Anda di halaman 1dari 13

EKSISTENSI INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN

Latar Belakang
Jauh sebelum masa kemerdekaan, Indonesia ternyata sudah dikenal dunia sebagai
sebagai Bangsa yang memiliki Peradaban maritim maju. Bahkan, bangsa ini pernah
mengalami masa keemasan pada awal abad ke-9 Masehi. Sejarah mencatat bangsa Indonesia
telah berlayar jauh dengan kapal bercadik. Dengan alat navigasi seadanya, mereka telah
mamapu berlayar ke utara, lalu ke barat memotong lautan Hindia hingga Madagaskar dan
berlanjut ke timur hingga Pulau Paskah. Dengan kian ramainya arus pengangkutan komoditas
perdagangan melalui laut, mendorong munculnya kerajaan-kerajaan di Nusantara yang
bercorak maritim dan memiliki armada laut yang besar.
Memasuki masa kerajaan Sriwijaya, Majapahit hingga Demak, Nusantara adalah
negara besar yang disegani di kawasan Asia, maupun di seluruh dunia. Sebagai kerajaan
maritim yang kuat di Asia Tenggara, Sriwijaya (683-1030 M) telah mendasarkan politik
kerajaannya pada penguasaan alur pelayaran dan jalur perdagangan serta menguasai wilayahwilayah strategis yang digunakan sebagai pangkalan kekuatan lautnya. Tidak hanya itu,
Ketangguhan maritim kita juga ditunjukkan oleh Singasari di bawah pemerintahan
Kertanegara pada abad ke-13. Dengan kekuatan armada laut yang tidak ada tandingannya,
pada tahun 1275 Kertanegara mengirimkan ekspedisi bahari ke Kerajaan Melayu dan Campa
untuk menjalin persahabatan agar bersama-sama dapat menghambat gerak maju Kerajaan
Mongol ke Asia Tenggara. Tahun 1284, ia menaklukkan Bali dalam ekspedisi laut ke timur.
Puncak kejayaan maritim nusantara terjadi pada masa Kerajaan Majapahit (12931478). Di bawah Raden Wijaya, Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, Majapahit berhasil
menguasai dan mempersatukan nusantara. Pengaruhnya bahkan sampai ke negara-negara
asing seperti Siam, Ayuthia, Lagor, Campa (Kamboja), Anam, India, Filipina, China. Kilasan
sejarah itu tentunya memberi gambaran, betapa kerajaan-kerajaan di Nusantara dulu mampu
menyatukan wilayah nusantara dan disegani bangsa lain karena, paradigma masyarakatnya
yang mampu menciptakan visi Maritim sebagai bagian utama dari kemajuan budaya,
ekonomi, politik dan sosial. Tentu saja, Sejarah telah mencatat dengan tinta emas
bahwasannya Sriwijaya dan Majapahit pernah menjadi kiblat di bidang maritim, kebudayaan,
dan agama di seluruh wilayah Asia.
Fakta sejarah lain yang menandakan bahwa Bangsa Indonesia terlahir sebagai bangsa
Maritim dan tidak bisa dipungkiri, yakni dibuktikan dengan adanya temuan-temuan situs
prasejarah dibeberapa belahan pulau. Penemuansitus prasejarah di gua-gua Pulau Muna,
Seram dan Arguni yang dipenuhi oleh lukisan perahu-perahu layar, menggambarkan bahwa
nenek moyang Bangsa Indonesia merupakan bangsa pelaut, selain itu ditemukannya
kesamaan benda-benda sejarah antara Suku Aborigin di Australia dengan di Jawa
menandakan bahwa nenek moyang kita sudah melakukan hubungan dengan bangsa lain yang
tentunya menggunakan kapal-kapal yang laik layar.
Namun, ironisnya dalam perjalanan kedepan bangsa Indonesia, Visi mritim Indonesia
seperti jauh ditenggelamkan. Pasalnya, sejak masa kolonial Belanda abad ke -18, masyarakat
Indonesia mulai dibatasi untuk berhubungan dengan laut, misalnya larangan berdagang selain
dengan pihak Belanda, padahal sebelumnya telah muncul beberapa kerajaan maritim
nusantara, seperti Bugis-Makassar, Sriwijaya, Tarumanegara, dan peletak dasar kemaritiman

