Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PELANGGARAN KONVENSI HUKUM LAUT

INTERNASIONAL YANG DILAKUKAN KAPAL TANKER IRAN


DENGAN MEMASUKI PERAIRAN INDONESIA

Oleh :
Nama : Sofia Nadila
NIM : 30302200391
Kelas : B Reguler
Dosen Pengampu : Dr. Andi Aina Ilmih, SH, MH

ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2023
ANALISIS PELANGGARAN KONVENSI HUKUM LAUT
INTERNASIONAL YANG DILAKUKAN KAPAL TANKER IRAN
DENGAN MEMASUKI PERAIRAN INDONESIA
Oleh Sofia Nadila NIM: 30302200391
Dosen pengampu : Dr. Andi Aina Ilmih, SH, MH
email : sofianadila74@gmail.com

Abstract
Indonesia is known as a maritime country, where the ancestors of the Indonesian
people were also known as sailors. The Indonesian archipelago is located between
two continents, namely Asia-Australia, and the two Indian-Pacific oceans.
Indonesia's position in this crossroads of course means that the archipelago is
traversed by sailors from various countries, either for trade or just to stop by.
Regarding the analysis of the Iranian tanker violating the provisions of the
international maritime law convention (UNCLOS) by entering Indonesian territory,
Iran was proven guilty. Iran is considered to be in the wrong because it entered
Indonesian sea waters without permission, carrying out oil transfers.
Keywords : Sea, UNCLOS, Iran, Indonesia
Abstrak
Indonesia dikenal sebagai negara maritim, dimana nenek moyang bangsa Indonesia
juga dikenal sebagai pelaut. Kepulauan Indonesia yang terletak di antara dua benua,
yaitu Asia-Australia, serta dua samudra Hindia-Pasifik. Letak Indonesia yang
berada di posisi silang tersebut tentu saja membuat kawasan Nusantara dilalui oleh
para pelaut dari berbagai negeri, baik untuk berdagang ataupun sekedar singgah.
Mengenai analisis kapal tanker Iran melanggar ketentuan konvensi hukum laut
internasional (UNCLOS) dengan memasuki wilayah Indonesia, Iran terbukti
bersalah. Iran dinilai salah karena memasuki perairan laut Indonesia tanpa izin,
melakukan transfer minyak.
Kata Kunci : Laut, UNCLOS, Iran, Indonesia

2
A. Pendahuluan
Sejak dahulu, laut telah digunakan sebagai jalur perdagangan oleh berbagai
negara di dunia dalam melakukan hubungan dagang. Perkembangan jalur
transportasi dan perdagangan laut mengalami pertumbuhan besar dari masa ke
masa. Fungsi utama laut disamping sebagai penyedia media transportasi, juga guna
mendukung terselenggaranya perdagangan internasional dan sebagai penyedia
sumber daya alam yang paling besar, baik sumber daya alam hayati maupun non-
hayati.1
Indonesia dikenal sebagai negara maritim, dimana nenek moyang bangsa
Indonesia juga dikenal sebagai pelaut. Umumnya, pelaut sangat mengandalkan
kapal sebagai alat transportasi untuk melakukan perjalanan laut atau pelayaran. Hal
tersebut menjadikan jalur laut menjadi jalan pendistribusian barang dan jasa yang
paling efektif. Hal tersebut pun dinilai karena kapasitas angkut laut menggunakan
kapal mempunyai muatan dan kapasitas yang lebih besar jika dibandingkan dengan
jalur darat dan udara. Selain itu, regulasi pelayaran dan keselamatan kapal selalu
ditingkatkan, sehingga kapal termasuk transportasi yang aman dan juga dinilai lebih
ramah lingkungan karena regulasi dalam mengatur pencemaran dan pemakaian
bahan bakar semakin diperketat.2
Letak geografis Indonesia yang dikelilingi oleh perairan karena berada di antara
dua benua, yaitu Asia-Australia, serta dua samudra Hindia-Pasifik. Dalam posisi
tersebut, tentunya membuat Indonesia tak terelakkan dari transaksi-transaksi yang
dilakukan di perairan, karena Indonesia berada di posisi silang yang juga membuat
negara-negara lain dalam berdagang ataupun singgah melalui perairan laut
Indonesia. Sebagai titik tengah dari persilangan, faktanya wilayah Indonesia tentu
saja memiliki konsekuensi tersendiri meskipun ada hal positif yang didapat namun
ada juga hal negative yang harus di waspadai dengan serius.
Dampak negatifnya adalah Indonesia harus selalu mengatasi segala ancaman
yang bisa saja terjadi di sepanjang jalur transportasi lautnya. Sedangkan sisi
positifnya, Indonesia bisa dengan mudah berinteraksi dengan negara-negara
tetangga dalam kancah internasional. Indonesia memiliki wilayah laut yang cukup
luas, sehingga sebagai negara yang memiliki kedaulatan sudah semestinya
mengawasi setiap gerak gerik yang ada di wilayah Indonesia, terlebih lagi Indonesia
merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya sehingga tak sedikit dari

