Anda di halaman 1dari 16

KAJIAN KONFLIK LAUT NATUNA DI TINJAU DARI KONVENSI PBB TENTANG

HUKUM LAUT INTERNASIONAL

Disusun oleh:

1. Adam Padillah ( 2010601032 )


2. An’nisa Nur Laila ( 2010601043 )
3. Fakhira Kamila Ainurrafik ( 2010601002 )
4. Helmi Andrianto ( 2010601007 )
5. Imam Sutanto ( 2010601029 )

Dosen Pembimbing :

Arnanda Yuliswidaka, S.H., M.H.

Mata Kuliah : Hukum Internasional

Universitas Tidar

Jl. Kapten Suparman No.39, Tuguran, Potrobangsan, Kec Magelang Utara, Kota
Magelang, Jawa Tengah 56116
2

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara hukum adalah segala aspek kehidupan di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia harus didasarkan pada hukum dan segala produk
perundang-undangan serta turunannya yang berlaku di wilayah NKRI. Indonesia, negara
hukum didasarkan pada nilai-nilai Pancasila yang merupakan pandangan hidup bangsa
dan sumber dari segala sumber hukum.1
Wilayah adalah suatu daerah yang ada di permukaan bumi dan dibatasi oleh
adanya kenampakan tertentu yang memiliki karakteristik dan sifatnya khas serta juga
membedakan wilayah tersebut dengan wilayah yang lainnya. Wilayah merupakan salah
satu unsur utama dan terpenting dalam suatu negara, disamping rakyat dan pemerintahan.
Wilayah Indonesia mengacu pada Ordonasi Hindia Belanda yakni, Teritorial Zeen en
Marietieme Kringen Ordinantie 1939 (TZMKO 1939) pulau-pulau di wilayah ini
dipisahkan oleh laut disekelilingnya.2 Wilayah negara itu terdiri dari tiga dimensi, yaitu
darat, laut, dan udara. Berdasarkan konvensi hukum laut 1982, negara memiliki
kedaulatan atas perairan kepulauan. Sedangkan atas wilayah udara, negara memiliki
kedaulatan atas wilayah ruang udara di atas daratan dan di atas wilayah laut yang berada
di bawah kedaulatan negara yang bersangkutan.3 Negara dipandang sebagai pelindung
wilayah , penduduk, dan cara hidup yang khas dan berharga, karena negara merupakan
suatu yang essensial bagi kehidupan warga negaranya . tapa Negara dalam menjamin
alat-alat maupun kondisi-kondisi keamanan ataupun dalam memajukan kesejahteraan,
kehidupan masyarakat akan terbatas.4
Ordonasi Hindia Belanda tahun 1939 diyakini sangat merugikan bagi bangsa
Indonesia, maka pada tanggal 13 Desember 1957 pemerintah Indonesia dipimpin oleh Ir.
Djuanda mengeluarkan pengumuman pemerintah yang dikenal dengan Deklarasi
Djuanda. Deklarasi ini menyatakan bahwa Negara Republik Indonesia merupakan
Negara Kepulauan (Archipelagic State), yang kemudian peristiwa ini menjadi tonggak

1
Berita Hari Ini, “Pengertian Negara Indonesia Adalah Negara Hukum”, https://kumparan.com/berita-hari-
ini/pengertian-negara-indonesia-adalah-negara-hukum-1uhFyeet28m/full, diakses pada 22 April 2021 pukul
04.49.
2
Joenil, kahar, Penyelesaian Batas Maritim NKRI, (Jakarta: Pikiran Rakyat Cyber Media, 2004), hlm. 1
3
I Wayan Parthiana, Hukum Laut Internasional dan Hukum Laut Indonesia, (Bandung: Yrama Widya, 2014),
hlm. 261
4
Robert Jackson dan Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional,( Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009), hlm. 89
3

