Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Transportasi merupakan perpindahan manusia atau barang dari suatu


tempat ke tempat lainya dengan menggunakan kendaraan yang digerakkan oleh
manusia atau mesin. Transportasi merupakan salah satu aspek ytang memegang
peranan penting dalam memperlancar roda pembangunan dan memperngaruhi
seluruh aspek kehidupan. Transportasi juga berperan sebagai penunjang,
pendorong dan penggerak bagi pertumbuhan ekonomi disuatu daerah, Pada
perkembangannya moda transportasi meningkat sesuai dengan tuntuan zaman
seiring dengan tingkat pertumbuhan penduduk dan taraf kehidupan. Dari beberapa
jenis moda transportasi yang ada di Indonesia saat ini, salah satu diantaranya
adalah Transportasi air.
Berdasarkan Undang – Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran,
Angkutan Laut Pelayaran-Rakyat adalah usaha rakyat yang bersifat tradisional
dan mempunyai karakteristik tersendiri untuk melaksanakan angkutan di perairan
dengan menggunakan kapal layar, kapal layar bermotor, dan/atau kapal motor
sederhana berbendera Indonesia dengan ukuran tertentu. Berdasarkan hal tersebut,
kapal berfungsi sebagai jembatan bergerak dimana kapal tidak mengangkut
barang yang diturunkan dari kendaraan pengangkutnya.
Pelabuhan ini merupakan pintu gerbang utama bagi kendaraan maupun
penumpang yang Akan menuju Pulau Seram (Masohi) dan sebaliknya.
Untuk Jalur laut, tersedia moda Kapal Laut yang merupakan akses utama
transportasi untuk mencapai Pulau Seram yang bisa diakses dari Pelabuhan
Tulehu. Hal ini dikarenakan, pelayaran Kapal Laut rute Tulehu – Pulau Seram
(Masohi) telah lama dibuka. Moda Kapal Laut ini juga bisa menampung lebih
banyak penumpang.
Ketersediaan Kapal Laut untuk rute Tulehu-Pulau Seram (Masohi) yang telah
lama dikelola oleh PT. DARMA INDAH, baru beberapa tahun terakhir ini telah
meluncurkan tipe kapal baru yaitu kapal ferry yang telah diberi izin oleh

1
pemerintah setempat untuk mengoperasikan Kapal Laut dengan rute yang sama.
Armada yang dioperasikan oleh PT. DARMA INDAH ada 2 tipe kapal yaitu
Kapal Cepat dan Kapal Ferry. Kapal Ferry ini merupakan moda transportasi baru
yang hadir dalam pelayaran laut rute Tulehu-Pulau Seram (Masohi). Kehadiran
Kapal Ferry yang d
ikelola oleh pihak swasta ini secara langsung memberikan alternatif pilihan
moda transportasi Kapal Laut kepada calon penumpang transportasi laut rute
Tulehu-Masohi.

Gambar 1.1 Port of Tulehu (google map)

Gambar 1.2 Port of Ina Marina (google map)

2
Gambar 1.3 Trayek Tulehu – Masohi (google map)

Melihat kondisi pelayaran angkutan penyeberangan di berbagai pulau di


Ambon Kepulauan yang tiap tahun mengalami peningkatan, maka sangat perlu
diperhatikan aspek keselamatan pelayaran. Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan, perlu dilakukan analisis terkait masalah keselamatan pelayaran,
sehingga aspek keselamatan pelayaran dapat ditingkatkan. Dalam beberapa kurun
waktu terakhir sering terjadi beberapa kecelakaan kapal yang mengakibatkan
jatuhnya korban jiwa dan beberapa kerugian lainnya. Adapun beberapa contoh
kasus kecelakaan kapal.

1. Gelombang tinggi , feri terempas di dermaga ambon. penumpang kapal


yang sudah bersiap-siap berangkat menjadi ragu untuk naik kapal dan
beberapa kali memilih keluar masuk kapal yang sudah bersandar.