Ammana Gappa di Sulawesi Selatan. Belum lagi, pengikisan semangat maritim Bangsa ini
dengan menggenjot masyarakat untuk melakukan aktivitas agraris demi kepentingan kaum
kolonialis semata. Akibatnya, budaya maritim bangsa Indonesia memasuki masa suram.
Kondisi ini kemudian berlanjut dengan minimnya keberpihakan rezim Orde Baru untuk
membangun kembali Indonesia sebagai bangsa maritim. Akibatnya, dalam era kebangkitan
Asia Pasifik, pelayaran nasional kita kalah bersaing dengan pelayaran asing akibat kurangnya
investasi.
Patut disadari, bahwa kejayaan para pendahulu negeri ini dikarenakan kemampuan
mereka membaca potensi yang mereka miliki. Ketajaman visi dan kesadaran terhadap posisi
strategis nusantara telah membawa negara ini disegani oleh negara-negara lain. Maka, sudah
saatnya, bagi kita yang sudah tertinggal jauh dengan negara lainnya, untuk kembali
menyadari dan membaca ulang narasi besar maritim Indonesia yang pernah diikrarkan dalam
Unclos 1982. Didalamnya banyak termaktub peluang besar Indonesia sebagai negara
kepulauan. Namun, lagi-lagi lemahnya perhatian dan keberpihakan pemerintah terhadap
kemaritiman yang didalamnya mencakup, keluatan, Pesisir, dan perikanan, maka beberapa
kerugian yang didapatkan. Seperti lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan pada tahun 2002
dengan alasan ineffective occupation atau wilayah yang diterlantarkan.
Minimnya keberpihakan kepada sektor maritim (maritime policy) salah satunya
menyebabkan masih semrawutnya penataan selat Malaka yang sejatinya menjadi sumber
devisa; hal lainnya adalah pelabuhan dalam negeri belum menjadi international hub port,
ZEE yang masih terlantar, penamaan dan pengembangan pulau-pulau kecil, terutama di
wilayah perbatasan negara tidak kunjung tuntas, serta makin maraknya praktik illegal fishing,
illegal drug traficking, illegal people, dan semakin meningkatnya penyelundupan di perairan
Indonesia. Padahal, sejatinya posisi strategis Indonesia banyak memberikan manfaat,
setidaknya dalam tiga aspek, yaitu; alur laut kepulauan bagi pelayaran internasional (innocent
passage, transit passage, dan archipelagic sea lane passage) berdasarkan ketentuan IMO;
luas laut territorial yang dilaksanakan sejak Deklarasi Djuanda 1957 sampai dengan Unclos
1982 yang mempunyai sumberdaya kelautan demikian melimpah; dan sumber devisa yang
luar biasa jika dikelola dengan baik.
Terkait dengan visi pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan bangsa Indonesia secara menyeluruh dan merata, tentunya, seiring dengan
tujuan tersebut, maka dibutuhkan kemampuan pertahanan dan keamanan yang harus
senantiasa ditingkatkan agar dapat melindungi dan mengamankan hasil pembangunan yang
telah dicapai. Karena, pemanfaatan potensi sumber daya nasional secara berlebihan dan tak
terkendali dapat merusak atau mempercepat berkurangnya sumber daya nasional.
Pesatnya perkembangan teknologi dan tuntutan penyediaan kebutuhan sumber daya
yang semakin besar mengakibatkan sektor laut dan pesisir menjadi sangat penting bagi
pembangunan nasional. Oleh karena itu, perubahan orientasi pembangunan nasional
Indonesia ke arah pendekatan maritim merupakan suatu hal yang sangat penting dan
mendesak. Wilayah laut harus dapat dikelola secara profesional dan proporsional serta
senantiasa diarahkan pada kepentingan asasi bangsa Indonesia. Beberapa fungsi laut yang
harusnya menjadi pertimbangan pemerintah dalam menetapkan kebijakan-kebijakan berbasis
maritim adalah; laut sebagai media pemersatu bangsa, media perhubungan, media
sumberdaya, media pertahanan dan keamanan sebagai negara kepulauan serta media untuk
membangun pengaruh ke seluruh dunia.

Oleh karena itu, sebagai suatu langkah yang konkrit, dibutuhkan semangat yang konsisten
dan kerja-kerja nyata demi mengembalikan kejayaan maritim bangsa Indonesia. Tentunya,
juga diperlukan suatu gerakan moral untuk terus mengumandangkan semangat maritim ini
pada semua lapisan masyarakat Indonesia untuk kembali menyadari keberadaan Indonesia
sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, sebuah gerakan yang berintegritas tinggi UNTUK
MENGEMBALIKAN KEJAYAAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA MARITIM TERBESAR
DI DUNIA. Tentunya Mengembalikan semangat maritim itu tidak mudah, diperlukan upaya
yang serius dari semua elemen bangsa. Namun, bukan mustahil jika Indonesia Maritime
Institute, akan menjadi pelopor dari gerakan mengembalikan sejarah keemasan Indonesia
sebagai bangsa yang ber-Visi maritim. Karena harus disadari, bagaimanapun gagasan ini lahir
dari sebuah realita kehidupan masyarakat Indonesia yang sebenarnya lebih banyak
bersentuhan langsung dengan dunia maritim. Mereka hidup dan beninteraksi langsung
dengan kekayaan sumberdaya laut yang begitu besar. Tapi tragis, sekian lama kehidupan
mereka sangat memprihatinkan. Dari generasi ke generasi mereka selalu mendapat predikat
masyarakat miskin. Inilah potret masyarakat maritim yang seharunya menjadi garda terdepan
pembangunan nasional Indonesia yang secara de fakto berada pada suatu wilayah dengan luas
lautan 75 persen dari luas wilayahnya dan merupakan negara kepualaun terbesar di dunia.
Disamping itu, keterpurukan bangsa Indonesia yang mulai dirasakan sekarang ini
karena kebijakan pembangunan nasional yang sekian tahun berorintasi ke continental based,
padahal potensi dan realita sebagai Negara Kepulauan harusnya visi maritime menjadi
landasan utama dalam menetukan arah kebijakan pembangunan nasional.

Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia, yang 2/3 wilayahnya merupakan
wilayah lautan
Indonesia merupakan negara maritim atau kepulauan terbesar didunia, antara pulau
satu dengan pulau lainnya dipisahkan oleh laut, tapi bukanlah menjadi penghalang bagi setiap
suku bangsa di Indonesia untuk saling berhubungan dengan suku-suku di pulau lainnya.
Sejak zaman bahari, pelayaran dan perdagangan antar pulau telah berkembang dengan
menggunakan berbagai macam tipe perahu tradisional, nenek moyang kita menjadi pelautpelaut handal yang menjelajahi untuk mengadakan kontak dan interaksi dengan pihak luar.
Bahkan, yang lebih mengejutkan lagi, pelayaran yang dilakukan oleh orang-orang Indonesia
(Nusantara) pada zaman bahari telah sampai ke Mandagaskar.
Bukti dari berita itu sendiri adalah berdasarkan penelitian yang dilakukan yaitu tipe jukung
yang sama yang digunakan oleh orang-orang Kalimantan untuk berlayar Fantastis. Pada
zaman bahari telah menjadi Trade Mark bahwa Indonesia merupakan negara maritim.
Indonesia merupakan negara maritim yang mempunyai banyak pulau, luasnya laut menjadi
modal utama untuk membangun bangsa ini. Indonesia adalah Negara kepulauan, Indonesia
adalah Nusantara, Indonesia adalah Negara Maritim dan Indonesia adalah Bangsa
Bahari,Berjiwa Bahari serta Nenek Moyangku Orang Pelaut bukan hanya merupakan
slogan belaka,
Laut dijadikan ladang mata pencaharian, laut juga dijadikan sebagai tempat menggalang
kekuatan, mempunyai armada laut yang kuat berarti bisa mempertahankan kerajaan dari

