FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
1. Jelaskan definisi maritim, hukum maritim, laut, hukum laut, beserta perbedaan dan batasannya, dengan
menyebutkan Lengkap sumber jawaban sodara
2. Jelaskan dasar alasan klasifikasi hukum maritim dan hukum laut dengan contoh konkrit lengkap dengan
sumber jawaban sodara
3. Sebutkan tokoh yg berjasa dengan hasil karya untuk maritim dan laut Indonesia
4. Jelaskan pendapat sodara disertai dasar hukum maritim/laut mengenai :
a. Runtuhnya dinding tebing yg menimpa kapal angkut wisatawan di thailand
b. Penenggelaman kapal pencuri ikan
c. Pengiriman cargo laut antar negara yg hilang diperjalanan
Jawaban
2021
PANITIA UJIAN TENGAH SEMESTER
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
Artikel Kompas.com
Kemudian, Pasal 41 ayat (1) UU Pelayaran jo. Pasal 181 ayat (2) PP
20/2010 pada intinya menyatakan bahwa tanggung jawab tersebut dapat ditimbulkan sebagai akibat
pengoperasian kapal, berupa:
a. kematian atau lukanya penumpang yang diangkut;
b. musnah, hilang, atau rusaknya barang yang diangkut;
c. keterlambatan angkutan penumpang dan/atau barang yang diangkut; atau
a. kerugian pihak ketiga
Berdasarkan ketentuan di atas, perusahaan angkutan laut bertanggung jawab terhadap musnah,
hilang, dan rusaknya barang yang diangkutnya.
2021
PANITIA UJIAN TENGAH SEMESTER
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
Batas tanggung jawab tersebut didasarkan pada kesepakatan bersama antara pengguna dan
penyedia jasa sesuai dengan perjanjian angkutan atau sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan[1] serta terbatas terhadap jenis dan jumlah yang dinyatakan dalam dokumen
muatan[2] atau yang lebih dikenal dengan “bill of lading”.
Dengan demikian, perusahaan angkutan laut harus berhati-hati terhadap barang yang diangkutnya.
Untuk mengalihkan risiko terhadap gugatan ganti kerugian oleh pengirim, perusahaan angkutan laut
mengasuransikan barang yang diangkut. Asuransi terhadap barang angkutan ini sifatnya diwajibkan
oleh peraturan perundang-undangan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 41 ayat (3) UU Pelayaran
jo. Pasal 181 ayat (3) PP 20/2010.
Ganti Kerugian oleh Perusahaan Angkutan Laut
Dalam situasi demikian, pihak perusahaan angkutan laut tetap harus bertanggung jawab untuk
membayar ganti kerugian yang diderita oleh pengirim/pengguna jasa berdasarkan ketentuan Pasal
40 dan Pasal 41 UU Pelayaran jo. Pasal 181 PP 20/2010 sebagaimana telah diuraikan di atas.
Pihak pengirim/pengguna jasa dapat mengajukan gugatan ganti rugi berdasarkan perbuatan
melawan hukum sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (“KUH Perdata”) yang berbunyi:
Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan
orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut.
Pasal 1366 KUH Perdata juga menegaskan bahwa setiap orang bertanggung jawab, bukan hanya atas
perbuatannya, namun juga karena adanya suatu kelalaian atau kesembronoanny Dasar Hukum:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
2. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang;
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di
Perairan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan.
2021