sejarah kelautan Indonesia yang dikenal dengan Wawasan Nusantara. Batas wilayah
Negara Indonesia adalah 12 Mil dari garis pantai pulau-pulau terluar. 5
Deklarasi Djuanda diratifikasi melalui UU No. 4/PRP/1960 tentang Perairan
Indonesia. Deklarasi Djuanda menjadi dasar dalam Hukum Laut Internasional seperti
tercantum dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Hukum Laut yakni, United
Nations Convention on the Law of the sea (UNICLOS) yang ketiga tahun 1982,
selanjutnya Hukum Laut (HUKLA) 1982. HUKLA 1982 ini telah diratifikasi oleh
pemerintah Indonesia dengan UU No. 17 Tahun 1985.6
Pada 1957, Kepulauan Natuna masuk dalam wilayah Kerjaan Pattani dan
Kerajaan Johor di Malaysia. Namun pada abad ke-19, Kepulauan Natuna akhirnya
masuk ke dalam kepenguasaan Kedaulatan Riau dan menjadi wilayah dari Kesultanan
Riau. Setelah Indonesia merdeka, delegasi dari Riau ikut menyerahkan kedaulatan pada
Republik Indonesia yang berpusat di Pulau Jawa. Pada 18 Mei 1956, pemerintah
Indonesia resmi mendaftarkan Kepulauan Natuna sebagai wilayah kedaulatan ke
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).7
Berada di Kawasan dengan sumber daya alam yang melimpah serta berbatasan
langsung dengan laut bebas membuat Natuna menjadi incaran banyak negara tetangga.
Pada tahun 1962-1966 terjadi kontravensi yang diawali dari Malaysia menyatakan
bahawa Natuna secarah sah seharusnya milik Malaysia. Namun untuk menghindari
konfrontasi 1962-1966 Malaysia tidak menggugat status Natuna.8
Indonesia membangun infrastruktur di kepulauan seluas 3.240 kilometer persegi.
Etnis Melayu merupakan penduduk mayoritas di Natuna, mencapai sekitar 85 persen.
Suku Jawa sekitar 6,34 persen dan etnis Tionghoa sekitar 2,52 persen.9
Selepas dari konfrontasi Indonesia-Malaysia, muncullah sentiment anti China di
Kawasan Natuna. Dari 5000-6000 orang, tersisa 1000 orang etnis China. Kemudian
warga keturunan Tionghoa menghubungi Presiden China saat itu, Deng Xiaoping untuk
mendukung kemerdekaan Natuna.10
5
Tampi, Butje. Juli-Desember 2017. “Konflik Kepulauan Natua Antara Indonesia dengan China”. Jurnal Hukum
Unstrat. Vol. 23, No. 10, https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnalhukumunsrat/article/view. 23 April
2021.
6
Ibid.
7
Serafica Gischa, “Konflik Natuna dan Upaya Indonesia”, diakses dari
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/04/180000169/sejarah-konflik-natuna-dan-upaya-indonesia?
page=all#:~:text=Sejarah%20Natuna,menjadi%20wilayah%20dari%20Kesultanan%20Riau, pada 23 April 2021
pukul 12.23.
8
Ibid.
9
Ibid.
10
ibid
4

Meski banyak pihak yang memaksa merebut Natuna, namun secara Hukum
Internasional, negosiasi yang dibangun oleh China tidak dapat dibuktikan sampai saat
ini. Kemudian pada 2009 China secara nyata melanggar Sembilan titik ditarik dari Pulau
Spartly ditengah Laut China Selatan, lalu diklaim sebagai wilayah Zona Ekonomi
Eksklusifnya.11
Melalui Komisi Landas Kontinen PBB, Presiden Republik Indonesia saat itu
yakni Susilo Bambang Yudhoyono memprotes langkah China. Garis putus-putus yang
diklaim China sebagai pembaharuan peta 1947 membuat pemerintah atas negara-negara
yang berkonflik akibat Laut China Selatan.12
Memasuki era Presiden Joko Widodo, pihaknya kembali menegaskan dengan
keras bahwa Sembilan titik yang diklaim China tidak memiliki dasar Hukum
Internasional apa pun. Indonesia salah satu negara yang terancam dirugikan akibat
Sembilan titik yang Digambar China. Menurut Kementrian Luar Negeri, klaim China
atas Natuna telah melanggar Zona Ekonomi Eksklusif milik Indonesia.13
Sampai saat ini Natuna masih menjadi sasaran negara-negara asing untuk berlayar
masuk ke wilayah tersebut. Bahkan Indonesia beberapa kali masih menangkap kapal-
kapal asing yang masuk ke Natuna.14
Landas Kontinen suatu negara pantai meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya
dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di luar territorial. Territorial yang
dimaksud yaitu sepanjang 200 mil laut dari garis pangkal. Landas Kontinen negara
pantai tidak boleh melebihi batas-batas yang sudah diatur dalam Pasal 76 ayat 4 hingga
6.15
Salah satu masalah penting yang di klaim China adalah garis demarkasi. Tidak
ada peta yang bisa menunjukkan seperti apa bentuk garis tersebut. Pasalnya tidak ada
penjelasan dari pihak China. Sembilan titik atau Nine Dash Line China tidak bisa
disahkan sebagai perbatasan territorial karena tidak sesuai dengan Hukum
Internasional.16
Dalam Hukum Internasional perbatasan territorial harus stabil dan terdefinisi
dengan baik. Namun, Sembilan titik yang dibuat China tidak stabil karena dari Sebelas
menjadi Sembilan garis tanpa alasan. Kemudian tidak ada definisi secara jelas dan kuat,
11
Ibid.
12
Ibid.
13
Ibid.
14
Ibid.
15
Ibid.
16
Ibid.
5

