Anda di halaman 1dari 6

HILANGNYA BANYAK NYAWA SAAT MENJADI

SUPPORTER SEPAKBOLA

Oleh
Sofia Nadila
NIM 30302200391

A. TESIS

Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang populer di berbagai


negara, termasuk negara Indonesia. Di Indonesia sendiri, memiliki banyak klub
sepakbola yang cukup besar, sebagai contoh adalah klub Arema. Klub sepakbola
kebanggaan kota Malang itu telah berdiri sejak tahun 1987, yang mana sebelumnya
berdiri dengan nama Arema Indonesia.

Namun, dengan adanya klub sepakbola tersebut tidak selalu membawa


pengaruh baik melainkan ada juga hal negatif yang ditimbulkan. Salah satu
contohnya adalah adanya tragedi Kanjuruhan Malang pada tanggal 1 Oktober 2022.
Dimana dalam tragedi tersebut membuat masyarakat dan aparat kepolisian
bersitegang, karena tindakan yang dilakukan oleh aparat kepolisian dalam
mengamankan keamanan justru membuat banyak orang meninggal dunia.

B. KONTEKS

Tragedi Kanjuruhan Malang menjadi salah satu kejadian yang memakan


banyak korban dalam sejarah sepakbola dunia, dimana puluhan hingga ratusan
orang harus kehilangan nyawa pada saat menjadi supporter di stadion. Mereka yang
awalnya berniat untuk mencari hiburan dan mendukung klub sepakbola yang
bertanding itu berakhir duka.
Berita kerusuhan itu seketika menyebar luas hingga menggiring opini dari
berbagai pihak dan menimbulkan masalah lain antara pihak kepolisian dengan
masyarakat, yang menyayangkan atas tindakan yang diambil oleh kepolisian dalam
mengamankan keadaan.

Pada tanggal 1 Okbober 2022 di stadion Kanjuruhan Malang, sepakbola


sudah tidak lagi menjadi sebuah hiburan maupun olahraga. Karena saat itu terjadi
kerusuhan antara kelompok suporter Arema FC atau yang biasa disebut dengan
Aremania dengan pihak keamanan yaitu kepolisian dan aparat TNI. Kerusuhan ini
bermula saat klub kebanggaan mereka yaitu Arema, kalah dengan Persebaya
Surabaya.

Hal ini memicu kekecewaan suporter Arema sehingga mereka memaksa


untuk masuk kedalam lapangan, awalnya hanya segelintir oknum yang masuk
kedalam lapangan. Namun, hal tersebut membuat supporter lain ikut berlarian
memasuki lapangan dan membuat pihak keamanan menjadi khawatir apabila terjadi
sebuah kericuhan.

Hingga akhirnya pihak keamanan melakukan penghadangan dan


membubarkan masa dari lapangan stadion, dengan melakukan penyemprotan gas
air mata ke kerumunan supporter. Penggunaan gas air mata ini sebenarnya
menyalahi aturan yang telah dikeluarkan oleh FIFA selaku induk organisasi
sepakbola dunia, sehingga banyak dari oknum suporter yang berlarian menghindari
semprotan gas air mata tersebut.

Kepanikan yang terjadi di stadion menyebabkan banyak suporter yang


berdesak- desakan ingin keluar dari dalam stadion. Namun, pada saat berada dipintu
keluar stadion, pintu tersebut belum dibuka, sehingga banyak dari mereka yang
meninggal akibat berdesak-desakan dan terinjak injak. Dari peristiwa tersebut
setidaknya 131 orang meninggal dan 174 orang terluka.
C. ISI MASALAH

Ada beberapa faktor yang menyebabkan peristiwa tersebut terjadi. Pertama,


kedewasaan para suporter yang kurang, yaitu tidak terima atas kekalahan.
Kekalahan merupakan hal yang lumrah dalam pertandingan, namun dengan
kekalahan itu bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk tim dan manajemen.
Bukan dengan melakukan tindak provokatif dan kekerasan.

Yang kedua, adanya ketidaktahuan dari pihak keamanan tentang larangan


penggunaan gas air mata dalam sebuah pertandingan sepakbola. Penggunaan gas
air mata sebetulnya telah dilarang keras oleh pihak FIFA, namun pada pertandingan
Arema ini, pihak keamanan sengaja atau tidak sengaja melakukan penyemprotan
gas air mata ke pihak supporter yaitu kearah tribun.

Hal ini juga yang berpengaruh besar terhadap kekacauan dan kepanikan yang
terjadi, karena para suporter merasa cemas dan tentunya takut terkena gas air mata
tersebut. Yang ketiga, pihak penyelenggara pertandingan yang menolak saran dari
pihak kepolisian yang ingin pertandingan tersebut diadakan disore hari. Pihak
kepolisian sebetulnya sudah menyarankan pertandingan tersebut diadakan di sore
hari, namun dari pihak penyelenggara menolak hal tersebut karena alasan hak siar
TV.

Yang ke empat adalah jumlah suporter yang ada didalam stadion melebihi
kapasitas stadion, karena stadion kanjuruhan malang kapasitas maksimalnya adalah
40.000 kursi. Namun, dalam pertandingan tersebut pihak penyelenggara mencetak
45.000 tiket, hal ini juga yang menyebabkan stadion menjadi penuh dan sesak.

