait
2. Merekomendasikan konsep yang telah dibahas kepada manager proyek
3. memeriksa, memonitor, mengevaluasi pelaksanaan K3 ditingkat proyek.
4. Melaporkan penerapan dan pelaksanaan K3 di tingkat proyek  kepada Manager
Proyek
5. membuat resume tentang pelaksanaan K3
III. Pelaksana
1. Bertanggung jawab akan keselamatan karyawan yang berada dibawah
pengawasannya
2. Terjadi keadaan yang kurang aman, tidak aman atau darurat.
XI. Penangnan Kecelakaan
1. Tangani segera apabila ada kecelakaan kerja dan utamakan keselamatan jiwa
manusia.
2. Segera berikan pertolongan pertama pada kecelakaan sesuai dengan jenis
kecelakaan.
3. Apabila perlu, segera dibawa ke puskesmas/Dokter/Rumah Sakit yang telah
dirujuk pada alamat yang telah ditentukan.
4. Hubungi Kepolisiian, Babinsa setempat apabila kecelakaan tersebut memerlukan
pertolongan yang serius.
XII. Penanganan Bila Terjadi Kebakaran
1. Apabila terjadi kebakaran kecil agar ditangani sendiri dengan menggunakan
peralatan pemadam kebakaran
2. Beritahukan kepada personil yang berada dilokasi bahwa terjadi bahaya
kebakaran
3. Jika terjadi kebekaran besar yang tidak dapat ditangani sendiri, utamakan
manusia dengan memberitahukan agar menjauhi lokasi
4. Laporkan kejadian kebakaran kepada penanggung jawab safety
Catatan :
1. Jika lokasi pekerjaan banyak terdapat kayu-kayu kering, yang diperhatikan adalah :
 Dilarang membuang puntung rokok yang masih menyala sembarangan
 Bara-bara api/bekas api unggun harus dipastikan telah benar-benar padam
2. Peralatan pemadam api/fire extinguisher, harus disediakan pada tempat-tempat
rawan tertentu yang memerlukan.

XIII. Peralatan Keselamatan Kerja Pegawai

Setiap personil yang bertugas pada pelaksanaan pekerjaan, untuk paket pekerjaan
yang beresiko tinggi, terutama yang dilapangan wajib menggunakan peralatan
pelindung diri yang sesuai dengan satndart yaitu :
1. Helm proyek, disarankan dipakai setiap kelapangan dan diwajibkan dipakai pada
tempat-tempat yang beresiko tinggi terhadap kejatuhan/benturan material.
2. Sepatu proyek, dipakai setiap hari dilapangan/site
3. Pakaian seragam, dan identitas pengenal diri,.
4. Masker, jika bekerja didaerah yang beracun/berbau yang bisa mengakibatkan
terganggunya kesehatan.
5. Sarung Tangan, bila hal tersebut diperlukan (untuk tukang las diwajibkan)
6. Kacamata pelindung, jika hal tersebut diperlikan.

7. Body Protector (pelindung badan), apabila hal tersebut diperlukan (untuk tukang
las diwajibkan);
8. Life Jacket (pelampung), untuk bekerja diatas air diapakai setiap menggunakan
transportasi air.
9. P3K, ditempat-tempat yang memerlukan.
10. Perlengkapan P3K harus diperiksa kembali kelengkapannya setelah
dipergunakan.
11. Setiap pembantu pelaksana, pelaksana, koordinator, pengukuran harus
dilengkapi dengan sarana komunikasi;
12. memastikan sarana komunikasi berfungsi dengan baik;
13. Disediakan layout ruangan ditempat-tempat strategis

TARGET YANG INGIN DICAPAI :


 ZERO ACCIDENT
 MUST BE USE HELMET, SAFETY SHOES & OTHER SAFETY EQUIPMENT
 KEEP IN ORDER
 PROJECT CLEAN, NEAT AND HEALT
XIV. PEKERJAAN PENGUKURAN/PEMATOKAN

