Anda di halaman 1dari 11

HERMENEUTIKA p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439

VOL. 5, NO. 2, AGUSTUS 2021 http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

KAJIAN HUKUM KELAIKLAUTAN KAPAL MOTOR KAYU


TRADISIONAL TRANSPORTASI RUM-BASTIONG

Abdul Rahim Taha 1, Irham Rosyidi 2, Nam Rumkel 3


1,2,3
Program Studi Magister Ilmu Hukum, Pascasarjana Universitas Khairun, Ternate

DOI: http://dx.doi.org/10.33603/hermeneutika.v3i2
Diterima: 5 Juni 2021; Direvisi: 10 Juli 2021; Dipublikasikan: Agustus 2021

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Kapal Motor Kayu Tradisional
Pelayaran Rum – Bastiong telah memenuhui Kelaiklautan Kapal dari sisi hukum. Jenis
penelitian yang digunakan yaitu penelitian hukum yuridis-normatif. Bahan hukum yang
digunakan adalah bahan hukum primer yakni regulasi hukum dan bahan hukum sekunder
yang terdiri dari buku-buku teks, dan jurnal-jurnal hukum. Pengumpulan data dilakukan
melalui studi dokumen dan studi kepustakaan. Data yang terkumpul kemudian dianalisis
secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kapal Motor Kayu tradisional
Pelayaran Rum – Bastiong belum memenuhui kreteria Kelaiklautan Kapal, secara teknis
kapal dibangun tidak mengikuti kaidah rancang bangun konvensi dan belum terklasifikasi
oleh BKI, dibangun secara tradisional tanpa dokumen pedoman pembangunan dan
pengawasan. Secara non teknis tidak memenuhui persayaratan keselamatan kapal, yang
dibuktikan dengan sertifikat, pemuatan, kesejahteran awak kapal dan kesehatan penumpang
serta status hukum kapal.

Kata kunci: kajian hukum, kelaiklautan kapal, motor kayu tradisional, rum-bastiong.

1
Abdul Rahim Taha
Email: abdulrahimtaha@gmail.com
2
Irham Rosyidi
Email: irhamrosyidi@gmail.com
3
Nam Rumkel
Email: namrumkel@gmail.com
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara dengan ini mejadi saling terkait satu sama lain
karakter wilayah geografis kepulauan tentu sehingga Indonesia kaya akan
memiliki nilai ekonomi dalam kepentingan keanekaragamana budaya selain sumber
trasnportasi laut demi menghubungkan daya alamnya. Ketentuan Undang-Undang
daerah yang satu dengan daerah yang lain, RI Nomor 17 Tahun 2008 tentang
kawasan yang memiliki pulau terbanyak Pelayaran, dapat dikenakan pada semua
dimana pulau-pulau tersebut terpisahkan kegiatan angkutan di perairan, pelabuhan,
oleh lautan yang mengelilingi Indonesia. keselamatan dan keamanan pelayaran,
Sebagai Negara dengan kepulauan terbesar serta perlindungan lingkungan maritim di
di dunia Indoensia di kenal sebagai “negeri perairan Indonesia. Selain itu tidak hanya
bahari”. Sejak dahulu pelaut Indonesia perlindungan kedalam tapi juga
terkenal karena kemampuan untuk memberika perlindungan keluar bagi
mengarungi lautan dengan mengunakan semua kapal berbendera Indonesia yang
perahu layar.1 berada di luar perairan Indonesia.3
Kelautan merupakan suatu Undang-Undang RI Nomor 17
peristilahan yang berhubungan dengan Tahun 2008 tentang Pelayaran serta
segala kegiatan di laut yang meliputi Peraturaan Direktur Jenderal Perhubunhan
masalah kedaulatan dan kewenangan suatu Laut Nomor HK.103/2/19/DJPL-16
Negara, ekspolasi dan eksploitasi sumber tentang Pelaksanaan Penyelenggaraan
daya alam, baik hayati maupun non-hayati Kelaiklautan Kapal, ini memberikan
yang berada di permukaan, dasar laut penjaminan bagi pelayaran di perairan
maupun ruang udara di atasnya serta Indonesia sehingga tujuan dari Undang-
perlindungan lingkungan laut. Dengan kata undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang
lain, kelautan mengatur hal-hal yang Pelayaran dapat dicapai, Meningkatkan
berhubungan dengan fungsi laut sebagai ketahanan nasional merupakan salah satu
penyedia sumber daya alam terbesar. butir dari tujuan dari pelayaran di
Sedangkan kemaritiman lebih mengacu Indoneisa yang dijabarkan dalam
pada pelayaran (Navigation), perdagangan keselamatan dan keamanan di perairan,
(seaborne trade), urusan kepelabuhanan pelabuhan, serta perlindungan lingkungan
dan segala macam kegiatan-kegiatan yang maritim. Keselamatan dan keamanan
berhubungan dengan jasa maritim. Dengan dalam perairan dibagi dalam katagorikan
kata lain, kemaritiman mencakup hal-hal kelaikan kapal sangat di utamakan dalam
yang berkaitan dengan fungsi laut sebagai pelayaran untuk dapat berlayar sebuah
sarana transportasi guna terciptanya kapal harus memenuhi syarat-syarat yang
perdagangan lewat laut nasional terutama telah ditentukan dan harus di buktikan oleh
perdagangan inernasional.2 sertifikat dan surat kapal yang dikeluarkan
Indonesia merupakan negara maritim pemerintah.
yang mempunyai wilayah laut cukup luas, Peraturan Menteri Perhubungan
untuk menghubungkan satu pulau dengan Republik Indoensia Nomor PM 39 Tahun
pulau-pulau lainnya dilakukanlah 2017 tentang Pendaftaran dan Kebangsaan
pelayaran. Pelayaran menjadi penting bagi Kapal mengatur tata cara pendaftaran
bangsa Indonesia, dengan berlayar bangsa kapal baik milik swasta, pribadi maupun
yang dikelola oleh BUMN dalam hal dapat
1
Mirja Fauzul Hamdi, Kewenangan Pemerintah mengverifikasi standar layak berlayar serta
Terhadap Keselamatan dan Keamanan Perairan kapasitas angkutan dan kapal yang bisa
Indonesia, Jurnal Hukum Samudera Keadilan, dikategorikan angkutan barang,
Volume 2, Nomor 1 Januari-Juni 2016, hlm. 2
2
Andi Hendrawan, Analisa Indikator Keselamatan
Pelayaran Pada Kapal Niaga, Jurnal Saintara,
3
Volume 3 Nomor 2 Maret 2019, hlm. 3 Mirja Fauzul Hamdi, Op.Cit., hlm. 32
Abdul Rahim Taha, Irham Rosyidi, Nam Rumkel
Kajian Hukum Kelaiklautan Kapal Motor Kayu Tradisional Transportasi Rum-Bastiong
267
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

