Anda di halaman 1dari 10

Andromeda Volume.. Nomor.. 20....

Halaman: …-…

Optimalisasi Alat Keselamatan Jiwa Di Atas Kapal SPOB.


Wijaya Kusuma II

Muhammad Wildan Rizaldy1), Hadi Setiawan2), Masrupah3)

Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar


Program Studi Nautika
Jln. Tentara Pelajar No. 173 Makassar, Kode Pos. 90172
*Email: wildanrizaldy02@gmail.com1), hadisetiawan@gmail.com2),
masrupah@gmail.com3)

ABSTRAK

Studi ini bertujuan untuk melihat proses perawatan alat keselaman jiwa dalam lingkup
sekoci penolong di kapal SPOB. Wijaya Kusuma II selama 368 hari praktek laut
terhitung dari tanggal 09 Maret 2021. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan
metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, studi Pustaka, dan
wawancara. Hasil dari penelitian yang didapat ialah kurang optimalnya perawatan alat
keselamatan jiwa di kapal terutama bagian sekoci. Dimana, sekoci tidak dapat
diturunkan saat dilaksanakan inspeksi dari pihak audit karena terdapat plat penahan
roller sekoci yang keropos.
Saran penulis adalah lebih di tingkatkan lagi pengawasan perawatan dan
dimaksimalkan lagi dalam proses perawatan alat keselamatan jiwa.

Kata Kunci : perawatan, alat keselamatan jiwa, SPOB. Wijaya kusua ii

1. PENDAHULUAN
Setiap Perawatan alat keselamatan jiwal adalah hall wajib yang dilakukan
bagil para mualim dan crew diatas kapal. Namunl pada umumnyal sering
dianggap remehl dan terabaikan. Merawat alat keselamatan jiwal bukan hanya
merupakan rutinitasl dari pelaksanaan pekerjaanl seorang lmualim tetapi
memerlukanl perhatian danl kepedulian semua crew terhadapl pekerjaan
ltersebut.
Dalam penelitian ini penulis fokus melihat terhadap proses perawatan alat
keselamatan jiwa terkhususnya di sekoci penolong. Karena kurangnya
kepedulian crew dan pengawasan officer terhadap alat keselamatan jiwa yang
mengakibatkan alat keselamatan jiwa tidak dapat di gunakan dengan
sempurna.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan Perlengkapan keselamatan kapal
tidak dirawat dengan baik dan tidak berfungsi dengan baik. pada saat SPOB.
WIJAYA KUSUMA II sedang sandar di Jetty Pertamina Tg. Uban Ketika
diadakan pengecekan dari pihak audit terdapat penemuan terkait plat penahan

1
roller sekoci yang keropos. Sehingga dengan terjadinya hal tersebut
menyebabkan sekoci tidak jadi diturunkan karena dilihat dari kondisi yang tidak
memungkinkan.
Dengan demikian masalah yang timbul pada kasus ini adalah tidak
optimalnya perawatan alat keselamatan jiwa di atas kapal.

