Anda di halaman 1dari 3

TUGAS BAHASA INDONESIA, 6 OKTOBER 2022

Jam 1 XII IPA 1 kerjakan LKPD di bawah ini!

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK


Kompetensi Dasar
3.5 Mengidentifikasi informasi (pendapat, alternatif solusi dan simpulan terhadap
suatu isu) dalam teks editorial

Tujuan Pembelajaran
1. Mampu menjelaskan pengertian teks editorial;
2. Mampu mengidentifikasi teks editorial;
3. Mampu mengidentifikasi pendapat penulis dalam teks editorial;
4. Mampu mengidentifikasi alternatife solusi dalam teks editorial;
5. Mampu mengidentifikasi simpulan terhadap isu yang dibahas dalam teks editorial.
6. Mampu mengidentifikasikan kalimat fakta dan opini dalam teks editorial;

Tugas
Petunjuk pengerjaan
1. Kerjakan di buku dengan tulisan tangan yang rapi dan jelas terbaca.
2. Tulislah nama dan kelas di bagian atas kertas.
3. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
4. Dikumpulkan sampai pukul 16.00 WIB

Nyawa Lebih Berharga dari Sepak Bola


"Nyawa manusia lebih berharga dari sepak bola". Kalimat ini kembali ramai menyebar di
media sosial pada Ahad (2/10). Hal ini menyusul tragedi yang terjadi di Stadion
Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10) malam WIB pascapertandingan Liga 1 Indonesia antara
Arema FC vs Persebaya.
Ratusan orang meninggal dunia di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu malam. Ketika itu, tuan
rumah kalah 2-3 dari Bajul Ijo. Karena kecewa, suporter Singo Edan masuk ke arena
pertandingan kemudian terjadi kekacauan yang sulit diredam pihak keamanan.
Tragedi ini pun kembali menjadi catatan hitam bagi dunia sepak bola Tanah Air. Apalagi,
banyaknya korban yang jatuh menjadikan peristiwa ini sebagai salah satu tragedi
terdahsyat sepanjang sejarah si kulit bundar.

Ini bahkan melebihi tragedi Heysel pada 29 Mei 1985, yaitu ketika laga final Liga
Champions (European Cup) antara Liverpool vs Juventus. Pada peristiwa tiga dekade lalu,
39 orang meninggal dunia dan menjadi salah satu momen kelam di dunia sepak bola.
Kejadian ini juga lebih parah dari tragedi Hillsborough yang terjadi di stadion di daerah
Sheffield, Inggris, pada 15 April 1989. Pada pertandingan semifinal Piala FA antara
Liverpool vs Nottingham Forest itu, membeludaknya penonton turut menjadi penyebab 96
orang tewas.
Satu fakta yang harus dicatat dari peristiwa Kanjuruhan adalah ini bukan kerusuhan
antarsuporter. Tidak ada suporter Persebaya di Kanjuruhan karena memang dilarang untuk
datang.

Kejadian dipicu dengan kekalahan Arema, yang membuat sejumlah suporter kesal serta
memasuki lapangan sambil mengejar pemain ataupun staf pelatih. Polisi kemudian
mengejar dan memukuli suporter dengan tongkat kayu. Suporter lain yang kesal lalu ikut
turun ke lapangan dengan jumlah yang semakin banyak. Kalah jumlah, polisi panik
kemudian menembakkan gas air mata ke tribun penonton. Dari sinilah bencana mengerikan
itu terjadi. Puluhan ribu suporter panik dengan situasi kacau dan gas air mata yang
memenuhi stadion. Ratusan orang meninggal pun sebagian besar karena terinjak-injak dan
sesak napas, saat mencoba melarikan diri dari kepungan gas air mata.
 
Di sini terlihat ketidaksiapan penyelenggara dalam mengantisipasi berbagai situasi yang
dapat muncul dalam pertandingan. Karena itu, ketika suporter kehilangan rasionalitas
justru malah diperparah dengan penyelenggara dan pihak pengamanan yang tidak
profesional. Dua faktor utama ini pun menjadi kombinasi yang membuat tragedi berdarah
yang menelan ratusan nyawa manusia.

Kelalaian pihak penyelenggara diketahui, antara lain ketika mengabaikan usulan


keselamatan dari aparat. Misalnya saja kapasitas stadion hanya 38 ribu orang. Akan tetapi,
tiket yang dicetak malah mencapai 42 ribu. Usulan terkait teknis pun tidak dijalankan.
Pertandingan disarankan digelar pada sore hari. Akan tetapi, hal itu tidak dihiraukan dan
alih-alih pertandingan tetap digelar pukul 20.00 WIB.
Sementara itu, kelalaian aparat terlihat dari penggunaan gas air mata yang memenuhi
stadion. Padahal, FIFA, badan tertinggi sepak bola dunia, tegas menyatakan kalau tidak
boleh menggunakan gas air mata dalam mengendalikan suporter yang 'rusuh'.
 
Dalam aturan pengamanan dan keamanan stadion FIFA, Pasal 19 ayat b, dengan jelas
disebutkan kalau polisi tidak boleh menggunakan senjata api atau gas air mata dalam
mengendalikan massa. Hal ini pun terbukti dari sejarah mengerikan di Peru pada 24 Mei
1964, ketika penggunaan gas air mata menyebabkan 328 suporter meninggal dunia.

Seharusnya, peristiwa mengerikan yang menghilangkan nyawa ratusan penikmat sepak


bola tak terjadi. Apalagi, sepak bola merupakan olahraga yang mengedepankan sportivitas
dan fairness.
Kita pun mengucapkan belasungkawa terdalam kepada keluarga korban dan yang
kehilangan nyawa dalam insiden tragis ini. Selanjutnya, kita harus mendorong dan
mengawasi pengusutan hingga tuntas atas tragedi yang menjadi catatan hitam bagi
Indonesia, khususnya dunia sepak bola.  
https://www.republika.id/posts/32715/nyawa-lebih-berharga-dari-sepak-bola

Jawablah Pertanyaan berikut ini berdasarkan Teks di atas!


1. Disebut teks apakah teks di atas? Jelaskan pengertiannya!
2. Apakah tujuan yang hendak dicapai teks tersebut?
3. Apakah masalah yang dibicarakan pada teks di atas? Jelaskan!
4. Apakah pendapat yang dikemukakan redaktur pada teks di atas?
5. Jelaskan argumentasi (alasan) yang menguatkan pada teks di atas!
6. Carilah 2 kalimat fakta pada teks di atas!
7. Carilah 2 kalimat opini pada teks di atas!

Anda mungkin juga menyukai