Anda di halaman 1dari 3

Nama: ahmad setiawan

Kelas: XII IPA 6

Memedakan Fakta dan Opini


Fakta = warna merah

Opini = warna hijau

Editorial/tajuk rencana

Jumat 07 Oktober 2022, 05:00 WIB

Momentum Tumbuhkan Budaya Malu


Administrator | Editorial   MI/Duta .

contoh

1. SABTU (1/10) lalu menjadi malam minggu kelabu bagi dunia persepakbolaan
Tanah Air.
2. Sekitar 130 nyawa melayang seusai pertandingan Arema FC melawan
Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.

3. Peristiwa itu menjadi tragedi terkelam sepanjang sejarah sepak bola Indonesia.
Bahkan, untuk ukuran dunia menjadi yang kedua tersuram setelah tragedi di
Peru yang menewaskan lebih dari 300 orang, setengah abad silam.
4. Para suporter yang tewas di Kanjuruhan umumnya akibat sesak napas setelah
terkena gas air mata dan berdesakan di pintu keluar seusai pertandingan.
5. Kita berduka, bahkan teramat berduka, dan berbelasungkawa kepada keluarga
yang menjadi korban dalam peristiwa itu.
6. Tragedi semacam itu seharusnya tak perlu terjadi seandainya pengelola
pertandingan, entah itu panpel, pihak klub, aparat keamanan, maupun
penyelenggara kompetisi (PT Liga Indonesia Baru/LIB) dan federasi (PSSI)
sigap mengamankan jalannya pertandingan.
7. Apalagi, sebelumnya Polres Malang sudah meminta waktu pertandingan
digeser ke sore hari, dari yang semula pukul 20.00 menjadi pukul 15.30 WIB.
8. Pertimbangannya, itu laga yang rawan karena mempertemukan dua musuh
bebuyutan.
9. Betul laga itu tidak dihadiri suporter tamu. Akan tetapi, antusiasme Aremania,
pendukung Arema FC, sangat tinggi untuk menyaksikan big match tersebut,
termasuk kaum perempuan dan anak-anak.
10. Pihak Arema sebetulnya sudah setuju pertandingan digeser ke sore hari.
Mereka sudah mengirim surat ke PT Liga Indonesia Baru (LIB), tapi ditolak.
11. Pertandingan pun tetap digelar malam hari.
12. Surat balasan LIB itu ditandatangani direktur utamanya, Akhmad Hadian
Lukita.
13. Entah apa pertimbangannya. Biarlah itu nanti jadi bahan penyelidikan Tim
Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) yang dibentuk pemerintah. Satu
hal yang pasti, polisi sudah mengingatkan untuk mengubah jadwal.
14. Begitu pun panitia sudah mengambil langkah tepat dengan berkirim surat ke
LIB.
15. Mereka juga sudah benar tidak mengalokasikan jatah kursi untuk suporter
Persebaya.
16. Di dalam stadion sebenarnya sudah tidak ada lagi faktor penentu yang bisa
memicu kerusuhan.
17. Kalaupun kecewa kepada tim kesayangannya, mereka paling banter merusak
stadion.
18. Namun, apa lacur, nasi telah menjadi bubur.
19. Lontaran gas air mata yang dilepaskan aparat membuat penonton panik dan
berdesakan menuju pintu keluar.
20. Dalam kondisi seperti itu banyak yang terinjak dan meninggal akibat sesak
napas.
21. Kita semua berduka dan menyesali tragedi tersebut. Sebuah petisi di
change.org, yang telah ditandatangani ribuan orang, mendesak Ketua Umum
PSSI Mochamad Iriawan alias Iwan Bule untuk mengundurkan diri.
22. Sebelumnya, berbagai elemen masyarakat juga menyerukan hal serupa, seperti
DPD Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
serta Indonesia Police Watch (IPW). ‘
23. Kami meminta ketua umum dan semua pengurus Persatuan Sepak Bola
Seluruh Indonesia (PSSI) untuk mundur dari jabatannya sebagai bentuk
hormat dan respek terhadap korban tragedi kerusuhan Stadion Kanjuruhan,
Malang, dan untuk pembenahan sepak bola secara keseluruhan’, tulis
Perhimpunan Jurnalis Rakyat (Pijar) yang menggagas petisi tersebut.
24. Hingga Kamis (6/10) pukul 17.33 WIB, petisi itu telah ditandatangani 14.679
orang. Desakan mundur itu merupakan hal wajar.
25. Sebuah seruan moral sebagai bentuk tanggung jawab dan empati terhadap
keluarga korban.
26. PSSI sebagai induk organisasi tertinggi sepak bola yang mengurus pembinaan,
kompetisi, termasuk pembinaan suporter, sebaiknya mendengarkan tuntutan
itu.
27. Mundur tidak selalu berarti buruk. Cara itu bahkan sering dianggap mulia dan
sebagai bentuk respek serta wujud empati terhadap korban. Di negeri ini,
pihak-pihak yang dianggap gagal menjaga amanat publik justru kerap
membela diri dengan bersandar pada argumen legal formal.
28. Dengan dalih itu, mereka ciptakan barikade untuk melindungi jabatan dan
kekuasaan.
29. Para pejabat mestinya mulai menyadari bahwa bukan hanya karena
pelanggaran hukum mereka harus mundur, tetapi juga lantaran alasan etis
ketidakmampuan menjaga kepercayaan publik.
30. Kegagalan menjaga kepercayaan publik tersebut tidak selalu karena
kesengajaan atau ketidakmampuan, bisa juga akibat kelalaian.
Sumber: https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2781-momentum-
tumbuhkan-budaya-malu

Anda mungkin juga menyukai