DOI: http://dx.doi.org/10.33603/hermeneutika.v3i2
Diterima: 5 Juni 2021; Direvisi: 10 Juli 2021; Dipublikasikan: Agustus 2021
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Kapal Motor Kayu Tradisional
Pelayaran Rum – Bastiong telah memenuhui Kelaiklautan Kapal dari sisi hukum. Jenis
penelitian yang digunakan yaitu penelitian hukum yuridis-normatif. Bahan hukum yang
digunakan adalah bahan hukum primer yakni regulasi hukum dan bahan hukum sekunder
yang terdiri dari buku-buku teks, dan jurnal-jurnal hukum. Pengumpulan data dilakukan
melalui studi dokumen dan studi kepustakaan. Data yang terkumpul kemudian dianalisis
secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kapal Motor Kayu tradisional
Pelayaran Rum – Bastiong belum memenuhui kreteria Kelaiklautan Kapal, secara teknis
kapal dibangun tidak mengikuti kaidah rancang bangun konvensi dan belum terklasifikasi
oleh BKI, dibangun secara tradisional tanpa dokumen pedoman pembangunan dan
pengawasan. Secara non teknis tidak memenuhui persayaratan keselamatan kapal, yang
dibuktikan dengan sertifikat, pemuatan, kesejahteran awak kapal dan kesehatan penumpang
serta status hukum kapal.
Kata kunci: kajian hukum, kelaiklautan kapal, motor kayu tradisional, rum-bastiong.
1
Abdul Rahim Taha
Email: abdulrahimtaha@gmail.com
2
Irham Rosyidi
Email: irhamrosyidi@gmail.com
3
Nam Rumkel
Email: namrumkel@gmail.com
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA
I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara dengan ini mejadi saling terkait satu sama lain
karakter wilayah geografis kepulauan tentu sehingga Indonesia kaya akan
memiliki nilai ekonomi dalam kepentingan keanekaragamana budaya selain sumber
trasnportasi laut demi menghubungkan daya alamnya. Ketentuan Undang-Undang
daerah yang satu dengan daerah yang lain, RI Nomor 17 Tahun 2008 tentang
kawasan yang memiliki pulau terbanyak Pelayaran, dapat dikenakan pada semua
dimana pulau-pulau tersebut terpisahkan kegiatan angkutan di perairan, pelabuhan,
oleh lautan yang mengelilingi Indonesia. keselamatan dan keamanan pelayaran,
Sebagai Negara dengan kepulauan terbesar serta perlindungan lingkungan maritim di
di dunia Indoensia di kenal sebagai “negeri perairan Indonesia. Selain itu tidak hanya
bahari”. Sejak dahulu pelaut Indonesia perlindungan kedalam tapi juga
terkenal karena kemampuan untuk memberika perlindungan keluar bagi
mengarungi lautan dengan mengunakan semua kapal berbendera Indonesia yang
perahu layar.1 berada di luar perairan Indonesia.3
Kelautan merupakan suatu Undang-Undang RI Nomor 17
peristilahan yang berhubungan dengan Tahun 2008 tentang Pelayaran serta
segala kegiatan di laut yang meliputi Peraturaan Direktur Jenderal Perhubunhan
masalah kedaulatan dan kewenangan suatu Laut Nomor HK.103/2/19/DJPL-16
Negara, ekspolasi dan eksploitasi sumber tentang Pelaksanaan Penyelenggaraan
daya alam, baik hayati maupun non-hayati Kelaiklautan Kapal, ini memberikan
yang berada di permukaan, dasar laut penjaminan bagi pelayaran di perairan
maupun ruang udara di atasnya serta Indonesia sehingga tujuan dari Undang-
perlindungan lingkungan laut. Dengan kata undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang
lain, kelautan mengatur hal-hal yang Pelayaran dapat dicapai, Meningkatkan
berhubungan dengan fungsi laut sebagai ketahanan nasional merupakan salah satu
penyedia sumber daya alam terbesar. butir dari tujuan dari pelayaran di
Sedangkan kemaritiman lebih mengacu Indoneisa yang dijabarkan dalam
pada pelayaran (Navigation), perdagangan keselamatan dan keamanan di perairan,
(seaborne trade), urusan kepelabuhanan pelabuhan, serta perlindungan lingkungan
dan segala macam kegiatan-kegiatan yang maritim. Keselamatan dan keamanan
berhubungan dengan jasa maritim. Dengan dalam perairan dibagi dalam katagorikan
kata lain, kemaritiman mencakup hal-hal kelaikan kapal sangat di utamakan dalam
yang berkaitan dengan fungsi laut sebagai pelayaran untuk dapat berlayar sebuah
sarana transportasi guna terciptanya kapal harus memenuhi syarat-syarat yang
perdagangan lewat laut nasional terutama telah ditentukan dan harus di buktikan oleh
perdagangan inernasional.2 sertifikat dan surat kapal yang dikeluarkan
Indonesia merupakan negara maritim pemerintah.
