Anda di halaman 1dari 9

KD 3.

1 (Pengetahuan)
1. Hak Hak Indonesia pada batas laut berdasarkan UNCLOS
a) Batas Laut Teritorial
Laut teritorial adalah batas laut yang ditarik dari sebuah garis dasar dengan
jarak 12 mil (19,3 km) ke luar ke arah laut lepas. Garis dasar yang dimaksud
adalah garis yang ditarik pada pantai waktu air laut surut. Batas teritorial
membuat wilayah laut Indonesia menjadi satu kesatuan seperti saat ini. Laut-
laut yang terletak antara pulau tidak lagi menjadi laut bebas, sehingga kapal-
kapal asing tidak bisa bebas keluar masuk ke wilayah Indonesia. Apabila ada
laut dengan lebar kurang dari 24 mil dikuasai oleh dua negara, maka cara
menentukan wilayah teritorial kedua negara adalah dengan menarik garis yang
sama jauhnya dari garis pantai terluar. Di dalam batas laut teritorial ini,
Indonesia mempunyai hak kedaulatan sepenuhnya. Negara lain dapat berlayar
di wilayah ini atas izin pemerintah Indonesia.

b) Batas Landas Kontinen


Landas kontinen adalah batas perpanjangan dari benua yang terendam air laut.
Batas landas kontinen diukur sampai sedalam 200 meter dari permukaan laut.
Namun, jika landas kontinennya terlalu landai, maka batasnya akan diukur
sejauh 200 mil dari pantai. Oleh karena itu, wilayah laut dangkal dengan
kedalaman 200 m merupakan bagian dari wilayah negara yang berada di
kawasan laut tersebut. Batas landas kontinen diukur mulai dari garis dasar
pantai ke arah luar dengan jarak paling jauh adalah 200 mil. Sumber daya alam
yang terkandung di dalam landas kontinen suatu negara dapat dimanfaatkan
oleh negara tersebut. Pemerintahnya memiliki hak dan wewenang untuk
memanfaatnya, seperti ikan atau barang tambang, dengan tetap menghormati
dan tidak mengganggu jalur pelayaran internasional.

c) Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)


Zona Ekonomi Eksklusif atau ZEE adalah wilayah laut sejauh 200 mil yang
diukur dari garis pangkal pantai pulau terluar ke arah laut lepas. Apabila ZEE
suatu negara berhimpitan dengan negara lain, maka penetapannya dapat
dilakukan dengan perundingan dua negara dan dibagi sama rata. Dalam ZEE,
negara yang bersangkutan memiliki kewenangan untuk mengeksplorasi,
memanfaatkan, dan mengolah segala sumber daya alam yang terkandung di
dalamnya, baik itu sumber daya hayati maupun non hayati di permukaan, di
dalam, dan di dasar laut untuk tujuan kesejahteraan bangsa. Sementara itu,
negara lain memiliki kebebasan untuk pelayaran serta pemasangan kabel atau
pipa bawah laut. Mengenai kegiatan-kegiatan di ZEE Indonesia diatur dalam
Undang-Undang No. 5 tahun 1983 pasal 5 tentang ZEE. Pada ZEE, Indonesia
memiliki hak untuk:

1. Melakukan eksplorasi, eksploitasi, pengolahan dan konservasi sumber


daya alam
2. Berhak melakukan penelitian, perlindungan, dan pelestarian laut
3. Mengizinkan pelayaran internasional melalui wilayah ini dan memasang
berbagai sarana perhubungan laut

2. Perkembangan Perdagangan Internasional di Indonesia


a) Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan, khususnya di abad ke 12 dan abad ke 13,
perdagangadi kawasan Benua Eropa mengalami perkembnagan yang pesat.
Pada saat itu, bangsa - bangsa di Eropa mendirikan beberapa asosiasi untuk
melindungi perdagangan jarak jauh. Barang dagangan yang diperdagangkan
pada masa itu berupa bahan mentah, kulit kayu, benang wol, kayu, rempah -
rempah dan lain sebagainya. Barang - brang tersebut digunakan untuk bahan
baku industri dan memenuhi kebutuhan hidup penduduknya. Kemudian
perkembangan perdagangan internasional terus berlanjut hingga perdagangan
dengan menggunakan kapal - kapal yang sudah dilengkapi dengan teknologi
pelayaran dan navigasi serta berdaya muat besar, sehingga mampu melakukan
perjalanan jauh hingga ke wilayah Asia Tenggara.