3
2. Kecelakaan laut menimpa KMP Dausa KW 02 di perairan Desa
Lermatang, Kabupaten Kepulauan Tanimbar karena diterjang
gelombang, namun 30 penumpang dan anak buah kapal telah
diselamatkan.
"Peristiwa ini terjadi pada Rabu, (4/12) , pukul 13.20 WIT di perairan
Desa Lermatang, Kecamatan Tanimbar Selatan Kabupaten Kepulauan
Tanimbar, Maluku," kata Kabid Humas Polda Maluku, Kombes Pol M
Roem Ohoirat, di Ambon, Kamis (5/12). Dalam kejadian tersebut
terdapat dua penumpang luka-luka, yakni Samuel Rangkouw (73)
mengalami luka robek bagian kaki kiri karena terkena muatan seng dan
seorang lainya luka memar serta iritasi kulit di bagian perut karena
tersiram premium yang tumpah.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan


penelitian yang tertuang dalam suatu skripsi dengan judul : “ANALISIS
KESELAMATAN PELAYARAN KAPAL FERI PENYEBRANGAN
TULEHU – MASOHI”

1.2. Rumusan Masalah

Atas dasar pertimbangan-pertimbangan untuk menganalisi terkait


keselamatan pelayaran kapal, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Bagaimana persepsi penumpang terhadap tingkat keselamatan
pelayaran kapal Feri Penyeberangan antar Tulehu – Masohi ?
2) Apa rekomendasi yang dapat diberikan terhadap keselamatan
pelayaran kapal feri tujuan tulehu – masohi jika tidak memenuhi
standar peraturan.

1.3. Batasan Masalah

Untuk mengefektifkan penyelesaian masalah, maka pembahasan


objek kajian ini dibatasi pada :

4
1) Jenis kapal yang diteliti adalah Kapal Motor Penumpang (KMP)
dengan tujuan Tulehu – Masohi.
2) Sampling responden di khususkan untuk penumpang Pelayaran
Tulehu – Masohi.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi pendapat penumpang terhadap risiko yang bisa
terjadi pada proses pelayaran kapal lintas penyeberangan antar
Tulehu - Masohi.
2) Membuat usulan yang dapat direkomendaskan sebagai tindakan
perbaikan yang harus dilakukan operator kapal, penumpang dan
otoritas pelabuhan berkaitan dengan keselamatan kapal.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :


1) Memberikan rekomendasi tindakan terhadap beberapa pihak, pada
pelayaran antar Tulehu - Masohi, sehingga dapat di jadikan
pertimbangan oleh beberapa pihak terkait rekomendasi dalam
penanggulangan potensi bahaya dan risiko.
2) Penumpang/pengguna jasa dapat mengetahui dan mencegah
terjadinya bahaya atau risiko pada lintas penyeberangan antar
Tulehu - Masohi.
1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan ini terdiri dari 3 Bab dengan perincian adalah sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan
Bab I ini menguraikan latar belakang penulisan, rumusan masalah, Batasan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II: Tinjauan Pustaka
Berisi kajian pustaka yang berisikan landasan teori atau dasar-dasar teori

5
yang dipakai sebagai acuan untuk menjelaskan penulisan ini.

BAB III: Metode Penelitian


Dijelaskan mengenai metodologi penelitian yakni suatu proses atau alur
berpikir yang di tempuh untuk melaksanakan penulisan ini.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


1. Keselamatan Pelayaran
Keselamatan Pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan
keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan dan
kepelabuhanan. Terdapat banyak penyebab kecelakaan kapal laut diantaranya
pada persoalan penempatan barang yang tidak memperhitungkan titik berat
kapal dan gaya lengan stabil. Untuk angkutan pelayaran rakyat penyebab
kecelakaan kapal Sebagian besar karena kelebihan muatan dan kondisi kapal
yang sudah tidak layak sacera teknis.

