Anda di halaman 1dari 18

 

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini kita mengetahui bahwa maritime berhubungan dengan laut. Dimana segala
sesuatunya dibahas tentang positif dan negative yang terjadi dalam dunia maritim. Maritim
merujuk kepada kata maritime yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti navigasi atau
maritim. Pemahaman maritim yaitu segala aktifitas pelayaran dan perniagaan yang
berhubungan dengan kelautan atau biasa disebut dengan pelayaran niaga. Berdasarkan
terminologi maritim berarti ruang/wilayah permukaan laut yang terdapat kegiatan seperti
pelayaran, lalu lintas, jasa-jasa kelautan, dan lain sebagainya.
Kemaritiman menjadi sangat penting bagi kelanjutan pertumbuhan dan  perkembangan
bangsa Indonesia. Sebagaimana diketahui, dua periga atau 63% wilayah Indonesia adalah laut,
dengan panjang 81.000 Km. Laut merupakan potensi sumber daya maritim yang sangat kaya.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki wilayah laut seluas 5,8 juta km²
yang terdiri dari wilayah teritorial sebesar 3,1 juta km² dan wilayah ZEEI 2,7 juta km²,
mempunyai 17.480 pulau dan memiliki garis pantai sepanjang 95.181 km. Dengan potensi yang
sedemikian besar, secara otomatis terkandung keanekaragaman sumber daya alam laut baik
hayati maupun non hayati menjadikan sektor kelautan sebagai penunjang perekonomian
penting bagi Indonesia.

Mengenai pembahasan diatas, memicu pemahaman untuk mengangkat masalah yang


berhubungan tentang wawasan kemaritiman yang berhungan dengan permasalahan secara
umum yang kita lihat di wilayah Indonesia maritim.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sudah penulis paparkan dalam
beberapa poin yaitu:
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Negara Maritim ?
2. Bagaimana batas maritime negara Indonesia?
3. Bagaimana alur laut kepulauan Indonesia?
4. Bagaimana sengketa laut internasional yang terjadi di Indonesia?
5. Bagaimana Mewujudkan Pertahanan Dan Ketahanan Maritim Indonesia ?
 

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :

1. Untuk Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Negara Maritim


2. Untuk mengetahui batas meritim negara Indonesia
3. Untuk mengetahui alur laut kepulauan Indonesia
4. Untuk mengetahui sengketa laut internasional yang terjadi di Indonesia
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Mewujudkan Pertahanan dan Ketahanan Maritim
Indonesia
 

1.4 Manfaat Makalah


Manfaat yang akan di dapatkan dari makalah ini yaitu:
1. Menambah pengetahuan seputar kemaritan terlebih dalam aspek pertahanan dan
keamanan maritime negara Indonesia
2. Agar mengetahui batas-batas maritime Indonesia
3. Menambah pengetahuan terkait sengketa internasional dan cara penyelesaiannya
4. Agar mengetahui cara untuk mewujudkan pertahan dan keamanan maritime di
Indonesia
 
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Negara Maritim 
Indonesia dikenal dengan negara Maritim dan yang dimaksud dengan negara Maritim
adalah Negara yang daerah teritorial lautnya lebih luas daripada daerah teritorial daratnya
dengan kata lain Negara Maritim adalah negara yang menyandang predikat Negara Kepulauan.
Kenapa Indonesia disebut sebagai negara maritim, hal ini dikarenakan Negara Indonesia
merupakan negara Kepualauan dan 2/3 wilayah Indonesia merupakan lautan dan 1/3 -nya
merupakan daerah daratan. Konsekuwensi menyandang predikat sebagai negara maritim
adalah Indonesia harus mengembangkan aktifitas pelayarannya, hal ini karena salah satu
penunjang perekonomian Indonesia adalah sektor pelayaran, ini juga didukung oleh letak
strategis Negara Indonesia yang berada di daerah persilangan dunia yang juga membuat
indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam mengembangkan laut.

