PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
YOSEPH HENDRIK BOSEKE
201710115160
i
ASURANSI PELAYARAN AKIBAT KERUGIAN KAPAL
TENGGELAM YANG BERPOTENSI TERJADINYA
TINDAK PIDANA KORUPSI
1
Undang-Undang R.I No.32 tahun 2014 tentang kelautan, pasal 3 ,butir a.
2
perairan barat pulau sumatera. Keselamatan transportasi laut merupakan bidang
diawasi dan diatur oleh Kementerian Perhubungan, dalam hal ini Direktorat Jenderal
Perhubungan laut. Undang-undang yang mengatur transportasi laut adalah
Undang-Undang Pelayaran No.17 tahun 2008. Serta turunan-turunannya seperti
Peraturan Presiden No.40 tahun 2015 tentang Perhubungan Laut, Permenhub No. KM
62 tahun 2010 serta masih banyak lainnya. Kesemuanya ini ditujukan demi
keselamatan pelayaran, meningkatkan kesadaran mengenai keamanan dan
keselamatan laut (sea whorthiness) untuk menekan angka kecelakaan. Dalam hal
cuaca, perhubungan laut dibantu oleh BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika). Keselamatan pelayaran dari bahaya-bahaya laut adalah berbicara
mengenai kondisi cuaca, kondisi kapal dalam hal laik laut; jenis muatan dan awak
kapal
Kerugian akibat kecelakaan laut. Cuaca adalah salah satu factor penentu
terjadinya kecelakaan kapal laut atau kecelakaan kapal. Dari data yang ada di
perhubungan laut dan asuransi kapal, ternyata diketahui bahwa sebagian besar
kecelakaan laut yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh alam, diikuti
masalah-masalah teknis serta faktor manusia. Kerugian yang disebabkan dari
kecelakaan kapal sangat besar dilihat dari sisi materi, belum lagi apabila dilihat dari
jiwa manusia ataupun kerusakan lingkungan yang disebabkannya.
Salah satu cara mengelola risiko,(risk management) yang dilakukan oleh pelaku
usaha terkait dengan pelayaran, yaitu dengan penutupan asuransi kecelakaan laut atau
kerugian laut sebagaimana dalam Pasal 41 Ayat 3 UU No.17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran. Tujuannya, jika terjadi risiko maka pelaku usaha dapat mengurangi atau
membagi resiko tanggungjawab yang mungkin akan terjadi, atau mengalihkan seluruh
resiko kepada perusahaan asuransi, sebagaimana fungsi asuransi yaitu pengalihan
resiko (transfer of risk) dan pembagian resiko (distribution of risk). Asuransi juga
memiliki berbagai manfaat yang diklasifikaikan ke dalam fungsi utama, fungsi
sekunder, dan fungsi tambahan.
Dalam UU NO 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran diatur kewajiban perusahaan
angkutan mengenai tanggung jawab asuransi terhadap keselamatan dan keamanan
penumpang atau barang yang diangkutnya, termasuk dalam hal ini asuransi terhadap
alat angkutnya yaitu Kapal itu sendiri. 2 Jenis atau tipe kapal serta seawhorty,
2
Undang-Undnag Republik Indonesia No.17 Tahun 2008 tentang pelayaran
3
kelaiklautan kapal merupakan salah satu aspek yang selalu dilihat oleh pihak asuransi
dalam rangka penutupan pertanggungan asuransi.
Dengan adanya pengalihan risiko kerugian dari pemilik kapal ke perusahaan
asuransi, melalui penutupan Polis Asuransi Kecelakaan kapal, maka pemilik kapal
akan sangat berkepentingan dalam cairnya klaim ganti kerugian atas kerusakan atau
kehilangan kapalnya. Disisi lain ada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut sebagai
regulator yang mempunya wewenang dalam penyidikan kecelakaan kapal dimana
berita acara penyidikan (BAP) nya menjadi acuan dari pihak asuransi dalam pencairan
klaim. Meskipun asuransi mempunyai team investigasi independent, namun sesuai
hukum yang berlaku, LKK (laporan kecelakaan kapal) dari Direktorat Jenderal
Perhubungan yang mempunyai kekuatan hukum.