dan tidak memiliki koordinat geografis dan tidak menjelaskan bentuk bila semua garis
dihubungkan.17
Pemerintah Indonesia tetap melakukan beberapa upaya diplomatik dengan China,
agar sengketa Laut China Selatan tidak meluas sampai ke Natuna. Kedua belah pihak
sudah sepakat mengedepankan diplomasi dengan mengimplementasikan Declaration on
the Conduct of Parties in the South China Sea (DOC). Selain itu Indonesia juga
mengusulkan zero draft code of conduct South China Sea yang bisa dijadikan senjata
bagi diplomasi Indonesia.18
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah terjadinya konflik laut Natuna?
2. Bagaimana penyebab terjadinya konflik di laut Natuna?
3. Bagaimana proses penyelesaian sengketa laut Natuna?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui sejarah terjadinya konflik laut Natuna.
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya konflik laut Natuna.
3. Mengkaji cara penyelesaian sengketa laut Natuna.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Konflik

Menurut kamus besar bahasa, konflik artinya percekcokan, perselisihan dan


pertentangan.19 Dengan kata lain, konflik yaitu proses pencapaian tujuan dengan cara
melemahkan pihak lawan, tanpa memperhatikan norma dan nili yang berlaku. 20 Menurut
Lawang konflik diartikan sebagai perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka
seperti nilai, status, kekuasaan dan sebagainya dimana tujuan mereka berkonflik itu tidak
hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan pesaingnya. Konflik
dapat diartikan sebagai benturan kekuatan dan kepentingan antara satu kelompok dengan
kelompok lain dalma proses perebutan sumber-sumber kemasyarakatan (ekonomi,
politik, social dan budaya) yang relatif terbatas.21

2. Pengertian Laut Natuna

17
Ibid.
18
Ibid.
19
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 587
20
Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993). Hlm. 99
21
Robert Lawang, Buku Materi Pokok Pengantar Sosiologi, (Jakarta: universitas terbuka 1994), hlm. 53
6

Laut Natuna adalah perairan yang terbentang dari Kepulauan Natuna hingga
Kepulauan Lingga di provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Laut ini berbatasan dengan
Laut Natuna Utara di Utara, barat laut, dan timur. Laut Natuna juga berbatasan dengan
Selat Karimata di tenggara dan Selat Singapura di arah barat.22

3. Pengertian Hukum Laut

Hukum Laut dalam arti the Law of the Sea sebagaimana tercantum dalam The
United Nation Convention On The Law Of The Sea 1982, bahwa hukum laut beserta
potensi yang terkandung di dalamnya sebagai milik bersamaa umat manusia (common
heritage of mankind) dimana laut sebagai objek yang diatur oleh Negara-negara
termasuk Negara tidak berpantai (landlock countries).23 Dapat disimpulkan bahwa,
hukum laut adalah hukum yang mengatur laut sebagai objek yang diatur dengan
memprtimbangkan seluruh aspek kehidupan dan kepentingan seluruh Negara termasuk
Negara yang tidak berbatasan dengan laut secara fisik (Landlock Countries) guna
pemanfaatan laut dengan seluruh potensi yang terkandung didalamnya bagi umat
manusia sebagiamana yang tercantum dalam UNCLOS 1982, beserta konvensi-konvensi
internasional yang terkait langsung dengannya.24

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah normatif dengan cara pengumpulan data
sekunder. Menurut Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji (2004:13) penelitian hukum
normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti badan pustaka atau
data sekunder belaka.25 Metode penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data sekunder
yang kemudian dikaji ulang sehingga hasil penelitian dan pembahasan yang tersedia bias
dipertanggungjawabkan dan tidak menyimpang, karena data yang diambil berasal dari buku,
artikel, dan jurnal literature.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Sejarah Konflik Laut Natuna

22
Seismic Atlas of SE Asian Basins, http://geoseismic-seasia.blogspot.com/2008/11/luconia-basin.html, 11 April
2021, 10.30 WIB
23
Dr Khaidir Anwar, Hukum laut Internasional Dalam Perkembangan, (Lampung, Justice Publisher, 2015), hlm.
52
24
Ibid., hlm. 67
25
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Grafindo
Persada, 2004), hlm. 13
7