Dalam mengolah dan membangun sumberdaya maritim tersebut diperlukan adanya


kearifan lokal.Kata kearifan berasal dari kata arif yang berarti bijaksana, cerdik, pandai, berilmu,
paham, serta mengerti. Kata kearifan juga berarti kebijaksanaan, kecendekiaan.Berdasarkan
pengertian tersebut, di sini kearifan lokal diartikan sebagai kebijaksanaan atau pengetahuan
yang dimiliki oleh masyarakat dalam rangka mengelola lingkungan, yaitu pengetahuan yang
melahirkan perilaku hasil adaptasi mereka terhadap lingkungan, yang implikasinya adalah
kelestarian dan kelangsungan lingkungan untuk jangka panjang.
Dalam kearifan lokal terkandung pula kebudayaan lokal, hal ini menyebabkan
pembangunan pada daerah-daerah tidak boleh menghilangkan unsur budaya dari daerah
tersebut. Seharusnya pembangunan di suatu daerah harus melihat terlebih dahulu kondisi
sosial-budayanya, sehingga dapat mengolah sumber daya dengan baik tanpa merugikan
penduduk yang pada akhirnya akan memajukan perekonomian daerah dan nasional.

Indonesia seperti yang telah dijelaskan merupakan negara kemaritiman, dimana kondisi
Indonesia yang lebih banyak daerah perairan dari pada daerah daratan. Kondisi inilah yang
membentuk budaya indonesia menjadi budaya yang lebih merujuk pada budaya kemaritiman,
yang masyarakat lebih banyak berprofesi sebagai nelayan pada daerah pesisir.

Budaya Indonesia sebagai budaya kemaritiman, maka pembangunan yang dilaksanakan


di indonesia haruslah berparadigma kemaritiman, dimana maritim menjadi pusat
pembangunan bangsa. Hal ini dapat diwujudkan melalui pembangunan berkelanjutan
kemaritiman yang dirancang oleh pemerintahan seperti, penangkapan ikan alami, pelestarian
daerah pesisir, pengolahan energi alam di bawah laut menggunakan AMDAL (Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan), dan penangkaran/ pelestarian biota laut yang dianggap punah, dan
membangun pariwisata bahari.

Namun pada kenyataannya banyak penelitian yang mengungkapkan perilaku


penangkapan ikan pada zaman modern lebih senang menangkap ikan menggunakan peralatan
yang dapat menyebabkan kerusakan pada kelestarian biota laut, seperti contohnya Bom yang
digunakan oleh para nelayan memiliki efek destruktif pada kehidupan bawah laut, hal ini
disebabkan bom tersebut mengandung zat kimia yang dapat melumpuhkan biota-biota laut.

2.2. Batas Maritim Negara Indonesia

Tentunya setiap kondisi geografis dari masing-masing Kondisi Penduduk


Indonesia dimana negara berbeda satu sama lainnya. Ada yang hanya memiliki wilayah daratan
saja, namun juga ada yang sebagian besar memiliki daratan beserta lautnya. Biasanya laut-laut
ini berbatasan dengan wilayah negara lainnya. Untuk itu lah diperlukan pengaturan untuk batas
wilayah penguasaan laut, tak terkecuali di Indonesia. Batas wilayah antar negara merupakan
pemisah kedaulatan negara tersebut yang didasarkan pada hukum Internasional yang ada.

Di Indonesia sendiri, batas-batas wilayah laut indonesia sudah diatur dalam penataan
batas maritim yang tercantum dalam UU no.17 tahun 1985 yang menggunakan 4 batas aturan
pada wilayah laut Negara Indonesia, dan diakui secara internasional yaitu antara lain adalah:

2.2.1. Batas Landas Kontinen


Batas Landas Kontinen atau Batas Landas Benua merupakan batas pada bagian dasar
laut yang berada sebagai  Ciri-Ciri Manusia Sebagai Makhluk Ekonomi paling ujung dan masih
berhubungan dengan daratan ataupun merupakan kelanjutan dari benua yang berada di lautan.
Lautan yang masuk ke dalam batas laut ini adalah laut dangkal yang memiliki kedalaman kurang
dari 200 meter. Karena itu, seluruh lautan yang memiliki kedalaman kurang dari 200 meter
maka akan menjadi miliki dari Negara yang berada di daerah laut tersebut.

Perkembangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia ada tapinya, namun jika terdapat dua


wilayah negara yang posisinya terlalu dekat dan sama-sama memiliki wilayah laut yang ada
pada batas landas kontinen ini maka jarak antar pantai tersebut akan diukur dan dibagi dua
bagian.

 Kondisi ini dapat ditemukan di Selat Malaka yang kondisi nya  berada di antara Negara
Singapura, Malaysia, serta Indonesia. Aturan mengenai batas landas kontinen ini dikeluarkan
Pemerintah Indonesia tepatnya pada 17 Februari 1969.
 Pada wilayah landas kontinen ini, Negara memiliki wewenang dan hal untuk dapat
memanfaatkan ataupun mengambil sumber daya alam di dalam laut tersebut, seperti ikan dan
material tambang.

