Anda di halaman 1dari 18

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Deskripsi Data.


3.1.1 Profil PT. Lumoso Pratama Line.
PT. LUMOSO PRATAMA LINE ( LUMOSO SHIPPING ) adalah perusahaan
pengiriman Dry Bulk yang didirikan pada tahun 2008. PT. LUMOSO PRATAMA
LINE ( LUMOSO SHIPPING ) adalah perusahaan yang terafiliasi dengan PT.
TANTO INTIM LINE ( TANTO LINE ). Di bawah kepemimpinan Mr. Rachmat
Koencoro hanya dalam 1 tahun perusahaan memiliki 4 kapal yaitu MV.
VICTORIA I, MV. LUMOSO KARUNIA, MV. LUMOSO BERKAT, dan MV.
LUMOSO PERMAI.
Sebagai perusahaan yang berkembang pesat PT. LUMOSO PRATAMA LINE
(LUMOSO SHIPPING) menempatkan proses perbaikan yang berkelanjutan
disemua aspek dalam kegiatan di PT. LUMOSO PRATAMA LINE ( LUMOSO
SHIPPING. Peningkatan kualitas dan keamanan armada dan sumber daya manusia
selalu menjadi focus utama PT. LUMOSO PRATAMA LINE ( LUMOSO
SHIPPING ) dalam menghadirkan kinerja yang konsisten dan dapat di andalkan.
Perusahaan kemudian melanjutkan kinerjanya untuk lebih menciptakan kepuasan
pelanggan dan mengembangkan kepercayaan. Hasilnya terlihat dengan semakin
kuatnya perusahaan, meskipun menghadapi lingkungan pasar yang sangat
diperebutkan.
Pada tahun 2019 perusahaan yang dimiliki total 20 kapal dari berbagai jenis dan
kapasitas, mulai dari dwt 45.000 sampai dengan dwt 78.000 dan salah satunya
MV. LUMOSO PERMAI dimana penulis melaksanakan praktik laut di MV.
LUMOSO PERMAI dibangun pada 1994 oleh Kanasashi Shipbuilding Co.,Ltd.
Japan, Tokyo. Kapal ini memiliki track yang tramper artinya trek yang berubah
ubah, kapal ini memiliki 5 palka dan 4 Crane Deck yang selama ini di gunakan
untuk memuat Mineral Ores ( Nickel, Iron, Bauxite ), Batu bara, Concentrate
Minerals ( Copper ), Semen.
ISM ( International Safety Management ) Code telah diberikan kepada PT.
LUMOSO PRATAMA LINE ( LUMOSO SHIPPING ) pada tahun 2010, bersama
dengan ISO 9001-2000 pada tahun 2011, ISO 14001 dan OHSAS 18001 pada
tahun 2015.

19
20

3.1.2 Visi dan Misi Perusahaan.


1. Misi.
Untuk memenuhi semua jenis kebutuhan pelanggan dan memenuhi
komitmen apa pun kepada pelanggan.

2. Visi.
Menjadikan perusahaan transportasi laut nasional kelas satu yang melayani
pengiriman curah kering domestic dan internasional.
3.1.3 Struktur Organisasi MV. LUMOSO PERMAI.
Ditempat penulis melaksanakan praktik laut terdapat struktur organisasi guna
mempermudah penulis akan memaparkannya sebagai berikut ini.

Bagan 3.1 Struktur Organisasi Bagan deck MV. LUMOSO PERMAI.