2. KAJIAN PUSTAKA
Secara umum, kapal tempat para pelaut bekerja adalah tempat yang
paling aman untuk berlindung selama pelayaran di laut. Para pelaut harus
selalu mempertahankan tetap tinggal di atas kapal dalam keadaan darurat,
terlepas dari seberapa parah keadaan tersebut. Namun, pada titik tertentu,
kapal tidak dapat dipertahankan sebagai tempat berlindung atau tempat tinggal.
Meninggalkan kapal adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan jiwa di laut
agar dapat bertahan hidup dalam situasi musibah. Menurut prosedur
meninggalkan kapal, semua orang yang terlibat harus memahami dan
memahami dengan baik tentang penyelamatan di laut. Setiap orang yang
terlibat dalam penyelamatan diri di laut harus sadar bahwa keselamatan jiwa
mereka sangat bergantung pada orang lain. Sebagai contoh, dalam operasi
penyelamatan, seseorang harus menaiki sekoci atau rakit penolong sebelum
terjun ke laut. Pertama, orang tersebut harus mampu terjun ke laut dengan
benar; kedua, dia harus dapat mencapai dan menaiki sekoci; dan ketiga, orang
lain harus membantunya naik ke sekoci. Jika dia gagal naik ke sekoci,
kemungkinan besar dia tidak akan mampu bertahan hidup di laut. Kemungkinan
lain yang lebih berbahaya adalah kesalahan dalam prosedur menaiki sekoci
atau disebut dengan rakit penlong yang mampu memnyelamatkan
keselamantan jiwa di laut dan apabila tebalik maka dapat menjadi bahaya dan
membahayakan keselamatan orang banyak.
Konvensi internasional tentang keselamatan jiwa di laut (SOLAS) tahun
1974 SOLAS peraturan no. 10 paradraf 2, 3, 4 dan 5 Bab II menetapkan bahwa
semua kapal, baik kapal barang maupun kapal penumpang, harus memenuhi
standar minimum berikut::
a. Ada anggota awak kapal yang cukup terlatih dan memiliki pengalaman yang
cukup untuk menjaga alat keselamatan dan membantu orang yang tidak
terlatih atau tidak memiliki pengalaman yang cukup sebelumnya.
b. Sampai semua orang terevakuasi, hanya beberapa perwira atau personil
2
yang memiliki sertifikat yang diizinkan untuk mengoperasikan dan
menurunkan alat penolong dan segala perlengkapan yang dibutuhkan pada
saat meninggalkan kapal sesuai dengan aturan yang berlaku untuk kegiatan
meninggalkan kapal (Abandon Ship).
c. Penurunan dan pengoperasian penolong diawasi oleh setidaknya satu
perwira atau individu dengan kualifikasi setara. Dari semua diskusi di atas,
kita dapat mengambil simpulan yaitu:
1). Setiap orang harus memahami pentingnya menjaga keselamatan laut
untuk diri mereka sendiri dan orang lain maka dari itu pelatihan sangat
penting perannya dalam pelaksanaan ini.
2). Semua orang atau tiap-tiap bagian individu diharuskan memahami
peraturan internasional dan nasional yang berkaitan dengan keselamatan
jiwa di laut dan segala perangkatnya.
3). Semua orang yang terlibat atau terlibat atau meliki suatu peran dalam
tujuan bersama yaitu penyelamatan jiwa di laut harus memahami dasar-
dasar penyelamatan di laut.
4).Setiap awak kapal dan juga tiap-tiap dari penumpang diharuskan benar-
benar memahami prosedur meninggalkan kapal.
Menurut Noeralim (2001:3) sekoci penolong adalah sekoci atau alat
keselamatan yang dibangun dan dilengkapi sesuai dengan peraturan yang
berlaku, termasuk jumlah orang yang dapat diangkat di atasnya. Perahu kecil
yang disebut sekoci terletak di deck kapal di kanan atau kiri. Sekoci dikapal
jumlahnya tergantung kebutuhan dan ukuran kapal. Sekoci ini biasanya dibuat
dari bahan logam, kayu, dan serat fiber. Salah satu persyaratan pembuatan
kapal termasuk konstruksi mekanis dan perlengkapan untuk menurunkan dan
mengangkat sekoci. Jika ini dapat dilakukan dengan baik, akan tercipta
kondisi kerja yang baik untuk peralatan di atas kapal, termasuk alat alat
keselamatan, seperti sekoci penolong yang dapat dirawat dengan baik.
Tenaga penggerak sekoci biasanya dibagi menjadi dua bagian: satu
digerakkan oleh mesin atau motor, dan yang lain dilengkapi dengan dayung.
Perlengkapan keselamatan jiwa seperti makanan, minuman, obat-obatan, dan
alat bantu untuk mencari pertolongan ke kapal lain yang sedang berlayar di
sekitar sekoci biasanya tersedia di dalam sekoci dalam hal ini prosedur dari
keselamatan sekoci sudah diatur dalam konvensi SOLAS sejak peristiwa
tengelamnya kapal titanic pada masa lampau.Atas peristiwa ini terciptalah
3
konvensi SOLAS yang dipakai sampai saat ini dalam untuk menyelamatkan
keselamatan jiwa di laut..
Fungsi sekoci dibagi menjadi 3 bagian :
a. Sekoci Penolong, yang digunakan untuk membantu awak jika terjadi
suatu kecelakaan di laut.
b. Sekoci yang memiliki fungsi sebagai penyeberangan ke laut atau kepantai.
c. Sekoci Meja yakni yang digunakan untuk memindahkan alat-alat berat
untuk perlengkapan perbaikan kapal.
Sesuail Bab IIIl SOLAS 2020, Life boats penolong yangl diizinkan ada
beberapal jenis yaitu :

