Anda di halaman 1dari 4

SURAT TERBUKA

Kupang, 29 Februari 2024


Kepada
Bapak Ir. H. Joko Widodo
Presiden Republik Indonesia
Di Jakarta

Dengan hormat,
Saya Gracia Agusta, seorang pelajar dari Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saya
ingin menyampaikan beberapa hal kepada bapak Presiden Joko Widodo mengenai masalah masalah
yang pernah terjadi melalui surat terbuka yang saya tulis ini. Saya juga akan merasa terhomat jika
bapak bersedia untuk menerima serta membaca surat saya ini. Seperti yang kita semua ketahui,
bahwa Negara kita Indonesia memiliki banyak sekali keberagaman. Mulai dari agama, suku, ras,
Bahasa, hingga budayanya masing masing. Tentu saja ada beberapa tindakan yang perlu untuk kita
terapkan dalam kehidupan kita sehari hari. Tindakan yang dapat kita lakukan seperti saling
menghargai, menghormati, adil, memiliki rasa kemanusiaan dan rasa kepedulian. Namun hingga
sekarang masih banyak orang yang belum menerapkannya dalam kehidupan mereka masing
masing.
Dalam kehidupan kita sebagai Masyarakat yang mempunyai banyak keberagaman, norma dan
kaidah hukum adalah sesuatu hal yang sangat penting untuk mengontrol dan menciptakan
keamanan ketertiban dalam lingkungan Masyarakat. Terkadang untuk mewujudkan suatu tujuan,
kita harus memberikan hukum yang bersifat memaksa. Hukum yang setiap hari kita dengar adalah
hukum yang diberikan untuk para pelaku krimianal. Apapun hukuman yang diberikan dan sanksi
yang diberikan, harus tetap diterima oleh sang pelaku. Hukum yang dibuat ini juga bertujuan untuk
membuat orang orang berhati hati dalam semua tindakan yang dilakukan. Namun berbeda lagi jika
hukuman yang diberikan tidak setara dengan tindakan yang ia lakukan.
Dari banyaknya masalah yang ada, saya kembali teringat dengan sebuah tragedi yang terjadi
pada tanggal 1 oktober 2022. Saya juga sangat yakin bahwa bapak sendiri tidak mungkin lupa akan
tragedi yang terjadi pada saat itu. Tragedi ini berkaitan dengan salah satu bidang olahraga yang
banyak digemari oleh orang orang yaitu sepak bola. Bapak juga pasti tau pemicu hal ini terjadi,
hingga penyelesaian masalah ini seperti apa. Awalnya tragedi ini bermula dari turunnya dua orang
supoter didekat tribun papan skor. Sebenarnya mereka hanya ingin saling menyapa dengan pemain
Arema. Namun beberapa saat kemudian terjadi aksi invasi yang dilakukan oleh salah satu aremania
yang ada saat itu. Hal inilah yang memancing para aremania lainnya untuk masuk ke dalam
lapangan.
Pada saat itu, para pihak kepolisian mengambil tindakan untuk menembakan gas air mata pada
orang orang yang ada di tribun dan lapangan. Hal inilah yang menjadikan penyebab utama
banyaknya korban jiwa. Bahkan sempat ada orang yang menyuruh pihak kepolisian untuk berhenti
menembakkan gas air mata karena banyak sekali anak kecil disana. Sayangnya hal ini sama sekali
tidak di pedulikan oleh pihak kepolisian. Banyaknya korban jiwa juga dikarenakan tim medis yang
ada sangat terbatas. Ketika banyak korban mulai berjatuhan karena terhimpit, sesak nafas atau
terinjak saat ingin meninggalkan tribun, penanganan dari pihak medis sudah terlambat. Hal ini
disebabkan karena korban yang berjatuhan sangatlah banyak namun petugas serta peralatan medis
yang ada sangatlah terbatas.
Penyebab berikutnya yaitu karena beberapa pintu stradion dikunci oleh panita yang ada. Salah
satu alasan yang diberikan yaitu agar para aremania tidak melakukan penyerangan kepada pasebaya
Surabaya. Pintu 13 adalah pintu yang dilewati banyak aremania agar bisa keluar dari stadion.
Bahkan karena sudah sangat berhimpitan, ada beberapa orang yang memutuskan untuk keluar
melalui ventilasi keci pada pintu. Namun ada juga yang berkata bahwa pintu 13 ini sama halnya
dengan sebuah kuburan massal, karena banyak orang yang berdesakan dan meninggal disitu. Dari
tragedi ini kita juga bisa melihat tindakan vandalisme yang terjadi di saat itu. Vandalisme sendiri