Untuk pegawai bagian pengukuran / Surveyor serta pematokan diharuskan


melaksanakan hal-hal sebagai brikut :
1. Mengenakan peralatan pelindung diri
2. Mengetahui layout daerah yang akan dikerjakan dengan memahami gambar
teknik yang menjadi tanggung jawabnya
3. Pada saat pelaksanaan dilapangan harus dipastikan apakah lokasi yang diinjak
adalah rawa atau bukan dengan cara menggunakan ranting yang ditusukkan ketanah.
4. Penguasaan terhadap peralatan yang digunakan
5. Membawa perlengkapan P3K, perlengkapan tidur/istirahat yang layak pakai,
tenda tidak tembus air, lindungi tempat berkemah dengan garam untuk menghindari
binatang-binatang hutan mendekat.
6. Bagi team perintis, patahkan batang-batang sebagai jejak untuk membantu agar
tidak tersesat pada waktu kembali.

XV. PEKERJAAN GALIAN DAN TIMBUNAN


1. Mengenakan peralatan pelindung sesuai dengan yang disyaratkan.
2. Operator mempunyai surat izin mengoperasikan peralatan.
3. Operator bekerja atas perintah pelaksana.
4. Operator harus mengetahui area yang akan digali atau ditimbun
5. Operator melaksanakan pengoperasian alat sesuai instruksi kerja yang berlaku
di proyek.
6. Menggunakan alat bantu jika diperlukan.
7. Operator bekerja dalam keadaan fit / sehat
8. Membuat rambu-rambu pengaman untuk menghindari kejadian kecelakaan
kerja.

XVI. PERJALANAN DAN FASILITAS TRANSPORTASI

Perjalanan dan fasilitas transportasi di/kelokasi pekerjaan dapat ditempuh dengan jalan
darat, untuk itu perlu diperhatikan.diwajibkan mengikuti hal-hal sebagai berikut :
1. Mengenakan peralatan pelindung / penyelamat sesuai dengan yang disyaratkan
2. Semua fasilitas transportasi terutama dump truck dan mobil harius operasi
dengan izin resmi dari pihak yang berwenang.
3. Semua pengemudi harus mempunyai SIM
4. Kendaraan harus dilengapi P3K secukupnya serta perbaikan kecil
5. Semua penggunaan transport harus menggunakan sabuk pengaman selama
perjalanan.
6. Kendaraan disarankan tidak melebihi kecepatan 60 Km /Jam
7. Pengoperasian kendaraan tidak boleh melebihi kapasitas.
Penanganan
Penanganan
PEMANTAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Umum

Menyadari kegiatan pembangunann ini diperkirakan akan menimbulkan dampak


penting terhadap lingkungan hidup, dan mengacu pada ketentuan Peraturan
Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 17 Tahun 2001 tentang jenis
usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan hidup (AMDAL).

Dari semua solusi penanganan yang akan di aplikasikan, perlu dikaji dari segala aspek,
termasuk aspek lingkungan. Kegiatan [isi : nama pekerjaan & lokasi] ini diperkirakan
akan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup, baik dampak positif
maupun negatif yang terjadi pada tahap pra konstruksi, tahap konstruksi maupun tahap
pasca konstruksi.

2. Komponene Lingkungan yang Harus Di Perhatikan


Komponen lingkungan yang harus diperhatikan pada kegiatan [isi : nama pekerjaan &
lokasi] adalah sebagai berikut :
 Komponen Fisik-Kimia : Komponen fisik-kimia mencakup kualitas air, udara,
kebisingan, erosi & longsor, Tata Guna Lahan.
 Biologi : Komponen biologi meliputi fauna air/darat dan flora air/darat yang
berkaitan langsung dengan kegiatan penghijauan (Revegetasi) de sekitar lokasi proyek.
 Sosial Ekonomi Budaya : Komponen ekonomi, sosial budaya meliputi
kesempatan kerja dan berusaha, kerusakan jalan, keselamatan & kesehatan kerja (K3),
gangguan kamtibnas/keresahan masyarakat, persepsi masyarakat.
3. Pelaksanaan Kegiatan 

a. Komponen Air
- Kualitas Air
Parameter yang akan dianalisa dalam pendugaan dampak terhadap kualitas air sungai
diantaranya adalah kandungan sedimen dalam perairan. Kandungan sedimen di amati
melalui pengambilan contoh air pada sungai yang selanjutnya ditetapkan berdasarkan
metode

Laboratorium. Metode analisis kualitas air disesuaikan dengan metode yang ditetapkan
oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Kep/MenLH/10/1995.