a. Life boats terbukal (Open Lifeboatl)


b. Life boats tertutupl sebagian (Pirtiallyl Enclosed)
c. Life boats tertutupl sebagian lotomatis(self rightingl partially enclosed).
d. Life boats tertutupl (Totally enclosed)
e. Life boats denganl system udara otomatisl (Self containedl air supportl
system).
f. Life boats denganl pelindung tahanl air(Firel protected).

3. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di atas kapal SPOB. Wijaya kusuma II dimulai dari
tanggal 09 Maret 2021 hingga 28 Januari 2022. Data yang tampilkan pada
penelitian ini didapatkan dengan metode observasi dengancara melihat dan
mengamati semua aspek yang berhubungan dengan skripsi dan wawancara
dengan beberapa crew di kapal. Dan juga skripsi ini menggunakan jenis
penelitian deskriptif kualitatif

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Penilti melaksanakan praktek laut di kapal SPOB. Wijaya Kusuma II yang
merupakan kapal self propeller oil barge dengan GT. 1421 Ton selama 10
Bulan 5 Hari.
peneliti melakukan penelitian tentang perawatan alat keselamatan sekoci
kapal. Namun pada saat penelitian banyak ketidaksesuaian yang ditemukan.
Dalam penelitian ada beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh penulis yakni
sebagai penunjang kelengkapan penelitian . Seorang menulis membuat

4
pertanyaan “ Apakah inspeksi perawatan sekoci sudah dilakukan sesuai
dengan jadwal yang dibuat dengan rutin?”.

Hasil wawancara dengan Second Officer (Rico Fambela, 26 tahun)


mengatakan bahwa “Untuk beberapa jadwal, inspeksi mingguan dan bulanan
telah dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat sebelumnya tetapi
banyak yang terlewatkan; namun, beberapa inspeksi tidak dilakukan sesuai
dengan jadwal. Jadwal bongkar muat pelabuhan yang padat karena kurangnya
waktu kerja sandar yang diberikan diemploi adalah sebentar sehingga waktu
kerja harianpun sangat kurang, ditambah lagi karena muatan kita produck yang
berbahaya (premium dan pertamax) sehingga kita dilarang melakukan
pekerjaan yang dapat menimbulkan api seperti chipping”.
Berikut penyebab perawatan sekoci di SPOB. Wijaya Kusuma II tidak
dapat berjalan secara optimal:

1. Waktu yang tebatas untuk melakukan perawatan


Di SPOB. Wijaya Kusuma II jadwal dibuat oleh perusahaan dan oleh
pihak pertamina sangatlah padat untuk sandar sangat terbatas sekali
dikarenakan meminilmalisir keterlambatan estimasi. Jika dilakukan
perawatan dalam keadaan kapal sedang berlayar sangat membahayakan
kecuali didaerah sekoci yang bisa dijangkau dan aman. Sehingga perawatan
sekoci tidak dapat dilaksanakan secara rutin hal ini berdampak pada sekoci,
akibat perawatan yang tidak rutin terjadi kerusakan contohnya :