penumpang maupun angkutan alat-alat banyaknya regulasi yang dibuat, lebih dari
tansportasi lainnya.4 itu harus dilihat bagaimana penerapan
Dasar peraturan dan aturan dalam terhadap asas-asas dari norma regulasi
pelayaran dalam rangka mengantisipasi yang begitu banyak dilahirkan sehingga
kecelakaan laut yang kerap terjadi di output dari keberadaan suatu regulasi bisa
pelayaran laut Indoensia. Proses efektif dan efesien sesuai dengan
pertanggungjawaban adminitrasi ganti rugi kebutuhan masyarakat dan Negara.
dan sebagainya menjadi kendala dalam Peraturan pokok akan pula dilahirkan
terjadi kecelakaan laut disebabkan karena peraturan pelaksana yang umumnya
kesalahan dan kelalaian manusia dan/atau berdasarkan pada Undang-Undang RI
orang-orang pribadi maupun badan hukum Nomor 10 Tahun 2004 tentang
yang melakukan aktivitas pelayaran. Pembentukan Peraturan Perundang-
Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang RI undangan yang kemudian diubah dengan
Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2011
menyebutkan bahwa “Kegiatan angkutan tentang Pembentukan Peraturan
laut pelayaran-rakyat dilakukan oleh Perundang-undangan, bahwa suatu
orang perseorangan warga Negara peraturan pelaksana di buat untuk
Indonesia yang memenuhi persyaratan mengoperasi aturan pokok dan/atau aturan
kelaiklautan kapal serta diawaki oleh umum dengan memperhatikan asas lex
awak kapal berkewarganegaraan superiori derogate lex inferiori yang
Indonesia”, dalam bunyi klausul pasal berarti bahwa peraturan yang lebih tinggi
diatas difokuskan pada norma dapat mengsampingkan peraturan yang
‘Kelaiklautan kapal’ yang sering lebih rendah untuk mencegah terjadinya
diabaiakan oleh pelaku pelayaran tumpang tindih (overlaping). Artinya jika
sehingga seringkali terjadi kecelakaan laut dalam pelaksanaan pelaku usaha
tidak patuh pada regulasi yang ada.5 pengangkutan tidak patuh pada peraturan
Hukum publik yang berlaku di yang lebih tinggi kemudian menggunakan
Indonesia yang normanya mengatur peraturan dibawahnya semisal peraturan
hubungan antara negara dan alat daerah maka secara tidak langsung
kelengkapannya, negara dan Perorangan, Peraturan daerah setempat batal demi
dan antar negara, sementara sifat dari hukum karena bertentangan dengan
hukum memaksa yakni dalam keadaan ketentuan yang ada, walaupun dalam
bagaimana juga harus ditaati dan memaksa aturan bahwa eksistensi dan/atau
mutlak. Efesiensi dan efektifas penegakan keberadaan suatu peraturan Perundang-
norma dan sifat dari aturan tentang undangan mengikuti kemauan dan
Pelayaran maupun berkaitan dengan kebutuhan dari masyarakat akan tetapi asas
pengangkutan Laut di Indonesia masih kemanfaatan dan perlindungan Hak asasi
belum maksimal sehingga dalam Manusia harus diutamakan.
operasioal sering terjadi dalam proses Kapal Motor Tradisional menjadi
pelaksanaan pelayaran dan pengangkutan alat transportasi lokal untuk melayani
laut. kepentingan pelayaran di daerah-daerah
Upaya dalam menentukan apakah maupun sebagai alat angkutan laut lokal.
penegakan supremasi hukum Pelayaran, Kegiatan pelayaran seperti ini wajib
hukum laut dan hukum maritim di mempunyai izin kelaikan sehingga
Indonesia tidak cukup dengan melihat dari menjamin keseamatan dan rasa aman
Kapal Motor Kayu Tradisional
4
Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor 39 sebagai angkutan transportasi yang
Tahun 2007 tentang Pendaftaran Dan Kebangsaan mengangkut kendaraan roda dua (2) dan
Kapal penumpang yang melayari rute Rum -
5
Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang RI Nomor 17
Bastiong dan sebaliknya merupakan kapal
Tahun 2008 tentang Pelayaran
Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum
268 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