2.2.2 Batas Laut Teritorial

Batas laut teritorial adalah batas perairan laut suatu negara yang diukur dari pantai
terluar ataupun pulau terluar denga jarak 12 mil (19,3 km) ke laut lepas. Namun jika terdapat
dua negara atau lebih yang mengalami Proses Interaksi Sosial  akan menguasai satu lautan
tersebut maka akan ditarik sama jauhnya dari masing-masing negara. Misalnya saja, bila lebar
lautan sekitar kurang dari 24 mil dan terdapat dua atau lebih negara yang menguasainya, maka
garis teritorial nya akan ditarik sama jauh dari garis pada masing masing negara tersebut yaitu:

 Laut yang berada di antara garis dan garis batas teritorial akan disebut sebagai laut
teritorial.
 Namun jika laut tersebut terletak di sebelah garis dasar, maka akan masuk ke kawasan
laut internal atau perairan dalam (laut nusantara). Garis dasar merupakan garis khayal yang
menghubungkan seluruh titik titik yang berada di ujung-ujung dari pulau terluar di negara
tersebut.

  Sebuah negara, selalau mempunyai Macam-Macam Bencana Alam Di Indonesia memiliki


hak sepenuhnya terhadap perairan yang sampai pada batas laut teritorial, bebas
menggunakannya dan bebas mengambil sumber daya alam yang ada di dalam lautan tersebut.
Namun negara tersebut juga memiliki kewajiban untuk memfasilitasi alur pelayaran lintas yang
damai dan baik di permukaan laut ataupun dibawah lautan. Aturan mengenai wilayah lau
teritorial ini dikeluarkan pemerintah Indonesia pada tanggal 13 Desember 1957 yang dikenal
sebagai Deklarasi Dejuanda dan kemudian diperkuat dengan Undang Undang no.4 pada tahun
1940
2.2.3. ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif)

Yang termasuk ke dalam zona ekonomi eksklusif (ZEE) ini adalah kawasan yang memiliki
jarakn 200 mill dari pulau terluar di Negara Indonesia. Di kawasan ini sendiri, Indonesia
mengalami Faktor Perubahan Sosial dan berhak untuk memanfaatkan dan mengambil seluruh
sumber daya alam yang ada, mulai dari kebebasan untuk berlayar hingga bebas menanamkan
pipa pipa bawah laut di dalam kawasan ini. Peraturan mengenai Zona Ekonomi Eksklusif sendiri
dikeluarkan pemerintah Indonesia pada 21 Maret 1980. Dengan dikeluarkannya pengumuman
ini, maka wilayah lautan Negara Indonesia menjadi dua kali lebih luas dibandingkan
sebelumnya.
Perkembangan Wilayah Indonesia yang mempunyai Kapal-kapal asing dari negara luar
Indonesia pun tak diperbolehkan untuk mengambil sumber daya alam yang ada di dalam laut
pada wilayah ZEE ini. Bahkan Negara yang bersangkutan dapat memberikan sanksi bagi Negara
lain yang masuk ke dalam zona ekonomi eksklusif ini. Batas laut yang saling bersinggungan di
antara dua negara juga sudah diatur dan disepakati bersama oleh dua negara tersebut. Negara
Indonesia, sebagai negara yang memiliki zona ekonomi eksklusif ini tentunya memiliki hak-hak
atas peraturan ZEE ini, antara lain adalah:
 Berhak untuk mengeksplorasi, mengelola, mengeskploitasi, dan mengkonservasi sumber
daya alam yang ada pada kawasan tersebut.
 Berhak untuk melakukan penelitian, pelestarian serta perlindungan pada kawasan laut
tersebut.
 Memperbolehkan dan menginzinkan pelayaran Internasional yang melalui wilayah ini
dan memfasilitasinya dengan berbagai sarana perhubungan laut.