yang mempunyai wilayah laut cukup luas, Peraturan Menteri Perhubungan
untuk menghubungkan satu pulau dengan Republik Indoensia Nomor PM 39 Tahun
pulau-pulau lainnya dilakukanlah 2017 tentang Pendaftaran dan Kebangsaan
pelayaran. Pelayaran menjadi penting bagi Kapal mengatur tata cara pendaftaran
bangsa Indonesia, dengan berlayar bangsa kapal baik milik swasta, pribadi maupun
yang dikelola oleh BUMN dalam hal dapat
1
Mirja Fauzul Hamdi, Kewenangan Pemerintah mengverifikasi standar layak berlayar serta
Terhadap Keselamatan dan Keamanan Perairan kapasitas angkutan dan kapal yang bisa
Indonesia, Jurnal Hukum Samudera Keadilan, dikategorikan angkutan barang,
Volume 2, Nomor 1 Januari-Juni 2016, hlm. 2
2
Andi Hendrawan, Analisa Indikator Keselamatan
Pelayaran Pada Kapal Niaga, Jurnal Saintara,
3
Volume 3 Nomor 2 Maret 2019, hlm. 3 Mirja Fauzul Hamdi, Op.Cit., hlm. 32
Abdul Rahim Taha, Irham Rosyidi, Nam Rumkel
Kajian Hukum Kelaiklautan Kapal Motor Kayu Tradisional Transportasi Rum-Bastiong
267
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA
penumpang maupun angkutan alat-alat banyaknya regulasi yang dibuat, lebih dari
tansportasi lainnya.4 itu harus dilihat bagaimana penerapan
Dasar peraturan dan aturan dalam terhadap asas-asas dari norma regulasi
pelayaran dalam rangka mengantisipasi yang begitu banyak dilahirkan sehingga
kecelakaan laut yang kerap terjadi di output dari keberadaan suatu regulasi bisa
pelayaran laut Indoensia. Proses efektif dan efesien sesuai dengan
pertanggungjawaban adminitrasi ganti rugi kebutuhan masyarakat dan Negara.
dan sebagainya menjadi kendala dalam Peraturan pokok akan pula dilahirkan
terjadi kecelakaan laut disebabkan karena peraturan pelaksana yang umumnya
kesalahan dan kelalaian manusia dan/atau berdasarkan pada Undang-Undang RI
orang-orang pribadi maupun badan hukum Nomor 10 Tahun 2004 tentang
yang melakukan aktivitas pelayaran. Pembentukan Peraturan Perundang-
Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang RI undangan yang kemudian diubah dengan
Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2011
menyebutkan bahwa “Kegiatan angkutan tentang Pembentukan Peraturan
laut pelayaran-rakyat dilakukan oleh Perundang-undangan, bahwa suatu
orang perseorangan warga Negara peraturan pelaksana di buat untuk
Indonesia yang memenuhi persyaratan mengoperasi aturan pokok dan/atau aturan
kelaiklautan kapal serta diawaki oleh umum dengan memperhatikan asas lex
awak kapal berkewarganegaraan superiori derogate lex inferiori yang
Indonesia”, dalam bunyi klausul pasal berarti bahwa peraturan yang lebih tinggi
diatas difokuskan pada norma dapat mengsampingkan peraturan yang
‘Kelaiklautan kapal’ yang sering lebih rendah untuk mencegah terjadinya
diabaiakan oleh pelaku pelayaran tumpang tindih (overlaping). Artinya jika
sehingga seringkali terjadi kecelakaan laut dalam pelaksanaan pelaku usaha
tidak patuh pada regulasi yang ada.5 pengangkutan tidak patuh pada peraturan
Hukum publik yang berlaku di yang lebih tinggi kemudian menggunakan
Indonesia yang normanya mengatur peraturan dibawahnya semisal peraturan