Contoh air yang diambil sesuai dengan keperluan analisis masing-masing parameter.
Semua contoh senantiasa dijaga kualitasnya dengan cara diawetkan dan atau disimpan
dalam cool box yang dirancang khusus untuk keperluan analisis masing-masing
parameter, yang selanjutnya dianalisis di laboratorium.
 Kualitas Air Permukaan : Kualitas air permukaan berupa air sungai yang
terdapat pada areal lokasi pembangunan / pekerjaan parameter contoh yang diambil
terlebih dahulu disepakti bersama oleh Direksi.
 Kualitas Air Tanah : Kualitas air tanah diambil dari dua lokasi yaitu pada
permukiman penduduk (sumur dangkal dan sumur dalam) contoh air tersebut kemudian
diuji di laboratorium. parameter contoh yang diambil terlebih dahulu disepakati bersama
oleh Direksi
Periode pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan selesai konstruksi. Dengan
metode pengelolaan lingkungan.
 Kegiatan Konstruksi Fisik : Kontraktor melakukan pengaturan pelaksanaan
pekerjaan dengan baik. Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama
kegiatan konstruksi berlangsung. Lokasi pemantauan disekitar lokasi pemukiman
sebanyak 3 titik.
Kualitas Udara (Debu) : Parameter yang dipantau adalah tingkat kadar debu diudara
dengan menggunakan dust sampler data yang ada dianalisis dan dibandingkan dengan
baku mutu. Periode pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan selesai
konstruksi. Dengan metode pengelolaan lingkungan.
Kebisingan
Parameter yang dipantau adalah tingkat kebisingan dengan menggunakan sound level
meter. Data yang ada di analisis dan dibandingkan dengan baku mutu. Periode
pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan selesai konstruksi, dengan metode
pengelolaan lingkungan.
a. Kegiatan Mobilisasi alat dan bahan
 Pemilihan jalur yang tidak padat penduduknya
 Melakukan penyiraman secara periodik pada lokasi yang dekat dengan
pemukiman
 Mengatur kecepatan kendaraan angkut tidak lebih dari 30 km/jam
b. Kegiatan Konstruksi Fisik
 Kontraktor melakukan pengaturan pelaksanaan pekerjaan dengan baik
 Dengan frekuensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi
berlangsung
 Lokasi pemantauan disekitar lokasi permukiman sebanyak 3 titik.
Erosi dan Sedimentasi
Parameter yang dipantau adalah laju erosi/sedimentasi dan luas areal & jumlah pemilik
lahan yang longsor dengan pengamatan langsung dilapangan dan data yang didapat
dianalisis dengan metode USLE.
Periode pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan selesai konstruksi dengan
metode pengelolaan lingkungan :
1. Pada tempat yang miring dibuatkan terasering
2. Membuat parit-parit/saluran untuk mengalirkan air
3. Melakukan perawatan dan pengerasan jalan
Dengan frekuwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi
berlangsung, lokasi pemantauan disekitar lokasi permukiman sebanyak 3 titik.
Tata Guna lahan 
Parameter yang dipantau adalah perubahan fungsi tata guna lahan dengan cara
pengambilan sample tanah dan air dilapangan sample dianalisis dilaboratorium Data
yang ada dibandingkan dengan kondisi awal. Periode pengelolaan sejak tahap
konstruksi sampai dengan selesai konstruksi. Dengan metode pengelolaan lingkungan :
 Melakukan kegiatan secara bertahap dengan memperhatikan kemiringan lahan
 Pada tempat yang miring dibuatkan terasering
 Membuat parit-parit/saluran untuk mengalirkan air
Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi
berlangsung. Lokasi pemantauan disekitar lokasi quarry dan borrow area sebanyak 3
titik.
Komponen Biologi
- Fauna & Flora AIr / Darat
Parameter yang dipantau adalah perubahan komposisi dan keberadaan fauna & flora
air/darat dengan cara pengamatan dan pencatatan di lapangan. Data yang ada
dianalisis secara deskritif. Periode pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan
selesai konstruksi. Dengan metode pengelolaan lingkungan :
   * Penanaman Berbagai jenis tanaman
   * Pemberian pupuk dan menyiram secara teratur
   * Memelihara dan mengganti tanaman yang mati
   * Jenis tanaman : Tanjung, Akasia, Jatimas, Palem, Mahoni dll.
Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi
berlangsung. Lokasi pemantauan disekitar lokasi quarry dan borrow area.
Sosial Ekonomi Budaya
- Kesempatan kerja & Berusaha
Parameter yang dipantau adalah jumlah tenaga yang terserap, jumlah tenaga kerja
yang dibutuhkan sesuai kualifikasi. Di analisa dengan mengadakan kunjungan
lapangan. Data yang ada dianalisis dengan tabulasi frekuensi secara deskritif kualitatif.
Periode pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan selesai konstruksi. Dengan
metode pengelolaan lingkungan. 
   * Memprioritaskan penduduk lokal sebagai tenaga kerja
   * Memberi kesempatan berusaha kepada penduduk sekitar pada tahap konstruksi
Dengan frekuwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi
berlangsung. 
- Kerusakan Jalan
Parameter yang dipantau adalah jenis alat berat yang digunakan, kondisi prasarana
jalan, frekuensi pengangkutan, tingkat kerusakan jalan dan jembatan, pelaksanaan
perbaikan jalan. Di analisa dengan pengamatan lapangan, Data yang ada dianalisa
secara deskritif kualitatif. Periode pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan
selesai konstruksi. Dengan metode pengelolaan lingkungan :
   * Menggunakan route jalan yang sesuai dengan bebab kendaraan
   * Mengatur trip pengangkutan bahan dan alat
   * Kendaraan yang mengangkut bahan dan alat tidak melebihi kapasitas angkutnya
   * memperbaiki kerusakan jalan yang dilalui
Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi
berlangsung. Lokasi pelaksanaan di jalur transportasi yang dipakai sebagai jalur
mobilisasi kendaraan.
- Kesehatan & Keselamatan Kerja Karyawan
Parameter yang dipantau dengan pengamatan lapangan, wawancara dengan pekerja.
Di analisa dengan pengamatan lapangan. Data yang ada dianalisa secara deskritif
kualitatif. Periode pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan selesai
konstruksi. Dengan metode  pengelolaan lingkungan :
   * Menyusun SOP pelaksanaan pekerjaan konstruksi 
   * Menggunakan tenaga operator yang memiliki sertifikat 
   * Melengkapi tenaga kerja dengan peralatan keselamatan kerja 
   * Menempatkan rambu-rambu tanda bahaya di lokasi berisiko tinggi 
   * Melakukan pengawasan secara rutin setiap hari
Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi
berlangsung. Lokasi tapak proyek.
- Keresahan Masyarakat/Gangguan Kamtibmas
Parameter yang dipantau adalah tingkat gangguan keamanan, tingkat kasus pencurian
yang terjadi Di analisa dengan pengamatan lapangan. Data yang ada dianalisa secara
deskritif kualitatif. Periode pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan selesai
konstruksi. Dengan metode pengelolaan lingkungan :
   * Sosialisasi rencana kegiatan pada masyarakat sekitar 
   * Menempatkan petugas pengamanan dilokasi proyek 
   * Melakukan patroli keamanan secara rutin 
   * Melakukan koordinasi dengan aparat polsek
   * Mewajibkan masyarakat / tamu yang masuk ke lokasi dengan menggunakan kartu
identitas 
Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi
berlangsung.
- Persepsi Masyarakat
Parameter yang dipantau adalah persepsi dan keresahan masyarakat dianalisa dengan
pengamatan lapangan. Data yang ada dianalisa secara deskritif kualitatif. Periode
pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan selesai konstruksi. Dengan metode
pengelolaan lingkungan :
   * Mengelola berbagai dampak negative yang timbul 
   * Melakukan pendekatan terhadap masyarakat 
   * Memprioritaskan tenaga kerja local
   * Menjaga keamanan dan ketertiban di dalam dan sekitar tapak proyek 
   * Memperhatikan aspirasi masyarakat
Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi
berlangsung. Di Lokasi pelaksanaan di permukiman disekitar lokasi proyek.

Anda mungkin juga menyukai