Pada tanggal 30 Agustus sampai tanggal 1 September 2019, BUMN Reasuransi,
PT Reasuransi Indoesia Utama (Persero) atau Indonesia Re, mengadakan diskusi
Marine On Board, dinamakan demikian karena diadakan di atas kapal milik PT. Pelni
dalam pelayaran antara Jakarta-Surabaya 3 . Adapun tema diskusinya adalah
“Insufficient Tugs Power vs Unseaworthiness’. Diskusi ini dihadiri oleh sejumlah
perusahaan asuransi besar di Indonesia. Kegiatan ini merupakan platform strategis
untuk mensosialisasikan isu-isu penting terkit produk asuransi pengngkutan laut atau
marine hull. Khususnya tentang klaim yang sering datang akibat kecelakaan kapal
tugboat. General Reinsurance CEM and Administration Division Head Indonesia Re,
Arie Surya Nugraha, mengatakan cuaca buruk kerap menjadi kambing hitam
terjadinya kecelakaan. Namun, setelah ditelusuri lebih lanjut, kecelakaan kapal
biasanya terjadi karena kekuatan tarikan tugboat kurang mampu untuk mengimbangi
beban tonase kapal yang ditariknya. Pemerintah telah menerbitkan Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2019 tentang Investigasi Kecelakaan Kapal yang
menggantikan Peraturan Pemerintah sebelumnya dengan adanya tambahan kode
investigasi korban kecelakaan laut terbaru.
Persaingan dalam bisnis asuransi yang semakin ketat membuat perusahaan
asuransi sebagai penanggung berlomba merebut pelanggan ätau tertanggung dan
mempertahankan pelanggan yang sudah ada melalui pelayanan yang memuaskan.
Termasuk juga perusahaan-perusahaan asuransi milik BUMN, yang modalnya
3
Indonesia Re Jadi BUMN Asuransi Pertama Gelar Rapat di Atas
Kapal,http//merdeka.com/berita/2019,4 september 2019
4
dimiliki oleh negara4. Sedangkan tertanggung berkepentingan terhadap cairnya klaim
sebesar-besarnya karena menganggap „sudah menabung‟‟ untuk risiko kecelakaan
yang dihadapi. Mengingat penting dan strategisnya jasa angkutan laut, perlu
diselenggarakan tindakan pencegahan dan penanganan kecelakaan kapal. Tujuan
utama investigasi dan penelitian kecelakaan dan insiden kapal tersebut adalah agar
kecelakaan atau insiden tersebut tidak terulang dengan faktor penyebab yang sama
dikemudian hari serta segera membuat rekomendasi keselamatan transportasi laut
tanpa bermaksud untuk mencari kesalahan atau pertanggungjawaban perorangan atau
lembaga5.
Berdasarkan latar belakang diatas,maka penulis tertarik untuk meneliti
kemungkinan-kemungkinan dan potensi terjadinya TIPIKOR dibidang pelayaran
Indonesia, khususnya menyangkut asuransi pelayaran.
4
Ridwan Khairandy,Hanafi Amrani,Dolii Setiawan Ritonga, Korupsi Kerugian Keuangan Negara di
BUMN, Yogyakarta:FH UII Press,2018,hal 2
5
Keppres Nomor 105 Tahun 1999 tentang Komite Nasional keselamatan Transportasi (KNKT)
5
1.3. Perumusan Masalah
6
a. Memberikan masukan kepada pejabat kesyahbandaran perhubungan laut
dalam melakukan penyidikan atas terjadinya kecelakaan kapal
laut/pelayaran.
b. Hasil pemikiran berupa karya ilmiah ini dapat digunakan sebagai
sumbangan karya ilmiah dalam perkembangan Hukum Pelayaran Indonesia
dan ilmu Asuransi, khususnya asuransi kerugian atas kecelakaan kapal laut
dalam menetapkan prasyarat-prasayarat yang aman untuk penutupan polis.
6
Mukadir Iskandar Syah,S.H.,M.H, Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, PT.tatanusa cetakan pertama
2017, hal 39-ha 40
7
Prof.Dr. Satjipto Rhardjo,S.H. Ilmu Hukum, cetakan ke 8 tahun 2014
7
b. Asuransi
Secara harafiah asuransi diartikan pertanggungan atau perlindungan atas
suatu obyek dari ancaman atau kemungkinan terjadinya kerugian 8. Dengan
kata lain Asuransi ini dapat dikatakan sebagai, sistem, atau bisnis dimana
ada perlindungan atau ganti rugi secara finansial untuk harta benda.