hubungan antara negara dan alat daerah maka secara tidak langsung
kelengkapannya, negara dan Perorangan, Peraturan daerah setempat batal demi
dan antar negara, sementara sifat dari hukum karena bertentangan dengan
hukum memaksa yakni dalam keadaan ketentuan yang ada, walaupun dalam
bagaimana juga harus ditaati dan memaksa aturan bahwa eksistensi dan/atau
mutlak. Efesiensi dan efektifas penegakan keberadaan suatu peraturan Perundang-
norma dan sifat dari aturan tentang undangan mengikuti kemauan dan
Pelayaran maupun berkaitan dengan kebutuhan dari masyarakat akan tetapi asas
pengangkutan Laut di Indonesia masih kemanfaatan dan perlindungan Hak asasi
belum maksimal sehingga dalam Manusia harus diutamakan.
operasioal sering terjadi dalam proses Kapal Motor Tradisional menjadi
pelaksanaan pelayaran dan pengangkutan alat transportasi lokal untuk melayani
laut. kepentingan pelayaran di daerah-daerah
Upaya dalam menentukan apakah maupun sebagai alat angkutan laut lokal.
penegakan supremasi hukum Pelayaran, Kegiatan pelayaran seperti ini wajib
hukum laut dan hukum maritim di mempunyai izin kelaikan sehingga
Indonesia tidak cukup dengan melihat dari menjamin keseamatan dan rasa aman
Kapal Motor Kayu Tradisional
4
Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor 39 sebagai angkutan transportasi yang
Tahun 2007 tentang Pendaftaran Dan Kebangsaan mengangkut kendaraan roda dua (2) dan
Kapal penumpang yang melayari rute Rum -
5
Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang RI Nomor 17
Bastiong dan sebaliknya merupakan kapal
Tahun 2008 tentang Pelayaran
Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum
268 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA
pelayaran rakyat yang digagas oleh Sesuai dengan data yang dapat diperoleh
kalangan masyarakat tradisional lewat sebagai berikut:
hasil karya kapal motor dari masyarakat 1. Pada hari Kamis 02 Juli 2015
yang berprofesi sebagai perajin pembuatan terjadi kecelakan laut yaitu Speed
perahu lokal daerah tersebut, dirancang Boat dari Bastiong menuju Rum
bangun kapalnya tidak memiliki desain dan kapal kayu PM. Fajar yang
dan pengesahan gambar dari Kementerian baru masuk ke pelabuhan Bastiong
Perhubungan Direktorat Jenderal dari Rum, saling menabrak, dan 4
Perhubungan Laut. Rancangan umum (empat) orang penumpang
suatu kapal sangat penting dalam mengalami luka ringan, dan
menunjang kestabilan kapal seperti tata dirawat di RSUD. Chasan Bosori
letak ruangan/pertinggian geladak pada Ternate, peristiwa tersebut seorang
kapal dan muatan kapal, Parameter penumpang yang tasnya jatuh ke
hidrostatis untuk menggambarkan kondisi laut berisi uang Rp.100.000.000
kapal di dalam air. (seratus juta rupiah) dan cincin batu
Hukum hadir dalam masyarakat bacan seharga Rp.30.000.000 (tiga
adalah untuk mengintegrasikan dan puluh juta rupiah) sehingga
mengkoordinasikan kepentingan- penumpang tersebut mengalami
kepentingan yang bisa bertubrukan satu kerugian mencapai Rp.130.000.000
sama lain. Pengkoordinasian kepentingan- (seratus tiga puluh juta rupiah).