Pulau Natuna atau sering disebut kepulauan Natuna merupakan salah satu pulau yang
terdapat di Indonesia tepatnya di Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau, laut ini berada
di Tengah Laut Cina Selatan, Hal ini yang membuat terjadinya konflik antara Indonesia
dengan Republik Rakyat Cina. Pulau Natuna terdiri dari tujuh pulau dengan Ibu kota di
Ranai, Pada tahun 1957 Kepulauan Natuna masuk ke dalam wilayah Kerajaan Pattani dan
Kerajaan Johor di Malaysia. Namun pada abad ke-19, Kepulauan Natuna akhirnya masuk ke
dalam wilayah kepenguasaan Kedaulatan Riau dan menjadi wilayah dari kesultanan Riau.
Pulau natuna memang letaknya sangat strategis sehingga sampai saat ini masih menjadi jalur
dari pelayaran internasional.26

Secara geografis sebenarnya Kepulauan Natuna lebih dekat dengan Malaysia, namum
kepulauan natuna masuk ke Indonesia secara teritori. Setelah Indonesia merdeka, Kepulauan
Riau menyerahkan kedaulatan pada Republik Indonesia yang berpusat di Pulau Jawa pada 18
Mei 1956, Pemerintah Indonesia resmi telah mendaftarkan Kepulauan Natuna sebagai
wilayah kedaulatan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Keberadaan Kepulauan Natuna dilihat dari hukum Landas Kontinen suatu negara
diantaranya meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut
yang terletak di luar territorial.

Teritorial yang dijelaskan yaitu sepanjang 200 mil laut dari garis pangkal. Landas
Kontinen negara pantai tidak boleh melebihi batas-batas yang sudah diatur dalam Pasal 76
ayat 4 sampai 6.

Salah satu masalah penting yang di klaim China adalah garis demarkasi. Tidak ada peta
yang bisa menunjukkan seperti apa bentuk garis tersebut. Pasalnya tidak ada penjelasan dari
pihak China. Sembilan titik atau Nine Dash Line China tidak bisa disahkan sebagai
perbatasan territorial karena tidak sesuai dengan Hukum Internasional.

Sampai saat ini Natuna masih menjadi sasaran negara-negara asing untuk berlayar
masuk ke wilayah tersebut. Bahkan Indonesia beberapa kali masih menangkap kapal-kapal
asing yang masuk ke Natuna.

Konflik Indonesia dengan China berhubungan dengan Kepulauan Natuna memang


sudah terjadi dari tahun 2016.

26
Tampi, Butje.op.voit., hlm. 1
8

a. Pada bulan Maret 2016, Kapal illegal asal China masuk ke perairan Kepulauan Natuna,
namun proses penangkapan tidak berjalan mulus karena ada campur tangan dari Coast
Guard China.
b. Juli, 2017, Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman meluncurkan peta Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang baru pada Juli 2017. Peta tersebut,
menitikberatkan pada perbatasan laut Indonesia serta nama Laut China Selatan yang
kemudian disebut dengan Laut Natuna Utara. Akan tetapi, nama tersebut hanya
merupakan perairan Natuna yang secara yuridis berada di wilayah Indonesia.
c. Desember 2019, Sejumlah kapa lasing penangkap ikan milik china, diketahui memasuki
Perairan Natuna. Kapal-kapal china tersebut melanggar Zona Ekonomi Eksekutif (ZEE)
Indonesia dan dianggap telah melakukan aktivitas perikanan tangkap illegal (IUUF).

Pemerintah Indonesia mengajak China untuk menghormati hukum internasional.


Harapan ini disampaikan terkaut insiden penggagalan penyitaan KM. Kway Fey 10078
berbendera Tiongkok di laut Natuna. Pemerintah melalui Menteri Luar Negeri Retno
Marsudi telah menggil perwakilan China Sun Weide yang dalam hal ini adalah Kuasa Usaha
Sementara Kedutaan Besar Tiongkok di Jakarta, untuk menyelesaikan Nota Protes
Diplomatik atas persoalaan tersebut, yakni27 :

a. Terkait masalah pelanggaran hak berdaulat dan yuridis Indonesia di Kawasan ZEE dan
landas kontinen.
b. Protes upaya yang dilakukan oleh Kapal Coast Guard Tiongkok untuk mencegah upaya
penegakan hukum yang dilakukan otoritas Indonesia di wilayah ZEE dan landas
kontinen.
c. Protes adaya pelanggaran terhadap kedaulatan laut territorial Indonesia.

2. Penyebab Terjadinya Konflik

Natuna berada di wilayah yang memiliki sumber daya alam yang melimpah dan
berbatasan langsung dengan laut bebas sehingga banyak menjadi incaran oleh negara-negara
tetangga. Kontroversi diawali dari Malaysia yang mengakui sisi bahwa Natuna secara sah
milik Malaysia. Namun untuk menghindari konflik yang berkepanjangan, pada era
konfrontasi 1962-1966 Malaysia tidak menggugat status Natuna. Terlepas dari permasalahan
tersebut Indonesia membangun berbagai infrastruktur di kepulauan seluas 3.420 kilometer
27
Sejarah Konflik Indonesia dan China di Natuna, https://www.kompas.tv/article/62030/sejarah-konflik-
indonesia-dan-china-di-natuna, 8 April 2021, 08.00 WIB
9

persegi. Etnis Melayu menjadi penduduk mayoritas di Natuna, mencapai sekitar 85%.
Sedangkan Suku Jawa sekitar 6,34 persen dan etnis Tionghoa sekitar 2,52 persen.