MASTER
Capt. Khairil Anwar

C/O 2/O 3/O


Herdiyanto Riki Joey Allen E

Boatswain
Alimuddin la Oding

AB 1 AB 1 AB 3 O/S Cadet Deck


Ardi Wahyono Ismanto Cristian Naray Ferry Ramadhanie

Sumber : MV. LUMOSO PERMAI


21

1. Ship Particular.
NAME OF VESSEL : MV. LUMOSO PERMAI
NATIONAL : INDONESIA
PORT OF REGISTER :JAKARTA
CALL SIGN :JZJV
IMO NUMBER :9106728
MMSI :525013032
CLASSIFICATION :BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
OWNER :PT. LUMOSO PRATAMA LINE
PLACE BUILD :TOKYO JAPAN
DATE OF BUILD :JUNI 1994
TYPE OF SHIP :BULK CARRIER
LOA : 188.33 M
BREADTH : 31.00 M
DEPTH : 16.30 M
FULL LOAD DRAFT : TROPICAL : 11.609 M
SUMMER : 11.373 M
WINTER : 11.137 M
TONNAGE : GROSS : 26.040 T
NETTO : 14.870 T
D.W.T : 45.216 T
MAIN ENGINE : KOBE DESIEL Co.Ltd 6UEC52LS 10,800PS
(7,943kw) x 120 RPM. B520 x S1850 mm
AVERANGE SPEED : 13,5 Kts
HATCH COVER SIZE : NO.1 : 17,4 x 18,0 M
NO.2 : 20,30 x 18,0 M
NO.3 : 20,30 x 18,0 M
NO.4 : 20,30 x 18,0 M
NO.5 : 20,30 x 18,0 M
22

CARGO OF CAP : GRAIN NO.1 : 9905,23 m3


NO.2 : 12382,96 m3
NO.3 : 12061,92 m3
NO.4 : 12334,42 m3
NO.5 : 11463, 96 m3
TOTAL : 58148,49 m3
BALE NO.1 :9529,87 m3
NO.2 : 11963,43 m3
NO.3 : 11677,69 m3
NO.4 : 11909,92 m3
NO.5 : 11169,55 m3
TOTAL : 56250,46 m3
SHIPS e-mail : lumosopermai@gmail.com
23

2. Crew List.
Dikapal tempat penulisan praktik terdapat 24 crew untuk mempermudah
pembaca memahaminya maka penulis akan membuat table sebagai berikut ini.
Tabel 3.1 Crew List.
24

3.2 Pembahasan dan Pemecahan Masalah.


Dalam pembahasan ini penulis mengungkapkan berbagai penyelesaian dari masalah –
masalah yang telah teridentifikasi yang dibahas. Selain itu, pembahasan ini yang
memberikan jawaban terhadap masalah yang akhirnya akan mengarahkan kepada
kesimpulan yang akan diambil.

3.2.1 Kurangnya pengetahuan Crew Deck tentang ISM ( Internasional Safety


Management ) Code di kapal MV. LUMOSO PERMAI.
Karena kurangnya kesadaran Crew Deck menerapkan ISM ( International
Safety Management ) Code yang mengacu pada prosedur dalam SMS ( Safety
Manajement System ). Sistem manajemen keselamatan erat bersangkutan
dengan peningkatan produksi dan produktivitas. Produktivitas merupakan
perbandingan diantara hasil (output) dan upaya yang digunakan (input).
Sistem manajemen keselamatan dapat membantu peningkatan produksi dan
produktivitas atas dasar :
1. Dengan tingkat manajemen keselamatan yang tinggi, kecelakaan –
kecelakaan yang menjadi sebab sakit, cacat dan kematian dapat
dikurangi atau ditekan sekecil mungkin, sehingga pembiayaan yang
tidak perlu dapat dihindari.
2. Tingkat manajemen yang tinggi sejalan dengan pemeliharaan dan
penggunaan peralatan kerja dideck yang produktif dan efisien dan
bertalian dengan tingkat produksi dan produktivitas yang tinggi
3. Pada berbagai hal, tingkat manajemen keselamtan yang tinggi
menciptakan kondisi – kondisi yang mendukung kenyamanan serta
gairah kerja, sehingga faktor “human error” dapat diserasikan dengan
tingkat efisiensi yang tinggi
4. Praktek keselamatan tidak bias dipisah – pisahkan dari keteramilanm
keduanya berjalan sejajar dan merupakan unsur esensial bagi
kelangsungan proses produksi.
5. Manajemen keselamatan yang dilaksanakan sebaik – baiknya dengan
partisipasi perusahaan dan crew akan membawa iklim keamanan dan
ketenangan kerja, sehingga sangat membantu bagi hubungan crew dan
perusahaan yang merupakan landasan kuat bagi terciptanya
kelancaran produksi dan produktivitas.
Secara berkesinambungan dengan meningkatkan kesadaran crew khususnya
Rating deck akan pentingnya ISM ( International Safety Management ) Code
yang mengacu pada SMS ( Safety Manajement System ) didarat dan diatas
kapal.
Crew atau awak kapal dari beberapa bagian masing – masing mempunyai
tugas dan tanggung jawab sendiri dan tanggung jawab utama terletak di
25