a. Sekoci di SPOB. Wijaya Kusuma II merupakan sekoci tipe terbuka oleh


karenanya apabila terjdai hujan dan ari hujan akan masuk menggenang
apabila saluran yang berada dibawah sekoci tidak dibuka. Air yang
menggenang tersebut menyebabkan munculnya kelembapan dan bertemu
dengan O2 sehingga jika dibiarkan akan menyebabkan cat sekoci
terkelupas dan menimbulkan sarang serangga contohnya adalah kecoa .
Adapun alat sekoci yang berkarat . Jika yang berkarat tersebut tidak
segera dilakukan perawatan maka terjadi pengikisan. Contoh yang ditemui
yakni dewi-dewi yang berkarat , plat roller penahan, hookplate dan railing,
di tambah lagi kita dilarang melakukan aktivitas chipping di kapal, karena
dapat menimbulkan api.
b. Penemuan yang kedua yakni pada wire , seharusnya wire selalu dilakukan
perawatan rutin ( setiap hari ) dengan diberi grease atau pelumas gemuk.
5
Sehingga wire tidak kering jika diturunkan sekoci akan berjalan lancar
biasanya dalam perawatan grease hanya beberapa kali dilakukan
sehingga wire keadaannya kering.
c. Pada kotak penyimpanan terdapat banyak kecoa hal tersebut seharusnya
dilakukan pembersihan pada waktu tertentu sehingga serangga dapat
dikurangi jumlahnya. Umumnya kecoa lebih suka ditempat yang lembab,
dalam kotak tersebut terdapat juga penyimpanan perlengkapan maupun
makanan sekoci. Makanan sekoci banyak yang tidak terawat atau kurang
bersih namun pembersihan hanya dilakukan pada saat mendekati docking
bahkan atau waktu kapal docking.
d. Lashingan sekoci tidak boleh dibuka lebih dari sekali sebulan untuk
menghindari karat-karat yang dapat mengganggu pemasangan dan
pelepasan sekoci..
e. Penurunan sekoci tidak dilakukan sesuai prosedur yakni 4 bulan sekoci.
Penurunan sekoci dilakukan hanya pada saat dilakukan pemeriksaan
padahal dari inspeksi penurunan sekoci dapat diketahui kendala atau
kerusakan yang dialami sehingga bisa dieksekusi.
Berikut pengecekan sekoci di SPOB. Wijaya Kusuma II:
a. Petugas yang bertanggung jawab (Mualim 2) bertanggung jawab atas
kesiapan sekoci pada saat keadaan dan kondisi darurat setiap hari..
b. Makanan dan air minum darurat harus berada dalam sekoci dan tersedia
untuk dikonsumsi.Harus dicek kadaluarsanya makanan dan air secara
berkala.
c. Setelah sekoci berada di atas air, motor atau mesin sekoci penolong
harus dapat beroperasi
d. Setidaknya sekali setiap empat bulan, sekoci dibuang ke air dan mesin
dinyalakan untuk mengetahui apakah terdapat kebocoran atau tidak.
e. Penolong tidak boleh menyimpan barang lain di dalam sekoci kecuali yang
termasuk dalam perlengkapan-perlengkapan dari sekoci.

Berdasarkan pembahasan yang terkait permasalahan yang ditemukan


waktu praktek maka upaya dalam mengoptimalkan perawatan pada sekoci
tersebut maka penulis memberikan pemaparannya mengenai perawatan alat
keselamatan sekoci di SPOB. Wijaya Kusuma II.