Pemerintah telah mengadopsi peraturan yang dikeluarkan oleh IMO


yakni peraturan tentang International Safety Management Code (ISM-Code)
dan mulai diberlakukan sejak tanggal 1 juli 1998 (ISM, 2002). Sistem
manajemen keselamatan (ISM-Code) wajib diaplikasikan secara
”mandatory” oleh negara-negara yang telah meratifikasi SOLAS.
Penerapannya di Indonesia diwujudkan melalui Keputusan Direktur Jenderal
Perhubungan Laut Nomor (1996). Berdasarkan hal tersebut, ISM-Code
menghendaki adanya komitmen dari manajemen puncak (top management)
sampai pelaksana, di darat dan di kapal. ISM-Code dapat dipahami sebagai
"Koda Manajemen Keselamatan Internasional untuk Pengoperasian Kapal
dengan Selamat dan Pencegahan Pencemaran".

ISM-Code menetapkan standar untuk membuat pelayaran yang aman dan


bahaya yang sekecil mungkin terhadap lingkungan. Selanjutnya manajemen
standar termasuk tanggung jawab awak, skenario pelaksanaan tindakan
tanggap darurat dapat ditemukan di sini. Ketentuan ini bukan merupakan
jaminan tidak terjadinya kecelakaan laut, melainkan dapat membantu
memperkecil atau mengurangi kecelakaan dan pencemaran laut dengan

7
menerapkan ketentuan tentang manajemen keselamatan pengoperasian kapal
dan pencegahan polusi di laut (Ashury, 2020). Oleh karena itu, ISM code
merupakan kewajiban bagi setiap perusahaan, akan tetapi penerapannya
yang tepat adalah merupakan tanggung jawab pemilik kapal.

a. Regulasi Keselamatan Pelayaran

IMO telah memberikan arahan tentang pengaturan keselamatan dan


keamanan angkutan laut, pencegahan polusi serta persyaratan, pelatihan dan
pendidikan awak kapal serta mewajibkan para negara anggota untuk
menerapkannya. Negara anggota IMO (flag state) memiliki tanggung jawab
untuk melakukan berbagai konvensi internasional bagi kapal-kapal yang
mengibarkan bendera negaranya. Namun hingga saat ini kondisi kapal-kapal
berbendera Indonesia masih banyak yang belum mampu memenuhi
ketentuan IMO, bahkan tidak jarang seringnya terjadi pelanggaran regulasi.
Prinsip dasar keselamatan pelayaran menyatakan bahwa kapal yang hendak
berlayar harus berada dalam kondisi laik laut (seaworthiness). Artinya, kapal
harus mampu menghadapi berbagai kasus atau kejadian alam secara wajar
dalam dunia pelayaran. Selain itu kapal layak menerima muatan dan
mengangkutnya serta melindungi keselamatan muatan dan anak buah kapal
(ABK) (IMO, 1999).

b. Regulasi / Hukum Pelayaran

Pelayaran rakyat merupakan salah satu potensi yang amat penting dalam
sistem transportasi laut sebagaimana yang terdapat dalam Undang-undang
Nomor 17 Tahun 2008. Pelayaran rakyat merupakan kelompok usaha yang
dijalankan oleh golongan masyarakat namun kehidupan mereka tampaknya
belum memperlihatkan perubahan yang signifikan meskipun telah banyak
upaya dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
c. Revitalisasi Keselamatan Pelayaran

1. Meningkatkan keselamatan pelayaran dalam melakukan transportasi


di laut dan pendapatan masyarakat melalui pengembangan

8
Keselamatan Pelayaran meningkatkan daya saing melalui
pengingkatan produktifitas dan pengembangan industri hilir berbasis
Keselamatan.
2. Meningkatkan penguasaan ekonomi nasional dengan
mengikutsertakan masyarakat dan pengusaha lokal;
3. Mendukung pengembangan wilayah;

4. Mengoptimalkan pengelolaan transportasi laut dalam menciptakan


Keselamatan Pelayaran secara berkelanjutan;
5. Meningkatkan kembali dan memfungsikan Sarana dan Prasarana
Navigasi Pelayaran sesuai dengan fungsi dan karakter dari peralatan
yang ada, dalam upaya peningkatan Keselamatan Pelayaran.
d. Peningkatan Faktor Keselamatan Kapal

