Anda di halaman 1dari 3

PANITIA UJIAN TENGAH SEMESTER

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA

NAMA : Muhammad Adri Julyanto Sewang


NIM : 191292
MATA KULIAH : Hukum Kemaritiman
SEMESTER/KELAS : VII/C2
DOSEN PENGAMPU : HANNY AMELIA, S.H., M.Kn.

1. Jelaskan definisi maritim, hukum maritim, laut, hukum laut, beserta perbedaan dan batasannya, dengan
menyebutkan Lengkap sumber jawaban sodara
2. Jelaskan dasar alasan klasifikasi hukum maritim dan hukum laut dengan contoh konkrit lengkap dengan
sumber jawaban sodara
3. Sebutkan tokoh yg berjasa dengan hasil karya untuk maritim dan laut Indonesia
4. Jelaskan pendapat sodara disertai dasar hukum maritim/laut mengenai :
a. Runtuhnya dinding tebing yg menimpa kapal angkut wisatawan di thailand
b. Penenggelaman kapal pencuri ikan
c. Pengiriman cargo laut antar negara yg hilang diperjalanan

Jawaban

1. maritim memiliki arti berkenaan dengan laut; berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan di


laut.
 Hukum maritim (Maritime Law) adalah hukum yang mengatur tentang pelayaran dalam arti
transportasi laut dan kegiatan yang terkait dengan pelayaran atau kenavigasian, baik yang
termasuk hukum perdata maupun hukum publik.
 Laut adalah sebuah perairan asin besar yang dikelilingi secara menyeluruh atau sebagian oleh
daratan. Dalam arti yang lebih luas, "laut" adalah sistem perairan samudra berair asin yang
saling terhubung di Bumi yang dianggap sebagai satu samudra global atau sebagai beberapa
samudra utama.
 Hukum Laut  adalah hukum yang mengatur laut sebagai obyek yang diatur dengan
mempertimbangkan seluruh aspek kehidupan dan kepentingan seluruh negara termasuk negara
yang tidak berbatasan dengan laut secara fisik (Landlock Countries) guna pemanfaatan laut
dengan seluruh potensi yang terkandung didalamnya bagi umat manusia sebagaimana yang
tercantum dalam UNCLOS 1982, beserta konvensi-konvensi Internatioanal yang terkait langsung
dengan nya.
 Kekuasaan wilayah laut Indonesia meliputi laut teritorial, landas kontinen, dan zona ekonomi
eksklusif (ZEE).
Sumber : Buku Sekolah Elektronik SMK Nautika Kapal Penangkap Ikan Jilid 3
2. Hukum Maritim jika ditinjau dari tempat berlakunya maka ada 2 penggolongan yaitu Hukum Maritim
Nasional dan Hukum Maritim Internasional. Hukum Maritim Nasional adalah Hukum Maritim yang
diberlakukan secara Nasional dalam suatu Negara. Untuk di Indonesia contohnya adalah :
1. Buku kedua KUHD tentang Hak dan Kewajiban yang timbul dari Pelayaran
2. Buku kedua Bab XXIX KUH Pidana tentang Kejahatan Pelayaran
3. Buku ketiga Bab IX KUH Pidana tentang Pelanggaran Pelayaran
4. Undang-Undang No.21 Tahun 2001 tentang Pelayaran
5. Peraturan Pemerintah (PP) No.7 Tahun 2000 tentang Kepelautan
6. Keputusan Menteri (KM) Menteri Perhubungan RI No.70 Tentang Pengawakan Kapal Niaga
Laut ternyata terdiri dari beberapa macam. Berbagai macam laut ini bisa dilihat menurut beberapa
karakteristik. Secara umum, laut dikelompokkan menurut lima klasifikasi, yakni menurut letaknya,
menurut kedalamannya, menurut luasya, menurut proses terjadinya, dan menurut reliefnya.
Sumber : Buku Sekolah Elektronik SMK Nautika Kapal Penangkap Ikan Jilid 3
3. Tiga tokoh yang berperan penting dalam deklarasi djuanda yaitu Ir. H. djuanda, Prof. Dr. Mochtar
Kusumaatmadja,

2021
PANITIA UJIAN TENGAH SEMESTER
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA

4. a. Runtuhnya dinding tebing yg menimpa kapal angkut wisatawan di thailand


Jawaban :
Peristiwa Runtuhnya dinding tebing yg menimpa kapal angkut wisatawan di Brazilia merupakan
peristiwa diluar kendali manusia atau kecelakaan jadi disini tidak ada pihak yang bisa disalahkan
tetapi secara kemanusian pihak sekitar wilayah kekuaasan harus ikut membantu para korban dalam
berbagai hai mulai dari penyelamatan&pencarian korban serta berusaha mencari tahu penyebab
kecelakaan itu sesungguhnya agar dijadikan pelajaran untuk kedepannya.