Pengertian Asuransi menurut yang tercantum di dalam Buku Kesatu Bab IX
Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) adalah sebagai
berikut: "Asuransi atau Pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana
seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan
menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena
suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan,
yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu.”.
Pengertian Asuransi juga tercantum di dalam Pasal 1 ayat (1)
Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, yang menyatakan bahwa:
“Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan
pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan
asuransi sebagai imbalan untuk: a. memberikan penggantian kepada
tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang
timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak
8
Dr.Agoes Parera,S.E.,M.M.,M.H.,AAAIJ.,CFP, Hukum Asuransi Indonesia,Penerbit PT Kanisisu, 2019,
hal 23.
8
ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena
terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau b. memberikan pembayaran
yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang
didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah
ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
c. Pelayaran
Mengacu pada Undang-Undang Pelayaran no. 17 tahun 2008, yang disebut
sebagai Pelayaran adalah suatu kesatuan sistem transportasi yang terdiri atas
angkutan di perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan, serta
perlindungan lingkungan maritim. Sedangkan yang disebut perairan disini
adalah Perairan Indonesia, yaitu laut teritorial Indonesia beserta perairan
kepulauan dan perairan pedalamannya dari sabnag sampai Merauke dan dari
Miangas di Sangir Talaud hingga pulau Rote. Angkutan di Perairan adalah
kegiatan mengangkut dan/atau memindahkan penumpang dan/atau barang
dengan menggunakan kapal. Penegasan tentang keselamatan pada
Undang-Undang Pelayaran no.17 tahun 2008 terdapat pada bab 1, pasal 1,
butir 32. Tertulis bahwa Keselamatan dan Keamanan Pelayaran adalah suatu
keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan yang
menyangkut angkutan di perairan, kepelabuhanan, dan lingkungan maritim.
d. Keselamatan pelayaran
Menurut Undang-Undang No.17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Bab I,
Ketentuan Umum, Pasal 1 butir 34 adalah : Keselamatan Kapal adalah
keadaan kapal yang memenuhi persyaratan material, konstruksi,
bangunan, permesinan dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta
perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan radio,
elektronik kapal, yang dibuktikan dengan sertifikat setelah dilakukan
pemeriksaan dan pengujian.9
9
Undang-Undang No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran
9
(protect & indemnity). Asuransi Marine Hull and Machinery adalah
asuransi kerugian yang mencakup lambung kapal dan mesin serta peralatan
kapal laut. Dalam hal ini Penanggung melakukan perjanjian penanggungan
dengan tertanggung mengenai sebuah obyek yaitu kapal laut.
Objek Pertanggungan Marine Hull and Machinery dapat berupa:Kapal dan
mesin kapal beserta bagian mesin kapal seperti : connecting rod, cylinder
block, cylinder liner, rocker arm inlet valve.
Para pihak yang termasuk dalam asuransi Marine Hull and Machinery
adalah :
10
h. Adapun Risiko-risiko atau Perils yang Dijamin
Risiko-risiko yang dijamin pada polis Marine Hull and Machinery
antara lain:
a. Bahaya laut seperti cuaca buruk, tenggelam, tabrakan dll ( Perils Of
The Sea)
b. Kebakaran dan Ledakan
c. Pencurian dengan kekerasan oleh orang dari luar kapal.
d. Pembuangan ke laut (Jettison)
e. Perompakan (Piracy)
f. Tabrakan dengan pesawat udara atau benda-benda angkasa lainnya,
alat transportasi darat, dockyard dll
g. Gempa bumi, meletusnya gunung berapi, sambaran petir.
h. Kecelakaan akibat operasi bongkar muat kargo atau bahan bakar
i. Bursting of boilers pada kapal,dll.
j. Kelalaian nakhoda, kelalaian crew atau pandu.
k. Kelalaian kontraktor perbaikan atau pencarter (yang menyewa
kapal)
l. Pemberontakan atau pengambilalihan paksa oleh nakhoda dan crew
(barraty)
m. Tindakan pihak berwenang dalam mencegah atau mengurangi
dampak polusi (Pollution hazard)
n. Tanggung jawab hukum akibat tabrakan kapal (Collusion Liability)
o. Kontribusi General Average and operasi Salvage
p. Biaya-biaya penyelamatan (Sue and Labour)
11
1. Pembayaran klaim murni, yaitu pembayaran klaim karena klaim
tersebut telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan yang
dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap.