pelayaran rakyat yang digagas oleh Sesuai dengan data yang dapat diperoleh
kalangan masyarakat tradisional lewat sebagai berikut:
hasil karya kapal motor dari masyarakat 1. Pada hari Kamis 02 Juli 2015
yang berprofesi sebagai perajin pembuatan terjadi kecelakan laut yaitu Speed
perahu lokal daerah tersebut, dirancang Boat dari Bastiong menuju Rum
bangun kapalnya tidak memiliki desain dan kapal kayu PM. Fajar yang
dan pengesahan gambar dari Kementerian baru masuk ke pelabuhan Bastiong
Perhubungan Direktorat Jenderal dari Rum, saling menabrak, dan 4
Perhubungan Laut. Rancangan umum (empat) orang penumpang
suatu kapal sangat penting dalam mengalami luka ringan, dan
menunjang kestabilan kapal seperti tata dirawat di RSUD. Chasan Bosori
letak ruangan/pertinggian geladak pada Ternate, peristiwa tersebut seorang
kapal dan muatan kapal, Parameter penumpang yang tasnya jatuh ke
hidrostatis untuk menggambarkan kondisi laut berisi uang Rp.100.000.000
kapal di dalam air. (seratus juta rupiah) dan cincin batu
Hukum hadir dalam masyarakat bacan seharga Rp.30.000.000 (tiga
adalah untuk mengintegrasikan dan puluh juta rupiah) sehingga
mengkoordinasikan kepentingan- penumpang tersebut mengalami
kepentingan yang bisa bertubrukan satu kerugian mencapai Rp.130.000.000
sama lain. Pengkoordinasian kepentingan- (seratus tiga puluh juta rupiah).
kepentingan tersebut dilakukan dengan Dan Speed Boat tersebut
cara membatasi dan melindungi mengalami kerusakan ringan
kepentingan-kepentingan tersebut.6 diperkiraan kerugian mencapai
Jaminan keselamatan pelayaran, Rp.10.000.000 (sepuluh juta
maka kapal dinyatakan laik laut jika rupiah)
berlayar, suatu kapal dinyatakan laik laut 2. Pada hari jum’at 09 Desember
harus memenuhi ketentuan yang mengatur 2016 terjadi kecelakan laut yaitu
terhadap keselamatan kapal, antara lain Speed Boad Kaka 01 dari
tentang badan kapal, perlengkapan, pelabuhan Rum ke Bastiong dan
Sertifikat keselamatan penumpang/barang, Kapal Kayu PM. Nuarafat dari
alat-alat penolong keselamatan serta Bastiong tujuan Rum saling
persyaratan lain yang juga harus dipenuhi menabrak akibat dari kejadian
adalah menyangkut awak kapal tingkat tersebut 3 (tiga) dirujuk ke RSUD.
Ijazahnya atau Sertifikat Ketrampilan dan Chasan Bosori Ternate. Kejadian
pemenuhan jumlah awak kapal sesuai itu mengakibatkan Speed Boat
dengan ketentuan. Kaka 01 mengalami
Kapal Motor Kayu Tradisional kerusakan/bocor dan PM. Nrarafat
transportasi Rum dan Bastiong sebagai mengalami retak pada bagian
sarana angkutan laut dan tempat banyak buritan serta mengalami kerugian
orang mendambakan hidupnya. Setiap saat materil laka laut tersebut
kesalamatan jiwanya terancam, baik para Rp.40.000.000 (empat puluh juta
pelaut maupun yang ikut berlayar, data rupiah)
diperoleh bahwa kecelakan laut Kapal 3. Pada hari sabtu 22 juni 2019 terjadi
Kayu Tradisional Rum-Bastiong pernah kecalakan laut yaitu Speed Boat
mengalami kecelakan laut dan memakan Delta dari pelabuhan Bastiong
korban jiwa dan harta yang tidak sedikit. tujuan pelabuhan Rum bertepatan
dengan datangnya Kapal Kayu
Tradisional PM. Nila dari
6
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya pelabuhan Rum maka terjadi saling
Bakti, Bandung, 2000. ketabrakan dan salah satu
Abdul Rahim Taha, Irham Rosyidi, Nam Rumkel
Kajian Hukum Kelaiklautan Kapal Motor Kayu Tradisional Transportasi Rum-Bastiong
269
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

