Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selat Hormuz merupakan salah satu selat yang paling penting di dunia.
Selat ini merupakan satu-satunya jalan keluar dari Teluk Persia menuju Samudera
Hindia dan Laut Arab1. Jalur ini merupakan jalur utama distribusi 20% pasokan
minyak dunia yang berasal dari Timur Tengah ke Asia, Uni Eropa, dan Amerika2.
Minyak merupakan sumber energi utama dunia saat ini. Berbagai aktivitas di
berbagai bidang memerlukan energi dalam pelaksanaannya. Karena itulah sebagai
salah satu jalur distribusi energi ke seluruh dunia, Selat Hormuz dianggap sebagai
suatu wilayah yang sangat penting dan memegang kepentingan banyak negara.
Pada akhir 2007 sempat terjadi konflik antara Iran dan Amerika Serikat
yang berlanjut pada pernyataan Iran akan niatnya menutup Selat Hormuz.
In December 2007 and into 2008, a series of naval events between the United
States and Iran took place in the Strait of Hormuz. In June of 2008 Iran asserted
that if it were attacked by the U.S. the strait would be sealed off in an effort to
damage the world’s oil markets. The U.S. responded by claiming that any closure of
the strait would be treated as an act of war. This further increased tensions and
showed the importance of the Strait of Hormuz on a worldwide scale 3.

Ancaman penutupan Selat Hormuz kembali terjadi pada tahun 2012, ketka
Amerika Serikat dan Eropa memberlakukan sanksi terhadap Iran berupa embargo
ekonomi dengan tujuan mengurangi impor minyak Iran dan melarang adanya
aktivitas transaksi keuangan dengan lembaga keuangan yang ada di Republik
Islam Iran4. Sanksi ekonomi ini dimunculkan sebagai reaksi dari program nuklir
damai Iran. Iran melakukan tindakan sebagai respon sanksi ekonomi barat dengan

1
Wen,Shuang. (2010). ‘The strait of Hormuz: A barometer in the emerging US-Gulf-China
Triangular Relationship’. Draft Resolution for Asian Student Paper. <Diunduh dari:
http://www.mei.edu/sites/default/files/publications/Shuang%20WEN%20Paper%20%28for%20e-
library%29.pdf> [6/4/2014]
2
National Geographic Society. (2014). Strait of Hormuz: The World Key Oil Choke’s Point.
<Tersedia dalam http://environment.nationalgeographic.com/environment/energy/great-energy-
challenge/strait-of-hormuz/> [9/4/2014]
3
Gouré, Dr. Daniel and Dr. Rebecca Grant. (2009). U.S. Naval Options for Influencing Iran.
<Tersedia dalam: http://www.lexingtoninstitute.org/wp-content/uploads/2013/11/us-naval-
options.pdf> [8/4/2014]
4
Briney, Amanda. (n.d.). Strait of Hormuz. <Tersedia dalam:
http://geography.about.com/od/politicalgeography/a/Strait-Of-Hormuz.htm> [6/4/2014]

1
ancaman menutup selat hormuz sebagai jalur utama ekspor minyak sekitar 15 -17
juta barel per hari.
Hampir 90 persen negara yang berada di pinggiran Teluk Persia
menggunakan Selat Hormuz untuk mengekspor produksi migas mereka. Lebih
dari itu, mereka juga menggunakan Selat Hormuz untuk mendatangkan barang-
barang impor mereka dari negara China, Jepang, dan Korea Selatan. Gulf
Cooperation Council mengatakan pihaknya menolak dan mengecam “campur
tangan Iran dalam urusan dalam negeri mereka dan Teheran harus segera dan
tuntas menghentikan tindakan-tindakan dan kebijakan-kebijakan ini yang dapat
meningkatkan ketegangan kawasan dan mengancam keamanan dan stabilitas5”.
Pada tahun 2013, Iran melaksanakan latihan perang laut selama 5 hari pada 28
November 2012- 1 Januari 2013. Latihan perang dengan kode “Velayat-91” ini
diadakan untuk menunjukan ancaman penutupan selat Hormuz. Latihan ini
dilakukan dengan peluncuran rudal anti kapal produk dalam negeri Iran dengan
nama “Qader” dan “Nour” 6.
Pada akhirnya, seiring dengan pergantian rezim, Iran menjadi lebih
koperatif dan niat untuk menutup Selat Hormuz ini tidak pernah diungkit kembali.
Tetapi ancaman yang pernah dilancarkan Iran cukup membuat dunia gentar dan
menimbulkan ketegangan yang cukup meghawatirkan dalam hubungan Iran
dengan negara-negara Barat. Makalah ini dibuat dalam rangka untuk memprediksi
apakah yang akan terjadi jika Selat Hormuz benar-benar ditutup oleh Iran pada
saat itu. Akan dilakukan simulasi mengenai pergerakan ekonomi dan militer di
sekitar Teluk Persia pasca penutupan Selat Hormuz, yang pada akhirnya akan
memunculkan kesimpulan akhir mengenai keefektifan metode ancaman
penutupan Selat Hormuz yang akan dilakukan oleh Iran.

5
Saeno. (2012). Selat Hormuz: Kerajaan Teluk Goyang Dominasi Iran. <Tersedia dalam:
http://m.kabar24.com/international/read/20121225/10/117999/selat-hormuz-kerajaan-teluk-
goyang-dominasi-iran> [8/4/2014]
6
Al-Kaabi. Mohamed K. (2012).The Strategic Alternatives Of The Gulf Cooperation Council
(Gcc): Disruption Ofmaritime Traffic In The Arabian Gulf As A Result Of Iranian Threats To
Close The Strait Of Hormuz. Monterey: Naval Postgraduate School. <Tersedia dalam:
http://www.hsdl.org/?view&did=710212> [8/4/2014]

2
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah yang dapat ditarik dari latar belakang di atas
adalah:
1.2.1 Bagaimanakah analisis tindakan Iran dalam menutup Selat Hormuz
dipandang dari perspektif Hukum Laut Internasional dan kapabilitasnya
secara nyata?
1.2.2 Bagaimana prediksi dampak penutupan Selat Hormuz terhadap distribusi
minyak global?
1.2.3 Bagaimana prediksi respon negara-negara lain terhadap penutupan Selat
Hormuz yang dilakukan oleh Iran?
1.2.4 Bagaimana dampak penutupan Selat Hormuz terhadap Iran?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mensimulasikan jika Iran benar-
benar merealisasikan ancamannya dalam menutup Selat Hormuz. Pertama-tama
akan dilakukan analisis mengenai tindakan penutupan Selat Hormuz tersebut
untuk mengetahui legalitas, justifikasi, dan kapabilitas Iran dalam melakukan
tindakan tersebut. Penelitian ini juga ditujukan untuk memprediksi dampak
penutupan Selat Hormuz baik dari sisi Iran maupun global, serta memprediksi
respon dan tindakan negara-negara lain dalam menanggapi hal tersebut.
Pada akhirnya dari berbagai hal di atas, diharapkan dapat diketahui
efektifitas penutupan Selat Hormuz bagi Iran. Analisis dilakukan dari berbagai
sisi untuk mengetahui pertimbangan dan alasan Iran dalam ancamannya menutup
Selat Hormuz, dan apakah faktor-faktor yang dianalisis ini akhirnya berpengaruh
terhadap keputusan Iran yang koperatif dan tidak mengungkit ancaman penutupan
tersebut.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Selat Hormuz


2.1.2 Sejarah Selat Hormuz
Selat Hormuz adalah satu-satunya jalur perairan dari delapan negara di
kawasan Teluk Persia atau Arab yang menyambungkan Selat Persia dengan Laut
Oman. Delapan negara tersebut adalah Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA),
Qatar, Bahrain, Kesultanan Oman, Kuwait, Irak, dan Iran. Hampir setiap 10 menit
satu kapal tanker melewati selat tersebut. Sekitar 40 persen impor minyak dunia
melewati selat itu, dan sekitar 90 persen ekspor minyak negara-negara Arab teluk,
Irak, dan Iran melalui jalur Selat Hormuz 7.Selat Hormuz merupakan jalur vital
pengiriman minyak mentah dari Timur Tengah ke seluruh dunia. Menurut Badan
Informasi Energi AS, sepertiga pasokan minyak dunia yang dibawa melalui laut
melewati selat ini pada 2009. Selat selebar 4 mil antara Oman dan Iran ini juga
merupakan jalur utama bagi Arab Saudi, Iran, Uni Emirat Arab, Kuwait dan Irak
dalam membawa gas cair alami dari Qatar8.
The Strait of Hormuz is the only link between the Gulf and the open water of
Arabian Sea and Indian Ocean. It lies between Iran and a tiny separated territory of
the Sultanate of Oman on the Arabian Peninsula. Measured along the median line,
the Strait is about one hundred and four miles long but narrows to only twenty
nautical miles at the northeastern end between Larak Island on the Iranian side, and
the Quioins on the Omani side.On average, there is an oil tanker navigating through
the Strait every eight to ten minutes. Four million tons of oil passes by every day 9.
Selat ini adalah rute perjalanan kapal internasional yang paling strategis,
karena di sepanjang sejarah, selat ini memiliki urgensi geologis yang sangat
signifikan. Masalah minyak tanah lebih meningkatkan urgensi selat ini. Posisi
Selat Hormuz sebagai sebuah wilayah energi yang paling strategis sudah

7
Rahman, Mustafa Abd. (2012). Bisakah Iran Menutup Selat Hormuz.<Tersedia dalam:
http://internasional.kompas.com/read/2012/01/05/07314299/Bisakah.Iran.Menutup.Selat.Hormuz>
[6/4/2014]
8
Armandhanu, Denny. (2011). Iran Mengancam Tutup Jalur Minyak. <Tersedia dalam:
http://dunia.news.viva.co.id/news/read/275538-iran-mengancam-tutup-jalur-minyak-dunia>
[6/4/2014]
9
Wen,Shuang. (2010). Loc. Cit.

4
terbuktikan10. Belakangan ini, enam negara teluk bersama-sama mengecam
campur tangan Iran. Mereka menuduh Iran telah mencampuri urusan dalam negeri
dari masing-masing kerajaan teluk tersebut. Para pemimpin monarki-monarki
Arab Teluk mengecam Iran ketika mereka mengakhiri KTT dua hari di Manama,
Bahrain. Enam negara itu adalah Arab Saudi, Qatar, Bahrain, Kuwait, Oman dan
Uni Emirat Arab. Mereka juga mengecam pendudukan Iran atas tiga pulau Emirat
yaitu Abu Musa, Greater Tunb, dan Lesser Tunb, di Selat Hormuz yang strategis
dan menjadi pintu masuk ke Teluk.
In the 1990s, disputes between Iran and the United Arab Emirates over control of
several small islands within the Strait of Hormuz resulted in further treats to close
the strait11. By 1992 however, Iran took control of the islands but tensions remained
in the region throughout the 1990s.
Teheran menduduki pulau-pulau itu tahun 1971, ketika Inggris yang
menguasai pulau-pulau tersebut mundur dari wilayah Teluk. Teheran
mempertahankan pulau-pulau itu karena merupakan bagian sejarah dari
wilayahnya dan menggelarkan pasukan militer di pulau terbesar. Uni Emirat Arab
mengklaim kepemilikan pulau-pulau itu sesuai dengan satu perjanjian yang
ditandatangani dengan Inggris, dan mendapat dukungan dari negara Arab Teluk
lainnya dan sekutunya Amerika Serikat. Selat selebar 4 mil antara Oman dan Iran
ini juga merupakan jalur utama bagi Arab Saudi, Iran, Uni Emirat Arab, Kuwait
dan Irak dalam membawa gas cair alami dari Qatar .
Iranian actions against the UAE in the Gulf have contributed to the UAE’s strategic
closeness to the United States. In April 1992, Iran asserted complete control of the
largely uninhabited Persian Gulf island of Abu Musa, which it and the UAE shared
under a 1971 bilateral agreement. (In1971, Iran, then ruled by the U.S.-backed
Shah, seized two other islands, Greater and Lesser Tunb, from the emirate of Ras al-
Khaymah, as well as part of Abu Musa from the emirate of Sharjah.) The UAE has
called for peaceful resolution of the issue through direct negotiations, referral to the
International Court of Justice, or through another agreed forum. The U.S. position
is that it takes no position on the sovereignty of the islands, but it supports the
UAE’s call to negotiate the dispute12.

10
Berita Shabestan. (2012). Amerika dan Barat Terjerat di Selat. <Tersedia dalam
http://shabestan.net/id/pages/?cid=7106> [6/4/2014]
11
Foley, Sean. (1999). ‘The UAE: Political Issues and Security Dilemmas’. Middle East Review of
International Affairs. Vol. 3, No. 1 <Tersedia dalam http://www.gloria-
center.org/meria/1999/03/foley.pdf> [8/4/2014]
12
Katzman, Kenneth. (2014). ‘The United Arab Emirates (UAE): Issues for U.S. Policy’.
Congressional Research Service. <Tersedia dalam:
http://www.fas.org/sgp/crs/mideast/RS21852.pdf> [6/4/2014]

5
2.1.2 Potensi dan Pihak-Pihak yang Berkepentingan di Selat Hormuz
Potensi yang dimiliki selat ini adalah sebagai salah satu jalur perdagangan
minyak dunia terbesar dan mempengaruhi sebesar 40% impor minyak dunia.
Setiap minggunya ratusan kapal tanker melintasi selat ini untuk membawa 2/3
suplai minyak bumi ke negara-negara besar seperti Jepang, Eropa barat dan
Amerika Serikat.13 Selat inilah yang menghubungkan negara-negara kawasan
Teluk Persia dengan beberapa negara pengimpor minyak mereka.. Volume
minyak yang ditransportasikan melalui Selat Hormuz bisa mencapai 17 juta
barel/harinya atau sekitar 19% dari total produksi atau kebutuhan dunia.14. Selain
dalam sektor minyak, dalam sektor gas selat ini telah menjadi 1/3 rute pengiriman
gas cair (LNG) dengan persentase sebesar 33% didunia, sehingga dapat dikatakan
bahwa selat ini merupakan jantung bagi perdagangan minyak dan gas dunia.
Potensi tersebutlah yang mendorong beberapa negara untuk melakukan sikap
tegas terhadap Iran yang berusaha mematikan perekonomian dunia, melalui
adanya ancaman penutupan selat. Perang dapat menjadi hal yang mungkin terjadi
apabila selat yang penting bagi perekonomian dunia tersebut benar-benar ditutup.
Potensi utama Selat Hormuz dalam bidang transportasi perdagangan dan
distribusi minyak pada praktiknya melibatkan kepentingan beberapa negara secara
langsung. Negara-negara tersebut adalah:
 Uni Emirat Arab mengekspor 2.4 juta barrel minyak perhari melalui selat
Hormuz dengan negara penerima adalah Jepang dan India15.

13
Ramazani, R.K. (1978). The Persian Gulf and the Strait of Hormuz. Sijthoff & Noordhoff
International Publisher BV Alphen aan den Rijn: The Netherlands. Hlm.5
14
Prabantoro, Putut. (2012). Harga Minyak Bisa Tembus USD 150-175. KOMPAS <Tersedia
dalam:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/02/03/11155266/Harga.Minyak.Bisa.Tembus.USD1
50-175> [9/4/14]
15
Central Intelligence Agency. (n.d). Middle East: Iran. <Tersedia dalam:
https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/ir.html> [9/4/2014]

6
 Arab Saudi mengekspor 6.3 juta barrel minyak perhari melalui selat
Hormuz dengan negara penerima terbesar Amerika Serikat dan Republik
Rakyat Tiongkok16.
 Qatar mengekspor 1.2 juta barrel perhari dengan negara penerima terbesar
Jepang dan Korea Selatan. Kuwait mengekspor 1.6 juta barrel perhari
dengan konsumen utama Korea Selatan dan India17.
 Iraq mengekspor 1.7 juta barrel minyak perhari dengan konsumen utama
AS dan India. Iran mengekspor 2.3 juta barrel minyak perhari dengan
konsumen utama RRT dan India18.
2.2 Teori Geopolitik, Geoekonomi, dan Geostrategi
Penutupan Selat Hormuz oleh Pemerintah Iran ini menjadi dapat dikaji
dengan teori geopolitik. Kondisi geografis atau alam dari suatu Negara
mempunyai peran penting dalam pembentukkan maupun pengaplikasian
kebijakan dari suatu Negara. Geopolitik merupakan proses pengambilan
keputusan secara kolektif yang berlandaskan kepentingan serta kekuasaan (John
A. Agnew).19
Teori ini berdampingan pulan dengan pemakaian paham Quasi Organic oleh
Friedrich Ratzel dalam bukunya Politische Geographie (1897). Teori ini
menganalogikan Negara sebagai suatu organisme yang memerlukan suatu ruang
dan sumber daya agar bertahan hidup. Tindakkan pemerintah Iran mempunyai
landasan kepentingan (sumber daya) yang beralaskan kekuasaan (ruang).
Tindakan tersebut merepresentasikan tujuan dari pembuatan keputusan itu sendiri
yaitu bagi kesejahteraan suatu Negara itu sendiri; the natural environment of each
particular republic has to be considered, in order to adjust form of the
commonwealth to the nature of places and the human laws to the natural laws”.20
Kondisi geopolitik di Selat Hormuz berkenaan langsung dengan kondisi
geoekonomi. Dalam pelaksanaan teori-teori diatas terdapat factor kekuasaan yang

16
Ibid
17
National Geographic Society. Loc. CIt
18
Ibid.
19
John A. Agnew. (2003). Geopolitics: Re-visioning World Politics. Routledge: London, pg. 18
20
Kristof, Ladis K. D. (1960). ‘The Origins and Evolution of Geopolitics’. Journal of Conflict
Resolution. Vol. 4, No. 1. Sage Publications, Inc. Pg. 18

7
disebabkan oleh pementaan pasar minyak dunia (ekonomi) atau dengan kata lain
didominasi oleh isu-isu geoekonomi. Klaus Solberg Soilen (2012) berpandangan
bahwa geoekonomi sebagai studi keruangan, budaya, dan strategis sumber daya
yang bertujuan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.21
Soilen juga membentuk doktrin Nature Resource Lands22 (Nareland) sebagai poin
dari perpindahan pemikiran dari geopolitik ke geoekonomi. Berikut pendapat
Soilen dalam pemusatan teori geoekonomi,
The idea that holding the Middle East – the Heartland “the greatest natural fortress on earth”–
is the key to controlling the civilized world was once the core idea in geopolitical thinking. It
was the central plank in the geopolitics of Sir Halford Mackinder, the basis of the Truman
Doctrine, the Eisenhower Doctrine, and the Carter Doctrine. With Nicholas Spykman
geopolitical attention shifted towards the Rimland : dominating the coastal areas of Eurasia.
With the shift from geopolitics to geoeconomics the focus is no longer the Heartland or the
Rimland, or coherent geographical region, but the set of all geographical locations containing
economically-important natural resources, what we shall call the Nareland (Natural Resource
Lands)23.

Teori geostrategi kini akan melengkapi seri kedua teori diatas dalam kasus
ini. Jakub J. Grygiel dalam Great Powers and Geopolitical Change berpendapat
bahwa,
Geostrategy is the geographic direction of a state's foreign policy. More precisely,
geostrategy describes where a state concentrates its efforts by projecting military power and
directing diplomatic activity….Instead they must focus politically and militarily on specific
areas of the world. Geostrategy describes this foreign-policy thrust of a state and does not
deal with motivation or decision-making processes. The geostrategy of a state, therefore, is
not necessarily motivated by geographic or geopolitical factors. A state may project power to
a location because of ideological reasons, interest groups, or simply the whim of its leader. 24

Dalam perkembangannya para pemikir Jerman seperti, Friedrich Ratzel maupun


Rudolf Kjellen mengembangkan teori Organic State yaitu, teori yang
menganalogikan Negara sebagai organisme atau mahluk hidup yang
membutuhkan ruang dan sumber daya dalam mencapai tujuannya (bertahan
hidup), sehingga seri teori dari geostrategi dan geoekonomi melengkapi

21
Soilen, Klaus Solberg. (2012). Geoeconomics. Klaus Solberg Søilen & Ventus Publishing ApS.
<Tersedia dalam: http://www.webster.ac.at/files/Soilen_geoeconomics.pdf > [9/4/2014] Pg. 43
22
Ibid. Pg. 56
23
Ibid.
24
Antartica University. (2013). Lecture 3: NATO’s Geostrategic Goals. <Tersedia dalam:
http://antarcticaedu.com/gst3033.htm> [9/4/2014]

8
pengaplikasian dari geostrategi ini, yang kemudian menjadi landasan dari
dibangunnya German School of Geostrategy.
2.3 Hukum Laut Internasional
Terdapat dua konvensi besar yang terkait dengan hukum laut internasional
yang masih berlaku hingga saat ini. Konvensi tersebut adalah Konvensi Jenewa
tahun 1958 dan dilanjutkan dengan United Nations Convention on The Law of The
Sea (UNCLOS) dengan memuat inti yang sama. Konvensi Jenewa 1958
diselenggarakan melalui 4 bagian konvensi di dalamnya. Keempat konvensi
tersebut antara lain konvensi tentang laut wilayah dan jalur tambahan, konvensi
tentang laut bebas, konvensi tentang landas kontinen serta konvensi tentang
perikanan dan perlindungan sumber hayati laut. Terkait dengan kasus selat
Hormuz, konvensi yang dapat diambil keabsahannya adalah konvensi yang
pertama yakni konvensi tentang laut wilayah dan jalur tambahan.
Sebelum melakukan analisis terhadap kasus selat Hormuz terkait dengan
hukum laut, akan dijelaskan terlebih dahulu sebagian isi dari konvensi ini yang
dianggap paling bermanfaat dalam melakukan analisis tersebut. Konvensi yang
membahas tentang laut wilayah dan jalur tambahan atau dikenal sebagai
“Convention on The Territorial Sea and The Contiguous Zone” tersebut
menghasilkan beberapa pasal dari beberapa bagian di dalamnya. Dalam bagian
pertama pasal 1, ayat 1 konvensi tersebut dijelaskan secara umum mengenai
kedaulatan wilayah laut sebuah negara yang diukur dari pulau terluar atau garis
pangkal negara tersebut. Kedaulatan tersebut juga meliputi kedaulatan angkasa
yang berada di atasnya dan kedaulatan sumber daya di bawahnya. 25 Sedangkan
UNCLOS yang merupakan hukum saat ini, di dalam pasal 3 disebutkan jarak 12
mil dari garis dasar pantai sebagai wilayah kedaulatan.26
Hal yang penting dari konvensi ini adalah hak aturan mengenai hak lintas
damai. Negara pantai memiliki hak lintas damai yang diperuntukkan baik bagi

25
United Nations. (2005) Convention on the Territorial Sea and the Contiguous Zone 1958.
United Nations : Treaty Series vol. 516, p. 205
26
United Nations. (2001). United Nations Convention of the Law of the Sea 1982. <Tersedia
dalam: http://www.un.org/depts/los/convention_agreements/texts/unclos/UNCLOS-TOC.htm>
[9/4/2014]

9
kapal perang maupun kapal komersil. Di dalam pasal 15, ayat 1, konvensi ini
menyebutkan bahwa negara pantai tidak boleh menghambat lintas damai di laut
teritorialnya. Selain itu, di pasal 14 dipaparkan bahwa subjek dari hak lintas damai
adalah kapal-kapal yang berasal dari seluruh negara baik yang berasal dari negara
pantai atau negara yang tidak berpantai, aturan ini juga dimuat dalam pasal 17
UNCLOS 1982. Kapal yang memanfaatkan atau melintasi laut teritorial tidak
dapat dinyatakan bersalah selama kapal-kapal tersebut tidak merugikan dan
mengganggu keamanan negara pantai. Negara pantai hanya dapat menghalang-
halangi kapal yang melewati lintas damai jika menyangkut pelanggaran seperti
membawa senjata masal dan membawa manusia untuk dijadikan budak.27
Dalam konvensi Jenewa dan UNCLOS, hak lintas damai sendiri
diperbolehkan untuk seluruh kapal dengan tujuan melintas laut wilayah negara
pantai tanpa melewati laut pedalaman atau laut terdekat negara tersebut.
Dijelaskan bahwa prasyarat damai dalam lintasan damai tersebut adalah tidak
mengganggu perdamaian dan keamanan negara pantai, kapal yang melintas harus
tunduk dan patuh pada regulasi atau aturan hukum negara pantai, dan tidak
merugikan intelijen serta data pertahanan negara pantai.

27
Ibid.,

10
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Analisis Tindakan Iran dalam Menutup Selat Hormuz Dipandang dari
Perspektif Hukum Laut Internasional dan Kapabilitasnya Secara Nyata
Selat Hormuz merupakan salah satu selat yang letaknya sangat strategis,
dimana selat ini merupakan jalur perdagangan minyak dunia, karena hampir setiap
10 menit satu kapal tanker yang membawa minyak dari negara-negara Timur
Tengah melewati selat tersebut. Selat Hormuz merupakan satu-satunya jalur
perairan yang digunakan oleh delapan negara yang berada di kawasan Teluk
Persia untuk melakukan perdagangan minyak dunia.28 Kedelapan negara tersebut
merupakan negara-negara yang masuk sebagai negara penghasil migas di dunia,
sehingga keberadaan Selat Hormuz memiliki pengaruh yang sangat besar bagi
negara-negara di dunia terutama negara Barat.29 Melihat pentingnya keberadaan
Selat Hormuz ini, pada tahun 2012 Iran mengeluarkan sebuah ancaman yang
cukup mengkhawatirkan dunia internasional yaitu ancaman untuk melakukan
penutupan terhadap Selat Hormuz. Tindakan yang dilakukan Iran ini bukan lah
suatu tindakan yang tidak beralasan, tetapi ini merupakan sebuah reaksi Iran
terhadap pengenaan embargo, sanksi ekonomi dan keuangan internasional oleh
negara-negara Barat.
Permasalahan antara Iran dan negara-negara Barat ini berawal dari isu
pengembangan senjata nuklir Iran, dimana pada September 2009 Badan Energi
Atom Internasional (IAEA) mengatakan bahwa Iran telah melakukan pengayaan
uranium hingga 20%. Pengayaan uranium tersebut menurut Iran hanya digunakan
untuk memproduksi isotop yaitu obat penyakit kanker, tetapi menurut sejumlah
analis pengayaan uranium hingga 20% merupakan suatu langkah penting untuk

28
Rahman, Musthafa Abd. (2012). ‘Bisakah Iran Menutup Selat Hormuz?’. KOMPAS. 5 Januari.
<Tersedia dalam:
http://internasional.kompas.com/read/2012/01/05/07314299/Bisakah.Iran.Menutup.Selat.Hormuz>
[5/4/14].
29
ibid

11
menjadikan uranium sebagai suatu persenjataan.30 Berdasarkan laporan IAEA
tersebut, beberapa negara dunia terutama negara Barat mulai mencurigai adanya
pengembangan senjata nuklir oleh Iran, sehingga negara-negara tersebut
menghimbau Iran untuk menghentikan pengembangan nuklirnya. Tetapi
pemerintah Iran dengan tegas mengatakan bahwa program nuklir tersebut hanya
ditujukan untuk pembangkit listrik dan penelitian ilmiah, bukan untuk melengkapi
persenjataan mereka.
Melihat sikap Iran yang tidak mau mengurangi atau menghentikan
program nuklirnya tersebut, akhirnya Amerika Serikat, Uni Eropa beserta sekutu
mereka menjatuhkan sanksi ekonomi dan keuangan yaitu melakukan embargo
terhadap minyak mentah dan petrokimia Iran, mengenakan sanksi dalam bentuk
retriksi terhadap lembaga keuangan perdagangan sektor minyak dan melakukan
pembekuan terhadap 243 aset Iran.31 Tidak hanya itu saja, tetapi Amerika Serikat
juga memaksa negara lain untuk menghentikan perdagangan dengan Iran dengan
mengeluarkan ancaman yaitu tidak mengizinkan berbagai perusahaan
mancanegara untuk masuk dalam jaringan keuangan dan perdagangan
internasional yang dikuasai oleh Amerika Serikat apabila perusahaan tersebut
masih melakukan transaksi dengan Iran.32 Berbagai sanksi ekonomi yang
dijatuhkan terhadap Iran tersebut juga mendapat dukungan dari PBB, sehingga
Iran berada dalam posisi yang terpojokkan oleh dunia internasional.
Walaupun demikian, Iran tetap tidak mundur dari apa yang dipercayai
bahwa program nuklir mereka untuk kepentingan damai dan adalah hak mereka
untuk melanjutkan program tersebut. Iran menganggap bahwa berbagai sanksi
ekonomi yang dikenakan kepada mereka telah melampaui batas karena
perekonomian Iran sangat bergantung pada ekspor minyak, sehingga berbagai
sanksi tersebut dapat membahayakan kesejahteraan masyarakat Iran. Dimana

30
BBC. (2012). Iran Mulai Proses Pengayaan Uranium. <Tersedia dalam:
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/01/120110_iranuranium.shtml> [8/4/14]
31
Setiawan, Dadang. (n.d). Kesepakatan Nuklir Iran: Anatomi dan Agenda. <Tersedia dalam:
http://www.academia.edu/5357147/Kesepakatan_Nuklir_Iran_Anatomi_dan_Agenda> [8/4/14].
32
Kawilarang, Renne R.A. (2012). ‘Iran Kembali Ancam Tutup Selat Hormuz’. VIVA NEWS.
<Tersedia dalam: http://dunia.news.viva.co.id/news/read/335712-iran-kembali-ancam-tutup-selat-
hormuz> [8/4/14]

12
semenjak penjatuhan sanksi tersebut penerimaan minyak Iran menurun hingga
60% dari penerimaan APBN Iran, isolasi dari sistem perbankan internasional
menyebabkan jatuhnya mata uang Iran yang berujung pada inflasi hingga 40%,
dan pada akhirnya hal ini berdampak pada meningkatnya pengangguran serta
angka kemiskinan penduduk Iran.33 Melihat berbagai kerugian yang diakibatkan
oleh berbagai sanksi ekonomi tersebut, akhirnya Iran mengeluarkan ancaman
untuk menutup Selat Hormuz.
Penutupan ini dilakukan oleh Iran dengan tujuan agar negara-negara Barat
beserta sekutunya mencabut berbagai sanksi ekonomi tersebut, dan ancaman
untuk menutup Selat Hormuz adalah hal yang efektif karena sebagian besar
pasokan minyak mentah dunia berasal dari kedelapan negara yang berada pada
Teluk Persia. Apabila Iran melakukan penutupan terhadap Selat Hormuz maka
tidak ada kapal tanker yang membawa pasokan minyak dunia khususnya ke
negara-negara Barat yang mampu melintas untuk melewati selat tersebut. Serta
Iran menghimbau kepada negara-negara di Teluk Persia untuk tidak
meningkatkan produksi minyak mentah dan menutupi kekurangan minyak mentah
dunia ketika Iran tengah dikenakan sanksi ekonomi. Iran mengancam apabila
negara-negara tersebut meningkatkan produksi minyaknya, maka Iran tidak akan
segan-segan utnuk menutup Selat Hormuz. Semenjak mengeluarkan ancaman
tersebut, pemerintah Iran telah menyiapkan undang-undang tentang penutupan
Selat Hormuz terutama terhadap kapal-kapal tangki minyak menuju Eropa dan
Amerika Serikat.
Ancaman Iran ini mampu meresahkan berbagai negara di dunia karena jika
dilihat dari geografisnya, pantai utara Selat Hormuz merupakan wilayah
kedaulatan Iran sehingga Iran dapat dengan mudah menghentikan atau menyerang
kapal minyak yang berlayar dari atau yang menuju Teluk Persia melalui Selat
Hormuz.34 Selain itu Iran berhasil menduduki beberapa pulau yang berada pada
pintu masuk utama jalur perkapalan di Selat Hormuz pada sisi Teluk, diantaranya

33
Setiawan, Dadang. Loc. Cit.
34
Evans, Michael. 2006. Showdown with Nuclear Iran. Edinburgh: Thomas Nelson. Hlm: 158

13
adalah pulau Tunbs, Abu Musa, Qeshem, Larak, Hormuz, Sirri, dan Bani Forur.35
Pulau Abu Musa dan Tunb merupakan pulau yang paling penting karena letaknya
yang berada pada bagian barat jalur masuk utama Selat Hormuz. Sebenarnya
kedua pulau ini berada pada wilayah antara Iran dan Uni Emirat Arab (UAE),
tetapi pemerintah Iran mengatakan bahwa sejak 1965 pulau tersebut telah menjadi
bagian dari Iran dan tidak dapat dipisahkan, serta Iran menolak segala pengajuan
pengadilan kepemilikan sah dari pulau tersebut.36 Sehingga dapat dikatakan
bahwa Iran memiliki kemampuan yang besar untuk melakukan penutupan
terhadap Selat Hormuz, karena sebagian besar jalur utama masuknya kapal-kapal
tangki telah berada di bawah kendali Iran.
Walaupun Iran menguasai sebagian besar Selat Hormuz, berdasarkan
hukum internasional Iran tidak berhak untuk menutup Selat Hormuz karena Selat
Hormuz merupakan perairan internasional dimana semua kapal bebas untuk
melintas di perairan tersebut selama tindakan kapal-kapal yang melintas tidak
melakukan tindakan yang mampu mengancam keamanan negara-negara yang
bertepi pada selat tersebut dan hukum yang mengatur kapal-kapal tersebut adalah
hukum transit.37 Tetapi Analis politik Iran, Shariatamadari mengatakan bahwa
Iran memiliki hak secara hukum untuk menutup Selat Hormuz baik sementara
maupun permanen, dimana hal ini didasarkan pada konferensi Geneva 1958 dan
konferensi Jamaika 1982 yang berisi kesepakatan akan pemberian hak terhadap
negara-negara yang bertepi di Selat Hormuz untuk menutup selat itu baik
sementara maupun permanen apabila kedaulatannya terancam oleh kapal dagang
atau militer yang melewati selat tersebut. Berdasarkan pada analisisnya, setiap
kapal tangki yang membawa minyak dan melewati Selat Hormuz untuk negara-
negara yang menjatuhkan sanksi blokade minyak Iran adalah mengancam

35
Cordesman, Anthony H. (2005). Iran’s Developing Military Capabilities. Washington DC: CSIS
Hlm: 77
36
ibid
37
Rahman, Musthafa Abd. (2011).’Sudah Sejak Lama Jadi Sasaran KonflikNegara-negara Arab
Teluk’. KOMPAS. <Teredia dalam
http://entertainment.kompas.com/read/2011/12/30/05310363/Sudah.Sejak.Lama.Jadi.Sasaran.Konf
lik.Negara-negara.Arab.Teluk> [8/4/14]

14
keamanan nasional negaranya, sehingga Iran berhak untuk menutup Selat
Hormuz.38 Sehingga dapat dikatakan bahwa apabila perekonomian Iran terus
merosot akibat berbagai sanksi ekonomi yang dikenakan kepada negaranya, Iran
tidak akan segan-segan untuk melakukan penutupan terhadap Selat Hormuz
mengingat kemampuan besar yang dimiliki negaranya untuk menutup selat
tersebut.

3.2 Prediksi Dampak Penutupan Selat Hormuz Terhadap Distribusi Minyak


Global
Geoekonomi dapat didefinisikan sebagai sebuah konsep yang ditandai oleh
kondisi ekonomi atau politik yang dipengaruhi oleh faktpr geografis dan
dilakukan di tingkat internasional. Dapat juga diartikan sebagai wacana ekonomi
yang dikaitkan dengan pemetaan wilayah beserta kondisi-kondisi dominan yang
terjadi dan membentuk satu variabel yang determinan tentang dinamika ekonomi
di suatu tempat/wilayah. Dari implementasi dan kebijakan yang dikeluarkan oleh
Republik Islam Iran mengenai rencana penutupan Selat Hormuz, dapat
dispekulasikan bahwa penutupan Selat Hormuz merupakan tindak strategi
geoekonomi yang merupakan respon terhadap tindakan Uni Eropa dan Amerika
Serikat yang memberlakukan sanksi ekonomi, melarang semua impor minyak dari
Iran untuk masuk Eropa dan Amerika Serikat.39
Sebagai konsekuensi atas kegagalan dari negosiasi terakhir terhadap
program nuklir Iran, Uni Eropa mengikuti jejak Amerika Serikat untuk
memberlakukan larangan impor dari minyak Iran yang mulai efektif diberlakukan
pada tanggal 1 Juli 2012. Sejak saat itulah pernyataan provokasi muncul dari
otoritas pemerintah Iran bahwa mereka akan menutup Selat Hormuz yang menjadi
respon atas sanksi yang diberikan oleh pihak-pihak tertentu.40
Dihubungkan dengan pengertian geoekonomi dapat disimpulkan bahwa
kebijakan ekonomi yang diambil Iran dengan ancaman penutupan Selat Hormuz

38
Rahman, Musthafa Abd. Loc cit.
39
Soilen, Klaus Solberg. Loc. CIt
40
Barzegar, Kayhan. (2012). ‘Iran’s Strategy in the Strait of Hormuz’. The Diplomat <Tersedia
dalam: http://thediplomat.com/2012/07/irans-strategy-in-the-strait-of-hormuz/> [9/4/2014]

15
merupakan kebijakan ekonomi yang menjadi perpanjangan atas peristiwa politik
dan keamanan berupa sanksi internasional akan program nuklir Iran. Kebijakan
yang akan sangat berpengaruh kepada kondisi ekonomi dunia di mana 90%
distribusi minyak Timur Tengah diekspor melalui Selat Hormuz. Penutupan jalur
perdagangan strategis Selat Hormuz akan memberikan dampak global, salah
satunya dengan terhambatnya distribusi minyak dari Uni Emirat Arab, Arab
Saudi, Qatar, Kuwait, Iraq, dan tentunya Iran sendiri, ke negara konsumen
terbesar yaitu Jepang, India, Amerika Serikat, Republik Rakyat Tiongkok, dan
Korea Selatan. Bagi mereka penutupan Hormuz berarti peningkatan pesat harga
minyak dunia, dan peningkatan posibilitas dari negative absolute returns dari stok
minyak sendiri, serta krisis ekonomi yang akan ditimbulkan akan jauh lebih besar
dari lima peristiwa sebelumnya yang telah menyebabkan krisis minyak, antara
lain pada tahun 1973 hingga 1974 pada peristiwa Perang Arab Israel yang
menyebabkan berhentinya distribusi 5 juta barrel perhari, pada tahun 1979-1980
pada peristiwa perang Iraq Iran dan Revolusi Iran yang menyebabkan berhentinya
distribusi 6 juta barrel perhari, pada tahun 1990 pada persitiwa Invasi Iraq atas
Kuwait yang menyebabkan berhentinya distribusi 4 juta barrel minyak perhari,
pada tahun 1999-2000 pada peristiwa penundaan ekspor minya Iraq yang
menyebabkan berhentinya 3 juta barrel minyak perhari, peristiwa aksi Venezula
dan perang di Iraq yang menyebabkan berhentinya distribusi 3 juta barrel minyak
perhari, dan diprediksikan apabila Selat Hormuz ditutup akan memberhentikan
distribusi 13 juta barrel perhari.41
Posibilitas yang Muncul Akibat Penutupan Selat Hormuz
Penutupan Selat Hormuz akan menimbulkan berbagai kemungkinan, yang
merupakan respon maupun alternatif yang dilakukan negara-negara terhadap
penutupan selat Hormuz. Apakah itu respon militer maupun strategi ekonomi lain.
a. Distribusi Minyak Melalui Pelabuhan di Arab Saudi bagian Barat
Selat Hormuz merupakan satu-satunya jalan bagi negara-negara
teluk seperti Iran, Iran, Kuwait, Qatar, dan Uni Emirat Arab untuk
41
Durden, Tyler. (2011). ‘What Closing The Straits of Hormuz Will Mean in 3 Simple Charts’.
Zero Hedge. <Tersedia dalam: http://www.zerohedge.com/news/what-closing-straits-hormuz-will-
mean-3-simple-charts> [9/4/2014].

16
mendistribusikan minyaknya. Namun Selat Hormuz bukan menjadi satu-
satunya jalan bagi negara pengekspor minyak terbesar di Timur Tengah
yaitu Arab Saudi untuk mendistribusikan minyaknya. Dengan terdapatnya
5 pelabuhan di Arab Saudi bagian barat yaitu di Dhuba, Rabigh,
Qadhimah, dan Gizan, serta satu terminal kontainer di Jeddah, dapat
menjadi alternatif distribusi minyak Arab Saudi.42 Namun bukan hanya
Arab Saudi saja yang bisa menjadikan pelabuhan di Arab Saudi bagian
barat sebagai alternatif. Tentunya Kuwait, Iraq, Qatar, dan Uni Emirat
Arab juga dapat mendistribusikannya dengan jalan darat ke Arab Saudi,
dan mendistribusikannya ke kapal-kapal yang akan mengangkut minyak
mereka ke negara konsumen. Namun tentunya dengan waktu distribusi dan
cost yang jauh lebih mahal dari pada melalui selat Hormuz. Melalui
pelabuhan di barat Arab Saudi dapat memperpendek jalur ke Amerika
Serikat dan Eropa, karena dapat dengan mudah melewati Terusan Suez,
namun semakin menjauhkan apabila minyak akan didistribusikan ke
konsumen-konsumen besar di wilayah timur, seperti Jepang, Korea, India,
dan Republik Rakyat Tiongkok.
b. Pembangunan Jalur Pipa bypass di Dasar Selat Hormuz
Pembangunan jalur pipa bypass di dasar Selat Hormuz merupakan
rencana Uni Emirat Arab untuk antisipasi dan merupakan sebuah bentuk
asuransi bagi anggota OPEC sebagai respon bagi rencana penutupan selat
Hormuz Iran. Sepanjang 236 mil pipa minyak mentah akan diawali dari
Abu Dabhi akan melewati gurun barat dan pegunungan hajar ke Kota
Fujairah, yang merupakan kota pantai yang berbatasan langsung dengan
Samudera Hindia, di selatan Selat Hormuz. Pipa ini direncanakan akan
membawa minimal 1.5 juta barrel minyak mentah perhari dan
43
diekspektasikan dapat meningkat hingga 1.8 juta barrel. Dispekulasikan

42
Sea Rates LP. (2014). Sea ports of Saudi Arabia
<Tersedia dalam http://www.searates.com/maritime/saudi_arabia.html> [9/4/2014]
43
The Associate Press. (2012). ‘UAE opens pipeline to bypass Strait of Hormuz’. USA today
<Tersedia dalam: http://usatoday30.usatoday.com/news/world/story/2012-07-15/emirates-
pipeline/56237350/1> [9/4/2014]

17
negara-negara seperti Iraq, Kuwait, dan Qatar juga dapat membangun pipa
yang melewati negara-negara teluk dan melalui pelabuhan di Uni Emirat
Arab, tentunya dengan kerjasama antarpemerintah yang dilakukan
sebelumnya yang merupakan bentuk kecaman dari penutupan selat
Hormuz.
Dampak Global Penutupan Selat Hormuz oleh Iran
Meningkatnya Harga Minyak dan Gas Dunia
Perkembangan teknologi pada masa ini selalu dibarengi dengan
meningkatnya kebutuhan akan sumberdaya energi. Aspek dasar kehidupan
manusia seperti sarana transportasi membutuhkan hasil olahan minyak mentah
sebagai bahan bakar. Sifatnya yang terbatas dan hanya dapat di produksi oleh
beberapa negara tertentu menjadikannya sumberdaya yang paling dicari juga
memiliki harga yang cenderung dinamis setiap harinya. Selat Hormuz merupakan
salah satu jalur laut paling strategis dalam pendistribusian minyak yang tentunya
juga mempengaruhi perekonomian dunia. Selat Hormuz merupakan satu-satunya
jalur perairan delapan negara yang berada di kawasan Teluk Persia yaitu Arab
Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, Kesultanan Oman, Irak dan Iran.
Dari kedelapan negara tersebut hanya ada dua negara yaitu Kesultanan Oman dan
Bahrain yang bukan merupakan anggota OPEC (Organization of Petroleum
Exporting Countries).44
Saat ini, OPEC memiliki peran yang signifikan dalam menstabilkan harga
minyak dunia terkait dengan misinya yaitu mengkoordinasikan kebijakan negara-
negara penghasil minyak agar mendapat penghasilan tetap juga mengamankan
pasokan minyak dunia.45 Walaupun terdapat anggota OPEC lainnya di kawasan
Afrika juga Amerika Selatan seperti Algeria dan Venezuela, namun kawasan Selat
Hormuz mendominasi 40% dari impor minyak dunia yang 90% nya diekspor oleh
negara-negara OPEC di sekitar Teluk Persia.

44
Organization of The Petroleum Exporting Countries. (2014). Member Countries. <Tersedia
dalam: http://www.opec.org/opec_web/en/about_us/25.htm> [8/4/2014]
45
Organization of The Petroleum Exporting Countries. (2014). Our Mission. <Tersedia dalam
http://www.opec.org/opec_web/en/about_us/23.htm> [8/4/2014]

18
Importir minyak utama di negara-negara sekitar Selat Hormuz mayoritas
adalah AS, Uni Eropa, India, Cina, Korea Selatan, dan Jepang. Ketika Iran
mengeluarkan pernyataan penutupan Selat Hormuz terkait ancaman embargo
ekspor minyak oleh AS dan sekutunya karena pengayaan uranium, harga minyak
dunia mulai bergejolak. Terbukti saat itu adanya lonjakan harga minyak berdasar
patokan internasional 3,6% menjadi $111,10 per barel.46 Selain terhambatnya
distribusi minyak, lebih dari seperempat gas alam cair (LNG) perdagangan dunia
atau sekitar 2,6% konsumsi gas alam global bergerak dari selat ini, yaitu dari
Qatar ke Eropa juga Asia.47
Dilihat dari geokonomi yang mengkombinasikan faktor ekonomi dan
geografis berkaitan dengan perdagangan internasional, dalam hal ini wilayah Selat
Hormuz, mengakibatkan adanya interdependensi dinamika kebijakan. Kebijakan
antara kawasan negara teluk dengan kebijakan negara-negara di dunia yang
berkaitan dengan variabel minyak dan gas alam. Interdepensi disini karena pasar
minyak global telah teritegrasi dan apabila ada gangguan terhadapnya
mengakibatkan ketidakpastian yang siginifikan yang mengakibatkan tingginya
harga minyak dan gas. Ketidakpastian ini mencakup akan seberapa banyak
pasokan minyak dan gas dunia yang berkurang dan seberapa lama gangguan ini
akan berlangsung. Tanggapan dari negara-negara pengimpor juga penting terkait
bagaimana strategi mereka menghadapi krisis minyak dan gas tersebut, misalkan
melakukan subsitusi impor pada produsen minyak di kawasan lain. Krisis energi
ini juga akan mengakibatkan naiknya barang-barang lain yang bergantung dengan
supply minyak dan gas.
Namun seperti halnya prinsip ekonomi bahwa ketika supply menurun
sedangkan demand meningkat maka harga barang primer seperti minyak dan gas
tersebut akan melonjak naik. Seperti contoh krisis energi tahun 1973 saat negara-
negara teluk yang tergabung dalam OPEC memberikan sanksi impor minyak

46
Fontevecchia, Agustino. (2011). ‘Oil: Iran’s Hormuz Strait Threats Could Wreak Global
Economic Havoc’. Forbes. <Tersedia dalam:
http://www.forbes.com/sites/afontevecchia/2011/12/13/oil-irans-hormuz-strait-threats-could-
wreak-global-economic-havoc/> [8/4/2014]
47
Katzman, Kenneth. Op. Cit. Hlm. 13.

19
kepada AS karena membantu Israel saat berkonflik dengan Palestina. Sebenarnya,
saat ini sudah ada opsi pendistribusian minyak melalui jalur pipa alternatif yang
dibuat oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab dengan memotong jalur Selat
Hormuz.48 Pipa ini dapat mendistribusikan sekitar 6,5 juta barel per hari, atau
sekitar 40% dari 17 juta barel per hari dan masih dapat ditingkatkan lagi
kapasitasnya.49 Proyek ini dapat dijadikan penyeimbang terhadap ancaman Iran
akan penutupan Selat Hormuz. Namun lain hal nya dengan Kuwait dalam kutipan
Arab News, “Kuwait has decided not to build an oil export pipeline to bypass the
Strait of Hormuz because it would be too difficult and costly, a leading Kuwaiti
newspaper reported on Tuesday”.50 Kuwait merasa pembangunan proyek pipa
tersebut terlalu mahal, juga berbeda dengan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab,
lintasan pembangunan pipa tersebut harus melewati negara-negara tetangganya.51

3.3 Prediksi Respon Negara-Negara Lain Terhadap Penutupan Selat


Hormuz yang Dilakukan oleh Iran
Selat Hormuz merupakan jalur penting bagi pelayaran minyak dunia karna
menjadi satu-satunya satunya jalan keluar dari Teluk Persia. Terdapat banyak
kapal pembawa minyak mentah yang berasal dari negara-negara yang terletak di
Teluk Persia seperti Arab Saudi, Bahrain, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Oman,
Irak, dan Iran sendiri harus melewati selat Hormuz untuk menuju laut lepas. U. S.
Energy Information Administration menambahkan bahwa pada tahun 2011 rata-
rata 15 kapal tanker bermuatan minyak sebanyak 17 juta barel melintasi selat
tesebut tiap harinya.52
Ancaman Iran untuk memblokade Selat Hormuz sebagai reaksi sanksi
internasional dengan mengembargo minyak Iran atas tuduhan pengayaan uranium

48
Ibid, hlm 14.
49
Blas, Javier. (2012). ‘Pipelines bypassing Hormuz Open’. The Financial Times. <Tersedia
dalam: http://www.ft.com/cms/s/0/4203f88c-ce83-11e1-9fa7-00144feabdc0.html> [9/4/2014]
50
Arab News. 2013. Kuwait drops idea of Hormuz bypass oil pipeline. [WWW]
http://www.arabnews.com/news/464928 [Diakses pada 9 April 2014]
51
Ibid.
52
EIA (20112) The Strait of Hormuz is the world's most important oil transit chokepoint. US
Energy Information Agency. <Tersedia di:
http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.cfm?id=4430> [7/4/2014]

20
untuk senjata nuklir menuai kontroversi. Amerika Serikat dan Uni Eropa menjadi
pihak yang paling vokal dalam menyuarakan protesnya. Hal ini terjadi karna
apabila Iran menutup Selat Hormuz makan akan berdampak pada kondisi harga
minyak dunia yang kemudian akan memicu resesi ekonomi global mengingat
peran vital dari keberadaan Selat Hormuz itu sendiri.
Di lain sisi, muncul pula reaksi dari negara-negara sahabat yang mencoba untuk
menghimbau Iran untuk tidak menutup Selat Hormuz seperti Rusia, Cina, Irak,
India dan Turki. Selain itu, kecemasan lainnya muncul mengingat sebagian besar
konsumen pasokan minyak dari Timur Tengah adalah negara-negara Asia, seperti
Cina, Jepang, Republik Korea, India, dsb. Oleh karna itu diperlukannya aksi
preventif dengan menghimbau Iran untuk benar-benar menutup Selat Hormuz.
Cina melalui Wakil Menteri Luar Negeri Zhai Jun, terbang ke Teheran untuk
mempersuasi Iran agar tidak merealisasikan ancamannya tersebut.53
Pada bahasan kali ini, kelompok kami akan mencoba memprediksi apabila
Selat Hormuz benar-benar ditutup oleh Iran. Kelompok kami menganalisa akan
muncul beberapa yang akan mengambil andil baik secara langusng maupun tidak
langsung. Pertama, Iran sendiri yang menjadi single fighter. Kedua, aliansi
Amerika Serikat yang akan beranggotakan negara-negara Eropa; dan yang ketiga
adalah pihak-pihak yang dirugikan namun tidak turun secara langsung ke
battlefield, seperti Cina, India, Turki, bahkan Rusia.
Pihak pertama
Iran sebagai negara pelaku penutupan Selat Hormuz akan muncul sebagai
single fighter apabila perang benar-benar dideklarasikan. Sebagai negara
berdaulat, Iran tentunya akan mempertahankan kepentingan nasional sekaligus
menjaga pride yang dibentuk dengan berani mengambil keputusan untuk menutup
Selat Hormuz. Selain sebagai reaksi dari snaksi interansional, Iran juga memiliki
pertimbangan mengapa mereka harus menutup Selat Hormuz, yakni, pertama
adalah keinginan mereka untuk mengontrol minyak dunia; tujuan menutup Selat
Hormuz adalah sebagai usaha untuk menaikan harga minyak dunia, kedua adalah
sifat ideologis Iranian Revolutionary Guard Corps (IRGC) yang selalu merespon

53
Katzman, Kenneth . Op. Cit. h.4

21
krisis dengan tindakan militer, dan ketiga adalah untuk melemahkan kekuatan
negara-negara Teluk Persia yang memiliki hubungan dekat dengan barat melalui
tekanan politik dan ekonomi dari penutupan Selat Hormuz.54
Pihak kedua
Pihak kedua adalah negara-negara yang secara keras memprotes aksi
blockade Selat Hormuz oleh Iran. Reaksi tersebut dibuktikan dengan melakukan
military forces ke perairan sekitar Selat Hormuz. Negara-negara yang termasuk ke
pihak kedua adalah negara-negara barat yang sebelumnya memberlakukan sanksi
internasional kepada Iran dan juga sekaligus merasa dirugikan dengan
pemblokadean Selat Hormuz, terutama secara ekonomi, karna mereka adalah
negara-negara yang bergantung atas pasokan minyak dari kawasan Timur Tengah
seperti Amerika Serikat, Prancis, Inggris, dan negara-negara Eropa lainnya.55
Menurut perspektif neo-realisme, aliansi sangat memungkinkan hadir
sebagai bentuk interest collective dari negara-negara yang merasa memiliki
kepentingan yang sama atas suatu kasus. Pada neo-realisme ditekankan bahwa
adanya persamaan kepentingan akan mendorong negara-negara membentuk
koalisi atau aliansi sebagai bentuk kerjasama yang merupakan cerminan dari sifat
survival mereka sebagai sebuah negara. contoh nyatanya adalah pada kasus ini
dimana Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa bergabung dalam satu
aliansi atas persamaan kepentingan energy security.
Pihak ketiga
Pihak ketiga akan berisikan sejumlah negara yang sebenarnya melakukan
protes terhadap aksi penutupan Selat Hormuz, namun tidak dengan cara military
forces. Dalam kasus ini, pihak ketiga adalah negara-negara yang sahabat yang
dirugikan dengan penutupan Selat Hormuz itu sendiri. Hal ini menjadi
pertimbangan tersendiri karna untuk menghindari ketegangan hubungan dengan
Iran itu sendiri sehingga mereka lebih berfokus pada upaya-upaya diplomasi.

54
Barzegar, Kayhan. (2012). ‘Iran’s Strategy in the Strait of Hormuz’. The Diplomat. <Tersedia
dalam: http://thediplomat.com/2012/07/irans-strategy-in-the-strait-of-hormuz/> [7/4/2014]
55
Blair, David (2012). ‘Britain, US and France send warship through Strait of Hormuz’. The
Telegraph. <Tersedia di:
http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/middleeast/iran/9031392/Britain-US-and-France-
send-warships-through-Strait-of-Hormuz.html> [7/4/2014]

22
Rusia dan Cina adalah contoh kecil negara-negara yang menjadi pihak ketiga pada
kasus ini. Apabila melihat ke asal mula kasus penutupan Selat Hormuz ini, Rusia
adalah negara yang berperan sebagai pemasok uranium Iran yang kemudian
menuai protes karna jumlahnya yang menurut Amerika Serikat tidak rasional jika
digunakan hanya untuk pengayaan energi dan kepentingan damai.56 Rusia
berusaha menjaga hubunganya dengan Iran karna di lain sisi juga Rusia tak
terlihat berminat untuk bergabung dengan Amerika Serikat dan aliansi untuk
melakukan tindakan yang bersifat hard power. Sedangkan Cina yang mana
merupakan negara konsumen terbesar minyak Iran, dan Iran adalah negara
produsen minyak terbesar ketiga bagi Cina lebih memilih bermain aman. Selain
Rusia, Cina juga merupakan negara yang melakukan protes terhadap sanksi
internaisonal yang dijatuhkan kepada Iran oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa.57
Oleh karna itu, Cina akan bersifat lebih sebagai negara yang mengutamakan
stabilitas kawasan di Timur Tengah.58
Energi merupakan kebutuhan utama setiap negara-negara di dunia.
Penutupan Selat Hormuz yang dilakukan oleh Iran, sangatlah menghambat
distribusi energi dunia. Menyangkut hal yang sangat krusial seperti ini, tidak
mustahil jika langkah militer merupakan langkah yang akan diambil oleh negara-
negara yang secara langsung dirugikan oleh keputusan sepihak dari Iran ini.
Negara-negara yang diperkirakan akan mengambil langkah secara militer terhadap
tindakan Iran ini adalah:
 Amerika Serikat
Amerika Serikat diperkirakan akan mengambil langkah militer karena
pasokan minyaknya yang berasal dari Arab Saudi tentunya akan sangat
terhambat. 22% pasokan minyak Amerika Serikat berasal dari Teluk

56
Isachenkov, Vladimir. (2012). ‘Russia Regrets Iran’s Underground Uranium Enrichment
Facility’. The Huffingtonpost. <Tersedia di: http://www.huffingtonpost.com/2012/01/10/russia-
iran-uranium-enrichment_n_1197138.html> [7/4/2014]
57
Pawlak, Justyna dan Hossein Jaseb. (2012). ‘Iran threatens to hit U.S. targets over Strait of
Hormuz as Europe joins oil import ban’. National Post. <Tersedia di:
http://news.nationalpost.com/2012/01/23/iran-renews-strait-of-hormuz-shutdown-threats-after-eu-
joins-u-s-in-banning-oil-imports/> [7/4/2014]
58
Blanchard, Ben (2012). ‘China urges stability in Strait of Hormuz’. Reuters. <Tersedia di:
http://www.reuters.com/article/2011/12/29/us-china-iran-idUSTRE7BS08E20111229> [7/4/2014]

23
Persia59, dan penutupan Selat Hormuz tentunya akan menghambat pasokan
tersebut dan berpotensi pada kenaikan harga minyak yang cukup
signifikan.
 Inggris dan Prancis
Hal penutupan Selat Hormuz ini juga akan menghambat supply minyak ke
Uni Eropa. Apalagi memandang posisi Inggris, Prancis, dan Amerika
Serikat yang memiliki aliansi militer, bukannya tidak mungkin Inggris dan
Prancis bergabung dalam gerakan militer ini dengan dasar solidaritas.
 Oman, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Kuwait, Irak
Sebagai negara-negara yang secara langsung dirugikan oleh penutupan
Selat Hormuz, yang ebrakibat pada distribusi ekspor dan masuknya
barang-barang kebutuhan impor yang terhambat. Hal ini juga didukung
dengan posisi mereka yang memiliki dukungan negara-negara Barat, yaitu
UEA yang didukung oleh Prancis, Oman yang didukung oleh Inggris, serta
Arab Saudi dan Kuwait yang menjalin hubungan baik dengan Amerika
Serikat60. Selain itu pangkalan militer Amerika Serikat yang akan menjadi
alat untuk mengancam balik Iran juga terdapat di wilayah Irak dan negara-
negara tersebut. Jadi secara langsung maupun tidak langsung akan ada
respon militer yang berasal dari wilayah negara-negara dengan pangkalan
militer AS di dalamnya.
Pergerakan militer yang akan terjadi sebagai respon penutupan Selat Hormuz,
sebagian besar akan berasal dari pangkalan militer Amerika Serikat yang terletak
di Timur Tengah, yang lokasinya sangat strategis dalam membendung negara-
negara yang tidak berpihak padanya, seperti Iran. Berikut peta pangkalan militer
Amerika Serikat yang terdapat di Timur Tengah.

59
US Energy Information Administration. (2012) US Net Petroleum Imports, 2011. <Tersedia
dalam:
http://cdn.theatlantic.com/static/mt/assets/damien_ma/Ma%20SOURCES%20OF%20US%20NET
%20PETROLEUM.png> [9/4/2014]
60
Council on Foreign Relations. (2002). Strengthening the U.S.-Saudi Relationship (A CFR
Paper). <Tersedia dalam: http://www.cfr.org/saudi-arabia/strengthening-uzsz-saudi-relationship-
cfr-paper/p8667> [Diakses pada: 10/4/2014]

24
Penyerangan dari darat dan udara akan berasal dari negara-negara sekitar
Iran yang merupakan negara tempat pangkalan militer Amerika Serikat seperti
Oman, Uni Emirat Arab, Kuwait, Irak, Afganistan, Pakistan, Bahrain, dan
Turkmenistan. Sedangkan dalam hal kekuatan angkatan laut, terdapat 2 armada
laut yang stand by yaitu di Laut Arab dan di Selat Hormuz itu sendiri. Armada ini
juga diperkirakan akan bergerak mendekati Selat Hormuz untuk memberikan
ancaman yang lebih besar terhadap Iran.
Iran pada akhirnya harus berjuang sendiri dalam menanggapi respon
internasional akan penutupan Selat Hormuz yang ia lakukan. Pergerakan militer
yang telah diperkirakan itu bukan berarti akan terjadi konflik bersenjata, tetapi hal
tersebut merupakan usaha negara-negara yang benar-benar merasa dirugikan atas
penutupan Hormuz untuk memberikan ancaman balasak kepada Iran sehingga
mungkin pada karena merasa terancam Iran akan membuka kembali selat tersebut.
Hal ini juga sebagai persiapan ancaman tidak berhasil dan penyerangan adalah
satu-satunya cara untuk membuka kembali Selat Hormuz.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa negara-negara yang akan melakukan
pergerakan militer di sekitar Iran adalah Arab Saudi, Kuwait, dan Irak dengan
bantuan dari Amerika Serikat, Amerika Serikat sendiri yang telah memiliki

25
banyak pangkalan militer di Tengah, serta koalisi negara-negara Timur Tengah
lainnya dengan negara Eropa, seperti Oman dengan Inggris, dan Uni Emirat Arab
dengan Prancis. Secara praktis dapat dikatakan bahwa Iran harus menghadapi
potensi konflik militer dengan sedikitnya 5 negara di sekitarnya, yang
mendapatkan bantuan militer dari sedikitnya 3 negara luar.
Berikut kalkulasi kekuatan militer pihak – pihak yang bersengketa secara nasional
keseluruhan masing – masing negara berdasarkan data dari global fire power61
PIHAK KONTRA (US, UK, FRANCE) IRAN
KEKUATAN MILITER AMERIKA KEKUATAN MILITER IRAN
SERIKAT
Populasi Total 316.668.567
Kekuatan Manusia Tersedia 145.212.021 Populasi Total 79.853.900
Sesuai untuk dipekerjakan 120.022.084 Kekuatan Manusia Tersedia 46.247.556
Mencapai usia militer pertahun Sesuai untuk dipekerjakan 39.556.497
4.217.412 Mencapai usia militer pertahun
Personel garis depan yang aktif 1.392.483
1.430.000 Personel garis depan yang aktif
Personel cadangan aktif 850.880 545.000
Peronel cadangan aktif 1.800.000
Angkatan Darat
Tank8.325 Angkatan Darat
Kendaraan Tempur Lapis Baja 25.782 Tank2.409
Persenjataan otomatis 1.934 Kendaraan Tempur Lapis Baja 1.550
PenarikArtileri 1.791 Persenjataan otomatis 365
Sistem Peluncuran Roket Ganda 1.330 Penarik Artileri 2.118
Sistem Peluncuran Roket Ganda 880
Angkatan Udara
Total pesawat 13.683 Angkatan Udara
Tentara 2.271 Total pesawat 481
Pesawat sayap tetap 2.601 Tentara 134
Pesawat angkut 5.222 Pesawat sayap tetap 105
Pesawat latih 2.745 Pesawat angkut 225
Helikopter 6.012 Pesawat latih 63
Helikopter serangan 914 Helikopter 19
Helikopter serangan 28
Angkatan Laut
Total Kekuatan Angkatan Laut 473 Angkatan Laut
Kapl Induk 10 Total Kekuatan Angkatan Laut 395
Kapl Pengawal 15 Kapal Induk 0
Kapal Penghancur 62 Kapal Pengawal 10

61
Global Fire Power. (2014). Global Fire Power Strength in Numbers. <Tersedia dalam
http://www.globalfirepower.com/country-military-strength-detail> [9/4/2014]

26
Korvet 0 Kapal Penghancur 0
Kapal Selam72 Korvet 2
Kapal Pertahanan Pantai 13 Kapal Selam 31
Kapal Perang Tambang 13 Kapal Pertahanan Pantai 266
Kapal Perang Tambang 5

KEKUATAN MILITER BRITANIA


RAYA/INGGRIS

Populasi Total 63.395.547


Kekuatan Manusia Tersedia 29.164.233
Sesuai untuk dipekerakan 24.035.131
Mencapai usia militer pertahun 794.480
Personel garis depan yang aktif 205.330
Personel cadangan aktif 182.000

Angkatan Darat
Tank 407
Kendaraan Tempur Lapis Baja 6.245
Persenjataan otomatis 89
Penarik Atileri 138
Sistem Peluncur Roket Ganda 56

Angkatan Udara
Total Pesawat 908
Tentara 84
Pesawat Penyerang Sayap Tetap 178
Pesawat Pengangkut 338
Pesawat Latih 312
Helikopter 362
Helikopter serangan 66

Angkatan Laut
Total Kekuatan Angkatan Laut 66
Kapal Induk 1
Kapal Pengawal 13
Kapal Penghancur 6
Korvet 0
Kapal Selam 11
Kapal Pertahanan Pantai 24
Kapal Perang Tambang 15
KEKUATAN MILITER PRANCIS

Populasi Total 65.951.611


Kekuatan Manusia tersedia 28.802.096
Sesuai untuk dipekerjakan 23.747.168

27
Mwncapai usia militer pertahun 773.889
Personel garis depan yang aktif 228.656
Personel cadangan aktif 195.770

Angkatan Darat
Tank 423
Kendaraan Tempur Lapis Baja 7.290
Persenjataan Otomatis 149
Penarik Artileri 750
Sistem Peluncur Roket Ganda 60

Angakatan Udara
Total Pesawat 1.203
Tentara 287
Pesawat Penyerang Sayap Tetap 270
Pesawat Pengangkut 207
Pesawat Latih 207
Helikopter 561
Helikopter serangan 43

Angkatan Laut
Total Kekuatan Angkatan Laut 120
Kapal Induk1
Kapal Pengawal 22
Kapal Penghancur 0
Korvet 0
Kapal Selam 10
Kapal Pertahanan Pantai 14
Kapal Perang Tambang 18

Berdasarkan data yang terdapat dalam GlobalFirepower, kekuatan militer


Iran sendiri menduduki peringkat 22 di dunia. Sedangkan dari pihak lawan,
negara-negara Timur Tengah yang ada di sekitar Iran memang memiliki kekuatan
militer di bawah Iran, yaitu Arab Saudi pada peringkat 25, Uni Emirat Arab pada
peringkat 42, Oman pada peringkat 69, dan Kuwait pada peringkat 74. Meskipun
secara individual kekuatan militer negara-negara tersebut lebih rendah daripada
Iran, sayangnya mereka didukung oleh negara yang kapabilitas militernya masuk
10 besar terkuat di dunia yaitu Amerika Serikat pada peringkat 1, Inggris pada
peringkat 5, dan Prancis pada peringkat 6. Belum lagi kemungkinan turut sertanya

28
negara lain yang memiliki konflik tersendiri dengan Iran, seperti Israel yang
duduk pada peringkat 11 dunia di bidang militernya.62
Berikut merupakan grafik perbandingan kekuatan militer negara-negara
tersebut dengan indikator Power Index. Power index memiliki nilai kesempurnaan
0,000, jadi dalam hal ini angka power index yang dimunculkan menandakan
kekurangan yang dimiliki.
Negara Power Index
Iran 0.8891
Amerika Serikat 0.2208
Inggris 0.3923
Prancis 0.4706
Israel 0.5887
Arab Saudi 1.0035
Uni Emirat Arab 1.4216
Oman 2.0647
Kuwait 2.2997

Berikut hasil perbandingan kekuatan berdasarkan nilai Power Index di atas:

62
Global Firepower. (2014). Country Ranked by Military Strength. <Tersedia dalam:
http://www.globalfirepower.com/countries-listing.asp> [9/4/2014]

29
Perbandingan Power Index

Iran Amerika Inggris Prancis Israel Arab Uni Oman Kuwait


Serikat Saudi Emirat
Arab
.
Grafik di atas hanya memunculkan perbandingan setiap negara secara
individu. Jika dibandingkan kekuatan setiap pihak, yaitu yang mendukung Iran
dan yang menentang Iran, kekuatan dapat dikumilatifkan secara sederhana,
dengan hasil grafik perbandingan sebagai berikut:

Perbandingan Kekutan Militer Kumulatif

Iran Kontra Iran

Berdasarkan kalkulasi yang telah dilakukan di atas dilihat dari segala sisi,
baik jumlah pendukung serta kualitas dan kuantitas militer, Iran sudah jelas
berada jauh dibawah pihak-pihak yang menentagnya. Hal ini disebabkan karena
meskipun pihak penentang Iran pada awalnya tidak berkoalisi, tetapi di sini hal
yang dilakukan Iran sudah merupakan suatu tindakan yang sangat merugikan
semua pihak, sehingga Iran muncul sebagai musuh bersama. Kepentingan serupa
yang muncul di antara negara-negara yang menentang Iran, yaitu membuka

30
kembali Selat Hormuz lah yang mendasari pergerakan militer besar-besaran yang
terjadi di Eropa dan Timur Tengah tersebut.
Dalam hal ini bahkan negara-negara yang biasanya memberikan
dukungannya terhadap Iran seperti Rusia dan China, diperkirakan akan diam saja
melihat keadaan ini. Mereka tidak akan membantu Iran. Hal ini disebabkan karena
tindakan Iran dalam menutup Selat Hormuz menimbulkan akibat yang sangat luas
dan merugikan banyak pihak. Jika Rusia dan China memberikan dukungannya
terhadap Iran, dikhawatirkan akan muncul perang besar antar negara-negara yang
ada di dunia. Apalagi memandang bahwa penutupan Selat Hormuz tidak terlalu
menguntungkan mereka, jadi berdasarkan analisis untung rugi, akan muncul
kerugian yang besar jika mereka mendukung Iran.

3.4 Dampak Penutupan Selat Hormuz Terhadap Iran


Dampak Positif
Berikut ini merupakan dampak positif yang akan diperoleh jika Selat
Hormus ditutup :
Jika penutupan selat hormuz diberlakukan, maka juga akan terjadi
monopoli pasar minyak oleh Iran dikawasan selat hormuz. Seperti pernyataan
wakil presiden Iran, Mohammad Reza Rahimi, "Not a drop of oil will pass
through the Strait of Hormuz if sanctions are widened”.63Tidak akan ada minyak
yang mengalir ke Amerika Serikat, ke- 27 negara Uni Eropa, ke negara-negara di
Asia. Pernyataan tersebut menunjukkan kapabilitas Iran untuk memonopoli
sepertiga dari pasokan minyak dunia yang beredar diselat hormuz. Tentu hal ini
sangat membawa keuntungan yang besar bagi Iran bagi secara ekonomi dan juga
politik jika Iran berhasil untuk menutup selat Hormuz.
Ancaman penutupan selat hormuz merupakan strategi defensif Iran. Hal
tersebut menunjukkan sikap berani Iran yang menentang negara superpower
seperti Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa. Hal tersebut menunjukkan
kapabilitas Iran dimata internasional untuk menutup selat hormuz sebagai selat

63
BBC NEWS. (2011) Iran threatens to block Strait of Hormuz oil route. <Tersedia dari :
http://www.bbc.com/news/world-middle-east-16344102> [9/4/2014].

31
yang menjadi pusat peredaran minyak global. Jika Iran berhasil untuk menutup
selat strategis tersebut, maka bargaining position Iran akan semakin tinggi dalam
percaturan ekonomi politik global. Status Iran akan mengimbangi negara-negara
superpower seperti Amerika Serikat dan negara lain yang menentang Iran.
Dampak lainnya adalah sistem pertahanan, geostrategi Iran yang
meningkat secara drastis pasca pernyataan akan menutup selat hormuz
dilontarkan. Dapat dilihat dari digencarkannya latihan perang, pengembangan
senjata rudal dan balistik disekitar selat hormuz. Hal tersebut menunjukkan
kapabilitas militer Iran pada dunia internasional. Pada 28 Desember 2012 - 1
Januari 2013, selama 5 hari Iran melakukan latihan perang laut yang diberi kode
‘Velayat-91’, luas wilayah yang digunakan 1 juta km persegi yang terbentang dari
Selat Hormuz hingga Samudera Hindia dan Laut Oman.64 Latihan ini dianggap
berhasil menunjukkan bahwa secara militer Iran capable untuk menutup selat
hormuz. Iran juga telah berhasil mengembangkan senjata rudalnya dengan baik,
Iran telah menguji tembak sistem rudal baru didekat selt hormuz, sistem
pertahanan udara Iran yang dikenal sebagai Raad atau Guntur memiliki
kemampuan menembakkanrudal sejauh 50 km.65
Dampak Negatif
Pada bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai kegunaan selat hormuz
dan nilai strategis dari selat selebar 4 mil tersebut. Setelah menyadari krusialitas
dan signifikansi Selat Hormus bagi perekonomian dunia, maka berikut ini akan
diuraikan dampak negatif dari penutupan selat hormuz :
Dari sisi geoekonomi, seperti yang kita ketahui nilai ekonomis Selat
Hormus sangat tinggi karena selat hormuz adalah selat termahal didunia, sehingga
dampak yang paling dirasakan jika Selat Hormus ditutup adalah dampak
ekonominya. Setiap harinya sebanyak 17 juta bph (barel per hari) minyak yang

64
Deering, Bob and Jonathan Reese. (2012). ‘Closing The Strait of Hormuz : Potential Implication
for Shipping and International Trade’. The Britannia News. Hal. 6. <Tersedia dari
http://incelaw.com/documents/pdf/legal-updates/potential-closure-of-the-strait-of-hormuz-uk.pdf>
[9/4/2014].
65
Wahlisch, Martin (2012). ‘The Iran-U.S Dispute, The Strait of Hormuz, and International Law’.
The Yale Juornal of International Law Online. Vol. 37. <Tersedia dari
http://www.yjil.org/docs/pub/o-37-waehlisch-the-iran-u.s.-dispute.pdf > [9/4/2014].

32
biasa melewati selat hormuz, itu artinya jika selat hormuz ditutup minyak
sebanyak 17 juta barel yang merupakan 33 % pasokan minyak dunia akan hilang
dipasar dunia. Para analis pasar minyak memperkirakan akan terjadi lonjakan
harga minyak sebesar 30 % yaitu sekitar US$ 150 – US$175.66 Penutupan selat
hormuz akan sangat berpengaruh pada perekonomian, baik pada level nasional,
regional maupun global. Pada level nasional, yaitu negara Iran yang
perekonomiannya sangat bergantung pada ekspor minyaknya. Sekitar 60 % dari
pemasukan anggaran berasal dari ekspor minyak melalui selat hormuz dan
mayoritas pencaharian warga negara Iran adalah minyak yang beredar di selat
hormuz. Jika penutupan selat hormuz terjadi, maka ekonomi nasional Iran akan
turun drastis, bahkan tidak dipungkiri akan terjadi krisis.
Pada level regional, seperti yang telah diketahui, selat hormuz menjadi
satu-satunya jalur perairan dari delapan negara yang berada di kawasan Teluk
Persia. Kedelapan negara tersebut adalah negara Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat
Arab, Qatar, Bahrain, Kesultanan Oman, Irak, dan Iran. Kedelapan negara ini
akan mengalami kendala besar dalam mengekspor minyaknya jika selat hormuz
ditutup. Iran akan mendapat respon negatif dari negara tetangganya. GCC (Gulf
Cooperation Council) dan OPEC (Organization of the Petroleum Exporting
Countries) tidak menyetujui jika selat hormuz ditutup. Pada level global,
penutupan selat hormuz akan berpengaruh pada negara-negara yang sangat
bergantung pada ekspor minyak dari selat hormuz. Bagi Uni Eropa, sebanyak 27
negara Uni Eropa akan merugi. Pasalnya, mereka membeli 450.000 barrel minyak
Iran setiap harinya, atau 18 persen dari ekspor negara tersebut. 67 Diantaranya,
Yunani dan Spanyol sebagai negara Uni Eropa yang terbanyak mengonsumsi
minyak Iran. Inggris juga mengandalkan 64 % dari kebutuhan minyak dan gas
bumi dari Qatar melalui selat Hormuz.68 Selain Uni Eropa, Amerika Serikat

66
Prabantoro, Putut. (2012). Harga Minyak Bisa Tembus USD150-175. <Tersedia dari :
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/02/03/11155266/Harga.Minyak.Bisa.Tembus.USD1
50-175> [8/4/2014]
67
Mills, Rodney A. (2008). Iran and the Strait of Hormuz: Saber Rattling or Global Energy
Nightmare?. Lodon: Naval War College. <Tersedia dari :
timemilitary.files.wordpress.com/2011/12/mills-2008.pdf> [9/4/2014].
68
Ibid. Hlm.

33
adalah yang menerima 65 % pasokan minyaknya melalui Arab Saudi melalui selat
hormuz.69 Amerika Serikat adalah negara superpower yang paling bersikeras
untuk tetap memberlakukan embargo dan membekukan bank sentral Iran,
kemudian dibantu oleh Uni Eropa. Sehingga Iran memberikan pernyataan akan
menutup bank sentral Iran.
Dari segi geostrategi, pertahanan militer, dan keamanan terjadi ketegangan
militer antara Iran dan Barat (terutama Amerika Serikat) pasca ancaman
penutupan selat hormuz oleh Iran. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya
argumen para pejabat dari kedua belah pihak. Intensitas latihan perang laut dan
latihan militer disekitar selat hormuz juga semakin sering dilakukan. Iran telah
melakukan latihan perang selama 5 hari yang diberi kode ‘Velayat-91’dan uji
coba rudal terbarunya dikawasan selat hormuz. Pangakalan Amerika Serikat yang
terletak di Bahrain, Qatar dan Afganishtan memantau perkembangan militer Iran
dan menaikkan status ke siaga satu. Amerika Serikat melakukan latihan militer
gabungan dengan Israel sebagai bentuk lain dari respon ancaman Iran.70 Pada
Januari 2012 Inggris, Amerika, dan Prancis menyampaikan sinyal ke Iran dengan
mengirim enam kapal perang yang dipimpin oleh kapal induk diselat hormuz. Hal
tersebut menunjukkan bahwa posibilitas timbulnya perang terbuka antara Iran dan
Amerika Serikat diselat Hormuz bisa timbul kapan saja.
Kondisi politik dan pemerintahan Iran terjadi berbagai konfrontasi yang
disebabkan karena ketakutan dari posibilitas konflik bahkan perang yang akan
terjadi antara Barat dan Iran apabila selat ditutup. Iran juga harus menghadapi
berbagai respon regional dan global terkait ancaman penutupan selat hormuz. Di
level regional, Iran harus menghadapi negara-negara tetangganya yaitu kedelapan
negara yang melakukan transaksi ekspor minyaknya di selat hormuz. Belum lagi
tanggapan organisasi regional GCC, dan organisasi penghasil minyak dunia yaitu
OPEC yang sebenarnya tidak menyetujui jika selat hormuz ditutup. Tidak hanya

69
Ibid. Hlm.
70
Aji, Banu. (2013). Respon Amerika Serikat Terhadap Ancaman Penutupan Selat Hormuz.
<Tersedia dari :
http://www.academia.edu/3796864/RESPON_AMERIKA_SERIKAT_TERHADAP_ANCAMAN
_PENUTUPAN_SELAT_HORMUZ_OLEH_IRAN> [9/4/2014].

34
itu, Iran juga harus menghadapi respon negatif dari masyarakat internasional, dari
Amerika Serikat, ke-27 negara di Uni Eropa (terutama Inggris dan Perancis),
negara-negara di Asia (seperti Jepang, India, Korea) yang bergantung pada ekspor
minyak dari selat hormuz. Negara-negara tersebut adalah negara-negara core yang
notabene punya kapabilitas besar baik secara militer dan ekonomui. Penutupan
selat hormuz menyentuh kepentingan banyak negara terutama negara-negara yang
memiliki power besar pula. Sehingga opsi penutupan selat hormuz akan memiliki
resiko yang tinggi baikyang sifatnya eksternal, maupun internal Iran.
Dari penjelasan diatas mengenai dampak posisif dan negatif penutupan
Selat Hormus, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dampak negatif adalah
dampak yang paling dominan daripada dampak positifnya. Dengan
mempertimbangkan nilai krusialitas dan signifikansiSelat Hormus bagi
perekonomian dunia dan juga kondisi internal Iran, maka akan sangat merugikan
pihak Iran jika penutupan selat hormuz diberlakukan. Dengan begitu, ancaman
Iran terkait penutupan Selat Hormus merupakan opsi yang buruk, karena
berkaitan dengan kepentingan banyak negara dan akan menyebabkan citra buruk
Iran dalam perpolitikan global.

35
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari berbagai pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penutupan
yang dilakukan Iran terhadap Selat Hormuz tidak sah berdasarkah hukum laut
yang berlaku, tetapi Iran sendiri memiliki kapabilitas untuk melakukan hal
tersebut. Hal ini pun dapat menghambat distribusi minyak global dan
mengakibatkan kenaikan harga minyak, sehingga akan banyak memunculkan
respon negative dari dunia internasional. Tindakan negara-negara lain ini bahkan
diperkirakan hingga sejauh adanya pergerakan militer di sekitar Iran, meskipun
tidak sampai menimbulkan konflik bersenjata. Pada akhirnya penutupan Selat
Hormuz ini memunculkan lebih banyak dampak negatif dibandingkan dampak
positifnya terhadap Iran. Meskipun berpotensi memonopoli perdagangan minyak,
namun sayangnya hal ini akan memunculkan kondisi di mana Iran akan menjadi
musuh bersama.
Penutupan Selat Hormuz pada akhirnya bukan merupakan suatu hal yang
efektif untuk dilakukan oleh Iran dalam berusaha untuk emncapai
kepentingannya. Ancaman penutupan selat ini mungkin memang cukup
menggentarkan dan menimbulkan ketakutan dunia internasional, tetapi begitu hal
ini dilakukan secara nyata, bargaining position yang dimiliki ancaman tersebut
pun melemah bahkan hilang.
4.1 Saran
Untuk penelitian lebih lanjut, dianjurkan untuk mencari data-data yang
lebih detail. Data-data misalnya berupa data detail personel militer Amerika
Serikat di Timur Tengah, dan data mengenai jumlah personel miltier lain yang
memungkinkan untuk dialokasikan dalam mengonfrontasi Iran. Selain itu
pembahasan juga dapat dilakukan lebih jauh, misalnya mengenai negara-negara
yang secara tidak langsung terpengaruh oleh tindakan penutupan Selat Hormuz ini
dan kemungkinan respon yang akan mereka berikan.

36
REFERENSI

Aji, Banu. (2013). Respon Amerika Serikat Terhadap Ancaman Penutupan Selat
Hormuz. <Tersedia dari :
http://www.academia.edu/3796864/RESPON_AMERIKA_SERIKAT_TE
RHADAP_ANCAMAN_PENUTUPAN_SELAT_HORMUZ_OLEH_IR
AN> [9/4/2014].
Al-Kaabi. Mohamed K. (2012).The Strategic Alternatives Of The Gulf
Cooperation Council (Gcc): Disruption Ofmaritime Traffic In The
Arabian Gulf As A Result Of Iranian Threats To Close The Strait Of
Hormuz. Monterey: Naval Postgraduate School. <Tersedia dalam:
http://www.hsdl.org/?view&did=710212> [8/4/2014]
Antartica University. (2013). Lecture 3: NATO’s Geostrategic Goals. <Tersedia
dalam: http://antarcticaedu.com/gst3033.htm> [9/4/2014]
Arab News. 2013. Kuwait drops idea of Hormuz bypass oil pipeline. [WWW]
http://www.arabnews.com/news/464928 [Diakses pada 9 April 2014]
Armandhanu, Denny. (2011). Iran Mengancam Tutup Jalur Minyak. <Tersedia
dalam: http://dunia.news.viva.co.id/news/read/275538-iran-mengancam-
tutup-jalur-minyak-dunia> [6/4/2014]
Barzegar, Kayhan. (2012). ‘Iran’s Strategy in the Strait of Hormuz’. The
Diplomat. <Tersedia dalam: http://thediplomat.com/2012/07/irans-
strategy-in-the-strait-of-hormuz/> [7/4/2014]
BBC. (2012). Iran Mulai Proses Pengayaan Uranium. <Tersedia dalam:
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/01/120110_iranuranium.shtml
> [8/4/14]
BBC NEWS. (2011) Iran threatens to block Strait of Hormuz oil route. <Tersedia
dari : http://www.bbc.com/news/world-middle-east-16344102>
[9/4/2014].
Berita Shabestan. (2012). Amerika dan Barat Terjerat di Selat. <Tersedia dalam
http://shabestan.net/id/pages/?cid=7106> [6/4/2014]

37
Blair, David (2012). ‘Britain, US and France send warship through Strait of
Hormuz’. The Telegraph. <Tersedia di:
http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/middleeast/iran/9031392/Brit
ain-US-and-France-send-warships-through-Strait-of-Hormuz.html>
[7/4/2014]
Blanchard, Ben (2012). ‘China urges stability in Strait of Hormuz’. Reuters.
<Tersedia di: http://www.reuters.com/article/2011/12/29/us-china-iran-
idUSTRE7BS08E20111229> [7/4/2014]
Blas, Javier. (2012). ‘Pipelines bypassing Hormuz Open’. The Financial Times.
<Tersedia dalam: http://www.ft.com/cms/s/0/4203f88c-ce83-11e1-9fa7-
00144feabdc0.html> [9/4/2014]
Briney, Amanda. (n.d.). Strait of Hormuz. <Tersedia dalam:
http://geography.about.com/od/politicalgeography/a/Strait-Of-
Hormuz.htm> [6/4/2014]
Cordesman, Anthony H. (2005). Iran’s Developing Military Capabilities.
Washington DC: CSI.
Central Intelligence Agency. (n.d). Middle East: Iran. <Tersedia dalam:
https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/ir.html>
[9/4/2014]
Council on Foreign Relations. (2002). Strengthening the U.S.-Saudi Relationship
(A CFR Paper). <Tersedia dalam: http://www.cfr.org/saudi-
arabia/strengthening-uzsz-saudi-relationship-cfr-paper/p8667> [Diakses
pada: 10/4/2014]
Deering, Bob and Jonathan Reese. (2012). ‘Closing The Strait of Hormuz :
Potential Implication for Shipping and International Trade’. The Britannia
News. <Tersedia dari http://incelaw.com/documents/pdf/legal-
updates/potential-closure-of-the-strait-of-hormuz-uk.pdf> [9/4/2014].
Durden, Tyler. (2011). ‘What Closing The Straits of Hormuz Will Mean in 3
Simple Charts’. Zero Hedge. <Tersedia dalam:
http://www.zerohedge.com/news/what-closing-straits-hormuz-will-mean-
3-simple-charts> [9/4/2014].

38
EIA (20112) The Strait of Hormuz is the world's most important oil transit
chokepoint. US Energy Information Agency. <Tersedia di:
http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.cfm?id=4430> [7/4/2014]
Evans, Michael. 2006. Showdown with Nuclear Iran. Edinburgh: Thomas Nelson.
Foley, Sean. (1999). ‘The UAE: Political Issues and Security Dilemmas’. Middle
East Review of International Affairs. Vol. 3, No. 1 <Tersedia dalam
http://www.gloria-center.org/meria/1999/03/foley.pdf> [8/4/2014]
Fontevecchia, Agustino. (2011). ‘Oil: Iran’s Hormuz Strait Threats Could Wreak
Global Economic Havoc’. Forbes. <Tersedia dalam:
http://www.forbes.com/sites/afontevecchia/2011/12/13/oil-irans-hormuz-
strait-threats-could-wreak-global-economic-havoc/> [8/4/2014]
Global Fire Power. (2014). Global Fire Power Strength in Numbers. <Tersedia
dalam http://www.globalfirepower.com/country-military-strength-detail>
[9/4/2014]
Global Firepower. (2014). Country Ranked by Military Strength. <Tersedia
dalam: http://www.globalfirepower.com/countries-listing.asp> [9/4/2014]
Gouré, Dr. Daniel and Dr. Rebecca Grant. (2009). U.S. Naval Options for
Influencing Iran. <Tersedia dalam: http://www.lexingtoninstitute.org/wp-
content/uploads/2013/11/us-naval-options.pdf> [8/4/2014]
Isachenkov, Vladimir. (2012). ‘Russia Regrets Iran’s Underground Uranium
Enrichment Facility’. The Huffingtonpost. <Tersedia di:
http://www.huffingtonpost.com/2012/01/10/russia-iran-uranium-
enrichment_n_1197138.html> [7/4/2014]
John A. Agnew. (2003). Geopolitics: Re-visioning World Politics. Routledge:
London.
Katzman, Kenneth. (2014). ‘The United Arab Emirates (UAE): Issues for U.S.
Policy’. Congressional Research Service. <Tersedia dalam:
http://www.fas.org/sgp/crs/mideast/RS21852.pdf> [6/4/2014]
Kawilarang, Renne R.A. (2012). ‘Iran Kembali Ancam Tutup Selat Hormuz’.
VIVA NEWS. <Tersedia dalam:

39
http://dunia.news.viva.co.id/news/read/335712-iran-kembali-ancam-tutup-
selat-hormuz> [8/4/14]
Kristof, Ladis K. D. (1960). ‘The Origins and Evolution of Geopolitics’. Journal
of Conflict Resolution. Vol. 4, No. 1. Sage Publications, Inc.
Mills, Rodney A. (2008). Iran and the Strait of Hormuz: Saber Rattling or Global
Energy Nightmare?. Lodon: Naval War College. <Tersedia dari :
timemilitary.files.wordpress.com/2011/12/mills-2008.pdf> [9/4/2014].
National Geographic Society. (2014). Strait of Hormuz: The World Key Oil
Choke’s Point. <Tersedia dalam
http://environment.nationalgeographic.com/environment/energy/great-
energy-challenge/strait-of-hormuz/> [9/4/2014]
Organization of The Petroleum Exporting Countries. (2014). Member Countries.
<Tersedia dalam: http://www.opec.org/opec_web/en/about_us/25.htm>
[8/4/2014]
Organization of The Petroleum Exporting Countries. (2014). Our Mission.
<Tersedia dalam http://www.opec.org/opec_web/en/about_us/23.htm>
[8/4/2014]
Pawlak, Justyna dan Hossein Jaseb. (2012). ‘Iran threatens to hit U.S. targets over
Strait of Hormuz as Europe joins oil import ban’. National Post. <Tersedia
di: http://news.nationalpost.com/2012/01/23/iran-renews-strait-of-hormuz-
shutdown-threats-after-eu-joins-u-s-in-banning-oil-imports/> [7/4/2014]
Prabantoro, Putut. (2012). Harga Minyak Bisa Tembus USD 150-175. KOMPAS
<Tersedia dalam:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/02/03/11155266/Harga.Min
yak.Bisa.Tembus.USD150-175> [9/4/14]
Rahman, Musthafa Abd. (2011).’Sudah Sejak Lama Jadi Sasaran KonflikNegara-
negara Arab Teluk’. KOMPAS. <Teredia dalam
http://entertainment.kompas.com/read/2011/12/30/05310363/Sudah.Sejak.
Lama.Jadi.Sasaran.Konflik.Negara-negara.Arab.Teluk> [8/4/14]
Rahman, Mustafa Abd. (2012). Bisakah Iran Menutup Selat Hormuz.<Tersedia
dalam:

40
http://internasional.kompas.com/read/2012/01/05/07314299/Bisakah.Iran.
Menutup.Selat.Hormuz> [6/4/2014]
Ramazani, R.K. (1978). The Persian Gulf and the Strait of Hormuz. Sijthoff &
Noordhoff International Publisher BV Alphen aan den Rijn: The
Netherlands. Hlm.5
Saeno. (2012). Selat Hormuz: Kerajaan Teluk Goyang Dominasi Iran. <Tersedia
dalam:
http://m.kabar24.com/international/read/20121225/10/117999/selat-
hormuz-kerajaan-teluk-goyang-dominasi-iran> [8/4/2014]
Sea Rates LP. (2014). Sea ports of Saudi Arabia <Tersedia dalam
http://www.searates.com/maritime/saudi_arabia.html> [9/4/2014]
Setiawan, Dadang. (n.d). Kesepakatan Nuklir Iran: Anatomi dan Agenda.
<Tersedia dalam:
http://www.academia.edu/5357147/Kesepakatan_Nuklir_Iran_Anatomi_d
an_Agenda> [8/4/14].
Soilen, Klaus Solberg. (2012). Geoeconomics. Klaus Solberg Søilen & Ventus
Publishing ApS. <Tersedia dalam:
http://www.webster.ac.at/files/Soilen_geoeconomics.pdf > [9/4/2014]
The Associate Press. (2012). ‘UAE opens pipeline to bypass Strait of Hormuz’.
USA today <Tersedia dalam:
http://usatoday30.usatoday.com/news/world/story/2012-07-15/emirates-
pipeline/56237350/1> [9/4/2014]
United Nations. (2005) Convention on the Territorial Sea and the Contiguous
Zone 1958. United Nations : Treaty Series vol. 516, p. 205
United Nations. (2001). United Nations Convention of the Law of the Sea 1982.
<Tersedia dalam:
http://www.un.org/depts/los/convention_agreements/texts/unclos/UNCLO
S-TOC.htm> [9/4/2014]
US Energy Information Administration. (2012) US Net Petroleum Imports, 2011.
<Tersedia dalam:

41
http://cdn.theatlantic.com/static/mt/assets/damien_ma/Ma%20SOURCES
%20OF%20US%20NET%20PETROLEUM.png> [9/4/2014]
Wahlisch, Martin (2012). ‘The Iran-U.S Dispute, The Strait of Hormuz, and
International Law’. The Yale Juornal of International Law Online. Vol.
37. <Tersedia dari http://www.yjil.org/docs/pub/o-37-waehlisch-the-iran-
u.s.-dispute.pdf > [9/4/2014].
Wen,Shuang. (2010). ‘The strait of Hormuz: A barometer in the emerging US-
Gulf-China Triangular Relationship’. Draft Resolution for Asian Student
Paper. <Diunduh dari:
http://www.mei.edu/sites/default/files/publications/Shuang%20WEN%20P
aper%20%28for%20e-library%29.pdf> [6/4/2014]

42

Anda mungkin juga menyukai