kepentingan tersebut dilakukan dengan Dan Speed Boat tersebut
cara membatasi dan melindungi mengalami kerusakan ringan
kepentingan-kepentingan tersebut.6 diperkiraan kerugian mencapai
Jaminan keselamatan pelayaran, Rp.10.000.000 (sepuluh juta
maka kapal dinyatakan laik laut jika rupiah)
berlayar, suatu kapal dinyatakan laik laut 2. Pada hari jum’at 09 Desember
harus memenuhi ketentuan yang mengatur 2016 terjadi kecelakan laut yaitu
terhadap keselamatan kapal, antara lain Speed Boad Kaka 01 dari
tentang badan kapal, perlengkapan, pelabuhan Rum ke Bastiong dan
Sertifikat keselamatan penumpang/barang, Kapal Kayu PM. Nuarafat dari
alat-alat penolong keselamatan serta Bastiong tujuan Rum saling
persyaratan lain yang juga harus dipenuhi menabrak akibat dari kejadian
adalah menyangkut awak kapal tingkat tersebut 3 (tiga) dirujuk ke RSUD.
Ijazahnya atau Sertifikat Ketrampilan dan Chasan Bosori Ternate. Kejadian
pemenuhan jumlah awak kapal sesuai itu mengakibatkan Speed Boat
dengan ketentuan. Kaka 01 mengalami
Kapal Motor Kayu Tradisional kerusakan/bocor dan PM. Nrarafat
transportasi Rum dan Bastiong sebagai mengalami retak pada bagian
sarana angkutan laut dan tempat banyak buritan serta mengalami kerugian
orang mendambakan hidupnya. Setiap saat materil laka laut tersebut
kesalamatan jiwanya terancam, baik para Rp.40.000.000 (empat puluh juta
pelaut maupun yang ikut berlayar, data rupiah)
diperoleh bahwa kecelakan laut Kapal 3. Pada hari sabtu 22 juni 2019 terjadi
Kayu Tradisional Rum-Bastiong pernah kecalakan laut yaitu Speed Boat
mengalami kecelakan laut dan memakan Delta dari pelabuhan Bastiong
korban jiwa dan harta yang tidak sedikit. tujuan pelabuhan Rum bertepatan
dengan datangnya Kapal Kayu
Tradisional PM. Nila dari
6
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya pelabuhan Rum maka terjadi saling
Bakti, Bandung, 2000. ketabrakan dan salah satu
Abdul Rahim Taha, Irham Rosyidi, Nam Rumkel
Kajian Hukum Kelaiklautan Kapal Motor Kayu Tradisional Transportasi Rum-Bastiong
269
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA
bahan bakar bensin. Dan ditempatkan pada di kapal tersebut tidak sesuai dengan
ruangan penumpang. standar kebutuhan pelayaran (jenis marine
Peraturan Direktur Jenderal use) maupun standar dari Lemaga Jaminan
Perhubungan Laut Nomor. HK. Kelistrikan (LJK).
103/2/8/DJPL-17 tentang Petunjuk Kapal Peraturan Direktur Jenderal
Tradisional Pengankut Penumpang pasal 7 Perhubungan Laut Nomor HK. 103/2/8/
ayat (2) Mesin penggerak bantu DJPL-17 tentang Petunjuk Kapal
ditempatkan secara baik dan kokoh dalam Tradisional Pengankut Penumpang. Pasal
ruangan tersendiri terpisah dari ruang 8 ayat (1):
muatan, ruang akomodasi penumpang dan a. Semuah daya listrik yang
ruang awak kapal. ayat (4) Mesin diperlukan untuk mempertahankan
penggerak bantu tidak diperbolehkan kapal sehingga dapat beroperasi
memakai bahan bakar bensin dan secara normal dan dalam kondisi
sejenisnya, ayat (6) Tangki bahan bakar wajar harus dipastikan tersedia
harus memakai bahan logam, ayat (7) tanpa penggunaan sumber listrik
Tangki bahan bakar tidak boleh darurat.
ditempatkan di dalam ruang penumpang. b. Daya listrik yang penting untuk
Kapal Kayu Tradisional Pelayaran keselamatan harus tersedia pada
Rum - Bastiong penempatan mesinnya di kondisi darurat; dan
ruang terbuka bebas tempat tersebut sering c. Keselamatan penumpang, Awak
ditempati para penumpang dan tempat itu Kapal dan kapal itu sendiri harus
juga penempatan poros kemudi/penentu dijamin dari bahaya listrik.