serangan luar. Memang, laut dalam hal ini menjadi suatu yang sangat penting sejak zaman
dahulu sampai zaman sekarang. Dengan mengoptimalkan potensi laut menjadikan bangsa
Indonesia maju karena Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk
mengembangkan laut. Laut akan memberikan manfaat yang sangat vital bagi pertumbuham
dan perkembangan perekonomian Indonesia atau perdaganagan pada khususnya.
Melihat bagaimana kejayaan masa lampau diperoleh karena mengoptimalkan potensi
laut sebagai sarana dalam suksesnya perekonomian dan ketahanan politik suatu negara, maka
menjadi suatu hal yang wajar bila sekarang ini Indonesia harus lebih mengembangkan laut
demi tercapianya tujuan nasional. Indonesia menyandang predikat Negara Maritim atau
negara kepulauan,
Konsekwensi sifat maritim itu sendiri lebih mengarah pada terwujudnya aktifitas
pelayaran di wilayah Indonesia. Dalam kalimat ini bahwa Indonesia sebagai negara
kepulauan dalam membangun perekonomian akan senantiasa dilandasi oleh aktivitas
pelayaran. Pentingnya pelayaran bagi Indonesia tentunya disebabkan oleh keadaan
geografisnya, posisi Indonesia yang strategis berada dalam jalur persilangan dunia, membuat
Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengembangkan laut. Laut akan
memberikan manfaat yang sangat vital bagi pertumbuham dan perkembangan perekonomian
Indonesia atau perdaganagan pada khususnya.

Perkembangan Wilayah Administrasi Indonesia


Pada awalnya berdiri negara kesatuan Republik Indonesia terdiri atas 8 provinsi yang
ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 19 Agustus
1945 yaitu sebagai berikut:
1. Sumatra
2. Jawa Barat
3. Jawa Tengah
4. Jawa Timur
5. Sunda Kecil (kepulauan Nusa Tenggara)
6. Kalimantan
7. Sulawesi
8. Maluku
Pada tahun 1950, provinsi di Indonesia jumlahnya 11. Hasil pemekaran dari Provinsi Sumatra
yaitu Provinsi Sumatra Utara, Sumatra Tengah dan Sumatra Selatan. Provinsi Jawa Tengah
dimekarkan menjadi Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Perkembangan jumlah provinsi di Indonesia adalah sebagai berikut :
Pada tahun 1956, jumlah provinsi di Indonesia adalah 15 provinsi.
Pada tahun 1957,jumlah provinsi di Indonesia ada17 provinsi.
Pada tahun 1958, provinsi di Indonesia berjumlah 20 provinsi.
Pada tahun 1959, provinsi di Indonesia berjumlah 20 provinsi.
Pada tahun 1960, provinsi di Indonesia berjumlah 21 provinsi.
Pada tahun 1967, provinsi di Indonesia berjumlah 25 provinsi.
Pada tahun 1969, provinsi di Indonesia berjumlah 26 provinsi.
Pada tahun 1976 , Timor Timur bergabung dengan Indonesia dan menjadi provinsi