1
Dhiana Puspitawati, Hukum Laut Internasional (Jakarta: Penerbit KENCANA, 2017), hal. 1
2
ANALISIS PENYELESAIAN KAPAL TANKER IRAN YANGMELANGGAR HUKUM LAUT INTERNASIONAL
DENGAN MEMASUKI WILAYAH INDONESIA Annisa Qonitah Ramadhan (2022)

3
negara lain mencoba memasuki wilayah Indonesia untuk sekedar mendapat
keuntungan. Bahkan sejak sebelum Indonesia merdeka, laut menjadi jalur utama
para penjajah dalam melancarkan aksinya, membuat perdagangan antar negara dan
lain sebagainya. Wilayah laut masih menjadi jalur transportasi yang disukai dan
paling efisien bagi transportasi laut serta perdagangan internasional, dengan
bertambahnya pemanfaatan laut maka semakin besar pula risiko untuk terjadi
sebuah sengketa, antara lain penyalahgunaan hak lintas laut, penenggelaman kapal,
Illegal Fishing, dan perampasan batas laut territorial.
Adapun sejarah transportasi dan rute perdagangan Indonesia telah berkembang
dari era kolonial nusantara, terhitung dari pasca kemerdekaan sampai dengan saat
ini. Kegiatan perdagangan di Indonesia pun disokong oleh fasilitas transportasi laut
yang telah disiapkan oleh negara. Masyarakat dari berbagai bangsa ataupun negara
juga dapat mengadakan berbagai macam pertukaran melalui laut. Baik dari
komoditi perdagangan sampai dengan ilmu pengetahuan. 3Namun, terdapat
konsekuensi bagi para pelaut asing jika ingin datang nantinya, maka ia harus
meminta izin terlebih dahulu. Baik perdagangan domestik maupun internasional.
Indonesia sudah menyiapkan program tol laut yang menyediakan harga lebih
murah. Tentu, hal ini akan memberikan keefektifan yang lebih bagi para pedagang
atau pengguna laut dan serta dapat menurunkan biaya jalan. Dengan begitu, bukan
hanya pedagang dari pulau ke pulau Indonesia lainnya saja yang akan diuntungkan,
namun juga pedagang asing yang menjual dagangannya di jalur perairan Indonesia.
Adapun pengaturan hukum laut sangat dianggap penting bagi masyarakat
internasional karena: Pertama, pengaturan hukum laut dapat meningkatkan
keamanan masyarakat internasional yang melakukan pelayaran di lautan; Kedua,
pengaturan hukum laut penting guna menjaga kestabilan dunia yang bersumber dari
sumber daya alam di lautan.4 Sehingga, hal tersebut tidak dapat menimbulkan
konflik bagi negara lainnya untuk berebut hak atas akses wilayah laut guna
eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam di laut yang telah ada sejak abad ke-
15. UNCLOS 1982 sebenarnya dibentuk sebab mendapatkan dorongan dari
sejumlah persoalan yang ada pada laut tetapi belum bisa selesai dikareankan tidak
terdapatnya hukum yang melakukan pengaturan tentang persoalan tersebut,
misalnya tak adanya kejelasannya tentang hak lintas damai dilaut territorial,
kebebasan di laut bebas, asas negara kepulauan dan kriteria landas kontinen. Secara
lebih rinci, Indonesia memiliki peraturan tentang akses navigasi bagi kapal asing
yang melintas. Aturan ini tertuang dalam dua peraturan pemerintah yaitu PP No. 36

