D041201044
WSBM TEKNIK ELEKTRO B
Konsep Benua Maritim Indonesia sangat berhubungan dengan aktualisasi Wawasan Nusantara yakni pembangunan
Bangsa Indonesia. Konsep Benua Maritim Indonesia ini dapat mewujudkan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak Bangsa
Indonesia dalam satu sistem dalam rangka menyelenggarakan pembangunan yang lebih berorientasi pada meningkatkan
peranan maritim dan kekayaannya, kepulauan dan dirgantaraya melalui sains dan teknologi modern. Dengan itu,
diharapkan Bangsa Indonesia yang mendiami Benua Maritim Indonesia ini mempunyai wawasan hidup yang berbeda dari
bangsa-bangsa nonmaritim. Daerah kepulauan Indonesia itu sangat luas, lebih luas dari daratan Amerika Serikat dan
daratan Eropa sebagai keseluruhan, termasuk Inggris. Fakta sejarah telah membuktikan bahwa Bangsa Indonesia sudah
menguasai lautan dan teknologi perkapalan, dari dahulu kal. Disamping itu juga pelaut-pelaut Indonesia sudah menjelajahi
lautan sejauh Madagaskar, dan lautan Austronesia. Oleh satu dan lain hal saja dalam perkembangan sejarah yang sangat
kompleks, Bangsa Indonesia kehilangan semangat baharinya dan mundur ke darat menjadi bangsa agraris. Saat ini
kewajiban Bangsa Indonesia ialah mengembalikan arus sejarah tersebut dari manusia agraris menjadi manusia bahari
karena tiga per empat dari wilayah kekuasaan Republik Indonesia terdiri dari lautan. Melalui program yang sistematik dan
terencana disertai pendidikan mendasar diyakini akan mengubah “mindset” Bangsa Indonesia kembali menjadi bangsa
bahari.
Wilayah laut Indonesia mengambil dua pertiga wilayah Nusantara. Tidak heran jika sejak masa
lampau, Nusantara diwarnai dengan berbagai pergumulan kehidupan di laut. Dalam catatan
sejarah terekam bukti-bukti bahwa nenek moyang bangsa Indonesia menguasai lautan Nusantara,
bahkan mampu mengarungi samudra luas hingga ke pesisir Madagaskar, Afrika Selatan.
Penguasaan lautan oleh nenek moyang kita, baik di masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya maupun
kerajaan-kerajaan Bugis-Makassar, lebih merupakan penguasaan de facto daripada penguasaan
atas suatu konsepsi kewilayahan dan hukum. Namun, sejarah telah menunjukkan bahwa bangsa
Indonesia yang mencintai laut sejak dahulu merupakan masyarakat bahari. Akan tetapi,
kemudian oleh kolonial, bangsa Indonesia didesak ke pedalaman, yang mengakibatkan
menurunnya jiwa bahari.
Tekad kembali ke laut ditekankan pemerintah bersamaan dengan pencanangan Tahun Bahari
pada tahun 1996. "Bangsa Indonesia yang di masa lalu mencatat sejarah sebagai bangsa bahari
dalam perjalanannya telah kehilangan keterampilan bahari sehingga luntur pula jiwa
maritimnya," ungkap Presiden Soeharto ketika itu.
Pada tahun 1996, yang dicanangkan pemerintah sebagai Tahun Bahari, konsep negara kepulauan
(Archipelagic State) mulai diubah menjadi konsep benua maritim. Bangun wilayah perairan
AZIZAH AINUN ZHARIAH
D041201044
WSBM TEKNIK ELEKTRO B
Nusantara yang menyerupai benua membuat Indonesia layak disebut sebagai benua maritim.
Pada Konvensi Nasional Pembangunan Benua Maritim Indonesia (BMI), yang diadakan di
Makassar, Sulawesi Selatan, tahun 1996, pemerintah mengajak bangsa Indonesia kembali ke
laut. "Bangsa Indonesia yang di masa lalu mencatat sejarah sebagai bangsa bahari, dalam
perjalanannya telah kehilangan keterampilan bahari sehingga luntur pula jiwa maritimnya."
Demikian Presiden Seoharto dalam sambutannya yang disampaikan Menteri Negara Riset dan
Teknologi BJ Habibie.
Benua Maritim Indonesia (BMI) pada konvensi itu didefinisikan sebagai satu kesatuan alamiah
antara darat, laut, dan dirgantara di atasnya, tertata secara unik yang menampilkan ciri-
ciri benua dengan karakteristik yang khas dari sudut pandang iklim dan cuaca
(klimatologi dan meteorologi), keadaan airnya (oseanografi), tatanan kerak bumi (geologi),
keragaman biota (biologi), serta tatanan sosial budayanya (antropologi), yang menjadi
wilayah yurisdiksi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keseluruhan aspek itu secara
langsung maupun tidak, akan menggugah emosi, perilaku, dan sikap mental dalam menentukan
orientasi dan pemanfaatan unsur-unsur maritim di semua aspek kehidupan.
Salah satu agenda dalam Nawa Cita Presiden Ir. Joko Widodo dan Wakil Presiden Drs. Jusuf
Kalla adalah membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah daerah dan
desa dalam kerangka negara kesatuan.
Dalam agenda ini akan dilaksanakan berbagai program antara lain pemerataan pembangunan
antar wilayah terutama desa, kawasan timur Indonesia dan kawasan perbatasan. Agenda
pembangunan daerah pinggiran ini perlu mendapat apresiasi, karena pembangunan nasional
selama ini terkesan lebih menguntungkan daerah perkotaan dan terpusat di pulau Jawa.
Ketimpangan yang terjadi antara wilayah menunjukkan bahwa pembangunan selama ini belum
sepenuhnya mencapai sasaran yang diharapkan. Perbedaan hasil pembangunan ini diakibatkan
oleh beberapa hal, antara lain: perbedaan sumberdaya yang dimiliki daerah yang satu dengan
yang lain, perbedaan kemampuan sumberdaya manusianya, tingkat penguasaan tehnologi yang
berbeda, kebijakan pemerintah terlalu mengutamakan pembangunan di Pulau Jawa (Wilayah
Barat) dan lain-lain. Pertanyaan yang perlu mendapat jawaban adalah bagaimana mewujudkan
agar pembangunan tersebut dapat lebih berpihak pada masyarakat di daerah pinggiran.
Di usia negara Republik Indonesia yang ke 70 ini, sudah saatnya pembangunan dimluai dari
Desa khususnya di daerah pinggiran dan pesisir termasuk di dalamnya wilayah pulau-pulau
kecil. Sebagaimana yang disampaikan oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi bahwa:
"...Untuk melihat Indonesia sesungguhnya, maka lihatlah desa, dari pinggiran. Sebab kondisi riil
masyarakat Indonesia adanya di desa, Sehingga apa pun program yang kita kerjakan jangan
sampai mengabaikan kepentingan masyarakat desa..."
Betapa tidak, dari 77.126 Desa yang ada di Indonesia, 40,61% merupakan daerah tertinggal dan
84,43% daerah tersebut berada di wilayah Kawasan Timur Indonesia (Kementrian PDT, 2011).
Benua Maritim Indonesia (BMI) adalah wilayah perairan dengan hamparan pulau – pulau
didalamnya, sebagai satu kesatuan alamiah antara darat, laut dan udara di atasnya tertata unik
AZIZAH AINUN ZHARIAH
D041201044
WSBM TEKNIK ELEKTRO B
dengan sudut pandang iklim dan cuaca keadaan airnya, tatanan kerak bumi, keragaman biota
serta tatanan sosial budaya.
Dalam era globalisasi, perhatian bangsa Indonesia terhadap fungsi, peranan dan potensi
wilayah laut semakin berkembang. Kecenderungan ini di pengaruhi oleh perkembangan
pembangunan yang mengakibatkan semakin terbatasnya potensi sumber daya nasional di darat.
Pengaruh lainnya adalah perkembangan teknologi maritim sendiri sangat pesat sehingga
memberikan kemudahan dalam pemanfaatan dan pengelolahan sumberdaya laut.
A. Karakteristik BMI
BMI terbentang dari 92° BT sampai 141° BT dan 720° LU sampai dengan 14° LS yang merupakan
Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari:
a. 5.707 pulau yang telah bernama dan 11.801 pulau yang belum bernama.
b. Luas perairan 3,1 juta km2, dan luas perairan ZEE 2,7 juta km2.
c. Panjang seluruh garis pantai 80.791 km, panjang garis dasar 14.698 km.
b. Perairan Nusantara, merupakan laut yang terletak di antara pulau, dibatasi atau dikelilingi oleh garis
pangkal tanpa memperhatikan kedalaman dan lebar laut tersebut.
c. Laut Territorial, adalah wilayah perairan di luar perairan nusantara yang lebarnya tidak melebihi 12 mil laut
di ukur dari garis pangkal.
d. Zona tambahan, adalah wilayah laut yang diukur dari 12 mil dari laut territorial atau 24 mil dari pangkal
pantai. Pada batas ini, Indonesia hanya bisa melaksanakan hak – hak tertentu saja.
e. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), adalah suatu daerah diluar dan berdampingan dengan laut territorial, lebar
zona ini 200 mil dari garis pangkal. Di perairan ini, Indonesia memiliki hak daulat atas eksploitasi.
f. Landas Kontinen, adalah batas laut yang lebih dari 200 mil dari pangkal dengan ketentuan: 1). Lebar tidak
lebih 350 mil dari pangkal, tidak melebihi 100 mil di ukur dari garis kedalaman 2.500 m.
g. Laut lepas.
Kebebasan udara terbatas:1) negara bawah yang berhak mengambil tindakan tertentu dalam
memelihara keamanan. 2) negara bawah hanya mempunyai hak terhadap wilayah udara zona territorial
tertentu.
AZIZAH AINUN ZHARIAH
D041201044
WSBM TEKNIK ELEKTRO B
b. Teori Negara berdaulat di udara ( The Air Souvereignty Theory)
2) Hutan Mangrove
Merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir. Fungsi dan
peran hutan Mangrove, yaitu: a) menyusun mekanisme antara komponen mangrove dengan ekosistem
lain, pelindung pantai, dan pengendali banjir. b) penyerap bahan pencemar, sumber energi bagi biota
laut. C) menjaga kesetabilan produktivitas dan ketersediaan sumberdaya hayati di perairan. d) sebagai
sumber kayu kelas satu, bahan kertas dan arang.
3) Padang Lamun dan rumput Laut
Padang lamun mempunyai fungsi: a) meredam ombak dan melindungi pantai. b) daerah asuhan
larva. c) tempat makan. d) rumah tempat tinggal biota laut. e) wisata bahari.
4) Terumbu Karang
AZIZAH AINUN ZHARIAH
D041201044
WSBM TEKNIK ELEKTRO B
Peran terumbu Karang, yaitu: a) pelindung pantai dari hempasan ombak dan arus kuat yang berasal
dari laut. b) sebagai habitat tempat mencari makanan.
2) Pengaturan iklim
3) Keindahan alam
4) Penyebaran limbah
5) Wisata bahari