tangan Master atau Nahkoda selaku pimpinan di atas kapal. Sesuai dengan
berlakunya Amandemen STCW ( Standart Of Training Certification and
Watchkeeping ) maka Mentri Perhubungan menetapkan peraturan dalam
bentuk Keputusan Mentri Perhubungan No.70 Tahun 1998 Tanggal, 21
Oktober 1998 Tentang Pengawakan Kapal Niaga.
Pada BAB II Pasal 2 ayat (1) dan (2) bahwa pada setiap kapal niaga yang
berlayar harus di awaki dengan susunan terdiri dari : Seorang Nahkoda,
sejumlah perwira, sejumlah rating. Susunan awak kapal didasarkan pada :
daerah pelayaran, tonase kotor kapal ( Gross Tonnage / GT ) dan ukuran
tenaga penggerak kapal ( kilowatt / KW ). Pada pasal 8 menetapkan dan
memperjels bahwa awak kapal yang mengawaki kapal niaga sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut
1. Bagi Nahkoda, Mualim atau Masinis harus memiliki sertifikat
keahlian pelaut yang jenis dan tingkat sertifikatnya sesuai dengan
daerah pelayaran, tonase kotor dan ukuran tenaga penggerak kapal dan
memiliki sertifikat keterampilan pelaut.
2. Bagi radio operator harusnya memiliki sertifikat keahlian pelaut
bidang radio yang jenis dan tingkat sertifikatnya sesuai dengen
peralatan radio yang ada di kapal dan memiliki sertifikat keterampilan
pelaut.
3. Bagi rating harus memiliki sertifikat keahlian pelaut dan sertifikat
keterampilan pelaut yang jenis sertifikatnya sesuai dengan jenis tugas
ukuran dan jenis kapal serta tata susunan kapal.
Dari peraturan STCW ( Standart Of Training Certification and Watchkeeping)
dan Mentri Perhubungan sudah di jelaskan seluruh crew yang ada di dek
maupun di mesin wajib sebelum bekerja di atas kapal wajib mengikuti diklat
keterampilan ISM ( International Safety Management ) Code dan memahami
isinya agar SMS ( Safety Manajement System ) diatas kapal berjalan dengan
baik dan meminimalkan angka kecelakaan kerja.

3.2.2 Kurangnya kesadaran Crew Deck akan pentingnya ISM ( Internasional


Safety Management ) Code.
Karena kurangnya kesadaran Crew Deck akan pentingnya ISM ( International
Safety Management ) Code, berdasarkan bahwa pentingnya pelaksanaan ISM
( International Safety Management ) Code diatas kapal MV. LUMOSO
PERMAI sangatlah wajib untuk dipahami dan dilaksanakan oleh semua awak
kapal, agar semua awak kapal terhindar dari kecelakaan kerja diatas kapal.
1. Penyimpangan dari penerapan ISM ( International Safety
Management) Code
Dalam pelaksanaan dan penerapan Safety Management System untuk
meningkatkan peranan ISM ( International Safety Management ) Code
26