3
Yuda Prinada, “Sejarah Perkembangan Jalur Transportasi & Perdagangan di Indonesia",
https://tirto.id/gbJh (diakses pada 20 Desember 2023, pukul 16:45)
4
Chairul Anwar, Hukum Internasional: Horizon Baru Hukum Laut Internasional: Konvensi Hukum
Laut 1982, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1989, hal. 103

4
Tahun 2002 berkaitan terhadap Hak dan Kewajiban Kapal Asing ketika
menjalankan Lintas Damai melewati Perairan Indonesia (PP 36/2002) dan PP No.
37 Tahun 2002 perihal Hak serta Kewajiban Kapal dan Pesawat Udara Asing ketika
mempergunakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan melewati Alur Laut Kepulauan
dimana penetapannya dilakukan pada (PP 37/2002).5
United Nations Convention on the Law of The Sea 1982 (UNCLOS 1982)
merupakan hasil dari Konfrensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut
yang mendefinisikan hak dan tanggung jawab dalam pengunaan lautan di dunia,
serta menetapkan pedoman untuk bisnis, lingkungan, dan pengelolaan sumber daya
alam laut. UNCLOS dibentuk dengan adanya dorongan permasalahan yang terjadi
di laut namun tidak dapat diselesaikan. Munculnya UNCLOS diharapkan mampu
mengatur hukum laut yang sebelumnya tidak ada. Seperti mengenai hak lintas
damai di laut teritorial, kebebasan di laut bebas, kriteria landas kontinen, dan asas
negara kepulauan.
The United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) yang
merupakan organisasi utama Majelis Umum PBB dalam menangani isu
perdagangan, investasi, dan pembangunan memperkirakan bahwa sekitar 80% dari
perdagangan internasioanal diangkut melalui laut.4 Semakin bertambahnya
pemanfaatan laut, tentu sebenarnya akan semakin baik, namun juga menimbulkan
risiko terjadinya sebuah sengketa. Salah satu sengketa tersebut ialah terjadinya
Illegal, Unreported, and Unregulated Fishing (yang selanjutnya dikenal dengan
IUU Fishing), penenggelaman kapal, uji coba senjata militer, serta perebutan batas
laut teritorial.5
UNCLOS mengatur tentang dua hal pokok, yang pertama tentang masalah
kedaulatan dan yurisdiksi suatu negara atas wilayah laut yang meliputi pelayaran,
lintas kapal dan pesawat asing terutama pesawat militer asing; yang kedua,
mengatur tentang eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam, baik hayati maupun
non-hayati serta penyelesaian sengketa internasional berkenaan dengan interpretasi
dan implementasi rejim hukum yang baru sebagaimana diatur dalam Konvensi
Hukum Laut 1982.
Permasalahan
1. Bagaimana peran hukum dalam melindungi wilayah teritorial laut Indonesia?
2. Bagaimana penyelesaian pelanggaran hukum laut internasional yang dilakukan
oleh Iran terhadap Indonesia?

