Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep Negara Kepulauan (Nusantara) memberikan kita anugerah yang
luar biasa. Letak geografis kita strategis, di antara dua benua dan dua samudra
dimana paling tidak 70% angkutan barang melalui laut dari Eropa, Timur Tengah
dan Asia Selatan ke wilayah Pasifik, dan sebaliknya, harus melalui perairan kita.
Wilayah laut yang demikian luas dengan 17.500-an pulau-pulau yang mayoritas
kecil memberikan akses pada sumber daya alam seperti ikan, terumbu karang
dengan kekayaan biologi yang bernilai ekonomi tinggi, wilayah wisata bahari,
sumber energi terbarukan maupun minyak dan gas bumi, mineral langka dan juga
media perhubungan antar pulau yang sangat ekonomis.
Panjang pantai 81.000 km (kedua terpanjang di dunia setelah Canada )
merupakan wilayah pesisir dengan ekosistem yang secara biologis sangat kaya
dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Secara metereologis, perairan
nusantara menyimpan berbagai data metrologi maritim yang amat vital dalam
menentukan tingkat akurasi perkiraan iklim global. Di perairan kita terdapat gejala
alam yang dinamakan Arus Laut Indonesia (Arlindo) atau the Indonesian
throughflow yaitu arus laut besar yang permanen masuk ke perairan Nusantara
dari samudra Pasifik yang mempunyai pengaruh besar pada pola migrasi ikan
pelagis dan pembiakannya dan juga pengaruh besar pada iklim benua Australia.
Karena memiliki sejarah kemaritiman dan potensi sumberdaya
kemaritiman yang besar maka muncullah gagasan pembangunan Benua Maritim
Indonesia. BMI adalah bagian dari system planet bumi yang merupakan satu
kesatuan alamiah antara darat, laut, dan udara diatasnya, tertata secara unik,
menampilkan cirri – ciri benua dengan karakteristik yang khas dari sudut pandang
iklim dan cuaca, keadaan airnya, tatanan kerak bumi, keragaman biota, serta
tatanan social budayanya yang menjadi yuridiksi NKRI yang secara langsung
maupun tidak langsung akan menggugah emosi, perilaku dan sikap mental dalam

1
menentukan orientasi dan pemanfaatan unsur – unsur maritim di semua aspek
kehidupan.
Hal inilah yang kemudian menarik untuk diketahui tentang bagaimana
pembangunan Benua Maritim Indonesia. Oleh karena itu penulis berusaha untuk
memberikan pemahaman tentang pertanyaan tersebut dalam makalah ini. Semoga
makalah ini dapat menjadi jawaban dan memberikan pemahaman terkait
pertanyaan yang dikaji.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas dapat di ambil rumusan permasalahan
yaitu :
1. Bagaimana upaya bangsa Indonesia menuju Negara maritim ?
2. Bagaimana langkah bangsa Indonesia menuju Negara maritim melalui
kebijakan maritim ?
3. Mengapa bangsa Indonesia belum merdeka di laut ?
4. Perlukah undang-undang kelautan ?
5. Berapa jumlah pulau Indonesia sesungguhnya ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui upaya bangsa Indonesia menuju Negara maritime.
2. Untuk mengetahui langkah bangsa Indonesia menuju Negara maritim melalui
kebijakan maritim.
3. Untuk mengetahui mengapa bangsa Indonesia belum merdeka di daerah laut.
4. Untuk mengetahui apakah Indonesia membutuhkan undang-undang kelautan.
5. Untuk mengetahui berapa jumlah pulau Indonesia sesungguhnya.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat dipetik dalam makalah ini yaitu, dapat memberikan
wawasan lebih kepada pembaca tentang kemaritiman, terkhusus di Indonesia.
Dimana kita ketahui Indonesia merupakan Negara yang kaya akan potensi alam.

2
Selain itu, mendorong kesadaran kita bahwa kita merupakan generasi berikutnya
yang harus melanjutkan perjuangan para tokoh terdahulu yang memperjuangkan
wilayah maritime.

E. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode kepustakaan
yaitu dengan mengumpulkan buku-buku yang memiliki hubungan
dengan ”langkah bangsa Indonesia menuju negara maritim” dari berbagai
sumber. Tidak hanya itu, kami juga menggunakan situs internet sebagai bahan
penunjang pembahasan tentang materi makalah ini.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Menuju Negara Maritim
Sejak zaman kerajaan-kerajaan jauh sebelum Indonesia merdeka,
semangat maritim sudah menggelora di bumi pertiwi tercinta ini, bahkan beberapa
kerajaan zaman itu mampu menguasai lautan dengan armada perang dan dagang
yang besar. Namun, semangat maritim tersebut menjadi luntur tatkala Indonesia
mengalami penjajahan oleh pemerintah kolonial Belanda. Pola hidup dan orientasi
bangsa "dibelokkan" dari orientasi maritime ke orientasi agraris (darat).
Memasuki zaman kemerdekaan, berbagai upayapun telah dilakukan oleh
para pendahulu bangsa ini untuk kembali menggelorakan semangat maritim
bangsa Indonesia. Sebagai negara merdeka, Indonesia mulai berupaya
mendapatkan pengakuan dunia sebagai Negara Kepulauan. Namun, upaya ini
tidaklah mudah karena dibutuhkan kemampuan diplomasi serta pemahaman
tentang hukum laut dan hukum internasional yang baik. Akhirnya pada tanggal 13
Desember 1957 terbitlah Pengumuman Pemerintah tentang Perairan Indonesia
yang dikenal dengan "Deklarasi Djuanda" yang mendeklarasikan Wawasan
nusantara yang bertujuan untuk menyatukan nusantara dalam suatu kekuatan
hukum untuk menghindari disitegrasi bangsa Indonesia. Meski secara de yure
sejak Indonesia merdeka pada tanggal 17Agustus 1945, sudah ditetapkan bahwa
Indonesia yang diproklamasikan adalah Ex Nederlandie Indie (Hindia Belanda),
sebuah negara yang terdiri dari gugusan pulau yang kini dikenal dengan Negara
Kepulauan. Pelurusan sejarah dan persamaan persepsi harus dibangun bahwa
"Deklarasi Djuanda" 1957 bukan awal dari deklarasi Indonesia sebagai Negara
Kepulauan namun merup'akan penyesuaian terhadap Proklamasi 17 Agustus
1945.
Dekalarasi Djuanda L957 yang menegaskan konsepsi Wawasan Nusantara
memberikan kita anugeruh yang luar biasa baik itu laut, darat maupun udara.
Sementara UNCLOS 1982 menempatkan indonesia sebagai Negara Kepulauan
dengan potensi ekonomi maritim sangat besar. Sebagai Negara Kepulauan

4
terbesar di dunia Indonesia memiliki wilayah laut seluas 5,8 juta km2 yang terdiri
dari wilayah teritorial sebesar 3,2 juta km persegi dan wilayah Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia (ZEEI) 2,7 juta km2. Selain itu, terdapat 17504 pulau di
Indonesia dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Dengan cakupan yang
demikian besar dan luas tentu saja maritime Indonesia mengandung
keanekaragaman sumberdaya alam laut yang potensial, baik hayati dan non-hayati
yang tentunya memberikan nilai yang luar biasa pada sumber daya alam seperti
ikan, terumbu karang dengan kekayaan biologi yang bernilai ekonomi tinggi,
wilayah wisata bahari, sumber energi terbarukan maupun minyak dan gas bumi,
mineral langka dan juga media transportasi antar pulau yang sangat ekonomis.
Letak geografis kita strategis, di antara dua benua dan dua samudra dimana paling
tidak 70 Persen angkutan barang melalui laut dari Eropa Timur Tengah dan Asia
Selatan ke wilayah Pasifik, dan sebaliknya, harus melalui perairan kita.
Pada zaman pemerintahan Ir. Soekamo sebagai presiden selalu
terkumandang semangat maritim, namun dalam implementasi kebiiakan
pembangunan khusus dibidang laut sepertinya tidak serius, namun paling tidak
sudah ada upaya menggelorakan semangat maritim. Salah satu pernyataan
Soekamo pada National Maritime Conaention, (NMC) 1963 adalah "Untuk
membangun Indonesia meniadi Negara besar, negara kuat, negara makmur,
negara damai yang merupakan national building bagi negara lndonesia. Maka
negara dapat menjadi kuat jika dapat menguasai lautan. Untuk menguasai lautan
kita harus menguasai armada yang seimbang.
Kondisi hilangnya orientasi pembangunan maritim bangsa Indonesia
semakin jauh tatkala memasuki era Orde Baru, kebijakan Pembangunan nasional
lebih diarahkan ke pembangunan berbasis daratan (land based oriented
development) yang dikenal dengan agraris, bahkan dengan bangga Indonesia
dideklarasikan sebagai Negara agraris penghasil ploduk rempah-rempah dan
produksi pertanian yang spektakuler. Beberapa elemen bangsa yang memahami
betul potensi terbesar Indonesia sebagai Negara Kepulauan terus berjuang untuk
menggelorakan semangat untuk menjadikan Indonesia sebagai Negara Maritim.
Sebagai catatan, bahwa pengertian Negara Kepulauan dan Negara Maritim

5
sangatlah jauh berbeda Negara Kepulauan adalan ciri sebuah negara yang secara
geografis terdiri atas banyak pulau yang terikat clalam suatu kesatuan Negara
Sedangkan Negara Maritim adalah sebuah negara yang menguasai semua
kekuatan strategis di lautan yang didukung oleh kekuatan maritime baik itu
armada perdagangan, armada Perang, Industri maritime serta kebijakan
pembangunan negara yang berbasis maritim.
saat ini Indonesia belum bisa dikatagorikan sebagai Negara Maritim tapi
masih sebatas Negara Kepulauan. Modal dasar sebagai Negara Kepulauan dengan
posisi strategis serta kekayaan sumberdaya alam yang begitu melimpah
memberikan peluang yang sangat besar bagi Indonesia untuk merealisasikan
Kodrat Tuhan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang besar dan paling
strategis di dunia Selain itu juga bisa lebih.dimaksimalkan pencapaian cita-cita
bangsa Indonesia menuju masyarakat yang adil dan makmur.
Perjuangan menuju Negara Maritim memang tidak mudah, namun jika
seluruh bangsa ini memiliki kesamaan visi dan kebulatan tekad maka hal tersebut
bukanlah hal yang mustahil. Deklarasi Djuanda 1957 danUNCLOS 1982
memberikanpeluang yang besar bagi bangsa Indonesia untuk diirnplementasikan
secara serius melalui kebijakan kebijakan pembangunan nasional yang
memprioritaskan orientasi yang berbasis maritim. Melahirkan kebijakan
pembangunan melaui perundang-undangan, pembangunan kekuatan armada
pertahanan, armada perdagangan industri dan jasa maritim yang ditunjang dengan
penguasaan IPTEK merupakan upaya serius yang harus segera dilakukan menuju
Indonesia sebagai NEGARA MARITIM.
"Jaya dilaut, Sejahtera di darat dan perkasa di udara".

B. Langkah Menuju Negara Maritim Melalui Kebijakan Maritim


Faktor terpuruknya perekonomian Indonesia adalah paradigm
Pembangunan yang berorientasi ke daratan (land-based development). Sementara
laut hanya diperlakukan sebagai tempat eksploitasi sumber daya alam (SDA),
pembuangan limbah, dan kegiatan ilegal. Untuk ini diperlukan Maritime Policy

6
untuk mengembalikan perekonomian Indonesia ke titahnya sebagai negara
kepulauan.
Dalam membangun Indonesia sebagai negara maritim dibutuhkan satu
wadah kementerian koordinator yang ditunjang undang undang kelautan. Sebut
saja kementerian koordinator kelautan atau maritim. Melalui upaya ini diharapkan
pembangunan kelautan Indonesia bisa dilaksanakan secara terintegrasi sehingga
roda perekonomian negara meningkiat. Karena itu pemerintah harus segera
mengubah paradigma pembangunan, sebab ekonomi maritim menyimpan potensi
menggerakkan perekonomian nasional. Mulai dari sektor perikanan pertambangan
dan energi, pariwisata bahari, perhubungan laut, sumber daya pulau-pulau kecil,
SDA non-konvensional, industri sampai dengan jasa maritim.
Total potensi ekonomi maritim Indonesia sangat besar. Diperkirakan
mencapai Rp7.200 triliun per tahun atau enam kali lipat dari APBN 2011
(Rp1.299 triliun) dan satu setengah kali PDB saat ini (Rp5.000 triliun). Ditaksir
lapangan kerja yang tersedia sekitar 30 juta orang. Tidak hanya itu, Indonesia
memiliki potensi budidaya rumput laut yang besar. Walau hanya mengusahakan
32.000 ha (kurang lebih 30 persen total potensi), ditaksir dapat mernproduksi
sekitar 160 juta kg rumput laut kering per tahun dengan nilai sebesar Rp 1,1
triliun per tahun (harga Rp 7.000/kg). jika dikelola intensif produksinya
bisa,mencapai 2-3 kali lipat.
Seandainya diproses menjadi beragam semi-refined products (karajinan,
alginate, agar, makanan, minuman) atau refined products (bahan pencampur
shampo, coklat, es krim, milk shake, Permen, pasta gigi, salep, pelembab, lotion,
industri cat tekstil), nilainya akan berlipat ganda sehingga mencapai multiplier
effects bagi pendapatan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut
belum termasuk komoditas lain yang memPunyai harga tinggi dan dibutuhkan
pasar domestic, seperti udang, tuna, kerapu, ikan hias, kerang mutiara, teripang,
abalone. Untuk itu, strategi dan kebijakan di bidang maritim (Maritime Policy)
harus segera dibenahi guna mengoptimalkan potensi yang dimiliki, baik
menyangkut sumber daya laut, industri maupun bisnis transportasi. Sektor
maritim juga butuh pemihakan lewat kebijakan fiskal dan moneter.

7
Kebijakan pemerintah,di bidang maritim, baik industri perikanan maupun
industri pelayaran harus dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan Undang-
Undang yang berlaku. Selama ini pengembangan potensi maritirn terbentur
rnasalah stnaktural. Belum ada kesadaran politik secara nasional tentang betapa
besamya potensi ekonomi perikanan dan maritim. Sehingga, dibutuhkan
pemihakan kebijakan sector maritim, baik melalui kebijakan makro, fiskal,
maupun moneter.
Adapun masalah krusial sektor maritim adalah rendahnya komitmen
pemerintah membangun sektor ini. Semua aktivitas maritim belum terpusat dalam
satu departemen atau kementerian, sehingga focus pengembangan sektor ini
belurn optimal karena hanya sebagai sub-sub sektor saja. Harusnya dibentuk satu
departemen yang lebih fokus dan menjadikan maritim menjadi satu sektor
tersendiri dengan sistem panganggaran dan kebijakan yang lebih terfokus dengan
sebuah payung Maritime Policy. Pemerintah harus segera membangun dan
memperbaiki infraskuktur perikanan dan maritim yang masih lemah ini. Tanpa
upaya itu, sector perikanan Indonesia akan tertinggal dibanding negara lain.
Sebagai contoh, pembangunan infrastruktur di Lampung yang merupakan
lumbung udang terbesar harus menjadi perhatian serius pemerintah. Sementara
untuk sektor transportasi laut kendalanya adalah permodalan. Sektor tersebut
dinilai masih berisiko tinggi untuk dibiayai, sehingga perbankan enggan
mengucurkan kredit pembelian kapal kepada pelaku usaha di bidang pelayaran.
Sebagai tulang punggung serktor transportasi laut nasional, industry
pelayaran membutuhkan dana yang tidak sedikit dalam meningkatkan jumlah
armada. Hanya dengan jumlah armada yang memadai, sektor transportasi laut bisa
berkembang. Sayang, perbankan enggan mengucurkan dana ke perusahaan
pelayaran. Padahal sejumlah perusahaan pelayaran sudah berusaha mengajukan
kredit pembelian kapal, namun hasilnya nihil.
Namun, pada kenyataannya, usaha ini masih high risk. Kementerian
Keuangan selaku pemegang kebijakan seharusnya bisa melihat masalah itu.
Pemerintah harus bisa meyakinkan pihak bank bahwa perusahaan pelayaran
nasional mampu mengembalikan kredit. Pengembangan laut nasional juga

8
membutuhkan dukungan pelabuhan. Sejauh ini, kebanyakan kondisi pelabuhan di
Tanah Air sangat kurang kondusif. Selain biaya yang tinggi, pungli marak, juga
fasilitas sandar yang sangat minim. Hal ini karena pelabuhan masih dimonopoli
PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo). Monopoli seharusnya dihilangkan, sehingga
pelabuhan-pelabuhan bisa berbenah diri. Saat ini, pelabuhan masih menjadi profit
center, tanpa dibarengi peningkatan layanan.
Pembangunan ekonomi maritim juga nyaris tanpa keberpihakan terhadap
rakyat. Penguasaan sumber-sumber ekonomi dan praktik ekonomi yang
didominasi asing, investasi tanpa seleksi, dan akses yang tidak setara telah
mengakibatkan bangsa ini mengalami kemunduran dan tertinggal dari negara lain.
Monopoli transportasi laut oleh armada asing saat ini mencapai 90 persen.

a) Tanpa indonesia jadi sapi perah maritime policy


Indonesia telah melupakan visi kelautan dalam Deklarasi Djuanda yang
melahirkan konsep Wawasan Nusantara yaitu cara pandang Bangsa Indonesia
terhadap rakyat bangsa dan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
meliputi darat, laut dan udara di atasnya sebagai satu kesatuan politik, ekonomi,
sosial, budaya dan pertahanan keamanan. Di era kolonial, budaya bangsa bahari
dikikis secara perlahan dan sistematik. Selain itu, belum dimiliki Maritime Policy
oleh para pemangku kebijakan yang secara deskriptif bertujuan membangun
negara maritim yang besar dan kuat.
Dalam upaya Character of Govemment menuju Maritime Policy
diperlukan enam elemen penting, yaitu Geographical Position, Phisical
Confirmation, Extent of Territory, Number of Population, Character of the People
and Character of Goverment. Dari instrumen tersebut dua di antaranya belum
dimiliki bangsa Indonesia, yakni karakter pemimpin dan warga negaranya. Tidak
seriusnya pemerintah terhadap Maritime Policy berimbas pada semakin
banyaknya penata kelola maritim, mulai dari Kementerian luar Negeri,
Kementerian Pertahanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian
Perhubungan, Direktorat jenderal Bea dan Cukai, TNI Angkatan Laut, Direktorat
jenderal imigrasi, Kementrian BUMN, Bakorkamla, Polairud sampai dengan

9
Coast Guard. Tanpa Maritme Policy terjadi tumPang tindih di lapangan seperti
sekarang.
Sayang kekayaan alam yang luar biasa sebagai konsekuensi jati diri
bangsa tidak disertai dengan kesadaran dan kapasitas pengelolaan yang sepadan.
Bangsa Indonesia masih mengidap kerancuan identitas. Di satu sisi masyarakat
mempunyai persepsi kewilayahan tanah air tetapi secara kultural memposisikan
diri sebagai bangsa agraris dengan puluhan juta petani miskin yang tidak sanggup
disejahterakan Sementara kegiatan industri modern sulit berkompetisi dengan
bangsa lain, karena budaya kerja yang berkultur agrarian konservatif diperparah
inefisiensi birokrasi dan korupsi.
Visi dan proglam maritime hanya bias sukses Secara berkelanjutan jika
terdapat basis kultur yang terbuka, egaliter, haus pengetahuan dan menyukai
perubahan. Pada jangka pendek, program maritim bias berjalan dengan merekrut
kalangan pengambil keputusan dan para pelaku utama dari kalangan yang
mempunyai kultur tersebut Bisa juga dengan mengundang investasi asing dari
pihak yang lebih maju. Tetapi pada jangka panjang, diperlukan perubahan
orientasi pendidikan ke arah rasionalitas ilmu pengetahuan dan teknologi
kesadaran akan sumber-sumber keunggulan kompetitif, kepekaan budaya
kedalaman budi pekerti serta menyikapi tantangan perubahan secara positif.

b) Maritim policy mendesak


Ironisnya, sebagai tuan rumah Indonesia tidak bisa memanfaatkan
kekayaan laut untuk kesejahteraan rakyat. Tidak hanya itu, Indonesia juga tidak
bisa menjaga wilayahnya, sehingga mudah disusupi negara lain. Untuk mengatasi
hal tersebut diperlukan strategi Maritime Policy, kebijakan yang mengatur
ekonomi berbasis kelautan, pelayaran dan pertahanan. Namun, pemimpin bangsa
ini seakan tidak peduli dengan kebijakan tersebut. Tak heran jika di kancah
pembangunan laut, Indonesia tertinggal dari negara luar.
Kapan Indonesia bisa dibilang sebagai negara bervisi maritim? Tidak perlu
mendeklarasikan, yang paling penting bagaimana langkah-langkah kebijakan
Maritime Policy diselesaikan. Kalau belum bisa menyelesaikan, presiden harus

10
memutuskan coast guard. Siapa yang menjadi ujung tombak untuk keamanan
negara. Menurut Sultaru sampai sekarang terlihat Kementerian Kelautan dan
Perikanan mengejar kapal. Pengawas kementerian kan tidak boleh memakai
senjata. Yang boleh adalah AL (angkatan laut). Aturannya begitu.
Sementara itu, Connie Rahakundini Bakrie, analis bidang pertahanan
mengatakan, bicara mengenai Maritime Policy ttdak lepas dari konsistensi
keamanan nasional. Ada tiga unsur penting di sector ini, yaitu political freedom,
stabilitas politik, dan kapastian hukum atau kebijakan. Political freedom sudah
ada, stabilitas politik juga ada, tapi yang tidak ada adalah kapastian hukum atau
kebijakan, Hari ini kebijakan presiden yang satu A, besok presiden yang baru
bilang B, kondisi tersebut tidak boleh terjadi. Karena yang diperlukan negara
dalam membangun keamanan laut adalah kebijakan jangka panjang. Karena itu,
dalam menjalankan Maritime Policy diperlukan kepastian hukum dan kebijakan
yang didukung DPR sebagai landasan," ujar Connie.
Dalam menerapkan Maritime Policy pemerintah tidak hanya harus fokus
pada kebijakan laut mereka juga harus mendorong investor asing terlibat dalam
usaha maritim di dalam negeri. Pengamat Kelautan Indonesia, Profesor Sahala
Hutabarat mengatakan, sebagai negara kepulauan, Maritime Policy sangat penting
bagi Indonesia. Tetapi pangkal sebenarnya adalah Undang-Undang Kelautan.
Amandemen UUD 1945 Pasal 25 A, kalau tidak salah di situ dikatakan negara
Indonesia adalah negara kepulauan. Jadi, Maritime Policy sudah sesuai dengan
amanat UUD Pada pasal 33 ayat 1,2,3 juga sudah disinggung-singgung terus,
tetapi tidak dijalankan sebagaimana mestinya," ungkap Sahala. Menurut sahala
konsep Indonesia sebagai negala kepulauan sudah diakui dengan adanya
UNCLOS. ]ika sudah menjadi negara kepulauan, mau tidak mau Indonesia harus
berani bicara maritim.
Yang kita tunggu adalah uu Kelautan yang hingga kini masih menjadi
draft. UU tersebut sudah lima tahun kita tunggu. Karena itu, pernbahasan UU
Kelautan harus dipacu agar segera disahkan DPR. Dengan UU ini kita akan
menuju Maritim Policy. selanjutnya akan ada Perpret kepres, dan permen. Jadi
UU itu harus segera direalisasikan. Sahala menjelaskan, bicara Ocean dan

11
Maritime Policy ada yang membedakan. Menurutnya, Ocean Policy secara
otomatis bicara laut. sementara Maritim Policy cakupannya jauh lebih luas. Soal
keseriusan pemerintah sendiri, sahala mengakui pemerintah belum serius. Action-
nya belum kelihatan.
Menanggapi Maritime Policy, meskipun bukan kementerian yang secara
langsung menangani kebijakan sektor kelautan nasional, langkah nyata dilakukan
Kementerian Luar Negeri dengan memprakarsai kerjasama kelautan di wilayah
ASEAN. Direktur Jenderai Kerjasama ASEAN, Kementerian Luar Negeri RI,
Djauhari Oratmangun mengatakan, dalam gagasan kerjasama ASEAN, pihaknya
selalu berkoordinasi dengan kementerian lain. Salah satunya adalah dalam
membentuk ASEAN Maritim Forum.

C. Indonesia Belum Merdeka Di Laut


Setelah 67 tahun merdeka Indonesia belum sepenuhnya terbebas dari
"penjajahan". Kemerdekaan masih tergadaikan. Pengelolaan ekonomi masih
dikuasai negara asing, kelompok dan ideologi yang berkepentingan. Tak
terkecuali potensi laut Indonesia yang begini besar. Pemerintah tak berdaya
mengaturnya.Melihat luas laut Indonesia yang mencapai 5,8 juta km2, tediriri dari
0,3 juta km2 perairan teritorial, 2,8 juta km2 perairan pedalaman dan kepulauan,
2,7 juta km. Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE), dikelilingi lebih 17.504 pulau,
dengarr panjang pantai 81,000 kilometer, ini semua adalah sumber kekayaan yang
luar biasa.
Namun di usianya yang lebih dari setengah abad, Indonesia masih Negara
berkembang dengan tingkat pengangguran dan kemiskinan tinggt, GNP per kapita
kecil (2.300 dolar AS), serta daya saing ekonomi rendah. Bahkan, The United
Nations Development Programrne(UNDP) menempatkan Indonesia di peringkat
108 untuk indeks pembangunan manusia (IPM). Padahal, potensi ekonomi
kelautan lndonesia diperkirakan mencapai Rp7.200 triliun per tahun atau enam
kali lipat dari APBN 2011 (Rp299 triliun) dan satu setengah kali PDB saat ini
(Rp5.triliun). Lapangan kerja yang akan tercipta lebih dari 30 juta orang.

12
Jika semua potensi tersebut dimanfaatkan dengan benar tanpa dirongrong
pihak-pihak tertentu, rakyat lrdonesia akan merdeka dalam arti sebenaya.
Indonesia tidak lagi menjadi bangsa budak, yang menjadi pembantu di negeri
orang dan kuli di negeri sendiri. Untuk itu pemerintah harus segera mengubah
paradigm pembangunan agar lebihberpihak pada rakyat danbangsa. Apalagi
potensi laut lndonesia bisa menggerakkan roda perekonomian nasional. Mulai dari
sektor perikanan, pertambangan dan energi, pariwisata bahari, perhubungan laut,
sumber daya pulau-pulau kecil, industri sampai dengan jasa maritim.Ke depan
ekonomi kelautan akan semakin strategis seiring dengan pergeseran pusat
ekonomi dunia dari Atlantik ke Asia-Pasifik.
Ekonomi yang tumbuh rata-rata di atas tujuh persen membuat Indonesia
pemah tercatat sebagai salah satu keajaiban ekonomi dunia. Pembangunan
infrastruktur terhenti, bahkan semakin tak terawat. Sekolah-sekolah Inpres yang
dibangun peninggalan masa lalu rusak berat. Jumlah pengangguran terus
bertambah dan penduduk miskin tidak bisa dientaskan. Demokrasi ternyata bukan
jaminan kemerdekaan ekonomi. Karena itu orang merindukan keberhasilan nation
building Soekarno dan pembangunan ekonomi Soeharto. Rakyat kian tak sabar
melihat kemajuan yang melambat sementara bangsa lain makin maju. Kondisi ini
tidak boleh dibiarkan berlama-lama. Indonesia harus kembali ketitahnya sebagai
negara kepulauan. Membangun persepsi dan visi masa depan cemerlang sebagai
negara maritim. Demokrasi harus dijadikan modal melepaskan diri dari belenggu
masa lalu dan euforia realita masa kini.
Masterplan Percepatan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan
upaya untuk mempercepat pembangunan ekonomi Indonesia. Melalui langkah
MP3EI, percepatan dan perluasan pembangunan akan menempatkan Indonesia
sebagai negara maju pada 2025 dengan pendapatan per kapita berkisar antara
14.250-15.500 dolarAS dengan nilai total perekonomian (PDB) antara 4,0-4,5
triliun dolar AS. Untuk mewujudkannya diperlukan pertumbuhan ekonomi riil
sebesar 6,4-7,5 persen pada periode 2011.-2014, dan sekitar 8,0-9, 0 persen pada
period e 201.5 -2025. Pertumbuhan ekonomi tersebut harus dibarengi penurunan
inflasi sebesar 6,5 persen pada periode 2011-2014 menjadi tiga persen pada 2025.

13
Model kombinasi pertumbuhan dan inflasi ini mencerminkan karakteristik menuju
negara maju.
Jika itu berjalan pertumbuhan PDB akan mengalami perbaikan, yaitu dari
4,5 persen pada 2009 menjadi 6,1. persen pada 201.0, dan pada 2011 diharapkan
mencapai 6,4 persen. Untuk menjadikan Indonesia sebagai highincome country
dengan pendapatan per kapita mencapai 14.900 dolar AS pa da2025 di perlukan
pertumbuhan ekonomi tinggi, inklusif, berkualitas, dan berkelaniutan.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia harus berada antara 7,5-9 petsenper tahun.
Namun melihat realita, Indonesia belum sepenuhnya merdeka, terutama di
sektor laut. Prinsip negara maritim harus segera dikembalikan baik dalam bentuk
regulasi, kebijakan mauPun peraturan. Ini berlaku mulai dari tingkat nasional
sampai dengan daerah yang ada di perbatasan. Bagi saya jika kita tidak bisa
mengembalikan posisi bangsa sebagai negara maritim, artinya Indonesia
melupakan kekuatannya. Karena memang kekuatan Indonesia ada di laut. Tapi
saat ini pertahanan laut kita keteteran, menjadi Negara maritim bagi saya bisa
mengembalikan kejayaan Indonesia. Banyak industri-industri maritim yang bisa
digarap, dan itu sangat luar biasa. saat ini kan yang diambil hanya sekadar ikan,
dan belum menjadi industrialisasi.
Jika presidennya menyatakan Indonesia sebagai negara maritim, dengan
semua kegiatan sosial, politik, ekonomi, budaya dan pertahanan yang berbasis
kelautan, negeri ini bisa bergerak cepat. Yang ditakuti negara luar secara
geopolitik kan laut kita. Tapi itu juga bisa menjadi kelemahan kita. saat ini
kenyataannya laut adalah kelemahan kita. Ditilik dari sejarah, tidak terbantahkan
Indonesia adalah Negara maritim. Hal ini bisa dilihat di kerajaan sriwijaya yang
begitu kuat dan disegani bangsa lain. Kesalahan ini bukan lagi berurusan pada
pejabat kecil. Karena pejabat di daerah sebetulnya akan mengikuti apa yang
disampaikan pemerintah Pusat. Jika presidennya mengatakan, Indonesia adalah
negara maritim, maka semua alokasi APBN kita arahkan untuk membangun
kelautan.
Menurut Fadjroel, presiden itu tugasnya hanya dua, memilih dan
bertindak. Memilih negara maritim dan bertindak bahwa Indonesia adalah negara

14
maritim. Sejarah telah menunjukkan bahwa Indonesia Punya kapasitas kejayaan
seperti era Sriwijaya. Indonesia memang sudah merdeka baik secara de facto
maupun de jure. Tetapi, apakah bangsa ini sudah mengisi kemerdekaan?
Itulah yang belum terlihat. Belurn dimanfaatkannya kekayaan laut menjadi
bukti. Revitalisasi untuk membangun kembali bahwah bangsa ini adalah bangsa
maritim, sehingga semangat jiw4 etos maritim betul-betul tergambar dalam setiap
langkah. Semangat untuk membangkitkan itu, lanjut Dietriech, sudah diterapkan
di perguruan tinggi terutama kampus yang berbasis kelautan. Mereka sudah
terlihat untuk mengangkat itu. Tapi, masih ada kesenjangan dalam hal
mengaplikasikan tataran teori. Padahal, para akademisi sebetulnya bisa
mendorong.

D. Perlukah Undang-Undang kelautan


Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki wilayah
laut seluas 5,8 juta km2, terdiri dari wilayah territorial sebesar 3,2 juta km2 dan
wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 2,7 juta km2. Namun pada kenyataannya
Rancangan Undang-undang (RUU) Kelautan yang akan memayungi wilayah
maritim Indonesia belum juga selesai.
Melihat cakupan wilayah nusantara yang begitu luas, Indonesia memiliki
keanekaragaman sumber daya alam laut yang potensial. Di dalamnya terhampar
17.504 pulau dengan garis pantai sepaniang 81.000 km. Sebagai negara maritim
dengan luas lautan dua pertiga dari daratan, Indonesia sudah semestinya memiliki
Payung hukum untuk kesejahteraan rakyat dan melindungi wilayahnya dari
ancaman luar. Namun RUU Kelautan hingga kini belum tuntas. Padahal Undang
undang (UU) Kelautan atau lebih tepat disebut UU Maritim memitiki fungsi
sangat strategis. Jika UU ini rampung, pemerintah dan stakeholders bisa
menjalankan pembangunan di wilayah laut Indonesia secara terkoordinasi.
Lembaga kementerian dalam menjalankan tugasnya tidak akan tumpang tindih
karena sudah diatur dalam UU tersebut.
Karena itu, Indonesia Maritime Institute (IMI) mendesak Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) RI segera mengesahkan RUU Kelautan dan seharusnya

15
namanya UU Maritim. Hal tersebut didasari karena Indonesia sejak merdeka lahir
sebagai negara kepulauan dalam satu wadah NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia). Bahkan wilayah Indonesia telah mendapat pengakuan dunia melalui
Deklarasi Djuanda 1957 UNCLOS 1982. Perubahan pimpinan nasional dari orde
lama ke orde baru telah mengubah arah kebijakan pembangunan dari Marine
Based Oriented ke Land Based Oriented. Pemerintah orde baru mengubah
Indonesia menjadi negara kepulauan yang berorientasi daratan.
Tidak hanya itu, sejak era orde baru, kebijakan pembangunan Negara
kepulauan diubah menjadi negara agraris yang bervisi continental (inward
looking).Ini sudah salah arah. Negara kepulauan sejatinya menganut visi maritim
(outward looking). Undang-undang Kelautan yang akan disahkan itu harus
mengembalikan arah kebijakan pembangunan nasional ke orientasi pembangunan
menuju Indonesia sebagai negara maritim. Bukan lagi negara agraris.
Letak geografis Indonesia yang sangat strategis sebagai jalur lalu lintas
perdagangan dunia, memerlukan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan wilayah
laut secara maksimal. Ditambah sumber daya alam hayati dan non hayati yang
melimpah, seharusnya bias dimanfaatkan dengan baik. Bahkan, Deklarasi
Djuanda 1957 dan UNCLOS 1982 menempatkan Indonesia sebagai negara
kepulauan dengan potensi ekonomi maritim sangat besar. Sudah semestinya
dalam Penyusunan RUU Kelautan tidak ada aturan yang tumpang tindih dengan
perundang-undangan yang telah ada. RUU Kelautan secara kompleks mengatur
pengelolaan laut, di antaranya terkait perikanan, pertambangan, pelayaran,
industri kelautan, pariwisata, penegakan kedaulata, dan perlindungan laut.
RUU kelautan diharapkan meneguhkan kebijakan kelautan. Namun,
substansi RUU tersebut masih berpotensi tumpang tindih dengan undang-undang
yang sudah ada. Aturan mengenai konservasi misalnya, sudah diatur dalam UU
No 45/2009, tentang Perikanan. Ketentuan tentang kedaulatan laut sudah diatur
dalam UU No 61/1996, tentang Perairan Indonesia dan UU No 17/1985, tentang
Ratifikasi Konvensi Hukum Laut Internasional.

16
a) UU kelautan payungi masyarakat maritim
RUU Kelautan ini bisa menjadi payung hukum bagi nelayan. Mereka akan
terlindungi atas aktivitas penambangan timah di laut yang menyebabkan
kerusakan terumbu karang. Hal ini berpengaruh atas minimnya hasil tangkapan
ikan nelayan. Bahar mengatakan dengan RUU ini perusahaan atau penambang
yang melakukan pencemaran lingkungan dapat dikenakan sanksi. Selama ini
sanksi yang diberikan terhadap kerusakan dan pencemaran laut baru diatur dalam
Peraturan Presiden (Perpres). Karena itu, RUU Kelautan sangat penting, karena
negara Indonesia merupakan wilayah kepulauan yang memiliki potensi laut sangat
besar, yang dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk kesejahteraan masyarakat
terutama nelayan.

b) DPR sibuk manuver politik lupakan ruu kelautan


Terbengkalainya Rancangan Undang-undang (RUU) Kelautan karena
ketidakseriusan dan ketidakmengertian Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI
terhadap kondisi real wilayah Indonesia. Mereka lebih mengutamakan
pembangunan di sektor daratan. Sementara pandangan Indonesia sebagai negara
maritim dianggap para wakil rakyat sebelah mata. Menanggapi terbengkalainya
penyelesaian RUU Kelautan Profesor Kelautan dari Institut Pertanian Bogor
(IPB), Prof Indra |aya mengatakan sudah tidak aneh lagi jika ada kelambatan
pemerintah dan DPR dalam pembahasan laut. Saya kira DPR memandang
masalah kelautan terlalu kompleks, karena lintas sektoral. Di kalangan DPR
sendiri tidak ada kesamaan visi bahwa laut sebagai salah satu sektor yang harus
diprioritaskan. Belum terlihat DPR sampai ke situ dan masih sangat lernah.

E. Jumlah Pulau Sebenarnya Di Indonesia


pemerintah belum sepakat berapa jumlah pulau yang tersebar di negeri ini.
Data yang dimiliki Kementerian Pertahanan tercatat ada17.514 pulau. Di
kementerian lain jumlah ini berbeda. Pulau-pulau di Indonesia terbentuk pada
zaman Miocene (12 juta tahun sebelum masehi); Palaeocene (70 juta tahun
sebelum masehi); Eocene (30 juta tahun sebelum masehi); Oligacene (25 juta

17
tahun sebelum masehi). Seiring dengan datangnya orang-orang dari tanah daratan
Asia, maka Indonesia dipercaya sudah ada pada zarnafl Pleistocene (4 juta tahun
sebelum masehi). Pulau-pulau terbentuk sepanjang garis yang berpengaruh kuat
antara perubahan lempengan tektonik Australia dan Pasifik.
Ribuan pulau di Indonesia terbentuk dan tersebar luas. Mulai dari pulau
kecil, pulau besar sampai dengan pulau pasung-surut mewarnai indahnya alam
Nusantara. Kondisi geografis ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan
terbesar di dunia. Namun, buruknya penataan data mengenai jumlah pulau
membuat simpang siur. Data jumlah pulau yang diyakini selama ini adalah 77.504
pulau dan 17.480 pulau. Namun, tidak sedikit yang ragu dengan memilih
menyebutkan jumlah pulau di Indonesia dengan kalimat "lebih dari 17.000 pulau".
Polemik mencuat karena jumlah pulau di Indonesia dari tahun ke tahun sering
mengalami perubahan. Sebagai bukti, pada 1968-1987, pemerintah mengklaim
Indonesia terdiri atas 73.667 pulau.
Pada l972, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mempublikasikan
bahwa hanya 6.127 pulauyang telah mempunyai nama. Publikasi ini tanpa
menyebutkan jumlah pulau secara keseluruhan. Selanjutnya pada1987 , Pusat
Survei dan Pemetaan ABRI (Passurta) menyatakan, jumlah pulau di Indonesia
adalah 17.504. Dari jumlah itu hanya 5.707 pulau yang telah memiliki nama ptiau
yang telah memiliki nama.
Pada 1992, giliran Badan Kordinasi Survei dan Pemetaan Nasional
(Bakosurtanal) menerbitkan'Gazetteer Nama-nama Pulau dan Kepulauan
Indonesia. Mereka mencatat hanya 5.489 pulau yang telah memiliki nama.
Kemudian pada 2002, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan),
berdasarkan citra satelit mengklaim jumlah pulau di Indonesia adalah 18.306
buah. Disusul Kementerian Riset dan Teknologi, pada 2003. Berdasarkan citra
satelit mereka menyebutkan Indonesia memiliki 18.110 pulau.
Pada 2004, Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia, merilis bahwa
jumlah pulau di Indonesia adalah 17.504 batu dan 7.870 di antaranya telah
memiliki nama, sisanya 9.634 pulau belum dinamai. Pada Agustus 2009, jumlah
pulau kembali dikoreksi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Menteri

18
KKP saat itu, Freddy Numberi menyatakan, pulau di Indonesia berjumlah
17.480buah. Dari jumlah tersebut baru 4.891 pulau yang telah diberi dan
didaftarkan ke Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Ironisnya, pada Agustus 2010, Kementerian Kelautan dan Perikanan
merevisi jumlah pulau di negeri ini, dari 17.480 menjadi hanya 13.000. Lalu,
berapa sebenarnya jumlah pulau yang dimiliki Indonesia. Kenapa ciatanya
berubah-rubah? Kondisi ini tidak hanya membingungkan masyarakat umum, tapi
juga berimbas terhadap sistem pendidikan di sekolah. Karena setiap Pertanyaan
jumlah pulau diajukan, tidak ada jawaban yang pasti. Mereka dibuat bingung.
Polemik jumlah pulau di Indonesia disebabkan perbedaan pengertian
tentang pulau yang dijadikan acuan dan metode survei. Selain itu, banyak nama-
nama pulau yang sama atau bahkan satu pulau disebutkan dalam dua atau lebih
nama yang berbeda. Sejak 2006, berdasarkan Keputusan Presiden No 11/21/2006
telah dibentuk Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi. Tim yang terdiri atas
Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertahanan, Menteri Luar Negeri, Menteri
Kelautan dan Perikanary Menteri Pendidikan Nasional dan Bakosurtanal (sebagai
Sekretaris) tersebut menjadi lembaga yang memiliki otoritas dalam penetapan
nama-nama geografis (National Authority On Geographical Names) di Indonesia.
Hasil survei dan verifikasi terakhir Kementerian Kelautan ikan
danPerikanan (KKP) diketahui bahwa Indonesia hanya memiliki sekitar 13.000
pulau yang menyebar dari Sabang hingga Merauke. Tercata! sekitar tahun 2006-
2007 mulai dibentuk tim Toponimi lintas institusi yang tugasnya mengidentifikasi
pulau-pulau RI sesuai dengan kaidah penamaan yang identifikasi pulau yang
diakui oleh PBB. Akhir tahun 2010, jumlah yang diverifikasi oleh tim Toponimi
tersebut adalah 13.487 buah pulau. Temyata banyak pulau yang selama ini ada
salah identifikasi, nama ganda, termasuk gunakan bahasa daerah. Jumlah inilah
yang kemudian dikirimkan ke PBB untuk mendapatkan pengakuan formal.
Pemerintah kala itu mempertimbangkan, PBB tidak begitu saja mengakui
klaim sebuah negara. Ada kaidah mengidentifikasi sebuah pulau, misalnya nama,
koordinat, dan berbagai aturan lainnya. Penamaan pulau harus mengikuti Resolusi
PBB yang iadi prosedur tetap, baik proses, pengumpulan info, dan strategi

19
verifikasinya. Misalrry4 pulau harus diktmiungi dan dianggap sah jika diucapkan
minimal dua orang penduduk lokal dengan Pensgunaan dialek yang persis.
Sementera defenisi tentang pulau yang dimaksud mengacu UNCLOS, yaitu
dikelilingi air laut, alamiah, dan tetap muncul di atas pasang surut tertinggi.

20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejak zaman kerajaan-kerajaan jauh sebelum Indonesia merdeka,
semangat maritim sudah menggelora di bumi pertiwi tercinta ini, bahkan beberapa
kerajaan zaman itu mampu menguasai lautan dengan armada perang dan dagang
yang besar. Namun, semangat maritim tersebut menjadi luntur tatkala Indonesia
mengalami penjajahan oleh pemerintah kolonial Belanda. Pola hidup dan orientasi
bangsa "dibelokkan" dari orientasi maritime ke orientasi agraris (darat).
Faktor terpuruknya perekonomian Indonesia adalah paradigm
Pembangunan yang berorientasi ke daratan (land-based development). Sementara
laut hanya diperlakukan sebagai tempat eksploitasi sumber daya alam (SDA),
pembuangan limbah, dan kegiatan ilegal. Untuk ini diperlukan Maritime Policy
untuk mengembalikan perekonomian Indonesia ke titahnya sebagai negara
kepulauan.
Dalam membangun Indonesia sebagai negara maritim dibutuhkan satu
wadah kementerian koordinator yang ditunjang undang undang kelautan. Sebut
saja kementerian koordinator kelautan atau maritim.
Setelah 67 tahun merdeka Indonesia belum sepenuhnya terbebas dari
"penjajahan". Kemerdekaan masih tergadaikan. Pengelolaan ekonomi masih
dikuasai negara asing, kelompok dan ideologi yang berkepentingan. Tak
terkecuali potensi laut Indonesia yang begini besar. Pemerintah tak berdaya
mengaturnya.
Letak geografis Indonesia yang sangat strategis sebagai jalur lalu lintas
perdagangan dunia, memerlukan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan wilayah
laut secara maksimal. Ditambah sumber daya alam hayati dan non hayati yang
melimpah, seharusnya bias dimanfaatkan dengan baik. Bahkan, Deklarasi
Djuanda 1957 dan UNCLOS 1982 menempatkan Indonesia sebagai negara
kepulauan dengan potensi ekonomi maritim sangat besar.

21
Hasil survei dan verifikasi terakhir Kementerian Kelautan ikan
danPerikanan (KKP) diketahui bahwa Indonesia hanya memiliki sekitar 13.000
pulau yang menyebar dari Sabang hingga Merauke.

B. Saran
Pemerintah bersama seluruh pemangku kepentingan merumuskan dan
memasyarakatkan persepsi kelautan yang tepat bagi bangsa Indonesia, yakni laut
sebagai tali kehidupan dan masa depan bangsa. Dengan persepsi demikian
tersebut dapat memacu kesadaran akan arti penting dan strategis masalah maritim
dalam pembangunan nasional.

22
DAFTAR PUSTAKA

Agustina Kirana,.Paonganan, Y., Zulkipli L.M. 9 perspektif menuju masa depan


maritime Indonesia.
http://erwinalien.blogspot.co.id/2015/01/makalah-maritim.html
http://asfarsyafar.blogspot.co.id/2013/10/makalah-wawasan-sosial-budaya-
maritim.html
http://beritacomunity.blogspot.co.id/2014/10/wawasan-kemaritiman.html
http://cahayamanfaat.blogspot.co.id/2015/04/manfaat-indonesia-sebagai-negara-
maritim.html

23

Anda mungkin juga menyukai