WAWASAN KEMARITIMAN
“Sosial Budaya”
DOSEN PENGAMPU
OLEH
NAMA : NURHIDAYA
KELAS : A
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan
Makalah ini.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
makalah ini. Atas perhatiannya saya ucapkan banyak terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II : PEMBAHASAN
A. PERADABAN MARINTIM
B. SUMBER DAYA MANUSIA
C. KEMISKINAN MASYARAKAT PESISIR
D. NELAYAN TRADISIONAL TERPINGGIRKAN
A. KESIMPULAN
B. KRITIK DAN SARAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lautan yang sangat luas oleh manusia sejak berabad-abad lamanya hanya
dipandang sebagai kawaasan perburuan untuk menangkap ikan dan sebagai media
lalu lintas belaka, namun pada akhir abad ke-20, kawasan laut telah menjadi kawasan
penjelajahan akhir di bumi sebagai upaya memanfaatkan untuk meningkatkan
kehidupan yang lebih baik.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dibidang
maritime, manusia telah mampu mengelola kekayaan alam laut bagi kesejahteraan
umat manusia sendiri. Demikian pula persediaan bahan pangan di laut dapat
mengimbangi tuntutan kebutuhan pangan akibat pertumbuhan penduduk yang pesat.
Salah satu negara yang memiliki eksistensi bangsa dan negaranya sendiri adalah
Indonesia. Dalam catatan sejarah, terekam bukti bahwa nenek moyang kita
menguasai lautan nusantara, bahkan mampu mengarungi samudra luas sampai ke
pesisir madagaskar, namun belum ada bukti yang menunjukkan bahwa pengusasaan
atas laut itu didasarkan pada suatu kensepsi kewilayahan dan hokum. Penguasaan
wilayah laut leh nenek moyang kita lebih merupakan kekuasaan de fakto daripada
penguasaan yang berdasar pada de jure.
Dalam era globalisasi, perhatian bangsa Indonesia terhadap fungsi, peranan, dan
potensi wilayah laut semakin berkembang. Kecendrungan ini dipengaruhi oleh
perkembangan pembangunan yang dinamis yang mengakibatkan semakin terbatasnya
potensi sumberdaya nasional di darat. Pengaruh lainnya adalah perkembangan
teknologi maritime sendiri yang sangat pesat sehingga memberikan kemudahan
dalam pemanfaatan dan penegelolaan sumberdaya laut.
Di dasarkan pada konsepsi di atas penulis akan mengupas potensi atau eksistensi
Benua Maritim yang ada di Indonesia yang di tuangkan dalam paper ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Peradaban Marintim di Indonesia
2. Bagaimanan Sumber Daya Manusia
3. Bagaimanan Kemiskinan Masyarakat Pesisir
4. Bagaimana Nelayan Tradisional Terpinggirkan
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana peradaban marintim
2. Untuk mengetahui bagaimana sumber daya manusia
3. Untuk mengetahui bagaimana Kemiskinan masyarakat pesisisr
4. Untuk mengetahui bagaimana nelayan tradisional terpinggirkan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peradaban Marintim
Terdapat banyak bukti-bukti pra sejarah di mana bangsa Indonesia adalah bangsa
yang hebat di dunia maritim. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya lukisan perahu
di dalam gua di Sulawesi. Kehebatan pelaut-pelaut Indonesia dibuktikan dengan
adanya perubahan kebudayaan yang tadinya berorientasi pada daratan kemudian
memiliki kemampuan berlayar. Bahkan, pelaut hrdonesia sangat terujt, karena
mampu mengarungi lautan hingga ke Madagaskar.
Menurut Ali, di saat pelaut Yunani dan China Selatan datani ke Indonesia pada
periode 3000 sebelum masehi atau 5000 tahun yang lalu dan pelaut Belanda yang
jago mengelola budaya maritim baru datang 400 tahun sesudah masehi, bangsa
Indonesia sudah lebih dahulu berlayar ke luar.
Kekuatan maritim bangsa Indonesia sejak dahulu sudah tidak diragukan lagi. Itu
dibuktikan dengan adanya pelabuhan dan syahbandar. Bisa dikatakan bahwa karakter
maritim bangsa hrdonesia sudah kuat sejak dahulu sebelum kebudayaan Eropa.
Namun sayangnya nenek moyang bangsa Indonesia malas mencatat sejarah.
Pengetahuan yang sudah kita miliki, tapi karena tidak dicatat akhirnya diklaim orang
lain. Itu yang biasa dilakukan orang-orang Eropa. Kalau bicara pra sejaralr, bangsa
Eropa tidak memiliki bukti yang kuat bahwa mereka pandai melaut. Karena gambar-
gambar yang ditemukan hanya perburuan. Berbeda dengan Indonesia yang
gambamya ada perburuan dan laut.
Bahkaru pada abad ke-8, ditemukan kapal di Cirebon yang diduga milik bangsa
Indonesia. Meski tidak ada tanda-tanda, tetapi secara teknologi beda dengan kapal
Eropa. Kapal tersebut membawa macam-macam produk dari Arab dan China.
Kondisi di wilayah Asia berbeda dengan negara Eropa. Bumi khatulistiwa sejak
dulu terkenal tentram dan makmur "gemah ripah loh jinawa". Tidak ada tantangan
yang berat. Kondisi ini membuat kerajaan-kerajaan besar kala itu lengah. Mereka
sudah menjadi bangsa juragan.
Pada 1400 masehi Majapahit sudah sangat maju. Ada di prasastinya, dan itu
akurat. Bahkaru Sumatera terkenal sebagai pulau emas. Kondisi ini membuat bangsa
kita kala itu lengah. Karena semua sumber kehidupan sudah ada, seperti ikan, hasil
tani dan perkebunary emas, serta minyak di bawah perut bumi.