2.2.4. Zona Tambahan

Merupakan bagian laut yang berada di luar teritorial yang mana Indonesia masih
memiliki hak-hak kedaulatan dan kewenangan tertentu pada kawasan ini. Pada zona tambahan
sendiri, termasuk sampai batas 12 mill laut yang berada di luar laut teritorial atau sekitar 24 mil
yang pengukurannya dari garis pangka. Indonesia masih memiliki kewenangan untuk
mengontrol pelanggaran-pelanggaran yang terjadi pada kawasan tersebut baik pada bidang bea
cukai, karantina, pengawasan imigrasi, kesehatan, keuangan dan penjaminan pelaksanaan
hukum di dalam wilayahnya. Berikut batas dari zona tambahan dari pengakuan secara
internasional:

 Dengan adanya penetapan batas wilayah ini, negara lain tak bisa menghalang Faktor
Penghambat Perubahan Sosial Budaya dan memanfaatkan potensi-potensi yang ada di dalam
lautan Indonesia. Pemanfaatan ini termasuk pengelolaan kekayaan alam, perlindungan wilayah
laut, serta keselamatan navigasi.
 Apalagi kondisi laut Indonesia berbatas dengan 10 negara sekaligus seperti Singapura,
Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, Papua Nugini, India, serta Timor Leste. Sehingga aturan
batasan wilayah laut sangat perlu ditetapkan agar tak terjadi perebutan wilayah serta sumber
daya alam di dalam lautan.

2.3. Alur Laut Kepulauan Indonesia


Perjuangan Indonesia guna memperoleh pengakuan masyarakat lnternasional atas
konsep negara kepulauan telah berhasil dicapai dengan diterima dan dicantumkannya prinsip
Negara Kepulauan pada Bab. IV Konvensi PBB tahun 1982 tentang Hukum Laut. Namun
demikian, dalam prakteknya Indonesia harus mempertimbangkan dan mengakui hak.hak
negara lain, terutama kapal militer/armada laut untuk melintas di perairan kepulauan
Indonesia. Khususnya di daerah-daerah yang selama ini biasa dipergunakan untuk pelayaran
lnternasional, Konsesi ini dlberikan oleh negara kepulauan dalam bentuk alur Iaut kepulauan
seperti tercantum pada Pasal 53 Konvensi PBS tabun 1982 tentang Hukum Laut. 
Untuk memenuhi ketentuan tersebut, pada tahun 1996, Indonesia telah mengajukan kepada
International Maritime Organization (IMO) di London, proposal Alur laut Kepulauan Indonesia
(ALKI) yang terdiri dari 3 (tiga) buah ALKI Utara-SeIatan, yaltu ALKI I, ALKI II dan ALKI III yang di
bagian selatan bercabang tiga menjadl ALKI A, B dan III-C. Proposal ini secara aklamasi telah
diterima pada sidang Maritime Safety Committe l lnternational Maritime Organization – MSC I
IMO ke-69 tanggal 19 Mel 1998. Adapun alur laut kepulauan yang rnelalui perairan Indonesia
tersebut adalah sebagai berikut: 

ALKI I : Selat Sunda – Selat Karimatan – Laut Natuna – Laut Cina Selatan
ALKI II : Selat Lombok – Selat Makassar – Laut Sulawesi
ALKI III-A : Laut sawu – Selat Ombai – Laut Banda (Barat Pulau Buru) – LAut Seram (Timur Pulau
Mongole) – Laut Maluku – Samudera Pasifik
ALKI III-B : Laut Timor – Selat Leti – Laut Banda (Barat Pulau Buru) – Laut Seram (Timur Pulau
Mongole) – Laut Maluku – Samudera Pasifik
ALKI III-C : Laut Arafuru – Laut Banda (Barat Pulau Buru) – Laut Seram (Timur Pulau Mongole) –
Laut Maluku – Samudera Pasifik

