Anda di halaman 1dari 3

Nama : Candra Kurniawan

Nim : 1403617030
Kelas : Pendidikan Sejarah C 2017

Tugas Review Buku


Sejarah Nusantara Sejarah Bahari
Oleh
Adrian Bernard Lapian

Pada pidato yang dijelaskan oleh Adrian Bernard Lapian, ia mengatakan bahwa
kerajaan-kerajaan di Nusantara juga menyadari pentingnya laut sebagai penghubung dengan
wilayah-wilayah lain. Laut juga membuka cakrawala pemikiran mereka. Informasi dan ilmu
pengetahuan dari dunia luar, atau sebaliknya, masuk melalui laut. Kejayaan Sriwijaya,
Majapahit, Malaka, Makassar, Ternate, Tidore, Samudera Pasai, atau Demak, misalnya, tak
lepas dari pemahaman mereka akan laut. Namun, seiring tenggelamnya kerajaan-kerajaan
maritim, budaya maritim seakan sirna. Fokus perhatian beralih ke daratan, hingga kini. Laut
terabaikan.. Tanpa memperhatikan aspek maritim, lanjutnya, sejarah Nusantara hanya
berkisar pada pulau yang terpisah-pisah. “Dengan demikian ada bagian yang besar dari
pengalaman dan kegiatan penduduk Nusantara di masa lampau yang lolos dari pengamatan
dan penelitian sejarawan bangsa kita,” begitulah kiranya yang ia sampaikan dalam pidato.
Pada abad ke-20 istilah Nusantara mengalami pergeseran makna: bukan lagi merujuk
pulau yang berada diluar Jawa. Antara ditafsirkan dalam bahasa Indonesia yaitu ruang atau
jarak disela-sela dua benda. Dengan demikian istilah Nusantara yang dipakai oleh tokoh-
tokoh pergerakan, terutamanya Ki Hadjar Dewantara adalah sinonim untuk seluruh
kepulauan Indonesia. Sehingga dalam kamus bahasa Indonesia Nusantara diartikan pula
sebagai kepulauan Indonesia. Sementara kata ‘bahari’ menurut kamus besar bahasa Indonesia
memiliki tiga makana, (1) sebagai padanan kata ‘kuno’ atau ‘dahulu kala’, (2) sebagai
sinonim kata ‘indah atau ‘elok sekali’, (3) tentang kelautan. Ini menunjukan betapa erat
pengertian ‘bahari’ dihubungkan dengan ‘dahulu kala’ sehingga seolah-olah sudah dianggap
sebagai sinonim. Oleh karena itu sejarah merupakan disiplin yang mempelajari masa bahari
(masa lampau) hendaknya juga memperhatikan masalah bahari (masalah maritime).
Konsep negara kepulauan atau archipelagic state yang diakui dalam wawasan
Nusantara, berasal dari dua kata bahasa Yunani arch (besar, utama) dan pelagos (laut). Jadi
seharusnya archipelagic state harus diartikan sebagai ‘negara laut utama’. Bukan pemahaman
yang sering muncul yaitu negara pulau-pulau yang dikelilingi laut, mestinya pemahamanya
terbalik negara laut yang ada pulau-pulaunya.
Dengan pandangan ini berarti Indonesia bukanlah negara yang terdiri dari pulau-pulau
belaka, melainkan sebagai negara kepulauan termasuk pula lautnya. Sejarah Nusantara bukan
hanya sejarah yang membicarakan masa lalu pulau-pulaunya (tanah), akan tetapi meliputi
seluruh kepulauan termasuk lautnya (air), sehingga menjadi sejarah Tanah Air.

Sejarah kita menunjukan bahwa sudah sejak masa prasejarah, penghuni pulau telah
mengadakan pelayaran antar maritim dan antar pulau untuk memenuhi ketentuan adat
masyarakt, seperti dalam hal perkawinan, pertukaran barang dan lain-lain. Jalur pelayaran
antara persekutuan kampong-kampung itu menciptakan sebuah jaringan komunikasi yang
mempersatukan wilayah-wilayah perairan bersangkutan Pendekatan sejarah maritime
Indonesia hendaknya melihat seluruh wilayah perairannya sebagai pemersatu yang
mengintegrasikan ribuan pulau yang terpisah-pisah itu. Dalam perkembangannya tingkat
integrasi bisa berbeda-beda baik secara geografis maupun secara politis, ekonomis, sosial dan
kultural. AB Lapian memandang bahwa wilayah perairan Indonesia sebagai kesatuan dari
berbagai satuan bahari (sea system) (AB Lapian, 1992: 6). Apa yang disebut sebagai perairan
Indonesia adalah terdiri dari Laut Jawa, Laut Banda, Selat Makassar, Laut Flores dan lain-
lain.

Wilayah perairan yang ada di Indonesia sebagai kesatuan dari berbagai macam satuan
bahari (sea system) dan memungkinkan terjadinya proses integrasi yang terjadi dikepulauan
Nusantara. Kesatuan Indonesia menjadi sebuah negara merupakan hasil dari proses panjangn
integrasi dari berbagai suku yang ada dikepulauan Indonesia.

Integrasi menjadi suatu hal yang sangat penting bagi keberagaman yang ada di
Indonesia, seperti halnya suku bangsa yang telah memanfaatkan aliran sungai untuk
digunakan dalam mempersatukan berbagai sistem ekonomi antar sungai didaerah pedalaman.
Atau indikator lain seperti bahasa, kesamaan bahasa antar penduduk yang terpisah oleh laut
dengan adanya interaksi bahari, interaksi kebudayaan, bahkan interaksi yang bersifat politis.

Pendekatan yang berpegang pada (sea system) membebaskan kita dari sejarah yang
mengatakan pulau demi pulau atau sejarah suku bangsa tertentu, pertumbuhan wilayah laut
juga merupakan hal sangat penting yang dapat menjadikan satu kesatuan sebagai aibat dari
interaksi penduduk dan juga bangsa luar. Dengan memahami sejarah maritim menyadarkan
kita bahwa keberadaan Indonesia merupakan bukan hal yang instan melainkan berasal dari
proses yang panjang antara unsur-unsur pembentuknya dan laut pun bukan sebagai pemisah
melainkan sebagai aspek penting yang dapat menyatukan keberagaman yang ada di
kepulauan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai