Sebagai langkah awal dari objek penelitian, terlebih dahulu penulis akan
memaparkan data-data yang akan diteliti dalam bentuk data detail dari kapal
1. Ship Partikular
Flag : Panama
DWT : 30,500 MT
LOA : 179,82 M
LBP : 171,00 M
1
2
lain yaitu tentang ISM Code yang di terapkan di atas kapal MT. Vijayanti.
Dari statistik, diketahui bahwa sekitar 80% dari semua kecelakaan kapal
Berdasarkan hal tersebut maka harus dibuat sistem manajemen yang mampu untuk
memiliki ketrampilan serta sarana penunjang yang cukup. Perlu kiranya disadari
bahwa keputusan yang diambil di atas kapal, dimana keputusan tersebut harus
(IMO) mengeluarkan peraturan baru ISM Code sebagai alat untuk menstandarkan
“Safe Management for Operation of Ship and Pollution Prevention“ dan menjadi
BAB IX SOLAS 74/78, yaitu “Management for the Safe Operation of Ship”. ISM
5
code adalah peraturan yang dihasilkan oleh IMO dengan revolusi A 741 (18) pada
polusi. Yang dimaksud dengan manajemen disini adalah proses kegiatan perusahaan
di terminal, di atas kapal. Adapun tujuan dari ISM Code adalah untuk menetapkan
Pada tahun 1994, ditetapkan pula satu chapter baru dalam solas
Dari alasan-alasan tersebut dituntut suatu kondisi kerja yang aman bagi
awak kapal, kelestarian alam serta masing-masing awak kapal mempunyai tugas
yang jelas.
maritim.
6
kurang.
dikapal, serta didarat dalam membentu team work yang harmonis dalam
pencemaran.
perusahaan pelayaran.
B. Analisa Permasalahan
ISM Code di atas kapal MT.Vijayanti / 3FKI8 merupakan kisah klasik dalam
pengoperasian kapal. Berkaitan hal tersebut maka di atas kapal sering terjadi
kesadaran diri serta minimnya pengetahuan dan pengalaman, selain hal tersebut
kecelakaan memang tidak lepas dari faktor manusia. Manusia sebagai pelaku
utama dalam pekerjaan, tidak ada satu kegiatan pun yang lepas sama sekali dari
2) Safety meeting
8
pada crew saat bekerja adalah berkaitan dengan lemahnya sistem manajemen
keselamata.
di atas kapal.
dapatkan yaitu:
Dalam berbagai aktivitas atau kegitan kerja, masih banyak ditemukan anak
buah kapal yang tidak menggunakan alat keselamatan kerja seperti helm,
safety belt, safety shoes, sarung tangan, atau lainnya saat melakukan kerja di
9
deck, di kamar mesin atau aktivitas lain yang mengandung resiko, yang
pada saat kegiatan bongkar muat biasanya pump man sebelum pelaksanaan
pada pintu masuk atau dinding di luar ruangan sudah jelas – jelas tertuliskan
terjadi di deck, di kamar mesin juga penulis melihat bahwa crew yang
dengan baik dan benar, sebagai contoh, ada sebagian crew dan bahkan
shoes.
Dalam hal ini penulis melihat selam melaksanakan praktek di atas kapal
dalam hal ini penulis jumpai bahwa pelaksanaan drill – drill keselamatan
hanya pada saat akan diadakan audit, baik itu internal audit dan external
audit. Selain hal tersebut, penulis juga sering jumpai diabaikannya pengisian
/ pelaksanaan chek list – chek list yang ada, penulis jumpai dalam pengisian
chek list hanya dilakukan sebagai formalitas belaka. Fakta lain yang penulis
dapatkan adalah dalah hal safety meeting, yang seharusnya safety meeting
meeting tersebut tidak dilaksanakan dan hanya dibuat recordnya saja, seolah
kapal secara orang per orang berkaitan dengan hal tersebut di atas. Adapun
Tabel I
Data Awak Kapal MT. Vijyanti yang Pernah Mengikuti Seminar ISM Code
ISM Code yang di buat oleh perusahaan belum mencapai hasil optimal
karena dari 30 (tiga puluh) orang awak kapal MT. Vijayanti hanya sembilan
orang atau sekitar 30% dari keseluruhan awak kapal yang telah mengalami
dan mempunyai sertifikat bahwa telah mengikuti seminar ISM Code yang
dilaksanakan oleh instansi yang ditunjuk, 13 orang awak kapal tau sekitar
awak kapal atau sekitar 26% sama sekali tidak mengetahui tentang
kapal. Dan biasanya pihak perusahaan akan mengirimnya apabila kapal akan
Fakta yang penulis dapatkan, bahwa sebagian crew kapal tidak mengetahui /
memahami alat, cara penggunaan, serta letak dari alat – alat keselamatan
tersebut.
7. Ketidak seriusan pada saat pelaksanaan familiarisasi pada crew yang baru
Fakta yang penulis dapatkan adalah pada saat awak kapal baru naik kapal,
familiarisasi jarang dilakukan oleh safety officer, yaitu mualim tiga, tetapi
dalam chek list familiarisasi ditulis bahwa awak kapal yang bersangkutan
Selain itu wak kapal yang bersangkutan malas untuk membaca manual book
sebagai tanda bahwa awak kapal tersebut telah membaca dan memahami isi
gambaran bahwa kelemahan pada sistem ini, bersumber pada sumber daya
ISM Code menentukan berhasil atau tidaknya program keselamatan kerja di atas
kapal,.dan untuk mengubah pola piker sumber daya manusia dari pola pikir
keselamatan dibuat adalah untuk kebutuhan kita dan menjadi pedoman dalam
keras dan kesabaran yang tinggi, karena kesadaran dari setiap individu untuk
yang di alami oleh para crew. Hal ini sapat dibuktikan dengan data yang penulis
Tabel II
Waktu
Nama Jabatan Uraian Kasus Penyebab Keterangan
NO Kejadian
Korban tidak Human
Kaki lecet terkena
1 Juli 2005 Samino 2nd Engineer memakai
panas boiler
wearpack error
Korban tidak
2 Kepala terbentur Human
Agustus 2005 Saefuddin Pump Man memakai helm
pipa cargo di deck error
Dari hasil analisa tersebut sekitar 80% dari kecelakaan diatas adalah
faktor human error . Dan lebihnya merupakan faktor luar atau faktor pendukung
saja. Dimana ada kondisi yang dapat membahayakan dan permasalahan dalam
9. Terkena radiasi
penggunaan alat pelindung diri pada para pekerja, sehingga mereka enggan
b. Panas
c. Sesak
a. Ketidakmengertian
c. Alasan bahaya
Keinginan untuk disiplin tidak akan terjadi apabila crew itu sendiri
tinggi apabila pekerja bekerja dengan memenuhi peraturan dan ketentuan yang
memberi anjuran dan kalau perlu hukuman yang tepat oleh kepala kerja demi
kepentingan bersama.
17
penting. Karena harus mengerti apa yang akan dilakukan dan resiko-resiko
bahayanya yang akan dihadapi, jika pekerja sudah paham, maka pekerja
pekerjaan.
pengetahuan dan pengalaman yang memadai, hal ini dimaksudkan agar dalam
C. Pembahasan Masalah
niaga sangat beresiko tinggi, untuk itu Direktorak Jenderal Perhubungan Laut
kecelakaan yang akhir –akhir ini sering terjadi dan untuk mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan.
tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur.
kerugian-kerugian bagi semua pihak baik bagi crew itu sendiri maupun bagi
seperti luka / memar, cacat, bahkan dapat menyebabkan kematian, dan kerugian
human error dan diikuti oleh faktor pendukung lainnya seperti peralatan
berawal dari reaksi manusia. Maka awal yang baik jika akan memperbaiki suatu
sistem, khususnya sistem keselamatan dan keamanan, tidak salah kalau kita
Dari uraian di atas, dapat kita lihat bahwa faktor manusialah yang
2. Pendidikan dan latihan, yaitu institusi yang mendidik, melatih personil yang
kerja terlatih.
20
dan sehat secara medis, menunjukan bahwa implementasi STCW sangat serius
terhadap pelaksanaan ISM Code. Artinya apabila personil yang bekerja dikapal
standar kompensasi dan tingkat kesehatannya tidak ditentukan oleh suatu aturan
internasional yang mengikat, maka dapat dipastikan bahwa pelaut yang satu
yang berbeda.
dengan beberapa kelayakan yang berupa tes atau pengujian terhadap mind
fit dan body fit ,keduanya dilaksanakan dengan baik dan hasilnya harus
trainee sehingga tercipta generasi baru yang bermutu. Usaha yang umumnya
21
resmi / legal
b). Motivasi
sesuai dengan aturan kerja dan keselamatan yang telah diterapkan.hal ini
berprestasi.
sasaran adalah:
maritime, yaitu :
Standarts) Convention ]
teritorialnya.
apabila telah disurvey atau diaudit oleh orang yang berwenang dan
Seperti yang tertera dalam ISM Code appendix 3(a) sebagai berikut :
jawab tersebut.
catatan penting di atas kapal harus selalu dimonitor dengan baik oleh
audits, fungsi dari itu adalah sebagai bukti bahwa kapal telah
peraturan internasional.
26
mengerti dan dapat mengevaluasi diri mereka sendiri tentang isi dari
melaksanakannya.
Alat ini harus digunakan kapan saja dalam berkerja yang berguna
untuk
kecelakaan, terutama :
pengaman.
tinggi.
karat.
kebisingan. Ear plugs dari karet dari karet atau plastik juga punya
saluran telinga.
efektif. Ear muff terdiri dari sepasang rigid cups (mangkok kaku)
sound seal disekitar telinga tetap terjaga. Untuk itu diperluka saran
deck atau tempat lain yang terdapat resiko terjatuh dari ketinggian 2
7). Gloves
yang kasar atau tajam, hot resistant gloves yang terbuat dari karet,
sintetik atau PVC ketika menangani asam, alkalis, oli, solvent, dan
keefektifan pegawai.
manajemen.
yakni :
pelatih
sikap.
iii). Tingkat tingkah laku kerja : perubahan pada tingkah laku kerja
untuk individu.
32
dan bukan merupakan hasil dari alasan lain yang tidak ada
yang sangat kecil bila dibandingakan luas dari laut kita, maka transportasi
laut kita pelu sekali untuk dikembangkan, begitu juga dengan sistem
1). Tiap kapal yang berlayar ke perairan luar harus dilengkapi dengan
peraturan pemerintah.
pemerintah.
1). Semua peralatan baik yang tetap dan yang dapat dilepas harus
2). Awak kapal dan sebanyak yang diperlukan dan mungkin juga
internasional.
ini.
diijinkan.
dan dengan surat yang telah ditanda tangani dan diberi kepada
kepada syahbandar.
alas an - alasan.
d. Ketidak cakapan nahkoda dan perwira kapal, pasal 25, hal 25, yaitu :
1). Jika pada pemilik kapal, apakah ada hubungan atau dengan tidak
berikut :
bersangkutan
ditempat kerja.
tenega kerja.
sebagai berikut :
di tempat kerja.
mencari penyelesaian dari fakta – fakta yang ditemukan pada bab sebelumnya,
seluruhnya disebabkan oleh kelalaian manusia dan untuk itu dibuatlah suatu
atas kapal, nakhoda sebagai pimpinan tertinggi perlu membuat sebuah prosedur
Management System (SMS) ini, akan tercipta suatau komunikasi timbale balik,
sehingga para awak kapal akan mengerti satu sama lain berkaitan dengan peran
dan tugasnya masing – masing di atas kapal, dan tidak terjadi dualisme dalam
pelaksanaan tugas. Apabila masing – masing awak kapal mengerti akan peran,
tugas dan tanggung jawabnya, maka akan tercipta suasana kerja yang sehat dank
an timbul kerja sama yang baik diantara awak kapal dan dengan demikian
pemerintah akan memiliki keandalan dan citra yang baik, Atau dengan adanya
sistem manajemen keselamatan dan keamanan yang teratur pada kapal dan
terencana, maka akan didapatkan hasil yang memuaskan yaitu kapal akan selalu
perjalanan kapal tidak terhambat karena berbagai macam hal. Sehingga pihak
pencharter dan pemilik muatan pun akan merasa puas karena tidak ada