2.3.1 19 (SEMBILAN BELAS) PERSYARATAN MELALUI ALKI

ALKI yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia dan telah diadopsi oleh
IMO disertai 19 (sembilan belas) persyaratan yang harus dipatuhi oleh kapal dan
pesawat udara yang melaksanakan hak lintas Alur Kepulauan Indonesia meliputi :
1. Kapal-kapal di ALKI tidak akan mengganggu atau mengancam kedaulatan, integritas
teritorial atau kemerdekaan dan persatuan nasional Indonesia. Kapal-kapal tersebut
tidak akan melaksanakan setiap tindakan yang berlawanan dengan pirnsip-prinsip
hukum internasional seperti yang ditetapkan dalam piagam PBB.
2. Pesawat terbang di dalam melaksanakan hak lintas alur laut kepulauan tidak
dibolehkan untuk terbang di luar alur laut (diatas atau dengan pengecualian rejim ICAO)
dan pesawat terbang tidak diijinkan terbang terlalu dekat dengan pulau-pulau atau
daratan di dalam teritorial Indonesia, termasuk daerah dalam ALKI.
3. Pesawat terbang sipil asing yang melalui ALKI harus mengikuti aturan-aturan
penerbangan sipil internasionl seperti yang ditetapkan oleh ICAO (International Civil
Aviation Organization).
4. Kapal perang asing dan pesawat terbang militer asing ketika sedang melewati alur
laut, tidak dibolehkan melaksanakan latihan perang-perangan.
5. Kapal perang asing dan pesawat terbang militer asing, yang merupakan satuan-satuan
kapal perang asing, di samping kepal-kapal yang menggunakan tenaga nuklir, yang
sedang melewati alur laut, diharapkan untuk memberitahukan kepada Pemerintah
Indonesia (yaitu Panglima TNI) terlebih dahulu untuk kepentingan keselamatan
pelayaran dan untuk mengambil tindakan pemulaan yang diperlukan jika terjadi sesuatu
yang tidak menguntungkan.
6. Kapal-kapal yang membawa bahan nuklir diharuskan mempunyai peralatan
perlindungan keamanan dan tetap berhubungan dengan TNI AL, sesuai dengan konvesi
perlindungan fisik bahan-bahan nuklir.
7. Pesawat terbang militer asing yang terbang di atas ALKI harus memperhatikan
keselamatan penerbangan sipil dan tetap berhubungan dengan ATC (Air Traffic Control)
yang berwenang di samping memantau frekuensi darurat.
8. Kapal-kapal asing atau pesawat terbang yang sedang transit sebaiknya bergerak
secara hati-hati di ALKI yang penuh dengan kegiatan ekonomi (baik perikanan atau
pertambangan). Untuk itu, kapal atau pesawat terbang yang sedang transit
memperhatikan aturan-aturan yang menetapkan batas daerah pelayaran 1.250 m dari
instalasi minyak dan gas, dan dilarang memasuki batas daerah aman 500 m sekitar
instalasi minyak dan gas dan selalu memperhatikan dan berhati-hati terhadap pipa dan
kabel laut.
9. Kapal-kapal ikan asing harus tetap menyimpan peralatan penangkapan ikan sewaktu
transit, dan dilarang melaksanakan kegiatan penangkapan ikan ketika transit.
10. Kapal-kapal yang melintas transit diperairan alur laut harus berhati-hati dan harus
menggunakan peraturan sistem keselamatan navigasi internasional, serta dapat
menunjukkan kemampuan sebagaimana kapal setempat atau sebagaimana nelayan dan
pelaut setempat.
11. Setiap kapal-kapal yang melintas transit dilarang membuang benda-benda sisa
beracun atau benda berbahaya seperti sampah di perairan Indonesia.
12. Setiap kapal dilarang untuk melakukan pembersihan tangki-tangki kapal atau
mengotori wilayah perairan Indonesia di saat melakukan lintas transit.
13. Pada saat kapal-kapal melintas tidak diizikan untuk berhenti atau membuang sauh
atau bergerak dengan formasi zig-zag berbolak-balik kecuali bila menghadapi situasi
darurat atau situasi sulit.
14. Kapal-kapal yang melintas transit tidak diizinkan untuk menurunkan personel,
material atau melakukan pemindahan/transfer personel dari dan ke kapal lain atau
melayani berbagai kegiatan yang bertentangan dengan aturan-aturan keimigrasian,
kepabeanan dan perekonomian ataupun kondisi kesehatan di wilayah Indonesia.
15. Kapal-kapal dan pesawat terbang yang melintas transit tidak diizinkan untuk
memberikan bantuan dan pelayanan pada pekerjaan survei atau penelitian ilmu
pengetahuan kelautan, termasuk melakukan pengambilan contoh yang bertujuan untuk
melakukan penyelidikan bersamaan dengan saat melintas, tidak seharusnya melakukan
kegiatan yang berbentuk aktivitas survei atau penelitian ilmu pengetahuan kelautan
meliputi perairan alur laut Indonesia dan juga wilayah yang berada diatasnya.
16. Kapal-kapal dan pesawat terbang yang melintas transit dilarang melakukan
pemancaran siaran-siaran yang tidak mendapat ijin atau memancarkan gelombang
elektromagnetik yang dimungkinkan akan mengganggu sistem telekomunikasi nasional
dan dilarang mengadakan komunikasi langsung dengan pihak-pihak perorangan atau
kelompok-kelompok yang tidak memiliki ijin resmi di wilayah Indonesia.
17. Kapal-kapal yang melintas transit harus selalu memenuhi peraturan keselamatan
navigasi internasional yang telah ditentukan.
18. Awak kapal yang memiliki muatan kapal dapat dikenakan denda baik secara individu
maupun secara kelompok bila menimbulkan kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan
oleh mereka. Mereka harus mempunyai nilai asuransi yang cukup mampu untuk
membayar atas kerusakan yang ditimbulkannya, termasuk kerusakan lingkungan laut
sebagai akibat dari kerusakan lingkungan.
19. Untuk tujuan keselamatan navigasi dan untuk keselamatan di wilayah Indonesia,
maka setiap kapal tanker asing, kapal penjelajah yang menggunakan energi nuklir, kapal
penjelajah asing yang membawa muatan yang mengandung nuklir atau material
berbahaya lain, kapal ikan asing dan termasuk kapal perang asing yang melintas di
perairan Indonesia dari perairan ZEE atau dari wilayah laut lepas atau dari perairan ZEE
menuju keperairan laut lepas dan melintasi perairan Indonesia hanya diijinkan melintas
melalui alur laut yang sudah ditentukan

