Tujuan Pembelajaran
1. Mampu menjelaskan pengertian teks editorial;
2. Mampu mengidentifikasi teks editorial;
3. Mampu mengidentifikasi pendapat penulis dalam teks editorial;
4. Mampu mengidentifikasi alternatife solusi dalam teks editorial;
5. Mampu mengidentifikasi simpulan terhadap isu yang dibahas dalam teks editorial.
6. Mampu mengidentifikasikan kalimat fakta dan opini dalam teks editorial;
Tugas
Petunjuk pengerjaan
1. Kerjakan di buku dengan tulisan tangan yang rapi dan jelas terbaca.
2. Tulislah nama dan kelas di bagian atas kertas.
3. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
4. Dikumpulkan sampai pukul 16.00 WIB
Ini bahkan melebihi tragedi Heysel pada 29 Mei 1985, yaitu ketika laga final Liga
Champions (European Cup) antara Liverpool vs Juventus. Pada peristiwa tiga dekade lalu,
39 orang meninggal dunia dan menjadi salah satu momen kelam di dunia sepak bola.
Kejadian ini juga lebih parah dari tragedi Hillsborough yang terjadi di stadion di daerah
Sheffield, Inggris, pada 15 April 1989. Pada pertandingan semifinal Piala FA antara
Liverpool vs Nottingham Forest itu, membeludaknya penonton turut menjadi penyebab 96
orang tewas.
Satu fakta yang harus dicatat dari peristiwa Kanjuruhan adalah ini bukan kerusuhan
antarsuporter. Tidak ada suporter Persebaya di Kanjuruhan karena memang dilarang untuk
datang.
Kejadian dipicu dengan kekalahan Arema, yang membuat sejumlah suporter kesal serta
memasuki lapangan sambil mengejar pemain ataupun staf pelatih. Polisi kemudian
mengejar dan memukuli suporter dengan tongkat kayu. Suporter lain yang kesal lalu ikut
turun ke lapangan dengan jumlah yang semakin banyak. Kalah jumlah, polisi panik
kemudian menembakkan gas air mata ke tribun penonton. Dari sinilah bencana mengerikan
itu terjadi. Puluhan ribu suporter panik dengan situasi kacau dan gas air mata yang
memenuhi stadion. Ratusan orang meninggal pun sebagian besar karena terinjak-injak dan
sesak napas, saat mencoba melarikan diri dari kepungan gas air mata.
Di sini terlihat ketidaksiapan penyelenggara dalam mengantisipasi berbagai situasi yang
dapat muncul dalam pertandingan. Karena itu, ketika suporter kehilangan rasionalitas
justru malah diperparah dengan penyelenggara dan pihak pengamanan yang tidak
profesional. Dua faktor utama ini pun menjadi kombinasi yang membuat tragedi berdarah
yang menelan ratusan nyawa manusia.