penumpang dari PM. Nila anak 1) Kecerobohan awak kapal


gadis berusia 10 (sepuluh) tahun didalam menjalankan Kapal
mengalami putus lengannya 2) Kekurangmampuan awak
mengakibat anak gadis tersebut kapal dalam menguasai
mengalami cacat tetap. Diberikan berbagai permasalah yang
santunan Asuransi korban mungkin timbul dalam
kecelakan cacat tetap operasional kapal.
Rp.50.000.000 (lima puluh juta 3) Lalai dalam menjalankan tugas
rupiah) dan biaya perawatan untuk sebagai aparatur dalam
kecelakan Laut sebesar pengawasan
Rp.20.000.000 (dua puluh juta 4) Secara sadar memuat muatan
rupiah) secara berlebihan dan
penempatan barang tidak
Perlindungan hukum adalah sesuai dengan keseimbangan
memberikan pengayoman kepada hak asasi kapal /lasing
manusia yang dirugikan orang lain dan b. Faktor Teknis
perlindungan tersebut diberikan kepada 1) kekurang cermatan didalam
masyarakat agar mereka dapat menikmati desain kapal
semua hak-hak yang diberikan oleh 2) penelantaran perawatan kapal
hukum atau dengan kata lain perlindungan sehinga mengakibatkan
hukum adalah berbagai upaya hukum yang kerusakan pada bagian-bagian
harus diberikan oleh aparat penegak kapal yang mengalami
hukum untuk memberikan rasa aman, kebocoran dan pemesinan
baik secara pikiran maupun fisik dari mengalami aus.
gangguan dan berbagai ancaman dari 3) pemuatan kendaraan roda 2 di
pihak manapun.7 Penyebab terjadinya klasifikasi sebagai Barang
kecelakaan laut harus dilihat karakteristik Berbahaya yang beresiko
untuk dapat menganalisa penyebab tinggi sesuai dengan IMDG
kecelakan kapal. pada umumnya CODE dan kategori kelas 3
karakteristik yang biasa digambarkan (tiga) cairan yang mudah
adalah: terbakar. Perlu penanganan
1) Kecelakan adalah sebagai kejadian khusus.
yang langkah 4) Alur masuk keluar pelabuhan
2) Kecelakan adalah sebagai suatu bastiong sangat padat dengan
peristiwa yang tidak tahu kapan kapal-kapal yang tambat di
akan terjadi dermaga sehingga
3) Kecelakan sebagai peristiwa- mempersempit olah gerak
peristiwa multi faktor. kapal.
c. Faktor Alam
Penyebab-penyebab Kecelakan 1) Faktor cuaca buruk, badai,
Kapal Motor Kayu tradisional Rum- 2) Gelombang yang tinggi yang
Bastiong dari berbagai faktor yaitu: dipengaruhi oleh musim/badai,
3) Arus yang besar
4) Kabut yang mengakibatkan
a. Faktor Manusia jarak pandang yang terbatas.

Keselamatan pelayaran diantaranya


meliputi sarana dan prasarana dalam
7
Salmond, Penyelenggaraan Keadilan Dalam menunjang kegiatan pelayaran.
Masyarakat yang Sedang Berubah, Jurnal Masalah
Perlindungan lingkungan maritim
Hukum, 1993.
Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum
270 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

diantaranya mencakup mengenai menjadi antitesa penelitian yang kami


pencemaran perairan yang disebabkan oleh angkat dilihat dari fenomena sosial
kecelakaan kapal.8 Pada dasarnya berubah menajdi fenomena hukum di
kesalamatan transportasi adalah hak setiap pelayaran laut wilayah perairan Rum -
warga Negara sehingga pemerintah wajib Bastiong yang menurut hemat penulis
mewujudkan dan melindungi perlu untuk dikaji secara normatif terhadap
penyelenggaran transportasi yang aman, norma kelaiklautan Kapal karena terdapat
tertib, lancar dan terjangkau. penumpang ketidak taatan hukum dari aturan pokok
yang di angkut wajib memperoleh jaminan dan aturan yang bersifat kebijakan tentang
keselamatan dan barang yang di pelayaran dan pengangkutan laut.
bawah/diangkut diterima dipelabuhan Berdasarkan pemaparan tersebut, maka
tujuan dalam keadaan sebagaimana pada permasalahan yang dikaji dalam tulisan ini
waktu di terima di pelabuhan adalah Apakah Kapal Motor Kayu
keberangkatan. Tradisional Pelayaran Rum – Bastiong
Asas Kepastian Hukum adalah telah memenuhui Kelaiklautan Kapal dari
pelaku maupun konsumen mentaati hukum sisi hukum?
dan memperoleh keadilan dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen II. METODE PENELITIAN
serta negara menjamin kepastian hukum.9 Jenis penelitian yang digunakan
Layanan transportasi dengan jaminan yaitu penelitian hukum yuridis-normatif.10
keselamatan akan memberikan rasa Bahan hukum yang digunakan adalah
kepastian dan ketenangan bagi pelaku bahan hukum primer yakni regulasi hukum
perjalanan atau bagi pemilik barang. dan bahan hukum sekunder yang terdiri
Sehinga kegiatan sosial ekonomi dari buku-buku teks, dan jurnal-jurnal
masyarakat dapat terlindung. jika aspek hukum. Pengumpulan data dilakukan
keselamatan transportasi terjamin, dan hak melalui studi dokumen dan studi
masyarakat pengguna terlindung. tidak kepustakaan. Data yang terkumpul
akan menimbulkan kontra produktif. kemudian dianalisis secara kualitatif.
Fenomena sosial yang Penulis lihat
bahwa jasa angkutan laut yang III. HASIL PENELITIAN
menghubungkan antara Rum dan Bastiong Kelaiklautan Kapal Motor Kayu
di Provinsi Maluku Utara terdapat Tradisional
sejumlah persoalan dalam hal kelaiklautan Gambar Rancang Bangun
Kapal, syarat-syarat terhadap Pada awal Kapal Motor Kayu
pengangkutan yang menggunakan Kapal Tradisional Rum – Bastiong dirancang dan
Kayu Tradisional masih jauh dari norma dibangun melalui hasil pembelajaran dari
Undang-undang tentang Pelayaran garis turunan masyarakat setempat.
sehingga penting untuk dijadikan sebagai Kemampuan membangun kapal dengan
objek Penelitian hukum menggunakan tekhnologi yang secara
Propinsi Maluku Utara pada turun-temurun diterapkan tanpa
umumnya khususnya perhubungan laut menggunakan gambar. Kapal tradisional
Kota Ternate dan Kota Tidore Kepulauan tersebut dibuat oleh tangan-tangan ahli
tanpa menggunakan bantuan peralatan
8
Dewan Kelautan Indonesia, Penyusunan Kembali modern, dikerjakan pada galangan
Rancangan (Redesign) Peraturan Perundang- tradisional atau di tepi pantai dengan
Undangan di Bidang Pelayaran, Kementerian proses pembuatan tanpa menggunakan
Kelautan Dan Perikanan Sekretariat Jenderal
Satuan Kerja Dewan Kelautan Indonesia Tahun
10
Anggaran 2012, hlm. 11 Kadarudin, Penelitian di Bidang Ilmu Hukum
9
Elsi, Advendi, Hukum Dalam Ekonomi, PT. (Sebuah Pemahaman Awal), Semarang: Formaci
Grasindo, Jakarta, 2007, hlm. 159 Press, 2021, hlm. 117
Abdul Rahim Taha, Irham Rosyidi, Nam Rumkel
Kajian Hukum Kelaiklautan Kapal Motor Kayu Tradisional Transportasi Rum-Bastiong
271
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