Pada masa penjelajahan samudera, terdapat jalur perdagangan internasional,


yaitu :
Jalur laut (Jalur Emas). Jalur ini melalui Kepulauan Maluku - Malaka - Gujarat di
India - Persia (Laut Merah) - Mediterania - Spanyol
Jalur darat (Jalur Sutera).

b) Penjajahan Samudra
Kawasan Eropa abad ke-15 dan 16 ditandai oleh perdagangan teknologi
pelayaran dan navigasi. Muncul kapal-kapal berdaya muat besar dengan
perlengkapan militer untuk perlindungan. Perkembangan pelayaran dan
navigasi mempercepat meluasnya perdagangan Internasional dan biaya lebih
murah. Perluasan semakin dipacu oleh penemuan wilayah baru, seperti
Amerika dan jalur pelayaran baru ke Asia, melewati Tanjung Harapan.
Perkembangan yang marak merubah asosiasi menjadi kemitraan resmi atau
lebih dikenal sebagai persekutuan dagang.

c) Revolusi Industri
Revolusi industri dalam sejarah modern merupakan proses perubahan dari
ekonomi agraris dan kerajinan ke industri serta manufakur mesin. Proses
revolusi industri pertama kali terjadi pada abad ke-18 di Inggris atau tahun
1760-1840. Di mana terjadi peralihan dalam penggunaan tenaga pada industri
tektil. Jika sebelumnya memakai tenaga hewan dan manusia beralih dengan
menggunakan mesin. Kemudian revolusi industri meluas ke berbagai negara di
Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang. Faktor utama dalam revolusi industri,
yakni: Teknologi, Sosial, Ekonomi, dan Budaya.
Pada bidang teknologi adanya perubahan pada penggunaan dasar baru,
terutama besi dan baju. Penggunaan sumber energi baru termasuk bahan
bakar dan tenaga penggerak, seperti mesin uap, listrik.
Pada ekonomi yang menghasilkan distribusi kekayaan yang lebih luas.
Penurunan tanah sebagai sumber kekayaan dalam menghadapi peningkatan
produksi industri, dan peningkatan perdagangan internasional.
Pada bidang sosial adanya perubahan, termasuk pertumbuhan kota,
perkembangan gerakan kelas pekerja, dan munculnya pola otoritas baru.
Pada budaya adanya transformasi budaya dari tatanan luas. Pekerja
memperoleh keterampilan baru dan khas, dan hubungan mereka dengan tugas
mereka bergeser.

d) Perang Dunia
Perdagangan internsional mengalami kemunduran karena perang dunia dan
juga pajak perdagangan dan aturan yang membatasi kebebasan perdagangan.
Kemunduran yang paling parah terjadi pada saat krisis dunia (The Great
Depression) tahun 1929. Banyak Perusahaan yang bangkrut dan menyebabkan
lumpuhnya perekonimian dunia.