2. Pembayaran exgratia, yaitu pembayaran klaim atau ganti rugi yang
diberikan penanggung meskipun sebenarnya penanggung tidak wajib
untuk memberikan ganti rugi. Besar maupun bentuk ganti rugi ini tidak
diatur di dalam polis. Pada umunya, exgratia ini diberikan semata-mata
karena pertimbangan komersial seperti nasabah utama yang besar,
nasabah berpengaruh,nasabah dengan sejarah tuntutan ganti rugi yang
baik (jarang).
3. Pembayaran klaim kompromis, yaitu pembayaran klaim yang besarnya
didasarkan kepada kesepakatan para pihak yang bersangkutan karena
terdapatnya perbedaan penafsiran teknis atas kerugian yang terjadi.
12
j. Tindak Pidana Korupsi adalah
Dari perspektif hukum10,yang disebut sebagai korupsi telah diuraikan
dalam tidak kurang dari 13 buah pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999
yang telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Disitu , korupsi dirumuskan
kedalam 30 bentuk/jenis tindak pidana korupsi. Pasal pasal tersebut
menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa
dikenakan sanksi pidana karena korupsi. Ketigapuluh bentuk/jenis
tindak pidana korupsi tersebut pada dasarnya dapat dikelompokkan
sebagai berikut: 1. Kerugian keuangan negara 2. Suap-menyuap 3.
Penggelapan dalam jabatan 4. Pemerasan 5. Perbuatan curang 6.
Benturan kepentingan dalam pengadaan 7. Gratifikasi Selain
bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang sudah dijelaskan diatas, masih
ada tindak pidana lain yang yang berkaitan dengan tindak pidana
korupsi yang tertuang pada UU No.31 Tahun 1999 jo. UU No. 20
Tahun 2001. Jenis tindak pidana yang berkaitan dengan tindak pidana
korupsi itu adalah: 1. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi
2. Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak
benar 3. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka
4. Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi
keterangan palsu 5. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak
memberikan keterangan atau memberikan keterangan palsu 6. Saksi
yang membuka identitas pelapor 5 Pasal-pasal berikut dibawah ini
dapat dikaitkan dengan tindak pidana korupsi dalam pengadaan barang
dan jasa pemerintah.
Pengertian Korupsi pada keuangan Negara
Ketentuan mengenai makna kerugian negara yaitu berkurangnya
keuangan negara yang diatur dalam pasal 1 angka 22 Undang-Undang
Perbendaharaan Negara menjelaskan bahwa kerugian enagara adalah
kekurangan uang surat berharga dan barang yang nyata dan pasti
10
DR. M. Syamsa Ardisasmita, DEA Deputi Bidang Informasi dan Data KPK, SEMINAR NASIONAL
UPAYA PERBAIKAN SISTEM PENYELENGGARAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH JAKARTA,
23 AGUSTUS 2006
13
jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja
maupun lalai. Pada pasal 2 UU Tipikor, ayat 1 disebutkan:” setiap
orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan mempekaya
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yng dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan denda paling sedikit Rp.200.000.000 (dua
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.1.000.000.000 (satu milyar
rupiah).”.
k. Perusahan-perusahan asuransi milik BUMN antara lain adalah : Perum
Jamkrindo; Asabri; PT Asuransi Ekspor Indonesia;Askrindo.;Jasa
Raharja. Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo); Jiwasraya;Taspen dan
Reasuransi Umum Indonesia atau Indonesia Re. Mereka ini tunduk juga
pada ketentuan pengelolaan keuangan negara. Dan banyak menanggung
asuransi pelayaran adalah PT. Jasindo dan PT Indonesia Re. (persero).
14
Dari penjelasan dalam latar belakang dan identifikasi serta Perumusan
masalah. Teori hukum disusun kerangka pemikiran seperti bagan dibawah.