2.4. Sengketa Internasional laut Indonesia


SENGKETA INTERNASIONAL adalah suatu perselisihan antara subjek-subjek hukum
internasional mengenai fakta, hukum atau politik dimana tuntutan atau pernyataan satu pihak
ditolak, dituntut balik atau diingkari oleh pihak lainnya.Persengketaan bisa terjadi karena :
1.      Kesalahpahaman tentang suatu hal.
2.      Salah satu pihak sengaja melanggar hak / kepentingan negara lain.
3.      Dua negara berselisih pendirian tentang suatu hal.
4.      Pelanggaran hukum / perjanjian internasional.
Contoh sebab timbulnya sengketa internasional yang sangat potensial terjadinya perang
terbuka :
1.      Segi Politis (adanya pakta pertahanan / pakta perdamaian).
Pasca Perang Dunia II (1945) muncul dua kekuatan besar yaitu Blok Barat (NATO pimpinan
AS) dan Blok Timur (PAKTA WARSAWA pimpinan Uni Soviet). Mereka bersaing berebut
pengaruh di bidang Ideologi, Ekonomi, dan Persenjataan. Akibatnya sering terjadi konflik di
berbagai negara, missalnya Krisis Kuba, Perang Korea (Korea Utara didukung Blok Timur dan
Korea Selatan didukung Blok Barat), Perang Vietnam dll.
2.      Batas Wilayah.
Suatu Negara berbatasan dengan wilayah Negara lain. Kadang antar Negara terjadi ketidak
sepakatan tentang batas wilayah masing – masing. Misalnya Indonesia dengan Malaysia
tentang Pulau Sipadan dan Ligitan (Kalimantan). Sengketa ini diserahkan kepada Mahkamah
Internasional dan pada tahun 2003 sengketa itu dimenangkan oleh Malaysia.
CONTOH KASUS SENGKETA INTERNASIONAL
NEGARA INDONESIA DENGAN MALAYSIA
Sengketa Sipadan dan Ligitan adalah persengketaan Indonesia dan Malaysia atas
pemilikan terhadap kedua pulau yang berada di Selat Makassar yaitu pulau Sipadan (luas:
50.000 meter²) dengan koordinat: 4°6′52.86″N 118°37′43.52″E dan pulau Ligitan (luas: 18.000
meter²) dengan koordinat: 4°9′N 118°53′E. Sikap Indonesia semula ingin membawa masalah ini
melalui Dewan Tinggi ASEAN namun akhirnya sepakat untuk menyelesaikan sengketa ini
melalui jalur hukum Mahkamah Internasional.
Persengketaan antara Indonesia dengan Malaysia, mencuat pada tahun 1967 ketika
dalam pertemuan teknis hukum laut antara kedua negara, masing-masing negara ternyata
memasukkan pulau Sipadan dan pulau Ligitan ke dalam batas-batas wilayahnya. Kedua negara
lalu sepakat agar Sipadan dan Ligitan dinyatakan dalam keadaan status status quo akan tetapi
ternyata pengertian ini berbeda. Pihak Malaysia membangun resor parawisata baru yang
dikelola pihak swasta Malaysia karena Malaysia memahami status quo sebagai tetap berada di
bawah Malaysia sampai persengketaan selesai, sedangkan pihak Indonesia mengartikan bahwa
dalam status ini berarti status kedua pulau tadi tidak boleh ditempati/diduduki sampai
persoalan atas kepemilikan dua pulau ini selesai. Pada tahun 1969 pihak Malaysia secara