catatan. Pembangunan kapal kayu ini setempat untuk mendapatkan pengawasan.


merupakan suatu keahlian dari para Ayat (5) Segala resiko yang terjadi apabila
pembuatnya tanpa menggunakan petunjuk kegiatan pembangunan dan/atau
teknis gambar-gambar rancangan perombakan Kapal Tradisional
sebagaimana layaknya kapal modern, Pengangkut Penumpang yang
sehingga kapal tersebut memeliki dilaksanakan sebelum dilakukan
karakterristik tersendiri serta bentuk dan pemeriksaan gambar rancang bangun
modelnya sama. kapal oleh Pejabat Pemeriksa Keselamatan
Kapal Motor Kayu Tradisional Kapal dan disahkan oleh Direktur Jenderal
Transportasi Rum - Bastiong beroperasi menjadi tanggung jawab mutlak pemilik
sejak tahun 1973, dengan jumlah armada kapal.
10-unit untuk mengangkut penumpang, Kapal Motor Kayu tradisional
barang kebutuhan pokok, pada tahun 1987 Pelayaran Rum – Bastiong di bangun tidak
Kapal Motor Kayu Tradisional tersebut mengikuti kaidah rancang bangun
mulai mengangkut kendaraan roda dua. Konvensi, di bangun secara tradisional
Pada tahun 1989 mengalami peningkatan oleh para perajin pembuat kapal
dari 10-unit menjadi 12-unit kapal hingga masyarakat setempat, sehingga penyebab
saat ini, Sistem operasi armada tersebut kestabilan kapal perlu mendapat perhatian
menggunakan metode pembagian sief serius. Keselamatan terhadap terbaliknya
yakni perhari 6-unit kapal yang beroperasi kapal berkaitan erat dengan stabilitas pada
kemudian hari berikutnya 6-unit lagi yang saat merancang kapal, di samping cara
beroperasi, untuk mengangkut kebutuhan mengopersikan kapal dalam kondisi
dasar, hasil-hasil pertanian dan bergelombang, serta kemungkinan
perkebunan serta penumpang juga menghadapi situasi berbahaya yang dapat
mengangkut kendaraan roda dua mengakibatkan kapal terbalik.
berjumlah 12 unit.11 Kapal Motor Kayu Tradisional
Peraturan Direktur Jenderal tersebut mengangkut muatan, kendaran
Perhubungan Laut Nomor: roda dua dan penumpang dampak
HK.103/2/8/DJPL-17 tentang Petunjuk berpengaruh pada stabilitas dan
Kapal Tradisional Pengangkut keseimbangan dipengaruhui oleh susunan
Penumpang. Pasal 1 ayat (1) Kapal dan tata letak muatan dan kendaran roda
Tradisional adalah kapal yang dibangun dua di diatas geladak/deck Hal tersebut
secara tradisional atau tidak mengikuti dapat melemahkan konstruksi dan
kaidah rancang bangun. Pasal 5 ayat (1) stabilitas kapal. Pada saat merancang
Sebelum pelaksanaan pembangunan sebuah kapal yang di utamakan adalah
dan/atau perombakan Kapal Tradisional kreteria stabilitas karena menyangkut
Pengangkut Penumpang, pemilik kapal dengan keselamatan terhadap terbaliknya
atau galangan harus membuat serta kapal. Kecelakan Kapal Motor Kayu
mengajukan usulan pengesahan gambar Tradisional di perairan Rum - Bastiong
rancang bangun kapal kepada Direktur cenderung berulang mengulangi kejadian
Jenderal. Ayat (4) Setelah gambar rancang atau kesalahan yang lebih banyak pada
bangun kapal diperiksa dan disahkan oleh persoalan kondisi cuaca dan kelebihan
Direktur Jenderal selanjutnya pemilik muatan terutama diatas geladak/deck
kapal atau galangan atau tukang pembuat disebabkan karena armada kapal dibuat
kapal secara tradisional memberitahukan tanpa standar keselamatan.
rencana pelaksanaan pembangunan Konstruksi Kapal
dan/atau perombakan kapal kepada Pejabat Kapal Motor Kayu Tradisional
Pemeriksa Keselamatan kapal pada UPT Transportasi Rum – Bastiong sesuai
dengan kondisi yang ada terbuat dari
11 bahan materal Kayu dengan penggerak
Data dari UPP Soasio Tahun 2019
Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum
272 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