Selepas Konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia, spekulasi anti China di


kawasan Natuna muncul. Dari 5000-6000 orang, tersisa 1000 orang etnis China. Kemudian
muncul kabar angin bahwa warga keturunan Tionghoa menghubungi Presiden China saat itu,
Deng Xiaoping untuk mendukung kemerdekaan di Natuna. Meski banyak pihak yang
memaksa merebut Natuna, secara Hukum Internasional, negosiasi yang dibangun China tidak
dapat dibuktikan hingga saat ini. Pada tahun 2009 China secara nyata melanggar Sembilan
Titik ditarik dari Pulau Spartly di tengah Laut China Selatan, kemudian mereka mengklaim
sebagai wilayah Zona Ekonomi Ekslusifnya (ZEE). Pada saat itu Presiden Republik
Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono memprotes langkah China melalui Komisi Landas
Kontinen PBB. Dimana garis putus-putus yang diklaim China sebagai pembaharuan peta
1947 yang membuat pemerintah Indonesia atas negara-negara yang berkonflik akibat Laut
China Selatan. Klaim yang membuat masalah semakin rumit negara-negara tetangga dipicu
karena kebijakan pemerintahan Taiwan oleh Partai Kuomintang. Bahwa wilayah China
mencapai 90 persen Laut China Selatan. Meskipun pada saat itu pemerintahan China tidak
menyinggung permasalahan Natuna di hadapan PBB, sejak 1966 Indonesia telah
mengerahkan lebih dari 20.000 personil TNI untuk menjaga Natuna yang memiliki cadangan
gas terbesar di Asia.

Memasuki era Presiden Joko Widodo, pihaknya kembali menekankan dengan keras,
bahwa Sembilan Titik yang di klaim China tidak memiliki dasar hukum internasional apapun.
Indonesia salah satu negara yang terancam dirugikan akibat Sembilan Titik yang digambar
China. Menurut Kementrian Luar Negeri, klaim China atas Natuna merugikan Zona Ekonomi
Ekslusif milik Indonesia. Natuna memiliki wilayah yang berdekatan dengan Malaysia dan
Vietnam sehingga tidak masukn akal jika China mengklaim wilayah tersebut sebagai
miliknya. Hingga saat ini Natuna masih menjadi sasaran negara-negara asing yang berlayar
masuk ke wilayah tersebut. Bahkan Indonesia beberapa kali masih menangkap kapal-kapal
asing yang masuk ke Natuna. Pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Retno
Masudi meminta China agar mematuhi ketentuan yang telah di tetapkan UNCLOS 1982
tentang batas teritori.

Landasan Kontinenten suatu negara pantai meliputi dasar laut dan tanah dibawahnya
dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di luar teritorial. Teritorial yang dimaksud
10

adalah sepanjang 200 mil laut dari garis pangkal. Landasan Kontinenten negara pantai tidak
boleh melebihi batas-batas yang sudah diatur dalam Pasal 76 ayat 4 hingga 6. Salah satu
masalah penting dari klaim China adalah garis demarkasi. Tidak ada peta manapun yang bisa
menunjukkan seperti apa bentuk dari garis tersebut. Dikarenakan tidak ada penjelasan dari
pihak China. Sembilan Titik atau Nine Dash Line China tidak bisa disahkan secara resmi
sebagai perbatasan teritorial karena tidak sesuai dengan Hukum Internasional. Hukum
Internasional mengatakan bahwa perbatasan teritorial harus stabil dan terdefinisi dengan baik.
Artinya harus jelas dan akurat, namun Sembilan Titik yang dibuat China tidak stabil karena
dari 11 menjadi sembilan garis tanpa alasan. Selain itu tidak memiliki koordinat yang
geografis dan tidak menjelaskan bentuk jika semua garis di hubungkan.

Pemerintah Indonesia tetap melakukan beberapa upaya diplomatik dengan negara


China agar konflik Laut China Selatan tidak meluas sampai ke Natuna. Kedua belah pihak
telah menyepakati mengedepankan diplomasi dengan menerapkan Declaration on the
Conduct of Parties in the South China Sea (DOC). Selanjutnya, Indonesia juga mengusulkan
zero draft code of conduct South China Sea yang bisa dijadikan senjata diplomatik bagi
negara Indonesia. Tiga poin tersebut, sebagai berikut.28

1. Menciptakan rasa saling percaya.


2. Mencegah terjadinya insiden.
3. Mengelola insiden, jika memang insiden terjadi dan tidak dapat di hindari.
3. Penyelesaian Konflik Laut Natuna

Sengketa yang terjadi di Laut China Selatan lebih tepat disebut sengketa antara China
dengan negara-negara ASEAN, karena Kawasan Laut China Selatan membentang antara selat
malaka hingga selata Taiwan dimana didalamnya terdapat daratan negara-negara ASEAN
yang berbatasan langsung dengan Laut China Selatan seperti Vietnam, Malaysia, dan Brunei
darusalam. Klaim atas laut china selatan oleh para negara-negara yang bersengketa lazimnya
menggunakan dasar historis dan geografis. Negara China mengklaim bahwa secara historis
Laut China Selatan adalah Kawasan yang berada dibawah kekuasaan negara nya, didasarkan
pada sejarah penguasaan tradisional di masa lampau. Atas dasar tersebut, pada tahun 1947
Tiongkok mengeluarkan peta baru yang merinci klaim mereka terhadap territorial perairan
Laut China Selatan dengan menggambarkan Sembilan garis putus-putus atau nine dashed

28
Sejarah Konflik dan Upaya Indonesia,
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/04/180000169/sejarah-konflik-natuna-dan-upaya-indonesia?
page=all#page2, 8 April 2021, 08.45 WIB
11

line.29 Banyak nya warga negara Tiongkok yang tinggal di Kawasan Laut China Selatan juga
menguatkan klaim negara tiongkok atas Kawasan perairan tersebut. Warga keturunan china
bahkan meminta pemerintah tiongkok untuk menganeksasi pulau natuna.30

Sementara itu, negara-negara ASEAN berpegangan pada alasan geografis atas klaim
perairan Laut China Selatan. Filipina, Vietnam, Taiwan, Brunei darrusalam, dan Malaysia
mengklaim bahwa Sebagian wilayah laut china selatan masuk dalam Zona Ekonomi Ekslusif
(ZEE) negara-negara tersebut, didasarkan pada hukum laut internasional yang dikeluarkan
PBB.

Negara Indonesia sendiri baru terlibat dalam sengketa laut china selatan sejak 2010,
setelah China mengkalim secara sepihak terhadap keseluruhan perairan laut china selatan.
Ketika itu, kapal-kapal penangkap ikan tiongkok memasuki Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)
Indonesia, kemudian permasalahan tersebut memuncak pada tahun 2016 dimana terjadi
konflik antara kapal Angkatan laut KRI Imam Bonjol menghadapi kapal-kapal nelayan
tiongkok dan dua kapal cost guard.

Merujuk pada pasal 279 Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut,
negara-negara yang menjadi anggota nya diwajibkan menyelesaikan segala sengketa dengan
cara damai. Serta pasal 280 yang memberikan hak bagi para negara yang bersengketa untuk
menyelesaikan sengketa tersebut dengan cara-cara damai yang mereka pilih. Cara-cara
penyelesaian sengketa secara damai dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.31:

a. Jalur politik
1) Negosiasi

Negoisasi pada umum nya merupakan cara pertama yang dilakukan para
negara yang bersengkata dalam penyelesaian sengketa internasional mereka. Tidak
ada tata cara khusus untuk melakukan negosiasi, namun negosiasi dapat sulit
dilakukan apabila negara-negara yang sedang bersengketa tidak memiliki hubungan
diplomatic atau tidak mengakui eksistensi masing-masing sebagai subjek hukum
internasional

29
ADMINISTRATOR, Sengketa di Kawasan Laut Natuna Utara, https://indonesia.go.id/narasi/indonesia-dalam-
angka/politik/sengketa-di-kawasan-laut-natuna-utara, 8 April 2021, 08.30 WIB
30
Fellyanda Suci Agiesta, Sejarah Sengketa Natuna dan Ambisi China Menguaasainya,
https://www.merdeka.com/peristiwa/sejarah-sengketa-natuna-dan-ambisi-china-menguasainya, 8 April 2021,
08.50 WIB
31
Dr. Sefriani, S.H., M.Hum., Hukum Internasional: Suatu Pengantar, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2017,
hlm. 300.
12

2) Jasa baik (good offices)

Jasa atau keterlibatan pihak ketiga pada umumnya digunakan untuk


menyelesaikan sengketa apabila negosiasi tidak dapat dilakukan atau tidak dapat
menyelesaikan nya. Pihak ketiga hanya mengupayakan pertemuan pihak-pihak yang
bersengketa untuk berunding tanpa terlibat dalam perundingan itu sendiri.