ke 27.
Pada tahun 1999, Timor Timur memisahkan diri dari Indonesia dan Provinsi Maluku
dimekarkan menjadi Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara.
Pada tahun 2000, Provinsi di Indonesia berjumlah 32 provinsi.
Pada tahun 2002,Provinsi di Indonesia berjumlah 33 provinsi.
Pada tahun 2004,Provinsi di Indonesia berjumlah 33 provinsi.
Wilayah Laut Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah lautan yang cukup luas.
Wilayah daratannya terdiri dari beribu-ribu pulau. Indonesia merupakan negara kepulauan
terluas di dunia, dengan ribuan pulau yang tersebar di khatulistiwa terletak pada posisi silang
yang sangat strategis, yang berada di Benua Asia dan Australia serta Samudra Hindia dan
Pasifik. Wilayah Indonesia pada saat proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945
masih mengikuti Territoriale Zee en Maritieme Ordonantie tahun 1939. Lebar laut wilayah
Indonesia 3 mil diukur dari garis air terendah dari masing-masing pantai pulau Indonesia,
penetapan tersebut tidak menjamin kesatuan wilayah NKRI. Hal ini lebih terasa lagi bila
dihadapkan pada pergolakan-pergolakan dalam negeri pada saat itu. Mengingat keadaan
lingkungan alamnya, persatuan bangsa dan kesatuan wilayah negara menjadi tuntunan utama
bagi terwujudnya kemakmuran dan keamanan. Atas pertimbangan tersebut, maka dikeluarkan
Deklarasi Djuanda pada tanggal 13 Desember 1957.
Deklarasi Djuanda menyatakan bahwa letak geografis Indonesia adalah negara kepulauan
yang terdiri atas ribuan pulau besar dan kecil dengan sifat dan corak tersendiri. Deklarasi
tersebut juga menyatakan bahwa demi keutuhan teritorial dan untuk melindungi kekayaan
negara yang ada di dalamnya, pulau-pulau serta laut yang ada harus dianggap sebagai satu
kesatuan yang bulat dan utuh, yang ditetepkan UU No:4/Prp Tahun 1960 tentang Perairan
Indonesia.
Sejak tahun 1960 luas wilayah berubah dari + 2 juta km2 menjadi + 5 juta km2,
dengan 65 % wilayahnya terdiri atas laut atau perairan. Perairan laut Indonesia berdasarkan
Konvensi Hukum Laut Internasional di Jamaika tahun 1982 dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Batas laut teritorial yaitu 12 mil dari titik terluar sebuah pulau ke laut bebas,. Berdasarkan
batas tersebut, negara Indonesia memiliki kedaulatan atas air, bawah laut, dasar laut, dan
udara di sekitarnya termasuk kekayaan alam di dalamnya.
2. Batas landas kontinen sebuah negara paling jauh 200 mil dari garis dasar ke laut bebas
dengan kedalaman tidak lebih dari 200 meter. Ladas kontinen adalah dasar laut dari arah
pantai ke tengah laut dengan kedalaman tidak lebih dari 200 meter.
3. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) ditarik dari titik terluar pantai sebuah pulau sejauh 200
mil. Dengan bertambahnya luas perairan Indonesia, maka kekayaan alam yang terkandug di
dalamnya bertambah pula. Oleh karena itu, Indonesia bertanggung jawab untuk melestarikan
dan melindungi sumber daya alam dari kerusakan.
Peta Wilayah Laut Indonesia Berdasarkan Konvensi Hukum Laut Internasional di Jamaika
tahun 1982 perairan laut teritorial Indonesia terdiri atas tiga bagian yaitu laut teritorial, batas
landas kontinen, dan zona ekonomi eksklusif (ZEE). Selain ketiga wilayah perairan laut
masih ada wilayah ini berbeda di dalam dan di antara Kepulauan Indonesia. Contoh wilayah
perairan ini misalnya Laut Jawa, Selat Sunda, Selat Makasar, dan Laut Banda.
Untuk kepentingan persahabatan antar negara maka dlam konvensi Hukum Laut Internasional
ditetapkan adanya lintas damai melalui laut teritorial. Yang dimaksud lintas damai adalah
jalur wilayah laut teritorial yang boleh digunakan oleh pihak asing sepanjang tidak merugikan
bagi kedamaian, ketertiban, dan keamanan negara yang berdaulat.
Laut selain berfungsi sebagai penghubung wilayah satu dengan yang lain dalam
memperlancar hubungan transportasi, juga kekayaan yang terkandung di dalamnya sangat
menopang kehidupan rakyat. Potensi yang ada di laut dapat menimbulkan masalah apabila

pengelolaannya tanpa memperhatikan lingkungan.


Untuk mencegah kerusakan lingkungan laut maka beberapa usaha yang dapat dilakukan
adalah :
1. Membatasi penggunaan beberapa macam alat penangkapan ikan.
2. Alat penangkap ikan berupa pukat harimau dilarang guna melindungi berbagai ikan
tertentu.
3. memperhatikan daerah, jalur, dan musim penangkapan.
4. Mencegah pencemaran dan kerusakan, melakukan rehabilitasi, dan budidaya
sumber daya ikan.
5. Membatasi daerah penangkapan.
6. Pengelolaan sumber daya alam dengan pendekatan lingkungan. Sumber daya alam
harus digunakan secara nasional, tidak merusak lingkungan hidup, dilaksanakan dengan
kebijaksanaan yang menyeluruh, dan memperhatikan generasi yang akan datang.
7. Membuat undang-undang untuk melindungi penyu dan melindungi pantai tempat
penyu bertelur.
8. Mengeluarkan PP No. 17 tahun 1974 tentang Pengawasan Pelaksanaan Eksplorasi
dan Eksploitasi Minyak dan Gas Bumi di daerah lepas pantai untuk menjaga terpeliharanya
lingkungan laut.

[1]

Bentuk dan susunan Undang - Undang No. 4 Prp., tahun 1960 sangat sederhana dan
hanya terdiri dari empat buah pasal. Undang - Undang ini pada hakekatnya merobah cara
penetapan laut wilayah Indonesia dari suatu cara penetapan laut wilayah selebar 4 mil diukur
dari garis pasang surut atau garis air rendah (low-water line) menjadi laut wilayah selebar 12
mil diukur dari garis pangkal lurus yang ditarik dari ujung ke ujung. Seluruhnya ada 200 titik
pangkal yang dihubungkan oleh 196 buah garis pangkal lurus (straight base lines) dengan
jumlah panjang seluruhnya sebesar 8.069,8 mil laut.
Penarikan garis - garis pangkal lurus dari ujung ke ujung dari pulau - pulau terluar nusantara
ini mempunyai dua akibat :
Jalur laut wilayah yang terjadi karenanya melingkari kepulauan
Perairan yang terletak pada sebelah dalam garis pangkal berobah statusnya dari laut wilayah
atau laut lepas (high seas) menjadi perairan pedalaman. Agar supaya perobahan status ini
tidak mengganggu hak lalu lintas kapal asing yang telah ada sebelum cara penetapan batas
laut wilayah. Maka Pasal 3 menyatakan bahwa perairan pedalaman tadi terbuka bagi lalu
lintas damai kendaraan air asing. Secara teknis hukum atau perundang - undangan perobahan
yang diadakan dengan pasal 1 Undang - Undang No. 4 PrP., tahun 1960 ini sebenarnya tidak
seberapa yaitu hanya merobah Pasal 1 ayat angka 1 sampai dengan 4 dari "Territoriale Zee en
Maritime Kringen Ordonantie 1939", (Staatsblad 1939 No. 442) saja. Tetapi perobahan yang
diakibatkannya pada struktur dan luas wilayah yang jatuh dibawah kedaulatan negara
Indonesia sangat besar. Menurut perhitungan yang kasar cara penetapan batas perairan
Indonesia cara diatas, menjadikan luas wilayah negara Indonesia yang tadinya 2,027,087 Km
(daratan) menjadi kurang lebih 5,193,250 Km (darat dan laut). Jadi suatu penambahan
wilayah berupa perairan nasional (laut) sebesar kurang lebih 3,166,163 Km.