Dari beberapa alasan diatas, dapat dikatakan bahwa permasalahan dalam


kejadian tersebut adalah tidak semata-mata karena supporter yang masuk ke
lapangan, tetapi juga karena tindakan aparat keamanan yang tanpa berfikir matang
dalam mengambil keputusan. Apakah dampak yang akan didapat atau akibat atas
tindakan yang mereka lakukan tersebut.
D. SOLUSI

Adapun solusi agar kejadian tersebut tidak terjadi lagi adalah, pertama
dengan kedewasaan suporter yang harus diperbaiki. Kekalahan merupakan hal yang
sudah biasa terjadi dalam suatu pertandingan dan jangan terlalu fanatisme terhadap
suatu hal. Yang kedua, perlu adanya sosialisasi ataupun edukasi terhadap pihak
keamanan akan tata cara pengendalian masa didalam stadion.

Karena pada dasarnya, penggunaan gas air mata di stadion merupakan


penyelewengan terhadap kode etik dalam sebuah pertandingan sepakbola. Yang
ketiga, jadwal pertandingan yang diadakan jangan terlalu malam karena hal tersebut
bertujuan agar memudahkan pihak keamanan dalam mengawasi dan menjaga
keamanan pertandingan.

Yang keempat, melakukan koordinasi dari berbagai pihak agar dapat


terciptanya suatu pertandingan sepakbola yang baik yaitu sebagai hiburan dan
olahraga. Serta perlu adanya evaluasi untuk pihak pengatur dan pemegang supaya
lebih mementingkan ketentuan yang berlaku, bukan semata-mata untuk uang.
D. KESIMPULAN

Ada beberapa faktor yang mendasari suporter dapat melakukan kerusuhan.


Pertama, kekecewaan pada tim sepak bola yang didukungnya. Kedua, kekecewaan
pada manajemen yang mengelola. Dan ketiga, ada oknum suporter yang memang
seringkali memicu terjadinya keributan antar suporter.

Dalam perspektif psikologi massa, suporter merupakan tempat


berkumpulnya individu-individu penggemar sepak bola dalam satu tim tertentu.
Individu yang berkumpul dalam sebuah kelompok tertentu ini akan melahirkan
perilaku massa. Seorang suporter jika belum bergabung dengan suporter lainnya
tidak memiliki kekuatan dalam menggerakkan opini dan perilakunya.

Namun, jika suporter telah bergabung dengan kelompoknya, mereka merasa


memiliki kekuatan yang berlipat. “Sendiri tidak memiliki kekuatan, berkelompok
menaikkan kekuatan dan keberanian yang berlipat”. Inilah sesungguhnya yang
terjadi dalam karakter suporter di manapun. Dengan karakter ini, pemicu masalah
sedikitpun jika terjadi di lapangan, akan menimbulkan peristiwa yang lebih besar
jika tidak cepat dikendalikan.

Peristiwa kerusuhan suporter memberikan kesadaran bersama bahwa


pengelolaan pertandingan yang tertib, aman, terkendali, dan saling menguntungkan
berbagai pihak sangat diperlukan demi tercapainya tujuan kompetisi olah raga,
khususnya sepak bola.

Kesadaran bersama untuk mejadi suporter yang fanatik diperlukan, namun


tidak fanatik yang membabi-buta. Suporter harus siap menikmati setiap
kemenangan timnya dan juga harus siap menerima setiap kekalahan
timnya. Kesadaran massa harus dibentuk menjadi kesadaran pasif yang harus
dimiliki semua suporter.

Secara umum, kerusuhan suporter dapat berawal dari individu-individu


yang memiliki sikap tidak puas terhadap performa tim yang dibelanya. Dalam sudut
pandang teori spiral keheningan, ide dan gagasan ketidakpuasan bersumber dari
invidu-individu kemudian meluas kepada individu-individu yang lain, dan
menjelma menjadi kekuatan kelompok massa yang melakukan tindakan protes
dalam bentuk ucapan lisan, tulisan, dan perilaku.

Di sinilah pentingnya memiliki kesadaran massa dalam suporter sepak bola.


Pembentukan kesadaran massa memerlukan keterlibatan pihak terkait dalam
elemen olah raga sepak bola. Ada peran pemerintah melalui aparat keamanan
(polisi dibantu oleh TNI) yang bertugas membangun suasana tertib, aman, dan
terkendali.

Ada peran pemilik club sepak bola yang bersentuhan langsung dengan
suporternya, dan ada peran lembaga PSSI sebagai pengatur regulasi sepak bola, dan
ada peran media dalam menyebarkan informasi. Semua pihak harus saling
bekerjasama dalam membangun suasana kesadaran soporter secara masif agar
dunia sepak bola dapat berkembang sebagaimana mestinya.

Sepak bola tidak boleh hanya dijadikan sebagai pemenuhan kebutuhan


pemilik club, namun juga harus menjadi pemenuhan kepuasan suporter. Tim sepak
bola dan suporter adalah dua kelompok yang saling terikat. Sepak bola tanpa
suporter adalah kematian. Pemilik club harus mampu menjaga asa supporter tetap
dalam ketertiban dan kedamaian, dan pemerintah berperan mengatur regulasi yang
saling menguntungkan.

Anda mungkin juga menyukai