5
Tri Mega Ambarwati “ANALISIS YURIDIS PENANGKAPAN KAPAL TANKER IRAN DAN KAPAL TANKER
PANAMA DI PERAIRAN KALIMANTAN DITINJAU DARI UNCLOS 1982” (2022)

5
B. Kajian Pustaka
Laut teritorial adalah wilayah laut yang berjarak 12 mil dari garis dasar ke arah
laut lepas. Jika lebar lautan yang membatasi dua negara kurang dari 24 mil, maka
garis teritorial ditarik sama jauh dari setiap negara yang berbatasan laut. Di laut
teritorial, negara mempunyai hak kedaulatan penuh, tetapi menyediakan jalur
pelayaran lalu lintas damai, baik di atas maupun di bawah laut. Negara lain dapat
berlayar di wilayah laut teritorial atas izin dari pemerintah Indonesia.
Zona Ekonomi Eksklusif merupakan wilayah laut yang berjarak 200 mil laut
dari garis dasar ke arah laut lepas. Dalam ZEE, negara yang bersangkutan memiliki
priorotas untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber daya alam, baik
sumber daya hayati maupun sumber daya non hayati di permukaan, di dalam, dan
di dasar laut untuk kesejahteraan bangsa. Negara lain memiliki kebebasan untuk
pelayaran serta pemasangan kabel dan pipa di bawah permukaan laut.Jadi, wilayah
laut suatu negara yang jaraknya 200 mil laut diukur dari pantai disebut zona
ekonomi eksklusif atau ZEE. Laut punya pengaruh besar terhadap kehidupan
manusia, baik dari sumber daya ikan dan biota laut lainnya, energi, sumber mineral,
hingga manfaatnya terkait siklus hidrologi, seperti penyeimbang suhu dan
penyumbang uap air paling potensial.6
Landas Kontinen adalah dasar laut yang secara geologi maupun
geomorfologinya merupakan lanjutan dari benua yang terendam oleh air laut
dengan kedalaman kurang dari 150 meter. Batas landas kontinen diukur dari garis
dasar ke arah laut dengan jarak paling jauh 200 mil laut. Jika terdapat dua negara
yang berdampingan di batas landas kontinen, maka batas laut akan dibagi dua sama
jauh dari garis dasar setiap negara. Indonesia terletak di antara Landas Kontinen
Asia dan Australia. Pada landas kontinen, suatu negara memiliki hak dan wewenang
untuk memanfaatkan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya, seperti ikan
dan barang tambang, dengan selalu menghormati dan tidak mengganggu jalur
pelayaran internasional.
Wilayah laut Indonesia diatur berdasarkan Konvensi Hukum Laut Internasional
(UNCLOS) United Nations Convention on the Law of The Sea 1982. Kekuasaan
wilayah laut Indonesia meliputi laut teritorial, landas kontinen, dan zona ekonomi
eksklusif (ZEE). ketentuan pada Pasal 11 ayat (1) Peraturan Pemerintah ini
mengharuskan kapal tanker asing, kapal ikan asing, kapal riset kelautan atau kapal
survey hidrografi asing, dan kapal asing yang digerakkan menggunakan tenaga
nuklir atau kapal asing yang mengangkut bahan nuklir atau bahan yang berbahaya
lainnya memanfaatkan alur laut yang umum dipergunakan bagi pelayaran

6
artikel detikedu, "Wilayah Laut: Laut Teritorial, Landas Kontinen, dan Zona Ekonomi Eksklusif"

6
internasional, ketika menjalankan lintas damai sekadar diperuntukkan dalam
melewati dari suatu bagian laut lepas atau ZEE melintasi perairan Indonesia. Untuk
itu pada artikel ini akan membahas mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh
kapal tanker berbendera Iran di perairan Indonesia.