6
1. Prosedur Perawatan Dan Pemeliharaan Sekoci.
Semua alat keselamatan harus dievaluasi secara berkala sesuai
dengan prosedur pemeliharaan alat keselamatan. Selama pengecekan,
kondisi alat keselamatan harus dicatat dan dilakukan perbaikan,
perbaikan, atau penggantian alat sesuai dengan kondisi dan situasi yang
dihadapi oleh kapal.Pemeliharaan harus juga dilaksanakan
memperhatikan pengaruh luar yang mempengaruhi pemeliharaan sekoci..
Pada perusahaan pelayaran PT. Adhi Karya Inti Sejati (AKIS) penulis
mengadakan penelitian tepatnya SPOB. Wijaya Kusuma II Perusahaan
telah menetapkan aturan dan prosedur yang sesuai dengan aturan
SOLAS. Misalnya, peralatan keselamatan dan kelancaran prosedur dari
sekociakan dicek pada sekoci penolong di minggu pertama setiap bulan.
Berikut prosedur perawatan sekoci penolong diatas kapal SPOB. Wijaya
Kusuma II agar menjadi optimal
a. Pemeliharaan dan pengecekan kelengkapan inventory lifeboat
b. Pemeliharaan peralatan penurunan lifeboat sehingga dapat
diturunkan dalam waktu yang cepat.
c. Inspeksi mingguan
d. Inspeksi bulanan

2. Langkah-langkah Perawatan
Di SPOB. Wijaya Kusuma II tempat penulis melaksanaka prala
terdapat tatacara dari prosedur perawatan sekoci yaitu sebagai berikut :
a. Pada Bagian davit/dewi-dewi
1) Prosedur pertama adalah melakukan inspeksi fisik pada
lifeboat, baik di dalam maupun di luar. Ini mencakup
inventaris dan peralatan di dalam sekoci serta dewi-dewi
pada sekoci itu sendiri.
2) Baglan dewi yang bergerak diperiksa, terutama jika
terdapat karat, dan pelumasan dilakukan segera untuk
mencegah kembalinya karat yang dapat menyebabkan
peralatan tidak berfungsi.
3) Bagian dewi-dewi yang dapat bergerak atau
berputar memiliki lubang gemuk—juga dikenal sebagai
nepel grease gun—di mana pelumasan dilakukan dengan

7
alat grease gun atau pelumasan baru,
4) Kawat dewi juga harus dipoles dengan gemuk. Ini harus
diterapkan pada kawat dan pada nepel blok pengantar
untuk memberikan pelumasan yang optimal.Hal ini juga
dapat memberikan umur yang lebih tehadap ketahanan
dari suku cadang tersebut.Hal ini adalah tambahan fungsi
selain dari fungsi pelumasan.
5) Untuk menjaga peralatan tetap aman dan dapat
digunakan, bagian yang tidak terlindungi langsung dari
cuaca dan angin ditutup dengan bahan yang kedap air
dan tahan cuaca, seperti terpal.
6) Melaksanakan pemeriksaan dan pemeliharaan
terhdap alat-alat pengangkat, khususnya gear
pengangkat, dengan memperhatikan kemampuan sekoci
untuk diangkat baik dalam kondisi kosong maupun
dengan beban (jika ada awak kapal di dalam sekoci).
b. Pengecekan Sekoci
Hasill wawancara denganl salah satu informan masinis 3
(Irfan Afandy, 24 tahun)
Mengenai tugas dan tanggung jawab orang mesin
terhadap perawatan mesin sekoci, menyatakan bahwa :
“Didalam life boat itu sendiri terdapat 2 mesin yang
menggerakkan propeller, dan juga mesin untuk menurunkan life
boat, yang dimana untuk perawatannya dilakukan monthly,
untuk wirenya juga kita selalu grease agar ketika release itu
tidak terjadi kegagalan.”
“Untuk mesin kita memastikan oil lubricating tercukupi dan
bahan bakar selalu terisi penuh.” (November 2021)