adalah tindakan merusak sebuah karya seni orang lain. Tindakan vandalisme ini dapat memberikan
hukuman penjara pada pelakunya.
Aturan ini dapat dilihat dalam pasal 170 KUHP. Pasal ini berbunyi “Barang siapa dengan terang-
terangan dan dengan tenaga bersama memakai kekerasan terhadap orang atau barang, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan”. Tindakannya dapat kita lihat saat orang
orang yang ada dalam stadion saat itu melempat barang barang yang ada di stadion serta mencoret
coret beberapa benda yang ada. Dalam tragedi ini terdapat beberapa tersangka yang telah ditetapkan
oleh pihak kepolisian. Ada beberapa terdakwa yang telah ditetapkan oleh polisi. Yang pertama
adalah Abdul Haris. Ia adalah ketua panpel dari arema. Ia divonis satu tahun 6 bulan pidana penjara.
Abdul Haris dinyatakan bersalah karena kealpaannya yang menyebabkan kematian dan luka luka.
Terdakwa kedua yaitu Suko Sutrisno. Ia adalah security officer arema. Ia divonis satu tahun
penjara. Ia dinyatakan bersalah karena kealpaannya yang menyebabkan kematian dan luka luka.
Alasan keduanya karena ia secara sah dan terbukti bersalah melanggar Pasal 359, Pasal 360 ayat 1
dan Pasal 360 ayat 2 KUHP. Pasal 359 berbunyi “Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya)
menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana
kurungan paling lama satu tahun”. Pasal 360 berbunyi “Barang siapa karena kesalahannya
(kealpaannya) menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun”.
Terdakwa ketiga yaitu Achmadi. Ia dibebaskan karena Pada pertimbangan pertama, ia memang
memerintahkan penembakan gas air mata. Namun gas air mata tersebut mengarah ke tengah
lapangan karena adanya embusan angin. Namun banyak sekali orang yang tidak merima hasil vonis
hukuman bagi para terdakwa. Hal ini karena mereka merasa bahwa hasilnya vonisnya tidak setara
dengan tindakan yang di lakukan. Akhirnya banyak keluarga dari para korban yang kecewa dengan
Keputusan majelis hakim. Padahal dalam sepak bola, FIFA sudah melarang penggunaan gas air
mata. Peraturan ini tertera pada pasal 19 FIFA tentang keselamatan dan keamanan stadion. Karena
tindakan ceroboh yang melanggar inilah ratusan nyawa menjadi korban. Mulai dari anak kecil
hingga orang dewasa.
Menurut saya pribadi, seharusnya para terdakwa diberikan hukuman yang setara dengan
tindakan mereka. Tidak mungkin jika mereka tidak mengetahui peraturan dalam FIFA yang
melarang penggunaan gas air mata. Tragedi ini pada akhirnya merujuk pada tujuan saya dalam
menulis surat ini. Dalam tragedi ini menunjukan kesimpulan mengenai sistem penegakan hukum
dan keadilan di Indonesia yang malah menjadi sumber persoalan yang sangat serius. Mungkin
menurut beberapa orang, sistem hukum dan keadilan hanyalah sebuah sistem biasa. Namun apakah
kita tahu seberapa sulitnya orang orang diluar sana mencari keadilan untuk diri mereka sendiri
ataupun anggota keluarga mereka. Sehingga menurut saya, persoalan ini bukanlah sebuah hal kecil
yang bisa kita anggap remeh. Tanpa adanya keadilan didunia ini, bagaiman kita sebagai masyarakat
bisa hidup dengan tenang dan damai.
Ada beberapa saran yang sudah saya pikirkan untuk disampaikan kepada bapak. Yang pertama
yaitu bertanggung jawab atas tugas yang diberikan dan menjalankan tugas dengan jujur. Selain itu
bisa juga pemerintah memperketat dan memperhatikan lagi sistem hukumnya beserta orang orang
yang terlibat agar tidak melakukan kecurangan yang tak seharusnya dilakukan. Setelah surat ini
sudah tersampaikan kepada bapak, saya harap sistem hukum di Indonesia dapat diperketat agar
tidak terjadi kecurangan apa pun dan agar sistem hukum di Indonesia ini bisa dipercayai
sepenuhnya oleh Masyarakat tanpa meragukan hasilnya. Sekian yang dapat saya sampai kepada
bapak. Terima kasih.

Hormat saya,

Gracia K. Agusta

Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Stadion_Kanjuruhan

Anda mungkin juga menyukai