dari mesin, bahan-bahan materal dikerjakan secara tradisional di galangan


pembuatan konstruksi kapal tradisional tradisional oleh tukang kayu tradisional
tersebut cukup mudah diperoleh di belum masuk klasifikasi dan terklasifikasi
wilayah Provinsi Maluku Utara dan katagori layak laut.12
pengerjaannya tidak memerlukan Kelemahan-kelemahan yang terjadi
teknologi tinggi. Gambaran konstruksi pada Kapal Motor Kayu Tradiosonal
kapal pada Kapal Motor Kayu Tradisional transportasi Rum – Bastiong adalah
pelayaran Rum – Bastiong menunjukan pembatas antara ruang muatan dan
kapal cukup kuat untuk menahan tegangan penumpang yang disatukan dan tidak ada
yang dialami oleh kapal. sekat kedap mesin ruang muat pada haluan
Jenis-jenis kayu yang digunakan dan buritan, sehingga dapat menggangu
dengan kegunaannya telah ditetapkan aktifitas di ruang mesin. Diatas
dalam peraturan kapal non konvensi. Biro geladak/deck ditempatkan kendaran roda
Klasifikasi Indonesia juga menegaskan dua dan muatan lainya serta penumpang
bahwa pemilihan jenis kayu untuk struktur sebagian duduk dan berdiri diatas geladak.
kapal didasarkan pada sifat-sifatnya seperti Pintu utamanya satu dan akses daruratnya
keawetan, kekuatan masa jenis, dan tidak dipasng bahan yang mudah pecah.
kelembabannya. Karena kayu rentan Kapal tersebut ugah tidak adah ruang
terhadapa kondisi cuaca maka perlu WC/kakus.
diperhatikan bagian-bagian kapal kapal Konstruksi kapal pada umumnya
yang terendam air, dan tidak terendam termasuk Kapal Kayu Tradisional harus
namun terkena panas mataharidan hujan. memeliki kekuatan struktur harus mampu
Oleh karena itu dibutuhkan kayu yang kuat menahan beban muatan yang terkadang
tidak mudah pecah, tidak cacat dan tahan pemuatan sampai diatas deck melindungi
terhadap gangguan organisme laut. diri sendiri dari guncangan atau pengaruh
Metode pembangunan Kapal Tradisional eksternal selama berlayar. Pada saat yang
masih menerapkan metode yang sama hull girder dan seluruh konstruksi
diwariskan secara turun temurun, sehingga memanjang (longitudintal strength)
pemelihan kayu didasarkan pada metode mengalami deformasi, sehingga
tersebut dan belum menggunakan standar mengakibatkan beban dalam deformasi
atau perhitungan yang baku. yang dialami oleh struktur kapal yang
Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) kritis antara lain pada kondisi “sagging”
telah menerbitkan peraturan tentang kapal dan “hogging”. Karena kapal adalah
kayu diantaranya Peraturan Konstruksi merupakan benda yang tidak homogen
Kapal Kayu, akan tetapi tidak tidak teratur sepanjang kapal, baik berat
mengeluarkan sertifikat kelas untuk kapal kapal itu sendiri maupun muatannya.
tradisional. Kebanyakan kapal-kapal niaga Sistem Konstruksi kapal kayu juga
dibangun sesuai dengan peraturan sangat rentan terhadap tubrukan dengan
kelompok klasifikasi yang dibentuk oleh benda keras karena sambungan bilah
Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) lambung kapal dengan gading kapal yang
tujuannya adalah meyakinkan bahwa kapal hanya diperkuat dengan paku dapat mudah
yang telah diklasifikasi adalah baik, aman lepas apabila mendapat beban yang besar
dan dapat diandalkan dalam istilah selain korosi juga berpengaruh terhadap
pelayaran laut disebut safe and reliable, kekuatan paku.
keyakian yang didasari atas aturan dari Pemerintah dalam hal ini
masing-masing klasifikasi diterapkan Kementerian Perhubungan Direktorat
terhadap kapal terbuat dari baja dan bahan Jenderal Perhubungan Laut telah
lain seperti aluminium, fiberglass, maupun
kapal kayu, akan tetapi Kapal Motor Kayu 12
http://ika.ppns.ac.id/pt-biro-klasifikasi-indonesia-
Tradisional Rum – Bastiong yang bki/ di unduh pada tanggal 28 Desember 2020
Abdul Rahim Taha, Irham Rosyidi, Nam Rumkel
Kajian Hukum Kelaiklautan Kapal Motor Kayu Tradisional Transportasi Rum-Bastiong
273
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