C. Pembahasan
Hukum memainkan peran penting dalam melindungi wilayah teritorial laut
Indonesia. Menjaga teritorial Indonesia merupakan kewajiban warga negara
Indonesia sebagai anak bangsa, termasuk pemerintah daerah setempat. Indonesia
memiliki tujuh lembaga penegak hukum yang bertanggung jawab atas penegakan
hukum di wilayah perairan, seperti Badan Keamanan Laut (Bakamla). Pemantapan
landasan hukum juga telah dilakukan untuk melindungi kepentingan nasional di
laut. Selain itu, kontribusi hukum bagi wilayah perikanan Indonesia juga diatur
dalam Undang-Undang Dasar 1945. Dengan demikian, hukum memiliki peran yang
signifikan dalam memastikan kedaulatan dan keamanan wilayah teritorial laut
Indonesia.7
Melalui Bakamla negara hadir di laut dalam melaksanakan penjagaan,
pengawasan, pencegahan dan penindakan pelanggaran hukum di wilayah perairan
Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia. Berbagai fungsi dilaksanakan Bakamla
dalam menjalankan tugas untuk melakukan patroli keamanan dan keselamatan di
wilayah perairan Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia. Melalui tugasnya,
Bakamla turut mendukung implementasi visi pemerintah menjadikan Indonesia
sebagai Poros Maritim Dunia. Poros maritim merupakan sebuah gagasan strategis
yang diwujudkan untuk menjamin konektifitas antar pulau, pengembangan industri
perkapalan dan perikanan, perbaikan transportasi laut serta fokus pada keamanan
maritim. Penegakkan kedaulatan wilayah laut NKRI, revitalisasi sektor-sektor
ekonomi kelautan, penguatan dan pengembangan konektivitas maritim, rehabilitasi
kerusakan lingkungan dan konservasi biodiversity, serta peningkatan kualitas dan
kuantitas SDM kelautan, merupakan program-program utama dalam pemerintahan
Presiden Jokowi guna mewujudkan Indonesia sebagai proros maritim dunia.
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut tahun 1982
menetapkan bahwa wilayah laut suatu negara diukur dari garis pangkalnya, garis
air rendah di sepanjang pantai. Selain menentukan wilayah laut suatu negara, garis
pangkal suatu negara membawa konsekuensi ekonomi dengan penetapan Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE). ZEE meliputi seluruh wilayah lepas pantai dalam jarak

7
MKRI “Menjaga Teritorial Indonesia Tanggung Jawab Bersama”. Rabu, 04 Desember 2019 |
15:18 WIB

7
200 mil laut dari suatu negara yang diukur dari garis pangkal. Negara-negara bebas
untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti penangkapan ikan dan pertambangan
dalam batas-batas ini.
Konvensi Hukum Laut 1982 dengan Undang-Undang No. 17 tahun 1985 terkait
upaya dalam mengesahkan United Nations Convention on the Law of the Sea
bahwa dengan diterbitkannya undang-undang ini, negara Indonesia dinilai sudah
mematuhi UNCLOS 1982 dan sudah melakukan pengesahan terhadap sejumlah
ketentuan pada UNCLOS 1982 yang mana merupakan hukum positif, hal ini
menyebabkan seluruh kebijakan pada sektor kelautan wajib menyelaraskan diri
terhadap ketentuan UNCLOS 1982.Untuk mengimplementasi Konvensi Hukum
Laut 1982, pada Undang-Undang No. 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia dan
Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2002 terkait Hak dan Kewajiban Kapal Asing
ketika Melakukan Lintas Damai melewati Perairan Indonesia.
Undang-Undang ini dimana ialah upaya untuk mengganti Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang No. 4 Tahun 1960 dimana dianggap tidak sejalan
terhadap rezim negara kepulauan, yang mana pengaturannya dilakukan pada Bab
IV Konvensi Hukum Laut 1982. Sejalan terhadap ketentuan Pasal 2 ayat 1 dan Pasal
49 Konvensi Hukum Laut 1982, Pasal 4 Undang-Undang No. 6 Tahun 1996
menguraikan bahwa kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada Perairan
Indonesia terdiri atas laut territorial, perairan kepulauan, dan perairan pedalaman,
dan juga ruang udara di atasnya dan dasar laut dan juga tanah di bawahnya, semua
kekayaan alam yang terkandung. Bentuk pengimplementasian ketentuan Pasal 53
ayat 3 Konvensi, Pasal 18 Undang-undang No.6 Tahun 1996 dimana melakukan
pengaturan terkait lintas dari sejumlah alur laut kepulauan Indonesia.8
Pengaturan selanjutnya terkait ketentuan hak lintas damai terkandung pada
Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2002 terkait Hak dan Kewajiban Kapal Asing
ketika memanfaatkan Hak Lintas Damai melewati Perairan Indonesia. Ketentuan
Pasal 11 ayat (1) Undang-undang ini berisikan ketentuan yang berhubungan terkait
hak lintas damai di laut territorial Indonesia dengan melimpahkan hak kepada
seluruh kapal dari seluruh negara, baik negara pantai ataupun negara tidak memiliki
wilayah pantai dalam merasakan hak lintas damai melewati laut territorial dan
perairan kepulauan Indonesia akan tetapi sejalan terhadap ketentuan pada Pasal 11
ayat (1) Peraturan Pemerintah ini mengharuskan kapal tanker asing, kapal ikan
asing, kapal riset kelautan atau kapal survey hidrografi asing, dan kapal asing yang
digerakkan menggunakan tenaga nuklir atau kapal asing yang mengangkut bahan
nuklir atau bahan yang berbahaya lainnya memanfaatkan alur laut yang umum