3) Mediasi

Jika pada good offices keterlibatan pihak ketiga hanya sebagai saluran
tambahan komunikasi, pada mediasi keterlibatan pihak ketiga lebih besar. Negara
yang menjadi mediator berperan aktif mendamaikan pihak-pihak yang bersengketa
serta memiliki kewenangan-kewenangan tertentu dalam memimpin jalannya
perundingan.

4) Pencari fakta (fact finding/inquiry)

Fungsi dari inquiry adalah untuk memfasilitasi penyelesaian sengketa


berdasarkan kebenaran fakta melalui investigasi terus-menerus sampai fakta yang
disampaikan salah satu pihak dapat di terima oleh pihak yang lain.

5) Konsiliasi

Dalam konsiliasi pihak ketiga melakukan penyelidikan terhdapa sengketa


yang dipermasalahkan para pihak dan memberikan rangkaian usulan formal
penyelesaian sengketenya tetapi tidak mengikat.

6) Penyelesaian melalui PBB

Sekjen PBB seringkali diminta untuk menjadi mediator atau memebrikan


jasa baik oleh para pihak-pihak bersengketa. Hal ini dikarenakan sekjen PBB
dianggap netral dan memiliki kompetensi untuk membantu menyelesaikan sengketa
oleh kedua belah pihak

7) Penyelesaian melalui organisasi regional

Penyelesaian melalui organisasi regional lazimnya dilakukan lebih dahulu


oleh para pihak yang bersengketa sebelum membawa sengketa tersebut ke forum
yang lebih luas

b. Jalur hukum
13

1) Arbitrase

Arbitrase merupakan penyelesaian sengketa hukum yang berfokus pada


masalah hak dan kewajiban para pihak yang bersengketa berdasarkan hukum
internasional dan putusan nya bersifat mengikat

2) Penyelesaian sengketa melalui pengadilan internasional

Ada beberapa pengadilan internasional antara lain International Court of


Justice (ICJ), Permanent Court of International of Justice (PCIJ), Ad hoc Tribunal,
International Criminal Court (ICC), dan Tribunal for the Law of the Sea yang
khusus mengadili sengketa di bidang hukum laut.

ASEAN sebagai organisasi regional telah melakukan upaya guna meredam konflik
yang terjadi di laut china selatan. Pada 22 juli 1992, pada Menteri luar negeri dari negara-
negara anggota ASEAN mengeluarkan ASEAN Declaration of Conduct on the South China
Sea yang berisi seruan kepada semua pihak untuk menyelesaikan sengketa secara damai.
Sepuluh tahun kemudian, pada 4 november 2002 berhasil diambil kesepakatan antara
ASEAN dengan tiongkok dengan dikeluarkannya Declaration on Conduct of the Parties in
the South China Sea (DOC). Deklarasi ini berisi komitmen ASEAN dan tiongkop untuk
mematuhi prinsip-prinsip hukum intnernasional, menghormati freedom of navigation di laut
china selatan, dan komitmen untuk menyelesaikan sengketa secara damai. Selanjut nya pada
2011 ASEAN dan tiongkok berhasil menyepakati Guidelines for the Implementation of the
DOC.

Dalam menyelesaikan konflik dengan Tiongkok, Indonesia juga berpedoman pada


deklarasi yang dikeluarkan oleh organisasi regional dan pasal 279 dan 280 untuk
menyelesaikan sengketa secara damai. Ketika terjadi sengketa yang disebabkan oleh
masuknya kapal nelayan dan dua kapal cost guard ke Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)
Indonesia, pemerintah negara Indonesia melayangkan nota protes kepada china yang
menunjukkan penolakan klaim sepihak yang dilakukan china atas pernyataan nya bahwa
perairan di utara kepulauan Natuna ialah daerah penangkapan ikan bagi tiongkok sejak dulu
(traditional Chinese fishing ground) .

Indonesia juga bertindak cepat dengan mengeluarkan peta Negara Kesatuan Republik
Indonesia versi baru. Peta tersebut menitikberatkan pada perbatasan laut Indonesia dengan
14

negara lain nya. Pada peta baru tersebut, nama laut china selatan diubah menjadi Laut Natuna
Utara yang termasuk dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.