masih terdapat penyimpangan – penyimpangan baik perusahaan atau


pihak kapal masih banyak terjadi kejadian seperti :
a. Kecelakaan kerja
b. Pencemaran lingkungan
c. Bahaya kebakaran
d. Kerusakan terhadap kapal
e. Pembagian kerja yang tidak proposional
f. Awak kapal kurang memahami prosedur keadaan darurat.
Dari kejadian – kejadian tersebut diatas berarti menimbulkan suatu
kerugian bagi pihak perusahaan maupun kru kapal yang meliputi :
a. Biaya pengobatan
b. Biaya kompensasi
c. Kerusakan kapal dan peralatan
d. Kapal delay
e. Lingkungan rusak yang menyebabkan biaya resmi pemulihan
f. Penyewaan alat – alat sementara.
2. Peningkatan kesadaran ABK dan Perwira
Dalam meningkatkan dan para kru diatas kapal, perlu adanya suatu
dorongan moril dan berupa :
a. Pemberian bonus tahunan bagi kru diatas kapal.
b. Penetapan standar gaji yang memadai.
c. Menciptakan hubungan yang harmonis antara perwira dengan
para ABK.
3. Pengawasan oleh para perwira kapal
Dalam hal ini Nahkoda selaku pimpinan diatas kapal berperan aktif
dalam mengawasi kegiatan yang dilakukan diatas kapal, termasuk
kerja harian dideck maupun dikamar mesin. Pengawasan –
pengawasan yang harus dilakukan oleh perwira diatas kapal dalam
penerapan ISM ( International Safety Management ) Code yaitu :
a. Pelaksanaan kerja.
Perwira kapal khususnya mualim I harus mengawasi kegiatan
para kru dalam kerja, apakah ada kemungkinan – kemungkinan
untuk terjadi kecelakan, dan alat keselamatan apa yang
digunakan.
b. Pencegahan pencemaran.
Chief Engineer sebagai kepala kerja mesin harus tahu hal-hal
mengenai pembungana limbah berdasarkan peraturan
MARPOL 73/78. Pada saat bungker mengecek apakah ada
tumpahan minyak dan menutup saluran pembuangan apabila
ada tumpahan minya dideck.
c. Proses bongkar muat.
27

Mualim I harus benar – benar tahu GM (Gravitasi Metasentrik)


yang sesuai untuk melaksanakan pelayaran dan melalukan
pengawasan dalam menentukan penyusunan muatan, sehingga
terciptanya stabilitas kapal yang baik untuk melaksanakan
operasional pelayaran yang baik.
d. Latihan prosedur darurat.
Dalam melakasankan latihan – latihan prosedur darurat
hendaknya perwira memberikan arahan dan pengawasan
kepada setiap kru agar bias dan mampu menggunakan alat
keselamatan dan tahu tanggung jawabnya selama kegiatan
berlangsung.
4. Pengawasan yang dilakukan secara maksimal oleh perusahan.
Pada saat kapal berlabuh atau sandar dipelabuhan (khususnya
pelabuhan LBE Salira Merak ),Pihak perusahaan mengunjungi kapal
dan melakukan pengawasan terhadap seluruh kru kapal dalam hal
penerapan pelaksanaan ISM ( International Safety Management ) Code
diatas kapal. Pihak perusahaan tersebut mengawasi secara langsung
sejauh mana kapal telah menjalankan ISM ( International Safety
Management ) Code. Bila terdapat kejanggalan, pihak perusahaan
tidak segan – segan menegur para perwira diatas kapala khususnya
Nahkoda agar penerapan ISM ( International Safety Management )
Code benar – benar dilaksanakan dan dapat dipertanggung jawabkan
pihak kapal terhadap pihak perusahaan. Manajemen perawatan yang
harus dilaksanakan dengan benar, didalamnya menjelaskan bahwa :