Azas Nusantara (azas negara kepulauan Indonesia dan kaitannya dengan Wawasan
Nusantara)
a. Setelah mengikuti sejarah lahirnya azas negara nusantara yang dimulai dengan Deklarasi
Juanda di tahun 1957 dan mengikuti perkembangan selanjutnya hingga diundangkannya
Undang - Undang No. 4 Prp., tahun 1960, kiranya baik untuk dijelaskan arti daripada azas
negara kepulauan ini.
Selain penting dari sudut pertahanan dan politik, azas negara kepulauan, yang dengan
Undang - Undang No. 4 Prp., 1960 telah menjadikannya kenyataan bagi Negara Republik
Indonesia, mempunyai arti penting pula dipandang dari sudut ekonomi. Dengan menyatakan
kedaulatannya atas segala perairan yang terdapat disekitar dan diantara pulau - pulau
Indonesia, kita telah dengan sekaligus menyatakan bahwa segala kekayaan alam baik
mineral, hayati maupun nabati menjadi milik nasional kita. Termasuk pula dalamnya energi
baik yang merupakan kekayaan alam (mineral resource) seperti minyak dan gas bumi
maupun energi yang mungkin dibangkitkan oleh tenaga alam.
Azas negara kepulauan ini juga memberikan dasar atau landasan yang kuat bagi
kebijaksanaan perhubungan dan pengangkutan nasional Indonesia, baik di laut dengan
memberikan dukungan fisik yang jelas pada prinsip "cabotage", maupun pengangkutan dan
perhubungan udara.
Kesatuan antara pulau - pulau dan laut disekitarnya yang dinyatakan oleh azas nusantara ini
dan pengakuan kesatuan yang hakiki antara kehidupan di darat dan di laut di kepulauan
nusantara yang terkandung didalamnya, memberikan yang sangat kuat pada kebijaksanaan
nasional Indonesia tentang pengelolaan lingkungan laut nusantara.
b. Azas nusantara yang mendasari azas negara kepulauan ini penting bagi pemeliharaan
keutuhan dan persatuan ABRI dan telah banyak membantu pimpinan ABRI dan pimpinan
negara dipertengahan kedua tahun enampuluhan untuk mengatasi kecenderungan angkatan angkatan untuk menempuh jalan sendiri masing - masing sebagai akibat perkembangan
politik dalam negeri yang kritis pada waktu itu. Tekad persatuan dan kesatuan bangsa yang
mendasari azas nusantara, ternyata memberikan sumbangan yang besar bagi upaya mengatasi
bahaya perpecahan yang timbul waktu itu karena angkatan - angkatan yang menempuh
jalannya sendiri - sendiri, dengan wawasannya masing - masing. Krisis ini dapat diatasi dan
lahirlah Wawasan Nusantara dengan ABRI yang bersatu padu dan berintegrasi.
Dari uraian diatas jelas kiranya betapa penting artinya azas negara nusantara ini bagi segala
segi kehidupan negara dan bangsa kita. Karenanya tidaklah mengherankan apabila MPR di
tahun 1973 telah menetapkan Wawasan Nusantara sebagai wawasan yang menghayati
pembangunan nasional dalam segala seginya : politik, ekonomi, sosial budaya, maupun
hankam.
c. Apabila dinyatakan apa kaitannya antara azas nusantara, yang dalam hukum laut
internasional berwujud dalam konsepsi negara kepulauan atau konsepsi negara nusantara
(negara kepulauan Indonesia), dan Wawasan Nusantara maka jawabannya adalah suatu
konsepsi negara nusantara merupakan terutama suatu konsepsi kewilayahan nasional,
sedangkan wawasan nusantara merupakan suatu cara pandang kesatuan politik daripada
bangsa dan negara yang mencakup kenyataan geografi wilayah negara sebagai suatu negara
kepulauan. Dapat juga dikatakan bahwa pengertian kesatuan tanah dan air yang terkandung

