Penemuan situs prasejarah di gua-gua Pulau Muna, Seram, dan Arguni di Maluku
yang dipenuhi lukisan perahu-perahu layar menggambarkan bahwa nenek moyang
Bangsa Indonesia merupakan bangsa pelaut. Selain itu, ditemukan kesamaan
benda-benda sejarah antara Suku Aborigin di Australia dengan di Jawa. Ini
menandakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia telah memiliki hubungan
dengan bangsa lain.
Rudi mengatakan, jika dilihat dari peta yang ada, tampak jelas rute pelayaran
melintasi Selat Sunda telah lama dilakukan pelaut-pelaut India, Arab yang akan
menuju ke negeri Cina. Mereka biasanya singgah dulu di Phalimbham
(Palembang) dan pulau Panaitan serta Kota Perak yang berada di Provinsi Banten
sebelum meneruskan perjalanan pelayarannya ke negeri yang hendak ditujunya.
Kejayaan para pendahulu tersebut, menurut Rudi, berdasarkan kemampuan mereka
membaca potensi wilayahnya. Serta, ketajaman visi dan kesadaran mereka
terhadap posisi strategis Indonesia. "Sudah saatnya negeri ini kembali menyadari
dan membaca ulang narasi besar maritim Indonesia yang pernah diikrarkan dalam
UNCLOS 1982," ujar Rudi.
Di dalam United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982 itu
banyak termaktub peluang besar Indonesia sebagai negara kepulauan. Namun,
lemahnya perhatian dan keberpihakan pemerintah terhadap kemaritiman yang
mencakup luat, pesisir, dan perikanan menjadi kerugian besar. Seperti, lepasnya
Pulau Sipadan dan Ligitan pada 2002 dengan alasan wilayah yang ditelantarkan.