a. Perusahaan tetap menetapkan prosedur untuk menjamin bahwa


kapal tetap terpelihara sesuai dnegan ketentuan dari peraturan
lainnya serta setiap persyaratan tambahan yang mungkin
ditetapkan oleh perusahaan.
b. Dalam memenuhi persyaratan yang dimaksud, perusahaan
harus menjamin bahwa :
1. Pemeriksaan diselenggarakan pada interval yang sesuai.
2. Setiap ketidak sesuaian dilaporakan dengan kemungkinan
penyebabnya jika diketahui.
3. Tindakan perbaikan yang sesuai untuk dikerjakan.
4. Pencatatan dari kegiatan – kegiatan dimaksud tetap
dipelihara.
c. Perusahaan harus menetapkan prosedur dalam sistemateknis
terhadap Kegagalan operasial yang mengakibatkan keadaan
bahaya. Sistem manajemen harus di lengkapi untuk tindakan
spesifik yang di tujukan meningkatkan kemampuan dari
28

perlengkapan atau sistemnya. Tindakan tersebut termasuk


pengujian secara regular dari penataan dan perlengkapan
yang siap pakai secara terus menerus. Penataan dan pengujian
hendaknya menjadi suatu rencana dan jadwal rutin selama
perlengkapan yang siap pakai dipergunakan secara terus –
menerus, sedangkan keberadaan sistem teknis yang tidak
dipakai tetap mendapatkan perhatian.
d. Pemeriksaan dalam memenuhi persyaratan perusahaan harus
pastikan bahwa :
1. Inspeksi dilaksanakan pada interval yang sesuai.
2. Setiap penyimpangan, dilaporakan termasuk sebabnya.
3. Tindakan pembetulan dilaksanakan.
4. Catatan dari tindakan tersebut harus disimpan..

3.2.3 Pelaksanaan ISM ( Internasional Safety Management ) Code belum


Optimal.
Bekerja di kapal sangat dituntut suatu kedisiplinan yang timbul dari kesadaran
sendiri. Sebagai mana contoh seorang Crew Deck yang tidak peduli dengan
SMS ( Safety Manajement System ) yang sudah di tetapkan oleh ISM (
International Safety Management ) Code seperti bekerja tidak menggunakan
alat pelindung diri pada saat kerja di dek, alasanya sengaja tidak
menggunakan alat keselamatan kerja karena hanya merepotkan saja dan
membuat pergerakan pada saat bekerja tidak leluasa, oleh karena ia piker hal
itu tidak penting. Ini adalah bukti bahwa kepatuhan atau kedisiplinan ABK
tersebut kurang. Kalau sikap ABK dapat membahayakan dirinya sendiri dan
kawan sekerjanya, perlu adanya tindakan – tindakan penegakan disiplin.
Tindakan – tindakan penegakan disiplin dapat dilakukan dengan pendekatan
psikologis antara perwira dan bawahan dengan cara pengawasan dan
penyuluhan secara akrab dan kekeluargaan pada saat ABK tersebut akan
melaksanakan tugasnya. Selain itu tindakan penegakan kedisiplinan ini
dilaksanakan dengan sistem peringatan bahkan pemberhentian jika halnya
benar – benar membahayakan dan ABK tersebut telah berulang – ulang
melanggar peringatan tersebut.
Mengingat pelaksanaan ISM ( International Safety Management ) Code
belum di jalankan secara optimal di kapal MV. LUMOSO PERMAI ketidak
pahaman tentang pengetauan dan cara pencegahannya suatu resiko bahaya
tersebut. Adapula tenaga kerja baru yang sebenarnya menaruh perhatian
terhadap adanya bahaya, untuk mencegah hal tersebut diatas kapal makan
wajib mengadakan latihan atau ( safety meeting ) di setiap akhir bulannya.
Latihan untuk bekerja secara selamat tidak berbeda dari latihan untuk
mencapai efesiensi kerja yang tinggi. Safety Meeting ini diadakan guna
29