arah dan ini sangat beresiko menimbulkan
kebakaran apabila penupang ada yang Ayat (2) Perlindunganharus
merokok dan tidak berhati-hati di tempat disediakan untuk mencegah kontak yang
tersebut. tidak sengaja anatara Awak Kapal dan
Penempatan bahan bakar bensin penumpang dengan bagian instalasi listrik
dan tengki bahan bakar yang yang bertegangan dalam kondisi normal
menggunakan jiregen yang terbuat dari dan bagian instalasi listrik yang
plastik, sangat beresiko kebakaran karena bertegangan pada waktu keadaan darurat.
bensin tersebut sangat mudah bila ada Ayat (4) Instalasi Listrik dan bagian dari
pecikan api, dan jiregen palstik yang untuk instalsi harus dilengkapi dengan isolasi
tempat bahan bakar jugah tidak mampuh untuk mencegah atau meniadakan bahaya
menahan panas api/mudah terbakar. yang terkait denga operasi yang tidak
Pelistrikan normal. Ayat (5) Instalsi baterai harus
Pelistrikan yang ada pada Kapal didesain dan dipasang untuk
Motor Kayu tradisional Pelayaran Rum - meminimalkan resiko yang berkaitan
Bastiong tidak menggunakan listrik dengan menguapnya gas-gas, cairan
sebagai alat penerangan dan pengerak korosif elektrokimia, pergerakan,
tenaga pada komponen-kompnen alat kerusakan mekanis dan terminal yang
bantu lainnya. Kapal Motor Kayu terbuka.
Tradisional tersebut melaksanakan
aktifitasnya pada siang hari. Sebagian dari IV. KESIMPULAN
jumlah Kapal Motor Tradisional Pelayaran Kapal Motor Kayu tradisional
Rum – Bastiong mengunakan daya listrik Pelayaran Rum – Bastiong belum
Arus Searah / DC (Batery Accu) alat memenuhui kreteria Kelaiklautan Kapal,
penerangan pada malam hari maupun secara teknis kapal dibangun tidak
lampu nafigasi bila keadan darurat mengikuti kaidah rancang bangun
berlayar pada malam hari. Instalasi listrik konvensi dan belum terklasifikasi oleh
maupun peralatan listrik yang digunakan BKI, dibangun secara tradisional tanpa
Abdul Rahim Taha, Irham Rosyidi, Nam Rumkel
Kajian Hukum Kelaiklautan Kapal Motor Kayu Tradisional Transportasi Rum-Bastiong
275
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA
DAFTAR PUSTAKA
Andi Hendrawan, Analisa Indikator
Keselamatan Pelayaran Pada Kapal
Niaga, Jurnal Saintara, Volume 3
Nomor 2 Maret 2019.
Data dari UPP Soasio Tahun 2019.
Dewan Kelautan Indonesia, Penyusunan
Kembali Rancangan (Redesign)
Peraturan Perundang-Undangan
di Bidang Pelayaran, Kementerian
Kelautan Dan Perikanan Sekretariat
Jenderal Satuan Kerja Dewan
Kelautan Indonesia Tahun
Anggaran 2012.
Elsi, Advendi, Hukum Dalam Ekonomi,
PT. Grasindo, Jakarta, 2007.
http://ika.ppns.ac.id/pt-biro-klasifikasi-
indonesia-bki/ di unduh pada
tanggal 28 Desember 2020
Kadarudin, Penelitian di Bidang Ilmu
Hukum (Sebuah Pemahaman
Awal), Semarang: Formaci Press,
2021.
Mirja Fauzul Hamdi, Kewenangan
Pemerintah Terhadap Keselamatan
dan Keamanan Perairan Indonesia,
Jurnal Hukum Samudera Keadilan,
Volume 2, Nomor 1 Januari-Juni
2016.
Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor
39 Tahun 2007 tentang Pendaftaran
Dan Kebangsaan Kapal
Salmond, Penyelenggaraan Keadilan
Dalam Masyarakat yang Sedang
Berubah, Jurnal Masalah Hukum,
1993.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2000.
Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2008
tentang Pelayaran