dalam konsepsi negara nusantara merupakan wadah fisik bagi pengembangan wawasan
nusantara.
Munculnya azas nusantara ini sebagai konsepsi negara kepulauan dalam hukum laut dan
tumbuh bekembangnya konsepsi negara kepulauan sebagai perwujudan azas nusantara ini
merupakan suatu peristiwa sejarah yang kelahirannya terdorong oleh kebutuhan politik waktu
itu, karena itu tidak salah kiranya untuk memandang kebijaksanaan dan langkah - langkah
yang ditempuh oleh Indonesia sejak tahun 1957 itu sebagai tindakan politik.
d. Arti konsepsi nusantara sebagai manifestasi pemikiran politik Indonesia telah dimantapkan
dengan ditetapkannya Wawasan Nusantara sebagai dasar pokok daripada pelaksanaan GBHN
dalam Ketetapan MPR No. IV Tahun 1973. Ditetapkannya wawasan nusantara yang antara
lain menekankan pada prinsip kesatuan wilayah, bangsa dan negara yang memandang
Indonesia sebagai suatu kesatuan yang meliputi tanah (darat) dan air (laut) secara tidak
terpisahkan, merupakan tahapan terakhir daripada perkembangan konsepsi nusantara yang
dimulai sejak akhir tahun 1957.
Kiranya tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa dengan demikian usaha atau perjalanan
bangsa Indonesia menemukan identitasnya kembali telah terlaksana. Hakekat kesatuan darat
(tanah) dan laut (air) ini sebenarnya telah lama ada dalam kesadaran bangsa Indonesia. Hal
ini tercermin dalam kata "tanah air", suatu istilah atau ungkapan yang tidak terdapat dalam
bahasa lain.
Dilihat dari sudut ketatanegaraan ketetapan MPRS tersebut menguatkan apa yang sejak lahir
tahun 1957 menjadi kebijaksanaan negara Republik Indonesia di bidang kewilayahan negara,
khususnya wilayah perairannya, dan telah diundangkan sejak tahun 1960 (Undang - Undang
No. 4 Prp., tahun 1960).
Wawasan Nusantara dalam pembangunan nasional
a. Perpaduan antara konsep ruang dan kesatuan memberikan implikasi bahwa Negara RI di
dalam kesemestaannya merupakan kesatuan yang utuh ; dan ancaman terhadao satu kawasan
laut akan diartikan sebagai ancaman nyata terhadap seluruh wilayah negara RI. Karena itulah
pengukuhan internasional terhadap Azas Negara Kepulauan melalui Konvensi Hukum Laut
adalah sangat kritis.
Wilayah nasional suatu negara merupakan modal dasar kodrati yang perlu didaya-gunakan
semaksimal mungkin untuk kepentingan peningkatan kesejahteraan dan keamanan bangsa.
Kemajuan teknologi, berkurangnya sumber daya alam serta pertambahan jumlah penduduk
telah menjadikan ruang dunia terasa relatif semakin sempit, sedangkan dilain pihak dirasakan
pula bahwa politik kekuasaan negara maju sebaliknya semakin bersifat global. Karena itu
setiap bangsa berusaha menjadikan wilayah nasionalnya masing - masing suatu ruang hidup
yang mampu mendukung kepentingan nasionalnya, dimana perbatasan wilayah nasional tidak
hanya mempunyai dimensi politik dan hukum semata - mata tetapi juga mempunyai dimensi
ekonomi dan budaya bangsa.
Menyempitnya ruang dunia sebagaimana diuraikan diatas membuat aspek wilayah menjadi
faktor yang makin penting didalam pembentukan posisi kekuasaan maupun politik kekuasaan
yang mampu menjamin tegaknya kedaulatan, integritas wilayah serta kesatuan dan persatuan
bangsa.

b. Wawasan nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia, merupakan inti dasar budaya
bangsa Indonesia yang dilandasi oleh falsafah Pancasila serta kondisi dan posisi geografi
wilayah Indonesia yang menentukan pola pikir dan tata laku bangsa dalam mewujudkan
kehidupan nasional yang dikembangkan dengan menumbuhkan rasa tanggung jawab atas
pemanfaatan lingkungannya. Dilain pihak Wawasan Nusantara, sebagai konsepsi geo-politik
bangsa dan negara Indonesia dikembangkan untuk menegakkan kekuasaan guna melindungi
kepentingan nasional serta merentangkan hubungan internasional dalam upaya ikut
menegakkan ketertiban dunia.
Wawasan Nusantara mendasari dinamika bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan nasional
sebagaimana digariskan dalam Pembukaan UUD45 yaitu :
di bidang politik, pertahanan dan keamanan : mempertahankan kemerdekaan dan menjamin
kelanjutan kehidupan bangsa dan negara dan turut serta menegakkan perdamaian dunia ;
di bidang ekonomi : memajukan kesejahteraan umum dan keadilan sosial, dan
di bidang sosial budaya : mencerdaskan kehidupan bangsa
Berdasarkan Wawasan Nusantara yang telah saya jelaskan sejarah kelahiran, pertumbuhan
(evolusi) serta artinya diatas itulah akan diusahakan suatu pendekatan terhadap kebudayaan
nasional Indonesia berdasarkan Wawasan Nusantara.
Sebelum saya akhiri uraian mengenai wawasan nusantara sebagai pengertian persatuan dan
kesatuan bangsa yang disesuaikan dengan kenyataan geografi Indonesia sebagai negara
kepulauan, perlu dikemukakan bahwa tidak kurang pentingnya dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan wawasan nusantara ini adalah bertambah sempurnanya hubungan
pengangkutan (transportation) dan komunikasi (communication) antar pulau yang telah
berlangsung dari tahun ke tahun dan bagi sistim komunikasi antar pulau mencapai titik
puncaknya dengan diadakannya komunikasi satelit domestik Indonesia yang melengkapi
sistim komunikasi yang ada hingga waktu itu.
Adanya tekad bangsa Indonesia menjadi suatu bangsa walaupun hidup berserak di atas pulau
- pulau yang beribu - ribu jumlahnya dan berbeda suku, ditambah dengan sistim alat
perhubungan dan komunikasi yang memungkinkan yang berserakan itu menjadi satu dalam
kenyataan menyebabkan bahwa nusantara merupakan suatu kenyataan dimana ia lebih
daripada sekedar kumpulan daripada pelbagai suku bangsa yang berdiam dipelbagai pulau
belaka.
Kesatuan (entity) inilah yang diikat oleh ideologi dan falsafah yang sama dan didorong oleh
tekad untuk terus langsung hidup sebagai suatu bangsa dan negara yang dimaksudkan dengan
nusantara.
IMPLEMENTASI WAWASAN NUSANTARA DALAM PEMBANGUNAN KAWASAN
TIMUR INDONESIA
Apabila kita memahami uraian dalam halaman - halaman terdahulu mengenai Wawasan
Nusantara, kiranya akan jelas bahwa ia merupakan suatu konsep tentang kesatuan nasional
bangsa Indonesia yang disatu pihak menunjukkan perlu adanya persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia yang bertempat tinggal disuatu negara terdiri dari beribu - ribu pulau yang