Keselamatan kapal dipengaruhi oleh perlengkapan kapal, fungsi


kapal, beban muatan dan kecakapan pengemudi kapal. Agar
keselamatan penumpang dan awak kapal tetap terjaga, maka
perlengkapan kapal harus disesuaikan dengan standard keselamatan.
Penggunaan kapal sesuai fungsi utamanya, beban muatan tidak melebihi
batas muatan yang disyaratkan, pengemudi kapal benar-benar cakap
melayarkan kapal dan menguasai jalur pelayaran yang dilaluinya.
Pengawasan standar keselamatan kapal seyogianya dilakukan
dengan ketat pada saat pengajuan surat ijin pelayaran atau rekomendasi
trayek, selain itu juga perlu dilakukan razia secara temporari atau
pemeriksaan kelengkapan kapal secara berkala, termasuk penanganan
pelanggaran batas muatan kapal, terutama untuk kapal speedboat yang
selama ini mengangkut penumpang hingga di atas kap atap kapal.
Pembekalan pengetahuan pelayaran pada pengemudi kapal sangat
diperlukan, terutama yang berkaitan dengan penguasaan kapal yang
dikemudikan, serta jalur trayek yang dilaluinya. Hal ini dapat
dilakukan dengan melalui pendekatan kelembagaan seperti pendirian
asosiasi, baik pemilik maupun pengemudi dan awak kapal yang

9
berkaitan langsung dengan pola dan cara hidup pelaku angkutan sungai
yang sebagian besar berbasis tradisional. Sehingga setiap langkah
sosialisasi yang dilakukan akan menuju pada arah yang tepat dan dapat
diterima semua pihak (Aulia Windyandari, 2011).

2. Kesyahbandaran

Kata Syahbandar menurut etimologisnya terdiri dari kata Syah dan


Bandar. Syah berarti penguasa dan kata Bandar berarti : Pelabuhan dan
sungai yang digunakan sebagai tempat kepil atau tempat labuh, tempat
kepil pada jembatan punggah dan jembatan – jembatan muat, dermaga
dan cerocok dan tempat kepil lain yang lazim digunakan oleh kapal –
kapal, juga daerah laut yang dimaksudkan sebagai tempat kepil kapal –
kapal yang karena saratnya atau sebab lain, tidak dapat masuk dalam
batas – batas tempat kepil yang lazim digunakan .
Berdasarkan pengertian di atas terlihat beberapa unsur yang
berhubungan langsung satu sama lainnya yaitu adanya penguasa
laut,sungai, dermaga, dan kapal. Atau dengan kata lain ada unsur
manusia (pengusaha/pemerintah) dan unsur sarana dan prasarana yaitu
laut dan sungai, dermaga dan kapal. Sarana dan prasarana harus diatur
dan di tata sedemikian rupa sehingga dapat menunjang kelancaran
lalulintas angkutan laut.
Dalam melakukan tugas yang dipercayakan sebagai pemimpin
tertinggi dipelabuhan maka syahbadar memiliki fungsi, yaitu :
1. Melaksanakan fungsi keselamatan dan keamanan dalam pelayaran
yang mencakup, pelaksanaan, pengawasan, dan penegakkan hukum
dibidang angkutan perairan.

2. Syahbandar membantu tugas pencarian dan penyelamatan


dipelabuhan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
3. Syanbandar diangkat oleh menteri setelah memenuhi persyaratan
kompetensi dibidang keselamatan dan keamanan serta

10
kesyahbandaran.
Dalam melaksanakan fungsi dan tugas diatas maka syahbandar
memiliki kewenangan sebagai berikut :
1. Mengkoordinasi seluruh kegiatan pemerintahan dipelabuhan.

2. Memeriksa dan menyimpan surat, dokumen, dan warta kapal.

3. Menerbitkan persetujuan kegiatan kapal dipelabuhan melakukan


pemeriksaan kapal.
4. Menerbitkan surat persetujuan berlayar

5. Melakukan pemeriksaan kecelakaan kapal.

6. Melaksanakan sijil awak kapal.

Peran syahbandar dalam bidang pengawasan adalah sangat


penting hal ini dapat dilihat dalam undang undang pelayaran
Indonesia mengenai keselamatan kapal ada beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian dari syahbandar dalam pengawasannya yaitu:
1. Material kapal.