meningkatkan pengetahuan kemampunan dan keterampilan terhadap


pekerjanya dan lingkungan dimana tingkat pertama dari safety meeting adalah
petunjuk – petunjuk tentang ketentuan keselamatan umum. Oleh karena itu
maka perwira dikapal dalam hal ini sebagai penanggung jawab berkewajiban
untuk :
1. Memberikan pemahaman tentang penggunaan alat – alat keselamatan
kerja
2. Memberikan pemahaman tentang kegunaan dari alat – alat
keselamatan serta tindakan pada saat terjadinya kecelakaan.
Peningkatan koordinasi kerja yang baik antara atasan dan bawahan untuk
dapat mencapai sasaran tersebut di atas maka antara atasan dan bawahan
harus sesering mungkin mengadakan konsultasi dan Tanya jawab berbagai
macam hal khususnya sehubungan dengan sistem manajemen keselamatan,
untuk itu maka dikapal harus diadakan :
1. Safety Commite Meeting
Dimana pada meeting tersebut dibahas berbagai macam hal yang
menyangkut keselamatan kerja, baik di dek maupun di mesin.
2. Working Instruction
Membuat arahan kerja yang tegas dan jelas dari pimpinan mengenai
tugas dari setiap bawahan pada saat bertugas jaga atau bekerja
3. Reporting Work Crew
Melaporkan segala hal yang dijumpai tidak pada tempatnya atau pada
semestinya kepada atasan agar dapat segera mengambil tindakan –
tindakan penyelesaian terhadap hal tersebut.
30

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN.
Setelah penulis menguraikan analisa – analisa dan pemecahan masalah pada bab
sebelumnya tentang “ Optimalisasi Peranan Aplikasi Sistem Manajemen Keselamatan
Sesuai Standar ISM ( International Safety Management ) Code dikapal MV. LUMOSO
PERMAI ” , penulis ingin memberikan kesimpulan dan saran yang diharapkan dapat
memberikan suatu gambaran umum dari penulisan karya tulis ini. Adapun kesimpulan –
kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai berikut :
4.1.1 Masih terdapat crew kapal yang tidak ataupun belum mengikuti diklat ISM
( International Safety Management ) Code.
4.1.2 Kurangnya kesadaran seluruh crew diatas kapal guna meningkatkan sistem
manajemen keselamatan yang sesuai dengan ISM ( International Safety
Management ) Code dan tertanam dalam kesadaran diri sehingga tidak terjadi
keterpaksaan dalam menjaga keselamatan kerja bahkan menjadi kebutuhan dalam
menjaga keselamatan kerja.
4.1.3 Kurangnya kedisiplinan Crew Deck guna sistem manajemen keselamatan yang
sesuai dengan ISM ( International Safety Management ) Code dengan diadakannya
safety meeting disetiap bulannya.

4.2 SARAN
Sebagai masukkan dalam penulisan karya tulis ini, penulis akan mencoba memberikan
saran – saran untuk berbagai pihak yang berkaitan langsung maupun tidak langsung
didalam rangka penerapan sistem manajemen keselamatan yang sesuai dengan ISM (
International Safety Management ) Code diatas kapal MV. LUMOSO PERMAI
diperusahaan PT. LUMOSO PRATAMA LINE.
4.2.1 Keselamatan diatas kapal merupakan tanggung jawab seluruh crew diatas kapal,
untuk itu sebagai perwira selain melaksanakan tugasnya, juga berperan aktif
mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan prosedur yang ada
4.2.2 Sebaiknya Manajemen dari PT. LUMOSO PRATAMA LINE wajib diberikan
perhatian khusus terhadap kepahaman dan pelaksanaan tentang sistem manajemen
keselamatan yang sesuai dengan ISM ( International Safety Management ) Code
sehingga crew kapal dapat menyadari pentingnya keselamatan saat bekerja.
4.2.3 Sebaiknya sebagai perwira hendaknya melaksanakan safety meeting atau brefing
kepada crew tentang sistem manajemen keselamatan yang sesuai dengan ISM (
International Safety Management ) Code setiap satu bulan sekali
.
20
21
22
23
24
25

Anda mungkin juga menyukai