berserakan di khatulistiwa bagian timur ini, tetapi dipihak lain memperlihatkan kepekaan dan
ketoleransi yang sangat tinggi terhadap kenyataan yang tidak dapat dipungkiri lagi yaitu
bahwa bangsa Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa dengan tradisi, seni budaya bahkan
dengan bahasa yang berlainan.
Keaneka ragaman budaya berbagai suku yang hidup di Indonesia ini digambarkan dengan
motto yang kita miliki yaitu BHINEKA TUNGGAL IKA. Adanya keaneka ragaman dalam
seni budaya tidak menghalangi terwujudnya cita - cita satu bangsa dan satu negara. Dengan
perkataan lain didalam kehidupan budaya bangsa kita wawasan nusantara sudah dilaksanakan
dengan nyata. Wawasan nusantara itu diartikan sebagai cara pandang bangsa Indonesia yang
walaupun beraneka ragam budayanya dan hidup tersebar diantara beribu - ribu pulau di
nusantara tetap melaksanakan tekadnya untuk hidup bersatu sebagai satu bangsa yaitu bangsa
Indonesia. Untuk memantapkan keanekaragaman kehidupan budaya dalam persatuan dalam
bangsa ini, Yayasan Nusantara Jaya dengan kerja sama dengan Departemen P & K, Dirjen
Kebudayaan setiap tahun menyelenggarakan lokakarya orang - orang yang bekerja dalam
permuseuman. Mereka mengadakan pertemuan untuk lebih mendalami lagi dan
meningkatkan kemahiran dalam segala sesuatu yang berkaitan dengan kemuseuman termasuk
aspek - aspek administrasi dan manajemen museum.
Ternyata pertemuan dan lokakarya ini dirasakan sebagai sesuatu yang bermanfaat oleh
kalangan permuseuman. Hasilnya nampak dengan kemajuan dengan adanya staff
permuseuman yang akhir - akhir ini menampakkan kemajuan dengan adanya staff
permuseuman yang sudah terlatih dalam administrasi, manajemen dan aspek - aspek tehnis
dalam permuseuman yang modern. Dapat dikatakan bahwa didalam hal kebudayaan wawasan
nusantara sudah tidak menjadi masalah lagi, karena adanya kepekaan terhadap dan
kebanggaan akan seni kebudayaan daerah ini.
Apabila mengenai pengembangan budaya nasional berdasarkan wawasan nusantara tidak ada
permasalahan karena pengembangan seni budaya wawasan nusantara itu cukup
memperhatikan dan memberi peluang pada aspirasi dan manifestasi budaya daerah,
persoalannya agak lain dengan perkembangan ekonomi kawasan Indonesi Timur. Masalahnya
adalah bahwa kawasan Indonesia Timur itu walaupun cukup kaya dengan kekayaan alam
seperti barang tambang (mineral), kayu berbagai jenis yang baik bisa dipakai sebagai bahan
bangunan atau bahan bagi industri perkayuan lainnya seperti alat rumah tangga (furniture),
bahkan sebagai bahan mentah pembuatan kertas (pulp) serta kekayaan hayati dan nabati laut
(perikanan berbagai jenis termasuk mutiara), namun dilain pihak terdapat kendala - kendala
yang masih perlu diatasi yaitu belum adanya atau berkembangnya infra struktur yang
diperlukan untuk pengolahan segala kekayaan alam itu baik yang merupakan energi sebagai
sumber tenaga listrik maupun infra struktur bagi sistim transportasi yang bisa menjadikan
kawasan bagian timur ini menjadi satu satuan atau bagian Indonesia yang hidup dan
berkembang secara ekonomis.
Saya tidak akan bicara secara rinci mengenai ketiga bidang kekayaan alam ini yaitu kekayaan
mineral, kekayaan perkayuan dan kekayaan perikanan karena sudah ada masing - masing
ahlinya yang akan membahasnya dalam Sarasehan ini.
Saya hanya ingin menekankan perlu dan pentingnya perkembangan prasarana atau infra
struktur yang dikawasan timur Indonesia berarti tidak saja sistim atau jaringan jalan raya
tetapi juga sistim dan jaringan perhubungan laut. Kita mengetahui bahwa Pemerintah sudah
banyak mengeluarkan tenaga, pikiran dan dana untuk mengembangkan pengangkutan laut di

