Anda di halaman 1dari 2

Indonesia Terlahir Sebagai Negara Maritim

Indonesia sebagai negara maritim bukan sekadar jargon. Menurut Menurut


Direktur Studi Energi, Lingkungan, dan Maritim Center for Information and
Develepment Studies (Cides) M Rudi Wahyono, fakta sejarah menunjukkan,
Indonesia memang terlahir sebagai negara maritim. Kejayaan Indonesia di bidang
maritim juga dibuktikan dengan banyaknya temuan-temuan situs prasejarah di
beberapa belahan pulau.

Memasuki masa Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, hingga Demak, Indonesia menjadi


negara yang disegani di kawasan Asia. Kerajaan Sriwijaya telah mendasarkan
politik kerajaannya pada penguasaan alur pelayaran dan jalur perdagangan serta
menguasai wilayah-wilayah strategis yang digunakan sebagai pangkalan kekuatan
laut.

Ketangguhan maritim ditunjukkan Singasari di bawah pemerintahan Kertanegara


pada abad ke-13. Kerajaan Kertanegara mengirimkan ekspedisi bahari ke Kerajaan
Melayu dan Campa untuk menjalin persahabatan dalam menghambat gerak
Kerajaan Mongol ke Asia Tenggara. Pada 1284 mereka menaklukkan Bali dalam
ekspedisi laut ke timur.

Puncak kejayaan maritim nusantara terjadi pada masa Kerajaan Majapahit. Di


bawah Raden Wijaya, Hayam Wuruk, dan Patih Gajah Mada, Majapahit berhasil
menguasai dan mempersatukan nusantara. Pengaruhnya bahkan sampai ke negara-
negara asing, seperti Siam, Ayuthia, Lagor, Kamboja, Anam, India, Filipina, dan
Cina.

Penemuan situs prasejarah di gua-gua Pulau Muna, Seram, dan Arguni di Maluku
yang dipenuhi lukisan perahu-perahu layar menggambarkan bahwa nenek moyang
Bangsa Indonesia merupakan bangsa pelaut. Selain itu, ditemukan kesamaan
benda-benda sejarah antara Suku Aborigin di Australia dengan di Jawa. Ini
menandakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia telah memiliki hubungan
dengan bangsa lain.

Rudi mengatakan, jika dilihat dari peta yang ada, tampak jelas rute pelayaran
melintasi Selat Sunda telah lama dilakukan pelaut-pelaut India, Arab yang akan
menuju ke negeri Cina. Mereka biasanya singgah dulu di Phalimbham
(Palembang) dan pulau Panaitan serta Kota Perak yang berada di Provinsi Banten
sebelum meneruskan perjalanan pelayarannya ke negeri yang hendak ditujunya.
Kejayaan para pendahulu tersebut, menurut Rudi, berdasarkan kemampuan mereka
membaca potensi wilayahnya. Serta, ketajaman visi dan kesadaran mereka
terhadap posisi strategis Indonesia. "Sudah saatnya negeri ini kembali menyadari
dan membaca ulang narasi besar maritim Indonesia yang pernah diikrarkan dalam
UNCLOS 1982," ujar Rudi.

Di dalam United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982 itu
banyak termaktub peluang besar Indonesia sebagai negara kepulauan. Namun,
lemahnya perhatian dan keberpihakan pemerintah terhadap kemaritiman yang
mencakup luat, pesisir, dan perikanan menjadi kerugian besar. Seperti, lepasnya
Pulau Sipadan dan Ligitan pada 2002 dengan alasan wilayah yang ditelantarkan.

Anda mungkin juga menyukai