Sejarah telah mencatat dengan tinta emas bahwa Sriwijaya dan Majapahit pemah
menjadi kiblat di bidang maritim, kebudayaan, dan agama di seluruh wilayah Asia.
Kilasan sejarah itu memberi gambaran, betapa besamya kerajaan-kerajaan di
Nusantara. Mereka mampu menyatukan wilayah Nusantara dan disegani bangsa lain.
Paradigma masyarakatrya mampu menciptakan visi maritim sebagai bagian utama
dari kemajuan budaya ekonomi, politik dan sosial.
Fakta sejarah lain yang menandakan bangsa Indonesia terlahir sebagai bangsa
maritim, dibuktikan dengan adanya temuan-temuan situs prasejarah di beberapa
belahan pulau. Penemuan situs prasejarah di gua-gua Pulau Muna Seram dan Arguni
yang dipenuhi lukisan perahu-perahu layar, menggambarkan bahwa nenek moyang
Bangsa trdonesia merupakan bangsa pelaut. Selain itq ditemukan kesamaan benda-
benda sejarah antara Suku Aborigin di Australia dengan di ]awa. Ini menandakan
bahwa nenek moyang bangsa hrdonesia telah memiliki hubungan dengan bangsa lain.
Ironisnya dalam perjalanan bangsa lrdonesia, visi maritim seperti
ditenggelamkan. Sejak masa kolonial Belanda abad ke-18, masyarakat di tanah air
mulai dibatasi berhubungan dengan laut, misalnya larangan berdagang selain dengan
pihak Belanda. Padahal, sebelumnya telah muncul beberapa kerajaan maritim
nusantara, seperti Bugis-Makassar, Sriwijaya, Tarumanegara dan peletak dasar
kemaritimanAmmana Gappa di Sulawesi Selatan. Belum lagi, PenSkisan semangat
maritim bangsa ini dengan menggiring bangsa ini hanya berkutat sektor agraris demi
kepentingan kaum kolonialis. Akibatry+ budaya maritim bangsa Lrdonesia memasuki
masa surarn.
Pada masa yang sama, dalam relief candi Borobudur (abad ke 7-8 Masehi)
dipahatkan beberapa macam bentuk kapal dan perahu. Dari relief ini dapat
direkonstruksi dugaan bentuk- bentuk perahu atau kapal yang sisanya banyak
ditemukan di beberapa tempat di Nusantara, asalnya di Sumatera.
3) Bukti Arkeologis
Bukti-bukti arkeologis transportasi laut banyak ditemukan di berbagai wilayah
Nusantara, berupa PaPan-Papan kayu yang merupakan bagian dari sebuah perahu dan
daun kemudi, yang ukurannya cukup besar.
Pertama, Situs Samirejo secara administrative terletak di Desa Samirejo,
kecamatan Mariana, kabupaten Musi Banyuasin (Sumatera Selatan). Dari lahan rawa
basah ini pada Agustus 1987 ditemukan sisa-sisa perahu kayu. Sisa perahu yang
ditemukan terdiri dari sembilan bilah papan dan sebuah kemudi. Dari Sembilan bilah
papan tersebut dua diantaranya berasal dari sebuah perahu, dan tujuh bilah lainnya
berasal dari perahu lain.
Sisa perahu yang ditemukan tersebut dibangun secara tradisional di daerah Asia
Tenggara dengan teknik yang disebut “papan ikat dan kupingan pengikat” ( sewn-
plank dan lashed-lug technique), dan diperkuat dengan pasak kayu atau bambu Papan
kayu yang terpanjang berukuran panjang 9,95 meter dan terpendek 4,02 meter; lebar
0,42 meter; dan tebal sekitar 3,5 cm.
Kedua, situs Kolam Pinisi. Situs ini terletak di kaki sebelah barat Bukit Siguntang
sekitar 5 km ke arah barat dari kota Palembang. Ekskavasi yang dilakukan pada 1989
ditemukan lebih dari 60 bilah papan sisa sebuah perahu kuno.
Papan-papan kayu yang ditemukan berukuran tebal sekitar 5 cm dan lebar antara
20-30 cm. Seluruh papa4 ini mempunyai kesamaan dengan papan yang ditemukan di
Situs Samirejo yaitu tembuko yang terdapat di salah satu permukaannya dan lubang-
lubang yang ditatah pada tembuko-tembuko tersebut seperti halrrya pada tepian
papan untuk memasukkan tali iiuk yang menyatukan PaPan perahu dengan gading-
gading serta menyatukan papan satu dengan lainnya. Pada bagian tepi papan terdapat
lubang-lubang yang digunakan untuk menempatkan pasak kayu atau bambu untuk
memperkuat badan perahu. Pertanggalan karbon C-14 menghasilkan pertanggalan
kalibrasi antara 434 dan 631 Masehi.
A.Kesimpulan
Organisasi sosial adalah organisasi yang di bentuk oleh anggota masyarakat.
Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang di bentuk oleh masyarakat, bai
yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai
sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan Bangsa dan Negara. Sebagai
makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membangun organisasi sosial
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
Pengertian organi sosial juga dapat di luhat dari berbagai pendekatan disiplin ilmu,
diantaranya: Pendekatan Antropologi Sosial dan Pendekatan Sosiologi.
B.Saran
Kami sadar atas keterbatasan pengetahuan kami. Untuk itu besar harapan bagi
kami atas kritik dan saran dari pembaca guna perbaikan makalah ini.