mengeluarkan Perturan Direktur Jenderal e. Ukuran akses darurat minimal


Perhubungan Laut Nomor: lebar dan tinggi 800 (delapan ratus)
HK.103/2/8/DJPL-17 tentang Petunjuk millimeter dan terbuat dari bahan
kapal Tradisional Pengangkut Penumpang. mudah dipecah.
Pasal 6 ayat (2) Kapal Tradisional f. Kamar mandi dan WC/kakus harus
Pengangkut Penumpang harus dilengkapai tersedia dengan memadai minimal
dengan: jumlah 1 (satu) buah.
a. Perlengkapan akomodasi yang
cukup Permesinan
b. Ruang penumpang harus Kapal Motor Kayu Tradisional
dilengkapi dengan ventilasi dan Pelayaran Rum – Bastiong menggunakan
alat penerangan yang cukup. mesin (marine) Motor tempel (outboard)
c. Ruang penumpang hars aman sebagai penggerak. Dari 12 (dua belas)
terhadap hujan, angin dan panas kapal tradisional yang melayari perairan
matahari. Rum – Bastiong menggunakan mesin
outboard Yamaha 2 x 40 Power Kuda
Ayat (3) Ketentuan Kapal (PK) dengan bahan bakar minyak (BBM)
Tradisional Pengangkut Penumpang: minyak tanah dan bensin sebagai bahan
a. Untuk setiap penumpang harus bakar pancingan untuk menghidupkan
tersedia ruangan dengan luas mesin, dalam satu kali pelayaran dari Rum
geladak sekurang-kurangnya 1,12 Kota Tidore tujuan Bastiong kota Ternate
m² ditambah dengan 0,37 m² luas memerlukan bahan bakar minyak tanah
geladak untuk peranginan. sebanyak 5 (lima) liter, dan bensin 1 (satu)
b. Untuk setiap kamar penumpang liter, dengan jarak tempuh 3,2 mil,
sekurang-kurangnya 3,10³ memerlukan waktu 25 menit.
ditambah dengan 0,37 m² ruang Mesin outboard adalah merupakan
geladak untuk peranginan motor tempel jenis 2 tak sangat mudah
c. Bangunan Kapal Tradisional dipasang dan dilepas yang ditempatkan
Pengangkut Penumpang untuk pada geladak bawah buritan bagian
panjang kapal sampai dengan 10 belakang untuk mendorongkan kapal dan
(sepuluh) meter harus dilengkapi mesin ini juga dilengkapi dengan poros
dengan pintu utama minimal 2 dan propeller yang berfungsi sebagai
(dua) dan akses darurat minimal 2 kemudi untuk membelokan kapal.
(dua), untuk panjang kapal sampai Tengki bahan bakar yang
dengan 24 (dua puluh empat) meter digunakan untuk mesin outboard di
harus dilengkapi dengan pintu gunakan jeriken 30 (tiga puluh) liter, dan
utama 4 (empat) dan akses darurat disediakan bahan bakar cadangan pada
minimal 4 (emoat), dan untuk jeriken-jeriken yang ditempatkan di palka
panjang kapal lebih dari 24 (dua buritan kapal yang terpisah dengan ruang
puluh empat) meter harus penumpang. Pada ruang tempat untuk
dilengkapi dengan 6 (enam) pintu mesin juga sebagai pusat komando/poros
utama dan 8 (delapan) akses kemudi sebagai penentuh arah tujuan
darurat. dalam perjalanan kapal.
d. Pintu utama harus lebar 1 (satu) Selain mesin outboard sebagai
meter dan tinggi minimal 1,6 meter penggerak, Kapal Tradisional tersebut
dilengkapi dengan ambang dengan menggunakan mesin pompa untuk
tinggi minimal 600 (enam ratus) menghisap/memopa air yang masuk
milimeter untuk geladak utamadan kedalam kapal untuk membuang keluar.
tinggi ambang minimal 380 Mesin pompa tersebut menggunakan
milimeter untuk geladak diatasnya.
Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum
274 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