Bagan kerangka pemikiran utama dalam penelitian tentang Tipikor dalam
pencairan klaim asuransi kapal tenggelam ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
Sedangkan secara garis besar, proses penetapan laik laut tidaknya kapal
hingga layak tidaknya kapal tersebut mendapat penggantian ganti rugi dapat
digambarkan dalam diagram alir dibawah ini.
Penjelasan :
15
1. Setiap terjadi kecelakaan kapal, maka selain upaya-upaya
penyelamatan korban, khususnya korban manusia, maka kapal ataupun
awak kapalnya haruslah segera melaporkan kecelakaan tersebut ke
otoritas Pelabuhan terdekat, Pelabuhan keberangkatan atau Pelabuhan
tujuan serta yang penting adalah Kantor Pusat atau kantor perwakilan
perusahaan di Pelabuhan terdekat.
Laporan tersebut mencakup paling sedikit antara lain
a. Jenis kecelakaan
b. Posisi kapal
c. Korban jiwa, barang, lingkungan
d. Upaya penyelamatan yang dilakukan serta upaya lain untuk
menghindari korban jiwa serta kerugian barang dan lingkungan.
2. Pihak yang berwenang, dalam hal ini Perhubungan Laut melalui KPLP
(kesatuan penjagaan laut dan pantai); SATPOLAIR (Satuan Polisi
Perairan) baik secara terpisah maupun bersama – sama dengan wakil
perusahaan akan menyelidiki untuk memperoleh informasi mengenai
kelaik-lautan kapal (kelayakan kapal); penyebab kecelakaan, serta nilai
kerugian akibat kecelakaan. Pihak Asuransi yang menanggung
kerugian atas kapal tersebut (hull & machinery) , kerugian muatan
(cargo insurance) serta kerugian korban jiwa, lingkungan serta pihak
ketiga (protection & indemnity) akan mengirimkan perusahaan jasa
survey kelautan (independent marine surveyor) untuk mencari
informasi yang sama. KPLP akan menerbitkan hasil penyidikannya
dalam bentuk dokumen LKK (laporan kecelakaan kapal).
3. Bagian akhir dalam rangkaian kejadian kecelekaan kapal ini adalah
ganti rugi dan sanksi. Ganti rugi akan ditanggung oleh asuransi
berdasarkan hasil penyidikan, LKK serta penilaian nila kerugian oleh
perusahaan penilai (adjuster). Apabila terbukti adanya pelanggaran atas
undang-undang yang mengakibatkan kecelakaan tersebut, sanksi akan
diberikan oleh kementerian Perhubungan berupa pencabutan ijazah,
sertifikat hingga ihin berlayar atau ijin operasi. Sanksi pidana akan
dijatuhkan Pengadilan apabila hasil penyidikan Satpolair ditemukan
adanya usnur tindak pidana.
16
Kepentingan perusahaan pelayaran pemilik kapal atau perusahaan pemilik
barang dalam pertanggungan atas kerugian melalui cairnya dana klaim dari
asuransi yang begitu besar adalah titik rawan terjadinya tindak pidana
korupsi.
17
Bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat
membantu serta menganalisis seperti rancangan Undang-Undang,
Buku-Buku Tentang Pelayaran, Jurnal Perhubungan Laut, Jurnal asuransi,
Jurnal Hukum. Hasil Penelitian Hukum, Makalah Hukum dan sebagainya.
b) Bahan Hukum Tersier
Bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan
sekunder. Contoh : Koran, Kliping, Majalah, Data dari Internet dan
sebagainya. Buletin Perhubungan, bahan-bahan seminar pelayaran,
bahan-bahan seminar asuransi.
Bab I Pendahulan
18
Terdiri dari latar belakang masalah judul ini penulis ambil , identifikasi masalah
dan perumusan masalah yang diangkat , tujuan dan manfaat penelitian, kerangka
teoritis, kerangka konseptual dan kerangka pemikiran, metode penelitian serta
sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka,
Akan berisi tinjauan umum mengenai apa iti Pelayaran, Keselamatan Pelayaran,
Kecelakaan Pelayaran, Asuransi Pelayaran serta pengertian tentang Korupsi .