8
Tri Mega Ambarwati “ANALISIS YURIDIS PENANGKAPAN KAPAL TANKER IRAN DAN KAPAL TANKER
PANAMA DI PERAIRAN KALIMANTAN DITINJAU DARI UNCLOS 1982” tahun 2022

8
dipergunakan bagi pelayaran internasional, ketika menjalankan lintas damai
sekadar diperuntukkan dalam melewati dari suatu bagian laut lepas atau ZEE
melintasi perairan Indonesia.
Pada awal 2021 lalu, Indonesia mendapati bahwa kapal tanker Iran melanggar
hak lintas hukum internasional dengan memasuki wilayah Indonesia, tepatnya di
perairan Kalimantan untuk melakukan pemindahan minyak secara ilegal bersamaan
dengan Panama. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia yang saat itu
menduga kapal tanker minyak (MT) Freya berbendera Iran langsung disita oleh
Badan Keamanan Laut Republik Indonesia (Bakamla) karena melanggar hukum
internasional. Kapal tanker Iran dan Panama melanggar hak lintas transit pada Alur
Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) dan mematikan sistem identifikasi, Automatic
Identification System (AIS).
Dua kapal tersebut, MT Horse (Iran) dan MT Freya (Panama), diduga
melakukan pemindahan minyak seara ilegal dan melanggar UU No.17/2006 tentang
kepabeanan dan UU No.22/2001 tentang Migas. Adapun negara Indonesia adalah
negara kepulauan pertama yang berhasil menetapkan 3 Alur Laut Kepulauan
Indonesia (ALKI). Penentuan ALKI tersebut dilakukan dengan cara menafsirkan
ketentuan Konvensi Hukum Laut 1982 dan mengadakan serangkaian pertemuan
dengan beberapa negara seperti; Malasyia, Sinagapura, Filipina, Amerika Serikat,
Australia, Inggris, Jepang serta melibatkan International Maritime Organization
(IMO) dan International Hydrographic Organization (IHO).
Dengan penetapan ALKI, muncul banyak persoalan terutama mengenai
ancaman keselamatan dan keamanan pelayaran disepanjang alur laut kepulauan.
Tentunya hal ini berkaitan dengan pengawasan dan pengendalian di sepanjang alur
laut kepulauan yang sudah menjadi perairan internasional 9Terkait penyelesaian
pelanggaran hukum laut internasional yang dilakukan Iran terhadap Indonesia
faktanya bahwa setelah melalui proses hukum, Indonesia telah melepas kapal tanker
Iran dan kapal Panama yang disita pada awal tahun karena dicurigai melakukan
transfer minyak ilegal. Setelah proses hukum, kapal tanker minyak mentah - MT
Horse Kapten kedua kapal tanker tersebut dinyatakan bersalah karena memasuki
wilayah Indonesia tanpa izin. Kapten MT Horse Iran Mehdi Monghasemjahromi
dan kapten MT Freya China Chen Yo Qun masing-masing dijatuhi hukuman
penjara yang ditangguhkan selama satu tahun dengan masa percobaan dua tahun.10
Adapun pengadilan juga memerintahkan Chen untuk membayar denda Rp 2
miliar (US$ 140.000) karena membuang minyak secara ilegal di perairan