bahan bakar bensin. Dan ditempatkan pada di kapal tersebut tidak sesuai dengan
ruangan penumpang. standar kebutuhan pelayaran (jenis marine
Peraturan Direktur Jenderal use) maupun standar dari Lemaga Jaminan
Perhubungan Laut Nomor. HK. Kelistrikan (LJK).
103/2/8/DJPL-17 tentang Petunjuk Kapal Peraturan Direktur Jenderal
Tradisional Pengankut Penumpang pasal 7 Perhubungan Laut Nomor HK. 103/2/8/
ayat (2) Mesin penggerak bantu DJPL-17 tentang Petunjuk Kapal
ditempatkan secara baik dan kokoh dalam Tradisional Pengankut Penumpang. Pasal
ruangan tersendiri terpisah dari ruang 8 ayat (1):
muatan, ruang akomodasi penumpang dan a. Semuah daya listrik yang
ruang awak kapal. ayat (4) Mesin diperlukan untuk mempertahankan
penggerak bantu tidak diperbolehkan kapal sehingga dapat beroperasi
memakai bahan bakar bensin dan secara normal dan dalam kondisi
sejenisnya, ayat (6) Tangki bahan bakar wajar harus dipastikan tersedia
harus memakai bahan logam, ayat (7) tanpa penggunaan sumber listrik
Tangki bahan bakar tidak boleh darurat.
ditempatkan di dalam ruang penumpang. b. Daya listrik yang penting untuk
Kapal Kayu Tradisional Pelayaran keselamatan harus tersedia pada
Rum - Bastiong penempatan mesinnya di kondisi darurat; dan
ruang terbuka bebas tempat tersebut sering c. Keselamatan penumpang, Awak
ditempati para penumpang dan tempat itu Kapal dan kapal itu sendiri harus
juga penempatan poros kemudi/penentu dijamin dari bahaya listrik.
arah dan ini sangat beresiko menimbulkan
kebakaran apabila penupang ada yang Ayat (2) Perlindunganharus
merokok dan tidak berhati-hati di tempat disediakan untuk mencegah kontak yang
tersebut. tidak sengaja anatara Awak Kapal dan
Penempatan bahan bakar bensin penumpang dengan bagian instalasi listrik
dan tengki bahan bakar yang yang bertegangan dalam kondisi normal
menggunakan jiregen yang terbuat dari dan bagian instalasi listrik yang
plastik, sangat beresiko kebakaran karena bertegangan pada waktu keadaan darurat.
bensin tersebut sangat mudah bila ada Ayat (4) Instalasi Listrik dan bagian dari
pecikan api, dan jiregen palstik yang untuk instalsi harus dilengkapi dengan isolasi
tempat bahan bakar jugah tidak mampuh untuk mencegah atau meniadakan bahaya
menahan panas api/mudah terbakar. yang terkait denga operasi yang tidak
Pelistrikan normal. Ayat (5) Instalsi baterai harus
Pelistrikan yang ada pada Kapal didesain dan dipasang untuk
Motor Kayu tradisional Pelayaran Rum - meminimalkan resiko yang berkaitan
Bastiong tidak menggunakan listrik dengan menguapnya gas-gas, cairan
sebagai alat penerangan dan pengerak korosif elektrokimia, pergerakan,
tenaga pada komponen-kompnen alat kerusakan mekanis dan terminal yang
bantu lainnya. Kapal Motor Kayu terbuka.
Tradisional tersebut melaksanakan
aktifitasnya pada siang hari. Sebagian dari IV. KESIMPULAN
jumlah Kapal Motor Tradisional Pelayaran Kapal Motor Kayu tradisional
Rum – Bastiong mengunakan daya listrik Pelayaran Rum – Bastiong belum
Arus Searah / DC (Batery Accu) alat memenuhui kreteria Kelaiklautan Kapal,
penerangan pada malam hari maupun secara teknis kapal dibangun tidak
lampu nafigasi bila keadan darurat mengikuti kaidah rancang bangun
berlayar pada malam hari. Instalasi listrik konvensi dan belum terklasifikasi oleh
maupun peralatan listrik yang digunakan BKI, dibangun secara tradisional tanpa
Abdul Rahim Taha, Irham Rosyidi, Nam Rumkel
Kajian Hukum Kelaiklautan Kapal Motor Kayu Tradisional Transportasi Rum-Bastiong
275
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

dokumen pedoman pembangunan dan


pengawasan. Secara non teknis tidak
memenuhui persayaratan keselamatan
kapal, yang dibuktikan dengan sertifikat,
pemuatan, kesejahteran awak kapal dan
kesehatan penumpang serta status hukum
kapal.

DAFTAR PUSTAKA
Andi Hendrawan, Analisa Indikator
Keselamatan Pelayaran Pada Kapal
Niaga, Jurnal Saintara, Volume 3
Nomor 2 Maret 2019.
Data dari UPP Soasio Tahun 2019.
Dewan Kelautan Indonesia, Penyusunan
Kembali Rancangan (Redesign)
Peraturan Perundang-Undangan
di Bidang Pelayaran, Kementerian
Kelautan Dan Perikanan Sekretariat
Jenderal Satuan Kerja Dewan
Kelautan Indonesia Tahun
Anggaran 2012.
Elsi, Advendi, Hukum Dalam Ekonomi,
PT. Grasindo, Jakarta, 2007.
http://ika.ppns.ac.id/pt-biro-klasifikasi-
indonesia-bki/ di unduh pada
tanggal 28 Desember 2020
Kadarudin, Penelitian di Bidang Ilmu
Hukum (Sebuah Pemahaman
Awal), Semarang: Formaci Press,
2021.
Mirja Fauzul Hamdi, Kewenangan
Pemerintah Terhadap Keselamatan
dan Keamanan Perairan Indonesia,
Jurnal Hukum Samudera Keadilan,
Volume 2, Nomor 1 Januari-Juni
2016.
Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor
39 Tahun 2007 tentang Pendaftaran
Dan Kebangsaan Kapal
Salmond, Penyelenggaraan Keadilan
Dalam Masyarakat yang Sedang
Berubah, Jurnal Masalah Hukum,
1993.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2000.
Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2008
tentang Pelayaran

Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum


276 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Anda mungkin juga menyukai