sepihak memasukkan kedua pulau tersebut ke dalam peta nasionalnya.
Pada tahun 1976, Traktat Persahabatan dan Kerja Sama di Asia Tenggara atau TAC
(Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia) dalam KTT pertama ASEAN di pulau Bali ini
antara lain menyebutkan bahwa akan membentuk Dewan Tinggi ASEAN untuk menyelesaikan
perselisihan yang terjadi di antara sesama anggota ASEAN akan tetapi pihak Malaysia menolak
beralasan karena terlibat pula sengketa dengan Singapura untuk klaim pulau Batu Puteh,
sengketa kepemilikan Sabah dengan Filipina serta sengketa kepulauan Spratley di Laut Cina
Selatan dengan Brunei Darussalam, Filipina, Vietnam, Cina, dan Taiwan. Pihak Malaysia pada
tahun 1991 lalu menempatkan sepasukan polisi hutan (setara Brimob) melakukan pengusiran
semua warga negara Indonesia serta meminta pihak Indonesia untuk mencabut klaim atas
kedua pulau.
Sikap pihak Indonesia yang ingin membawa masalah ini melalui Dewan Tinggi ASEAN
dan selalu menolak membawa masalah ini ke ICJ kemudian melunak. Dalam kunjungannya ke
Kuala Lumpurpada tanggal 7 Oktober 1996, Presiden Soeharto akhirnya menyetujui usulan PM
Mahathir tersebut yang pernah diusulkan pula oleh Mensesneg Moerdiono dan Wakil PM
Anwar Ibrahim, dibuatkan kesepakatan "Final and Binding," pada tanggal 31 Mei 1997, kedua
negara menandatangani persetujuan tersebut. Indonesia meratifikasi pada tanggal 29
Desember 1997 dengan Keppres Nomor 49 Tahun 1997, demikian pula Malaysia meratifikasi
pada 19 November 1997, sementara pihak mengkaitkan dengan kesehatan Presiden Soeharto
dengan akan dipergunakan fasilitas kesehatan di Malaysia
CARA PENYELESAIAN
Keputusan Mahkamah Internasional Pada tahun 1998 masalah sengketa Sipadan dan
Ligitan dibawa ke ICJ, kemudian pada hari Selasa 17 Desember 2002 ICJ mengeluarkan
keputusan tentang kasus sengketa kedaulatan Pulau Sipadan-Ligatan antara Indonesia dengan
Malaysia. Hasilnya, dalam voting di lembaga itu, Malaysia dimenangkan oleh 16 hakim,
sementara hanya 1 orang yang berpihak kepada Indonesia. Dari 17 hakim itu, 15 merupakan
hakim tetap dari MI, sementara satu hakim merupakan pilihan Malaysia dan satu lagi dipilih
oleh Indonesia. Kemenangan Malaysia, oleh karena berdasarkan pertimbangan effectivity
(tanpa memutuskan pada pertanyaan dari perairan teritorial dan batas-batas maritim), yaitu
pemerintah Inggris (penjajah Malaysia) telah melakukan tindakan administratif secara nyata
berupa penerbitan ordonansi perlindungan satwa burung, pungutan pajak terhadap
pengumpulan telur penyu sejak tahun 1930, dan operasi mercu suar sejak 1960-an. Sementara
itu, kegiatan pariwisata yang dilakukan Malaysia tidak menjadi pertimbangan, serta penolakan
berdasarkan Chain Of Title (rangkaian kepemilikan dari Sultan Sulu) akan tetapi gagal dalam
menentukan batas di perbatasan laut antara Malaysia dan Indonesia di selat Makassar.
 