9
Ibid.,
10
ANALISIS PENYELESAIAN KAPAL TANKER IRAN YANG MELANGGAR HUKUM LAUT
INTERNASIONAL DENGAN MEMASUKI WILAYAH INDONESIA Annisa Qonitah Ramadhani

9
Indonesia.Kedua kapten dibebaskan dari tahanan dan diyakini telah meninggalkan
Indonesia bersama kru lainnya pada hari Jumat meskipun mereka dijatuhi hukuman.
Pada bulan Januari 2021 lalu, kapal tanker itu terlihat di lepas pantai Kalimantan,
bagian Indonesia dari pulau Kalimantan, dan kemudian ditangkap setelah awak
kapal tidak menanggapi panggilan radio. Kapal MT Horse telah dibebaskan (pada
hari Jumat) setelah 125 hari setelah proses hukum berhasil diselesaikan Iran telah
meminta pemerintah Indonesia untuk memberikan keterangan terkait penyitaan
kapal tanker berbendera Iran di perairan Kalimantan.
Permintaan ini disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed
Khatibzadeh, dalam keterangan pers mingguan hari Senin (25/01) yang disiarkan
oleh televisi. Khatibzadeh mengatakan penyitaan itu terjadi karena "masalah
teknis" dan ia sepertinya mengisyaratkan bahwa insiden ini "biasa terjadi di sektor
pengiriman oleh kapal". "Otoritas Pelabuhan kami dan perusahaan pemilik kapal
sedang mencari penyebab masalah dan menyelesaikannya," kata Khatibzadeh
dalam konferensi pers mingguan yang disiarkan televisi, seperti dilaporkan kantor
berita Reuters. Juru bicara petugas penjaga pantai di Indonesia, Wisnu Pramandita,
mengatakan kapal tanker yang disita di perairan lepas Kalimantan akan dikawal ke
Pulau Batam di Provinsi Kepulauan Riau untuk penyelidikan lebih lanjut."Kapal
tanker, pertama kali terdeteksi pada pukul 5:30 waktu setempat (24/01),
menyembunyikan identitas mereka dengan tidak menunjukkan bendera nasional
mereka, mematikan sistem identifikasi otomatis dan tidak menanggapi panggilan
radio," kata Wisnu dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu.
Wisnu mengatakan kepada Reuters pada hari Senin (25/01) bahwa kapal itu
"tertangkap basah" mentransfer minyak dari MT Horse ke MT Freya dan terlihat
ada tumpahan minyak di sekitar kapal tanker penerima. Wisnu menambahkan
bahwa 61 awak kapal tersebut adalah warga negara Iran dan China yang telah
ditahan. Organisasi Maritim Internasional mengharuskan kapal menggunakan
transponder untuk keselamatan dan transparansi. Kru bisa mematikan perangkat
jika ada bahaya pembajakan atau bahaya serupa. Tetapi transponder sering kali
dimatikan untuk menyembunyikan lokasi kapal selama aktivitas terlarang.11
Kedua supertanker itu, masing-masing mampu membawa dua juta barel minyak
dan terakhir terlihat awal bulan ini di lepas pantai Singapura, sebagaimana
ditunjukan data Refinitiv Eikon. Very Large Crude Carrier (VLCC) MT Horse,
milik National Iranian Tanker Company (NITC), hampir terisi penuh dengan
minyak sementara VLCC MT Freya, yang dikelola oleh Shanghai Future Ship
Management Co, kosong, kata data itu. NITC belum bisa dihubungi untuk dimintai

11
“ANALISIS PENYELESAIAN KAPAL TANKER IRAN YANG MELANGGAR HUKUM LAUT
INTERNASIONAL DENGAN MEMASUKI WILAYAH INDONESIA” Annisa Qonitah Ramadhani