kawasan timur Indonesia ini, baik dengan pengembangan pelayaran antar pulau yaitu
pengangkutan laut yang menghubungkan pulau - pulau terbesar atau kumpulan pulau yang
terpenting atau dengan menyediakan kapal - kapal perintis. Karena membangun armada antar
pulau dan perintis ini selain memakan biaya yang besar juga sumber daya manusia yang tidak
kecil, mungkin kemajuan yang ada dirasakan agak lambat, namun setelah beberapa tahun
berusaha keadaannya kini sudah lebih baik.
Mengenai keadaan jaringan jalan didarat, inipun sangat besar biayanya. Pemerintah selain
sedang membangun jalan lintas utara - selatan di Irian Jaya sepanjang perbatasan dengan
APBN (Dep. P. U.) ditambah dengan APBD, juga membantu membangun jaringan jalan
dengan mewajibkan investor asing besar membangun infra struktur berupa jalan darat seperti
dilakukan oleh PT. Freeport Indonesia. Masalah lain akhir - akhir ini mendapat sorotan tajam
adalah pengaturan pembuangan limbah perusahaan tambang dimana sekarang PT. Freeport
Indonesia atas desakan opini publik telah atau sedang mengadakan perbaikan - perbaikan
setelah ternyata bahwa kecaman - kecaman yang dilancarkan itu ada kebenarannya. Karena
masih kurangnya prasarana berupa jalan atau jaringan jalan yang memungkinkan transportasi
bahan - bahan dan hasil industri dengan cepat dan murah pembangunan industri perkayuan di
pulau Irian misalnya tidak bisa dilakukan dengan segera atau dalam waktu singkat.
Keharusan menyediakan infra struktur itu menjadi kendala bagi banyak perusahaan calon
investor asing karena perhitungan demikian tentu harus masuk didalam perhitungan ekonomi
sebagai komponen biaya.
Sektor perikanan juga merupakan satu sektor yang sangat potensial tetapi belum bisa
dikembangkan secara maksimal karena faktor - faktor yang kurang lebih sama dengan sektor
mineral dan sektor lainnya yaitu kurang tersedia sarana dan sumber daya manusia, walaupun
dalam sektor perikanan persoalan sumber daya manusia ini sebenarnya cukup tersedia.
Perihal sarana berupa kapal nelayan, sekarang sudah nampak titik terang dengan adanya
deregulasi dibidang perikanan laut ini, yang telah menghilangkan beberapa kendala yang
tadinya ada yaitu perihal izin pelayaran bagi kapal nelayan dan kemudahan untuk membeli
kapal nelayan dari luar negeri, baik yang baru maupun yang bekas pakai.
Mudah - mudahan deregulasi dibidang perikanan ini akan nampak hasilnya dalam waktu
tidak terlalu lama dalam bentuk peningkatan persentase ikan dilaut yang dapat ditangkap dan
yang lebih penting lagi yang diekspor langsung kenegara konsumen. Jadi sebenarnya hari
depan kawasan timur Indonesia cukup cerah apabila usaha dan upaya pembangunan
dilakukan dengan tepat dengan berdasarkan konsep Wawasan Nusantara yaitu yang
mengharuskan pendekatan yang disesuaikan dengan kenyataan negara kita sebagai negara
kepulauan yang berserakan didaerah laut yang luas yang harus kita ubah dari unsur yang
memisahkan pulau - pulau menjadi unsur yang menyatukan pulau. Satu hal yang hanya dapat
dilakukan dengan meningkatkan potensi kita sebagai bangsa bahari yaitu bangsa yang
mampu melihat halnya dengan transportasi didarat. Karena demikianlah kenyataan geografi
did
Trigatra
Trigatra adalah aspek-aspek suatu negara yang memang sudah melekat pada negara itu dan
tidak pernah sama spesifikasinya untuk setiap negara. Trigatra mengandung unsur-unsur
alamiah yang bersifat relatif tetap atau statis.

Aspek-aspek trigatra meliputi :


1. Geografi
2. Kekayaan alam
3. Kependudukan

Geografi
Geografi suatu negara adalah segala sesuatu pada permukaan bumi yang dapat dibedakan
antara hasil proses alam dan hasil ulah manusia, dan memberikan gambaran tentang
karakteristik wilayah kedalam maupun keluar.

Kekayaan alam
Kekayaan alam adalah segala sumber dan potensi alam yang terdapat di bumi, dilaut, dan di
udara dalam wilayah suatu negara.

Kependudukan
Penduduk adalah manusia yang mendiami suatu wilayah negara. Manusia adalah faktor
penentu apa yang dilakukan atau tidak dilakukan disuatu negara.

Pancagatra
Pancagatra adalah aspek-aspek kehidupan nasional yang menyangkut kehidupan dan
pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat dan bernegara dengan ikatan-ikatan, aturanaturan dan norma-norma tertentu.
Aspek-aspek pancagatra meliputi :
1. Ideologi
2. Politik
3. Ekonomi
4. Sosial budaya
5. Pertahanan keamanan

Ideologi
Ideologi adalah serangkaian nilai yang tersusun secara sistematis dan merupakan kebulatan
ajaran atau doktrin yang dijadikan dasar serta member arah dan tujuan yang ingin dicapai di
dalam kelangsungan hidup bangsa dan negara.

Politik
Politik diartikan sebagai asas, haluan dan kebijaksanaan yang digunakan untuk mencapai
tujuan, dan oleh kekuasaan karena itu masalah politik selalu dihubungkan dengan masalah
kekuasaan dalam suatu negara yang berada di tangan pemerintah.Pemerintah akan
menentukan sistem politik yang tepat untuk dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan
nasionalnya.
Ekonomi
Ekonomi yang dijalankan oleh suatu Negara merupakan kekuatan nasional Negara yang
bersangkutan terlebih di era global sekarang ini. Bidang ekonomi berperan langsung dalam
upaya pemberian dan distribusi kebutuhan warga Negara.

Sosial Budaya
Unsur budaya di masyarakat juga menentukan kekuatan nasional suatu Negara. Hal-hal yang
dialami sebuah bangsa yang homogen tentu saja akan berbeda dengan yang dihadapi bangsa
yang heterogen (plural) dari segi sosial budaya masyarakatnya.
Pertahanan Keamanan
Pertahanan keamanan (Hankam) adalah upaya rakyat semesta dengan angkatan bersenjata
TNI/POLRI sebagai intinya mempertahankan dan mengamankan bangsa dan Negara serta
hasil perjuangannya. Pertahanan keamanan adalah merupakan salah satu fungsi pemerintahan
dalam menegakkan ketahanan nasional dengan tujuan untuk mencapai keamanan bangsa dan
Negara serta hasil perjuangannya.

Share this:

Anda mungkin juga menyukai