2.5 Mewujudkan Pertahanan Dan Ketahanan Maritim Indonesia
Untuk menuju pertahanan negara yang kuat maka perlu peningkatan SDM, karena
betapapun canggihnya teknologi yang digunakan tanpa didukung oleh SDM yang professional
maka pertahanan negara tidak akan tercapai dengan optimal. Adapun dalam rangka
peningkatan SDM dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Peningkatan Kualitas SDM, dapat dilakukan dengan cara-cara yaitu:


 Pembinaan personil melalui penyedian personil, pendidikan, perawatan dan
pemisahan.
 Pembinaan personil melalui peningkatan kesejahteraan.
2. Peningkatan Kuantitas SDM, dapat dilakukan dengan rekrutmen personil TNI secara
bertahap sesuai dengan kebutuhan, sehingga dapat mencapai jumlah sekitar 1 pesen dari jumlah
penduduk Indonesia. Seperti misalnya merekrut personil dari nelayan.
3. Masalah pertahanan negara adalah masalah seluruh komponen bangsa, oleh sebab itu
perlu adanya dukungan untuk memperbesar kekuatan komponen utama (TNI) dalam
mempertahankan keutuhan NKRI, dimana keterlibatannya diatur dalam suatu UU komponen
cadangan dan komponen pendukung pertahanan negara. Maka perlu segera disahkan UU tersebut
agar keterlibatan masyarakat dalam bela negara dapat terwadahi sesuai dengan aturan yang jelas
dan tegas.
Dalam rangka hari Nusantara 2011 mari kita wujudkan kesatuan bangsa dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan meningkatkan kemapuan pertahanan dalam rangkat
menuju negara maritim. Banyak hal yang harus dievaluasi untuk mencapai persatuan dan kesatuan
yang kokoh. Pertahanan negara yang kuat merupakan harga diri sebuah bangsa. Oleh sebab itu
untuk mempertahankan kedaulatan negara Indonesia, demi keutuhan NKRI dan keselamatan
bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara, secara khusus dalam
bidang kelautan dibutuhkan:
1. Komponen utama (Personil TNI) yang handal dan mampu melindungi serta menahan
kemungkinan berbagai ancaman dan gangguan  yang datang dari dalam maupun dari luar negeri.
2. Sumber daya manusia yang memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi dan mampu
mengatasi berbagai permasalahan akibat perkembangan globalisasi baik teknologi maupin
informasi.
3. Pemberdayaan masyarakat, terutama nelayan dalam menjaga perairan Indonesia yang
menjadi komponen pendukung
4. Anggaran yang terkontrol dengan baik sesuai dengan kebutuhan peningkatan baik untuk
pengembangan personil TNI maupun peningkatan kesejahteraan warga negara.
Dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia, semua komponen yang ada harus saling
mendukung, karena cita-cita tersebut bukanlah milik segelintir orang, tetapi merupakan cita-
cita bersama bangsa Indonesia. Mari dengan merapatkan barisan kita wujudkan negara
Indonesia adalah negara yang bredaulat, negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila
sebagai ideologi bangsa. Indonesia tidak boleh dipisahkan oleh apapun juga, karena Indonesia
berada dalam satu wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

 
BAB III
PENUTUP
 

3.3 Kesimpulan
Negara Maritim adalah sebuah Negara yang tulang punggung eksistensinya,
pengembangannya, kebesaran dan kejayaannya tertumpu pada kekuatan maritim. Artinya, Negara
Kepulauan ini harus dilihat secara  geografis dan non geografis.
Indonesia dikenal dengan negara Maritim dan yang dimaksud dengan negara Maritim
adalah Negara yang daerah teritorial lautnya lebih luas daripada daerah teritorial daratnya dengan
kata lain Negara Maritim adalah negara yang menyandang predikat Negara Kepulauan. Kenapa
Indonesia disebut sebagai negara maritim hal ini dikarenakan Negara Indonesia merupakan negara
Kepualauan dan 2/3 wilayah Indonesia merupakan lautan dan 1/3 -nya merupakan daerah daratan.
Faktor kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang Wawasan Nusantara juga menyebabkan
pemerintah di masa lalu kurang berorientasi ke laut, sehingga banyak fenomena-fenomena
pembajakan laut yang terjadi akhir-akhir ini. Dalam hal ini masyrakat perlu disadarkan akan
pentingnya pengetahuan dasar mengenai landasan formal dalam bidang pertahanan negara.
 

3.2 Saran
Pembaca haruslah memahami isi didalam pembahasan tersebut, sehingga dapat
dijadikan acuan informasi dalam memberikan informasi pada orang lain.

 
DAFTAR PUSTAKA

http://kinays-aratuza.blogspot.co.id/2014/06/wawasan-kemaritiman.html
http://beritacomunity.blogspot.co.id/2014/10/wawasan-kemaritiman.html
http://www.pengertianmenurutparaahli.com/pengertian-negara-maritim-menurut-para-ahli/
http://hibaj-ilyassblog.blogspot.co.id/2011/06/kehidupan-sosial-ekonomi-masyarakat.html
http://nastainnayuliana.blogspot.co.id/2014/05/tugas-ku-makalah-wawasan-kemaritiman.html
http://ikanmania25.blogspot.co.id/2011/10/mewujudkan-pertahanan-dan-ketahanan.html
http://www.fkpmaritim.org/strategi-pertahanan-indonesia-seharusnya-adalah-strategi-
maritim/
 

Anda mungkin juga menyukai