Bab III Metode Penelitian
Diuraikan tentang hubungan asuransi pelayaran dan keselamatan pelayaran yang
dikaitkan dengan proses klaim asuransi untuk kecelakaan kapal tenggelam
menggunakan metode yuridis-normatif (yuridis-dogmatis) ialah penelitian hukum
normatif atau penelitian kepustakaan yang mengkaji studi dokumen yakni
menggunakan berbagai data sekunder seperti peraturan perundang-undangan,
putusan pengadilan, teori hukum, dan dapat berupa pendapat ahli.
Bab IV Pembahasan dan Analisis Hasil Penelitian
Pembahasan dan analisis hasil penelitian dalam bab ini penulis akan menguraikan
proses penetapan kapal laik laut, investigasi kecelakaan kapal serta proses klaim
dan layak tidaknya sebuah kecelkaan mendapatkan klaim asuransi.
Bab V Penutup
Bab ini penulis akan menguraikan hasil, kesimpulan dan saran penulis,
kesimpulan tersebut merupakan rumusan masalah I dan masalah II dan saran
penulis sesuai dengan tema penelitian yang penulis bahas.
DAFTAR PUSTAKA
A. Undang-Undang
1. Undang-Undang RI No.17 tahun 2008 tentang Pelayaran
2. Undang-Undang Asuransi Nomor 40 tahun 2014
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
4. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas UU. 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
5. Undang-Undang RI Nomo 32 tahun 2014 tentang Kelautan
B. Peraturan Pemerintah
6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 6, tahun 2020 tentang kecelakaan kapal
19
7. Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 tahun 2000 tentang kepelautan
8. Peraturan Pemerintah RI Nomor 33 tahun 2016 tentang perubahan atas PP
Nomor PM 71 tahun 2013 tentang salavage dan/atau pekerjaan bawah air.
9. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69/POJK.05 tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah,
Perusahaan Reaasuransi, dan Perusahaan Asurasni Syariah.
10. Peraturan Pemerintah RI No.81 /2008 tentang Peraturan Ketiga atas Peraturan
Pemerintah No.73 tahun 1992 tentang penyelengaraan Usaha Perasuransian
11. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan
Kapal
C. Keputusan Presiden
12. Keputusan Presiden Nomor 105 Tahun 1999 tentang Komite Nasional
Keselamatan Transportasi.
D. Buku-buku
13. Agoes Parera. 2019. Hukum Asuransi di Indonesia. Jakarta: Kanisius,
14. Chairul Huda dan Lukman Hakim, Tindak Pidana dalam Bisnis Asuransi,
Jakarta, Lembaga Pemberdayaan Hukum Indonesia, 2006
15. Gunanto H, Perlindungan Penanggung versus Perlindungan Tertanggung &
Ketidakstabilan Hukum Asuransi Laut (marine Insurance) di Negara kita
dewasa ini.
16. Prof.R.Subekti, S.H. , R. Tjitrosudibio , Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata,Burgerlijk Wetboek.
17. Prof.Dr.Stuteki,S.H.,M.Hum.,Galang Taufani,S.H.,M.H. Metodologi Penelitian
Hukum (Filsafat, Teori dan Praktik), cetakan ke 3, januari 2020,penerbit Raja
grafindo Persada,
18. Prof.Dr.Satjipto Rahardjo, S.H. Ilmu Hukum, Cetakan ke delapan, 2014,
penerbut PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 2014.
19. Peter Carey, Suhadriyoto Haryadi, Sri Margana, Korupsi ( Dalam Silang
Sejarah Indonesia, dari Daendels sampai Era Reformasi), Komunitas Bambu
2017.
E. Literatur, Prosedur
20. Asuransi Sinaramas, prosedur pengajuan klaim kerugian
21. Asuransi Tugu Mandiri, prosedur pengajuan klaim kerugian
20
22. Asuransi Jasindo, prosedur pengajuan klaim kerugian.
23. Ditkapel.dephub.go.id. (2020). Tentang DITKAPEL. Diakses pada 09 Januari
2021, dari http://ditkapel.dephub.go.id/Site/Content/View/16
24. hubla.dephub.go.id. (2020) Struktur Organisasi. Diakses pada 09 Januari 2021,
dari https://hubla.dephub.go.id/home/page/83/struktur-organisasi-1
21
Transkip Nilai Mahasiswa
NAMA :YOSEPH HENDRIK BOSEKE
NPM :201710115160
PROGRAM STUDI:ILMU HUKUM
JENJANG :S1