2. Konstruksi kapal.

3. Bangunan kapal.

4. Permesinan dan perlistrikan kapal.

5. Stabilitas kapal.

6. Tata susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat


penolong dan radio.
7. Elektornika kapal.

Demikian juga dalam rangka mengatur sarana dan prasarana


di Bidang Keselamatan Pelayaran, maka ada beberapa perangkat
peraturan yang mengatur tentang keselamatan kapal antara lain:
a. Nasional

1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.

11
2. Scheepen Ordonansi 1953 (SO. 1935) .

3. Scheepen Verordening 1935 (SV. 1935).

b. Internasional

(Safety of life at Sea) 1974 diperbaiki dengan Amandemen


1978 berlaku bagi semua kapal yang melakukan pelayaran antara
pelabuhan-pelabuhan di dunia. Ordonansi dan peraturan tersebut
mengatur antara lain:
1. Instansi yang melakukan pengawasan terhadap laik laut suatu kapal.

2. Mengatur persyaratan konstruksi bangunan kapal.

3. Mengatur persyaratan kelengkapan kapal.

4. Mengatur persyaratan alat-alat radio komunikasi kapal.

5. Mengatur persyaratan daerah pelayaran suatu kapal .

6. Mengatur persyaratan navigasi kapal.

7. Mengatur tatacara pemuatan di kapal.

8. Mengatur persyaratan stabilitas kapal.

9. Mengatur persyaratan permesinan dan kelistrikan.

10. Mengatur tentang muatan berbahaya.

11. Mengatur persyaratan kapal nuklir.

12. Mengatur persyaratan untuk Nahkoda, perwira deck, dan mesin


kapal serta awak kapal.
13. Mengatur bentuk sertifikat keselamatan pelayaran.

3. Konsep Bahaya dan Resiko di Pelayaran

Pengertian bahaya menurut KBBI adalah yang (mungkin)


mendatangkan kecelakaan (bencana, kesengsaraan, kerugian, dan

12
sebagainya).
Bahaya merupakan segala kondisi yang dapat merugikan baik
cidera atau kerugian lainnya, atau bahaya adalah sumber situasi atau
tindakan yang berpotensi menciderai manusia. Dalam pekerjaan
apapun, bahaya selalu ada dan tidak mungkin menghilangkannya
secara mutlak, tapi risikolah yang dapat ditekan sehingga
tingkatannya menjadi lebih rendah dan dapat diterima oleh semua
pihak yang terkait dalam pekerjaan tersebut (dapat diterima artinya
upaya keselamatan sudah dilakukan secara maksimal dan risiko yang
ada tidak begitu berarti jikapun terjadi insiden maka proses pekerjaan
tidak akan terganggu secara signifikan).
Menurut KBBI, risiko adalah akibat yang kurang
menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan
atau tindakan.
Risiko adalah peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan,
ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa, penyimpanan hasil
actual dari hasil yang diharapkan, dan suatu probabilitas dari hasil
yang berbeda. Risiko dalam konteks ilmu rekayasa umumnya
didefenisikan sebagai sesuatu yang menghasilkan konsekuensi dan
peluang terjadinya sebuah kejadian. Seringkali, konsekuensi diubah
dalam bentuk kuantitas dan bisa juga sangat subjektif. Secara umum
untuk menjelaskan risiko merupakan ukuran dari peluangdari
berbagai variasi konsekuensi (Kristiansen, 2005).
Menurut Hanafi (2006:1), pengertian resiko adalah bahaya,
akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang
sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang.
Dari defenisi-defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa risiko
dalam hal ini selalu dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya
sesuatu yang merugikan yang tidak diduga atau tidak diinginkan.
Dengan demikian risiko memiliki karakteristik, yaitu :
1. Merupakan suatu ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa.

13
2. Merupakan ketidakpastian yang bila terjadi akan menimbulkan kerugian.