Inventaris dari tiap-tiap sekoci penolong diharuskan diperiksa


secara teratur oleh perwira yang sudah di tugaskan untuk melakukan
pemeriksaan atau perawatan dan harus sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh aturan SOLAS 1974. Selain itu, kondisi makanan dan
minuman harus diperiksa.
Berdasarkan dengan jadwal pengecekan dan perawatan alat
8
keselamatan yang telah ditetapkan oleh perusahaan, mualim II
membuat tabel perawatan alat keselamatan yang berguna untuk
mempermudah pengawasan proses perawatan peralatan
keselamatan, terutama sekoci. Namun, ada beberapa peralatan yang
tidak dirawat dan tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Akibatnya, tabel perawatan alat keselamatan yang berguna dibuat.
3. Perlengkapan-perlengkapan dari Sekoci Penolong (life boat)
Penulis menggunakan temuan pengamatan yang ada untuk
menganalisis alat keselamatan secara khusus, khususnya alat
keselamatan sekoci penolong, juga dikenal sebagai lifeboat. Setiap
alat keselamatan yang ada di atas kapal harus selalu dipelihara,
selalu dalam kondisi baik, dan siap digunakan dalam keadaan
darurat dan mendadak.
4. Penggantian Peralatan Sekoci
Di SPOB. Wijaya Kusuma II Ketika Anda mengubah peralatan,
ada beberapa hal yang harus Anda pahami, seperti berikut sesuai
dengan yang dibawah ini :
a. Tahu akan apa peralatan yang diganti atau disubtitusi
b. Memeriksa peralatan yang akan disubtitusi atau penggantian
suku cadang.
c. Peralatan yang sudah using dan sudah digunakan dalam
jangka lama tidak bolh dipergunakan kembali.
d. Apabila terdapat part yang rusak harus membuat laporan dan
segera diganti apabila peralatan subtitusi sudah daitang..
e. Kemudian mengirim surat permintaan tersebut ke perusahaan
untuk diproses

5. PENUTUP
Dengan mempertimbangkan temuan penelitian dan analisis di BAB IV,
adalah proses perawatan alat keselamatan jiwa terutama sekoci masih belum
optimal dengan baik. Faktor yang menyebabkan perawatan sekoci kurang
optimal yakni waktu yang kurang efisian untuk melakukan perawatan,
perawatan yang tidak sesuai prosedur serta tidak terencananya perawatan
sekoci.

9
Sesuai kesimpulan yang di dapat penulis mengajukan saran bahwa untuk
meningkatkan optimalisai perawatan alat keselamatan jiwa diatas kapal
dengan baik perlu adanya:
1. Perwira yang bertanggung jawab atas alat keselamatan. Sangat penting
untuk mengadakan pertemuan keselamatan untuk meningkatkan
kesadaran akan ancaman yang dapat terjadi kapan saja yang dapat
menyebabkan korban jiwa atau kerugian harta benda. Selain itu, penting
untuk mengganti bagian yang sudah usang dan mengganti bagian yang
sudah tidak berfungsi dengan baik untuk memastikan kondisi sekoci
penolong dan bagian lain yang relevan.
2. Sebaiknya pemeriksaan mingguan, bulanan, dan tahunan harus dilakukan
sesuai dengan prosedur peraturan SOLAS (Keselamatan Kehidupan di
Laut). Disarankan agar Nakhoda mengadakan evaluasi dan pertemuan
keselamatan untuk meningkatkan pemahaman seluruh crew tentang
pentingnya perawatan sekoci penolong.

6. DAFTAR PUSTAKA

[1]. Noeralim. (2008). Alat-Alat Penyelamat. Semarang: Politeknik Ilmu Pelayaran


Semarang.

[2]. IMO. (2009). Safety Of Life At Sea (SOLAS) Consolidated Edition 2020.

[3]. Ali, M. A. (2014). Analisis Optimalisasi Pelayanan Konsumen Berdasarkan Teori


Antrian pada Kaltimgps.Com Di Samarinda, Ejournal Ilmu Administrasi Bisnis.

[4]. Elden, Rodney M. (2011). Perawatan Kapal. Jakarta: Rineka Cipta. Gianto (2020).
Pengertian Kapal Menurut Para Ahli (online)

[5]. Goetsch. (1993). Construction Safety and Health. Englewood Cliffs, Prentice Hall,
New Jersey

[6]. Handoko, T.H. (2005). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
[7]. Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar, Pedoman Penulisan Skripsi, 2020.

[8]. Wikipedia (2020). Sekoci atau perahu penyelamat (online).


https://id.wikipedia.org/wiki/Sekoci

10

Anda mungkin juga menyukai