b. Penenggelaman kapal pencuri ikan


jawaban :
menurut pendapat saya kapal-kapal eks asing seharusnya bisa dioptimalkan untuk membantu
nelayan ketimbang ditenggelamkan. namun penenggelaman kapal ikan asing ilegal tidak sepenuhnya
salah karena memberi efek jera terhadap penangkapan ikan ilegal. Ada landasan hukumnya, yaitu UU
Nomor 15/2009 tentang Perikanan. Namun, langkah itu tidak perlu diperpanjang. "Menggelamkan
kapal butuh biaya juga, tidak kecil. Kenapa tidak dioptimalkan sajadi .kebijakan penenggelaman
kapal ikan asing ilegal itu memang dilematis karena jika menolak maka seringkali dianggap tidak
nasionalis. "Ada laporan dari Ambon, katanya nelayan tidak perlu melaut karena ikan sudah ada.
Tapi di sisi lain, industri kekurangan pasokan ikan karena (armada) kapalnya kurang. Jadi kenapa
kapal tidak dioptimalkan," ucapnya. Kapal-kapal ikan yang dibeli bekas dari luar negeri sudah lama
tidak lagi boleh beroperasi di Tanah Air. Dia menyarankan kapal-kapal eks asing yang tidak
ditenggelamkan diserahkan kepada nelayan melalui koperasi nelayan. Hal itu dilakukan agar kapal
yang disita bisa tetap dimanfaatkan. biaya membangun kapal akan sia-sia jika kapalkapal itu hanya
berakhir jadi abu di lautan. Banyak eksekusi penenggelaman kapal memakai peledak itu terjadi di
dekat garis pantai, sehingga dinilai potensial merusak lingkungan hidup.

Artikel Kompas.com

c. Pengiriman cargo laut antar negara yg hilang diperjalanan


jawaban :
Sebagai pengangkut, bertanggung jawab terhadap penumpang dan barang yang dibawanya
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 40
UU Pelayaran yang berbunyi:

1. Perusahaan angkutan di perairan bertangggung jawab terhadap keselamatan dan keamanan


penumpang dan/atau barang yang diangkutnya.
2. Perusahaan angkutan di perairan bertanggung jawab terhadap muatan kapal sesuai dengan
jenis dan jumlah yang dinyatakan dalam dokumen muatan dan/atau perjanjian atau kontrak
pengangkutan yang telah disepakati.

Kemudian, Pasal 41 ayat (1) UU Pelayaran jo. Pasal 181 ayat (2) PP
20/2010 pada intinya menyatakan bahwa tanggung jawab tersebut dapat ditimbulkan sebagai akibat
pengoperasian kapal, berupa:
a. kematian atau lukanya penumpang yang diangkut;
b. musnah, hilang, atau rusaknya barang yang diangkut;
c. keterlambatan angkutan penumpang dan/atau barang yang diangkut; atau
a. kerugian pihak ketiga

Berdasarkan ketentuan di atas, perusahaan angkutan laut bertanggung jawab terhadap musnah,
hilang, dan rusaknya barang yang diangkutnya.

2021
PANITIA UJIAN TENGAH SEMESTER
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA

Batas tanggung jawab tersebut didasarkan pada kesepakatan bersama antara pengguna dan
penyedia jasa sesuai dengan perjanjian angkutan atau sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan[1] serta terbatas terhadap jenis dan jumlah yang dinyatakan dalam dokumen
muatan[2] atau yang lebih dikenal dengan “bill of lading”.

Dengan demikian, perusahaan angkutan laut harus berhati-hati terhadap barang yang diangkutnya.
Untuk mengalihkan risiko terhadap gugatan ganti kerugian oleh pengirim, perusahaan angkutan laut
mengasuransikan barang yang diangkut. Asuransi terhadap barang angkutan ini sifatnya diwajibkan
oleh peraturan perundang-undangan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 41 ayat (3) UU Pelayaran
jo. Pasal 181 ayat (3) PP 20/2010.
Ganti Kerugian oleh Perusahaan Angkutan Laut
Dalam situasi demikian, pihak perusahaan angkutan laut tetap harus bertanggung jawab untuk
membayar ganti kerugian yang diderita oleh pengirim/pengguna jasa berdasarkan ketentuan Pasal
40 dan Pasal 41 UU Pelayaran jo. Pasal 181 PP 20/2010 sebagaimana telah diuraikan di atas.
Pihak pengirim/pengguna jasa dapat mengajukan gugatan ganti rugi berdasarkan perbuatan
melawan hukum sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (“KUH Perdata”) yang berbunyi:
Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan
orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut.
Pasal 1366 KUH Perdata juga menegaskan bahwa setiap orang bertanggung jawab, bukan hanya atas
perbuatannya, namun juga karena adanya suatu kelalaian atau kesembronoanny Dasar Hukum:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
2. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang;
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di
Perairan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan.

2021

Anda mungkin juga menyukai