3. Posisi Strategis Indonesia Berpotensi sebagai Poros


Maritim
Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki letak
astronomis pada 6° LU - 11° LS dan 95° BT - 141° BT. Indonesia sendiripun
merupakan sebuah negara kepulauan dengan jumlah penduduk terbesar ke -
4. Pada letak dan kondisi seperti ini, Negara Indonesia mendapat anugerah
sebagai negara yang dilewati jalur khatulistiwa, serta merupakan negara yang
diapit dua samudera besar dan 2 benua.
Posisi Indonesia yang diapit oleh 2 samudera besar dan 2
benua, menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia karena terletak di
posisi silang, berikut penjelasaanya :
a. Timur laut dari Indonesia adalah Samudera Pasifik
b. Barat daya dari Indonesia adalah Samudra Hindia
c. Tenggara dari Indonesia adalah Benua Australia
d. Barat laut dari Indonesia adalah Benua Asia
Sehingga ketika ditarik garis diagonal pada peta, maka didapat Indonesia
terletak di posisi silang dan menjadikannya sebagai poros maritim dunia.
Letak wilayah Indonesia yang berada di posisi silang, menjadikan bangsa
Indonesia mendapatkan keuntungan yang besar terutama di bidang
kemaritiman, transportasi laut, serta pariwisata.
4. Tata Cara Pengelolaan Potensi Sumber daya Kelautan
Bila ditelaah, penurunan kualitas sumber daya alam dan lingkungan
disebabkan oleh dua faktor yaitu disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan
ekonomi (economic requirement) dan gagalnya kebijakan yang diterapkan
(policy failure). Peningkatan kebutuhan yang tak terbatas sering membuat
tekanan yang besar terhadap lingkungan dan sumber daya yang ada,
kebutuhan akan ketersediaan kayu memaksa kita untuk menebang hutan
secara berlebihan dan terjadinya illegal logging, kebutuhan transportasi untuk
mobilitas dan mendukung laju perekonomian juga sering menimbulkan
dampak terhadap kerusakan lingkungan seperti pencemaran udara, dan
kejadian di laut di mana akibat kebutuhan ekonomi memaksa nelayan
melakukan kegiatan tangkap berlebih (over fishing). Oleh karena itu
percepatan pembangunan ekonomi sudah selayaknya di barengi dengan
ketersediaan sumber daya dan lingkungan yang lestari.
1. Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu amanat dari pertemuan
bumi (Earth Summit) yang diselenggarakan tahun 1992 di Rio de Janeiro, Brazil.
Dalam forum global tersebut, pemahaman tentang perlunya pembangunan
berkelanjutan mulai disuarakan dengan memberikan definisi sebagai
pembangunan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang
dengan tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhannya. Pengelolaan potensi sumber daya laut perlu
diarahkan untuk mencapai tujuan pendayagunaan potensi untuk
meningkatkan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi nasional dan
kesejahteraan pelaku pembangunan kelautan khususnya, serta untuk tetap
menjaga kelestarian sumber daya kelautan khususnya sumber daya pulih dan
kelestarian lingkungan.
2. Pengelolaan Berbasis Masyarakat
Pendekatan pembangunan termasuk dalam konteks sumber daya kelautan,
sering kali meniadakan keberadaan organisasi lokal (local organization).
Meningkatnya perhatian terhadap berbagai variabel lokal menyebabkan
pendekatan pembangunan dan pengelolaan beralih dari sentralisasi ke
desentralisasi yang salah satu turunannya adalah konsep otonomi pengelolaan
sumber daya kelautan. Dalam konteks ini pula, kemudian konsep CBM
(community based management) dan CM (Co-Management) muncul sebagai
“policy bodies” bagi semangat ”kebijakan dari bawah” (bottom up policy) yang
berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam. Hal ini diarahkan sesuai
dengan tujuan pengelolaan sumber daya kelautan yang dilakukan untuk
mencapai kesejahteraan bersama sehingga orientasinya adalah pada
kebutuhan dan kepentingan masyarakat sehingga tidak hanya menjadi objek,
melainkan subjek pengelolaan.
3. Pengelolaan Berbasis Teknologi
Salah satu contoh peran masyarakat terdidik yang sudah menjadi konsep
matang dalam menangani isu ini adalah penggunaan teknologi informasi
berbasis radio atau dinamakan Monitoring Control and Surveillance (MCS).
Tekhnologi ini diharapkan memberikan kontribusi dalam pengawasan wilayah
laut. Monitoring Control and Surveillance (MCS) merupakan sistem yang telah
dipergunakan di banyak negara. Di dunia internasional MCS ini dikelola secara
bersama-sama sejak tahun 2001. Organisasi MCS internasional
mengkoordinasikan dan menjalin kerjasama diantara anggotanya untuk saling
mencegah, menghalangi dan menghapuskan IUU fishing. Indonesia sendiri,
telah merintis sistem MCS. Namun, masih bersifat parsial dalam bagian-bagian
yang berdiri sendiri-sendiri serta bersifat sektoral.

KD. 4.1 (Keterampilan)


1. Peta Astronomis, Geografis, Geologis
a) Letak Astronomis

b) Letak Geografis
c) Letak Geologis
2. Batas Laut Indonesia (Dengan 10 Negara)

3. Batas laut Indonesia (Teritorial, Kontinen, ZEE)


4. Morfologi Laut

Anda mungkin juga menyukai