Soal
1. Indonesia memiliki kedaulatan yang mutlak atas ruang udara, laut dan tanah
dibawahnya sebutkan dan jelaskan unsur apa saja hak kedaulatan wilayah laut
Indonesia ?
2. Pada tanggal 24 Januari 2021 lalu, Badan Keamanan Laut Republik Indonesia
(Bakamla RI) melakukan penindakan atas dua kapal tanker asing, MT Horse yang
berbendera Iran dan MT Frea yang berbendera Panama. Diketahui bahwa kapal MT
Frea ini dikelola oleh perusahaan logistik asal Shanghai, Cina. Kedua kapal asing ini
diduga kuat telah melakukan pelanggaran aturan navigasi dan kegiatan ilegal alih-
muat muatan minyak di wilayah perairan Indonesia, Dalam kasus MT Horse dan MT
Frea, tindakan Bakamla RI dalam menindak hukum atas kedua kapal asing ini ada 3
landasan aspek hukum Sebutkan dan jelaskan aspek hukum tersebut ?
Jawab
1. - Perairan pedalaman merupakan bagian dari wilayah perairan nusantara. Pada
wilayah ini Indonesia memiliki kedaulatan mutlak, sementara kapal-kapal asing
tidak mempunyai hak untuk melewati perairan ini. Ketentuan-ketentuan tentang
penetapan perairan pedalaman telah diatur di dalam UNCLOS 1982. Indonesia
hingga saat ini belum menetapkan perairan pedalaman
2. - kedua kapal telah melanggar hak dan kewajibannya dalam melakukan lintas di
wilayah laut Indonesia. Baik dari hak lintas damai maupun lintas transit ALKI,
kedua kapal ini terbukti berhenti, buang jangkar dan keluar dari jalur yang
ditetapkan tanpa ijin dan tanpa dasar keadaan memaksa (force majeure) atau
darurat. Kedua kapal ini berhenti, buang jangkar dan keluar dari jalurnya untuk
melakukan kegiatan transfer muatan minyak (ship-to-ship). Meskipun muatan
tersebut tidak terkait dengan kepemilikan Indonesia, kegiatan ini tidak dapat
dikatakan sebagai keadaan darurat atau memaksa. Kegiatan ini murni dilakukan
secara sengaja untuk kepentingan komersial.
Penindakan atas kapal-kapal asing yang buang (lego) jangkar tanpa izin di
wilayah laut Indonesia bukanlah tindakan yang baru dilakukan oleh aparat
penegak hukum. Kapal-kapal asing yang akan masuk ke wilayah singapura
seringkali melakukan hal tersebut di sekitar wilayah laut pulau Batam. Beberapa
kasus terkait hal ini telah diproses hingga mendapatkan putusan pengadilan yang
tetap.
Penahanan yang dilakukan oleh Bakamla terhadap kedua kapal MT Horse dan MT
Frea ini sudah sesuai dengan kewenangan dan peraturan hukum yang berlaku. Jika
ada yang mengaitkan kekeliruan penahanan oleh Bakamla dengan Konvensi
Internasional tentang Penahanan Kapal (International Convention on Arrest of
Ship) tahun 1999 maka dapat dikatakan justru sebaliknya pendapat demikianlah
yang merupakan kekeliruan. Dalam konvensi ini, penahanan kapal asing hanya
terkait pada sengketa keperdataan yang timbul dari kontrak komersial di antara
pelaku usaha. Kapal yang digunakan sebagai kegiatan usaha juga pada umumnya
digunakan sebagai jaminan atas pembiayaan usaha. Selain itu, Indonesia hingga
saat ini belum menjadi pihak dari konvensi tersebut.
Pada akhirnya, kita perlu menunggu dan mencermati bagaimana kelanjutan proses
hukum atas kedua kapal asing ini. Perhatian tidak hanya datang dari dalam negeri
tetapi juga komunitas internasional akan menantikan bagaimana sikap penanganan
Indonesia. Hal ini akan dicatat sebagai praktik negara (state practice) dan menjadi
pertimbangan pelaku usaha asing lainnya. Penegakan hukum yang tegas dan
konsisten juga akan berpengaruh pada reputasi Indonesia dan mengirimkan pesan
yang jelas kepada seluruh kapal asing yang akan melintasi di wilayah laut
Indonesia.