Temuan fakta adanya putusan pengadilan arbitrase permanen di Den Haag Belanda
pada 2016 juga menjadi latar belakang pengubahan nama laut natuna utara. Pengadilan
arbitrase menyimpulkan, bahwa klaim sepihak tiongkok berdasarkan pada konsep nine-
dashed line itu sama sekali tidak memiliki dasar hukum atau historis.32

Penyelesaian secara damai pun disampaikan oleh Menteri pertahanan Indonesia yang
menyatakan bahwa Indonesia akan mengedepankan diplomasi damai untuk menyelesaikan
sengketa laut natuna, ada empat sikap dan Langkah Indonesia menghadapi kasus ini, yaitu33:

1. Pernyataan Indonesia bahwa tiongkok telah melanggar Zona Ekonomi Eksklusif


Indonesia
2. Menolak klaim sepihak yang dilakukan tiongkok atas perairan laut natuna utara
3. Penjagaan secara intensif yang dilakukan TNI
4. Peningkatan kegiatan ekonomi di sekitar wilayah perairan laut natuna

PENUTUP

A. Simpulan

Pulau Natuna atau sering disebut kepulauan Natuna merupakan salah satu pulau yang
terdapat di Indonesia tepatnya di Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau, laut ini berada
di Tengah Laut Cina Selatan, Hal ini yang membuat terjadinya konflik antara Indonesia
dengan Republik Rakyat Cina. Pulau Natuna terdiri dari tujuh pulau dengan Ibu kota di
Ranai. Natuna berada di wilayah yang memiliki sumber daya alam yang melimpah dan
berbatasan langsung dengan laut bebas sehingga banyak menjadi incaran oleh negara-negara
tetangga.

B. Saran

Pemerintah Indonesia hendaknya mengambil sikap dan kebijakan, mengingat


permasalahan wilayah tersebut sangat kompleks. Pemerintah juga wajib menjaga hubungan
baik dengan Negara-negara tetangga termasuk Negara ASEAN, dan menjaga stabilitas

32
ADMINISTRATOR, loc. cit.

33
ADMINISTRATOR, loc. cit.
15

keamanan wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), termasuk kepulauan Natuna yang
berbatasan dengan Laut Cina Selatan. Tidak hanya itu, pemerintah juga harus
mengalokasikan anggaran untuk keamanan di wilayah Kepulauan Natuna, agar tidak terjadi
lagi klaim-klaim seperti Cina. Indonesia juag harus memanfaatkan sumber daya alam yang
terletak di wilayah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi 3). Jakarta:
Balai Pustaka

Dr. Khaidir Anwar. 2015. Hukum Laut Internasional dalam Perkembangan. Lampung:
Justice Publisher

Dr. Sefriani, S.H., M.Hum. 2017. Hukum Internasional Suatu Pengantar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada

Parthiana, I Wayan. 2014. Hukum Laut Internasional dan Hukum Laut Indonesia. Bandung:
Yrama Widya

Joenil, kahar. 2004. Penyelesaian Batas Naritim NKRI. Jakarta: Pikiran Rakyat Cyber Media

Lawang, Robert. 1994. Buku Materi Pokok Pengantar Sosiologi. Jakarta: Universitas
Terbuka

Robert Jackson dan Georg Sorensen. 2009. Pengantar Studi Hubungan Internasional.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Soekanto, Soerjono. 1993. Kamus Sosiologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2004. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat. Jakarta: Grafindo Persada

Artikel

Tampi, Butje. Konflik Kepulauan Natua Antara Indonesia dengan China. Jurnal Hukum
Unstrat, Vol. 23, No. 10, 2007

Internet/Laman
16

Administrator. Sengketa di Kawasan Laut Natuna Utara.


https://indonesia.go.id/narasi/indonesia-dalam-angka/politik/sengketa-di-kawasan-laut-
natuna-utara, (diakses 8 April 2021)
Agiesta, Fellyanda Suci. Sejarah Sengketa Natuna dan Ambisi China Menguaasainya.
https://www.merdeka.com/peristiwa/sejarah-sengketa-natuna-dan-ambisi-china-
menguasainya, (diakses 8 April 2021)

Azallena, Luthfia Ayu. 2020. Sejarah Konflik Natuna dan Upaya Indonesia.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/04/180000169/sejarah-konflik-natuna-
dan-upaya-indonesia?page=all#page2 (diakses 8 April 2021)

Berita Hari Ini. 2020. Pengertian Negara Indonesia adalah Negara Hukum.
https://kumparan.com/berita-hari-ini/pengertian-negara-indonesia-adalah-negara-hukum-
1uhFyeet28m/full (diakses 22 April 2021)

Darman. 2008. Seismic Atlas of SE Asian Basins. http://geoseismic-


seasia.blogspot.com/2008/11/luconia-basin.html (diakses 11 April 2021)

kompas. 2020. Sejarah Konflik Indonesia dan China di Natuna.


https://www.kompas.tv/article/62030/sejarah-konflik-indonesia-dan-china-di-natuna,
(diakses 8 April 2021)

Serafica, Gischa. 2020. Konflik Natuna dan Upaya Indonesia.


https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/04/180000169/sejarah-konflik-natuna-dan-
upaya-indonesia?page=all#:~:text=Sejarah%20Natuna,menjadi%20wilayah%20dari
%20Kesultanan%20Riau (diakses 23 April 2021)

Anda mungkin juga menyukai