10
komentar. Pencarian oleh Reuters pada direktori perusahaan China menunjukkan
bahwa alamat kantor terdaftar Shanghai Future Ship Management Co berada di
bawah perusahaan lain bernama Shanghai Chengda Ship Management. Perusahaan
itu juga belum memberikan keterangan terkait insiden ini.
Iran dituduh menyembunyikan destinasi penjualan minyaknya dengan
menonaktifkan sistem pelacakan pada kapal tankernya, sehingga sulit untuk menilai
berapa banyak ekspor minyak mentah yang dilakukan Teheran, sementara negara
itu berusaha untuk melawan sanksi AS. Pada tahun 2018, mantan Presiden Donald
Trump menarik Washington dari kesepakatan nuklir Iran 2015 dan menerapkan
kembali sanksi yang bertujuan untuk mengurangi ekspor minyak Teheran menjadi
nol. Iran mengirim kapal MT Horse ke Venezuela tahun lalu untuk mengirimkan
2,1 juta barel kondensat Iran.12

D. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, hukum memainkan peran penting dalam
melindungi wilayah teritorial laut Indonesia. Indonesia telah membentuk berbagai
Lembaga guna mempertahankan dan sebagai antisipasi terhadap ancaman dari luar
di wilayah perairan Indonesia. Begitupun dengan hukum internasional yang telah
membentuk kovensi hukum laut internasional guna mempertahankan wilayah laut
suatu negara sehingga meminimalisir adanya sengketa terkait wilayah laut tersebut.
Dan mengenai analisis kapal tanker Iran melanggar hukum laut internasional
dengan memasuki wilayah Indonesia, Iran terbukti bersalah. Iran dinilai salah
karena memasuki perairan laut Indonesia tanpa izin, melakukan transfer minyak
ilegal, mematikan AIS agar tidak dapat dilacak, dan menyembunyikan identitas
kapal. Namun, permasalahan kasus tersebut telah diselesaikan dengan kedua belah
pihak, Iran dan Indonesia secara baik. Diharapkan Iran sebagai negara anggota dari
PPB untuk menghindari penggunaan cara yang dapat mengancam perdamaian dan
keamanan dari hukum laut internasional itu sendiri.

12
“ANALISIS PENYELESAIAN KAPAL TANKER IRAN YANG MELANGGAR HUKUM LAUT
INTERNASIONAL DENGAN MEMASUKI WILAYAH INDONESIA” Annisa Qonitah Ramadhani

11
E. Daftar Pustaka

Buku, Jurnal dan Artikel


Puspitawati Dhiana, 2017, Hukum Laut Internasional, Jakarta.
Anwar Chairul, 1989, Hukum Internasional: Horizon Baru Hukum Laut
Internasional: Konvensi Hukum Laut 1982, , Jakarta: Djambatan
Gunawan, Y, 2021, Hukum Internasional: Sebuah Pendekatan Modern,
Yogyakarta: LP3M UMY.
Simanjuntak Mangisi, 2018, Konvensi PBB 1982 Tentang Hukum Laut: Makna Dan
Manfaatnya Bagi Bangsa Indonesia, Jakarta: Mitra Wacana Media
Yordan Gunawan, 2012, “Penegakan Hukum terhadap Pembajakan di Laut
Melalui Yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional”, Jurnal Media Hukum, Vol.
19 No. 1, hlm. 72-86.
Artikel Yuda Prinada, “Sejarah Perkembangan Jalur Transportasi & Perdagangan
di Indonesia"
Anwar, Chairul. (1989). Horizon Baru Hukum Laut Internasional; Konvensi
Hukum Laut 1982. Jakarta: Djambatan.
Kusumaatmadja, Mochtar dan Etty R. Agoes. (2003). Pengantar Hukum
Internasional. Bandung: P.T Alumni
Peraturan Perundang-undangan
United Nations Convention on The Law of The Sea 1982
Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2002 tentang Hak dan Kewajiban Kapal Asing
dalam Melakukan Lintas Damai Melalui Perairan Indonesia
Konvensi Internasional Mengenai Pencegahan Polusi Dari Kapal atau MARPOL
73/7

12

Anda mungkin juga menyukai