Wujud dari risiko itu dapat bermacam-macam antara lain yaitu :

a. Berupa kerugian atas harta/kekayaan atau penghasilan,


misalnya diakibatkan oleh kebakaran, pencurian, pengangguran
dan sebagainya.
b. Berupa penderitaan seseorang merupakan sakit/cacat karena kecelakaan.

c. Berupa tanggung jawab hokum, misalnya risiko dari perbuatan


atau peristiwa yang merugikan orang lain.

Pendekatan yang serupa dapat digunakan pada risiko lingkungan,


risiko asosiasi dengan kerusakan pada aset. Ada banyak alternatif
ukuran yang diberikan pada konsekuensi. Dalam fakta banyak
aktor/pelaku yang terlibat dalam usaha keamanan (safety) yang dapat
dijadikan sebagai ukuran statistik yang berbeda. Sebagai contoh,
keamanan manajer secara umum tergantung pada tingkat pengalaman
keamanan, saat analisis risiko menjadi perhatian besar dengan tingkat
estimasi prediksi terhadap risiko/keamanan (Artana,2007).

Risiko individu
Risiko kematian

Risiko kelompok

Risiko Personil Cacat permanen


Risiko cacat

Cacat sementara

Gambar 2.1 Risiko Personil/ Manusia

Gambar 2.1 memberikan kategori risiko personil atau kecelakaan


manusia dimana kecelakaan seringkali berhubungan dengan manusia,

14
dapat dikelompokkan menjadi risiko kematian dan risiko cacat tubuh.
Risiko yang diperoleh seseorang akibat dari kecelakaan dapat
terjadi berupa kematian dan cacat. Risiko kematian yang terjadi pada
kecelakaan bisa menimpa hanya pada perseorangan atau individu
maupun yang mengakibatkan kejadian fatal yakni risiko kematian
berkelompok. Pada risiko terjadinya cacatpun terbagi menjadi dua
ketegori yakni cacat permanen dan cacat sementara yang diakibatkan
oleh kecelakaan. Pendekatan yang serupa dapat digunakan pada risiko
lingkungan, risiko asosiasi dengan kerusakan pada aset. Ada banyak
alternatif ukuran yang diberikan pada konsekuensi.
Dalam faktanya banyak aktor/pelaku yang terlibat dalam upaya
keamanan (safety) yang dapat dipakai sebagai ukuran statistik yang
berbeda. Sebagai contoh, keamanan menejer secara umum tergantung
pada tingkat pengalaman keamanan, saat analisis risiko menjadi
perhatian besar dengan tingkat estimasi /prediksi terhadap
risiko/keamanan (Artana , 2007).
Dalam membahas masalah ini perlu dibedakan antara Risiko,
Hazard, dan Peril yang biasa dipakai dalam membahahas masalah
keselamatan. Hazard adalah suatu kejadian yang bersifat kualitatif
yang mempunyai pengaruh terhadap besarnya jumlah kemungkinan
terjadinya kerugian ataupun besarnya jumlah dari kerugian yang
mungkin terjadi. Hazard harus dibedakan dari Peril, dimana Peril
adalah kejadian yang menimbulkan kerugian itu sendiri misalnya
kebakaran, tabrakan, dan lain sebagainya. Sedangkan hazard adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi maupun kerusakan dari
Peril. Jadi penjelasan diatas dapat kita mengambil contoh sederhana
untuk menjelaskan ketiga pengertian diatas. Misalnya sebuah kapal
terbakar, dimana kapal tersebut terbuat dari kayu, yang memuat bahan
bakar minyak (BBM), yang tidak dilengkapi dengan alat pemadam
kebakaran yang tidak memadai. Dari sini dapat ditentukan bahwa
Peril adalah kejadiannya, Hazard adalah faktor yang dapat

15
mrnimbulkan besarnya kerusakan dalam hal ini kapal terbuat dari
kayu, muatan BBM dan peralatan yang memadai sedang risiko adalah
berhubungan dengan peluang terjadinya kejadian dan konsekuensi apa
yang akan timbul kalau kejadian itu terjadi.

16
17

Anda mungkin juga menyukai