Puncak kejayaan maritim Nusantara terjadi pada masa Kerajaan Majapahit (1293-
L478). Di bawah Raden Wijay+ Hayam Wuruk danvPatih Gajah Mada, Majapahit berhasil
mertguasai dan mempersatukan Nusantara. Penganrhnya bahkan sampai ke negara-negara
asing, seperti Siam, Ayuthi a, I-agog Campa (Kamboia), krdia China.
Sejarah telah mencatat dengan tinta emas bahwa Sriwijaya dan Majapahit pernah
menjadi kiblat di bidang maritim, kebudayaan, dan agama di seluruh wilayah Asia. Kilasan
sejarah itu memberi gambaran, betapa besarya kerajaan-kerajaan di Nusantara. Mereka
mampu menyatukan wilayah Nusantara dan disegani bangsa lain. Paradigma masyarakatrya
mampu menciptakan visi maritim sebagai bagian utama dari kemajuan budaya ekonomi,
politik dan sosial.
2. Bukti Arkeologis
Teknologi pembuatan perahu yang ditemukan, antara lain teknik ikat teknik pasak
kayu atau bambu; teknik gabungan ikat dan pasak kayu atau bambu; serta perpaduan teknik
pasak kayu dan paku besi. Melihat teknologi ranang-bangun perahu tersebut, dapat diketahui
pertanggalannya. Bukti tertulis tertua yang berhubungan dengan Pensunan pasak kayu dalam
pembuatan perahu atau kapal di Nusantara berasal dari sumber Portugis awal abad ke-16
Masehi. Dalam sumber tersebut disebutkan perahu-perahu niaga orang Melayu dan Jawa
disebut yang (berkapasitas lebih dari 500 ton), dibuat tanpa sepotong besipun di dalamnya.
Untuk menyambung papan maupun gading-gading hanya digunakan pasak kayu buru
pembuatan perahu dengan teknik tersebut masih tetap ditemukan di Nusantara, seperti yang
terlihat pada perahu-perahu niaga, dari Sulawesi dan Madura yang kapasitasnya lebih dari
250 ton.
Bicara mengenai laut, tidak lepas dari segala sumber kekayaan alam yang belum
dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat Indonesia. Seharusnya, sumber alam yang
berlimpah ini bisa memberikan andil besar bagi kesejahteraan rakyat. Padahal,laut Indonesia
dapat menghasilkan ratusan triliun devisa dengan berbagai potensi energi terbarukan. Negeri
ini juga memiliki sumber daya hayati beranekaragam, meliputi 2.000 spesies ikan, lebih dari
80 genera terumbu karang atau sekitar 17,95 persen di dunia, 850 jenis sponge, padang
lamun, dan hutan mangrove yang menyimpan potensi 5,5 juta ton ikan (dapat dimanfaatkan
nelayan 5,01 juta ton ikan di hamparan laut seluas 5,8 juta km persegi). Sebaliknya negeri
tetangga, Malaysia banyak memanfaatkan potensi kelautan Indonesia dengan meningkatkan
penguasaan teknologi penangkapan ikan, sehingga negara ini mengalami kerugian lebih dari
Rp100 miliar per tahun. Acla dua faktor paling mendasar yang diperlukan dalam membangun
sektor kelautan, yaitu SDM dan kemampuan teknologi. Pengalaman beberapa negara dan
wilayah lain yang sukses membangun sektor kelautan, karena bertumpu pada kedua faktor
tersebut sumber daya manusia berkualitas dan perkembangan teknologi. Sebagai negara
kepulauan terbesar di dunia dengan sumber daya alam berlimpah, bangsa Indonesia belum
mampu memanfaatkan potensi yang dimilikinya. Kondisi ini terjadi karena rendahnya
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang maritim. Salah satunya, Indonesia masih
kekurangan tenaga pelaut.
Krisis tenaga pelaut di Tanah Air hingga kini masih menjadi masalah serius. jumlah,
lulusan pendidikan tersebut belum seimbang dengan kebufuhan di bidang pelayaran. Di
sektor angkutan laut kondisinya minim tenaga pelaut. Para lulusan pelaut di tingkat perwira
hampir 75 persen memilih bekerja di kapal asing atau berbendera asing ketimbang
mengabdikan diri untuk perusahaan pelayaran nasional dengan alasan yang masuk akal yakni
penghasilan yang lebih besar.
Dalam lima tahun ke depan, kebutuhan pelaut nasional mencapai 43.806 orang atau
8.600 orang setiap tahunnya, yang terdiri dari 78.774 pelaut kelas perwira dan 25.032 pelaut
kelas dasar. Namun, suplai pelaut saat ini di Tanah Air baru mencapai 3-000 orang per tahun
karena kapasitasnya yang belum mencukupi. Namun begitu jumlah tersebut bisa segera
bertambah dengan peningkatan jumlah sekolah yang akan direalisasikan dua tahun
mendatang.
Pelaksanaan asae'cabotage di Indonesia selama enam tahun terakhir telah memicu
terjadi peningkatan kebutuhan pelaut hingga mencapai 55.000 orang. Ketua Umum indonesia
National Shipowner Association (INSA), Carmelita Hartoto, mengatakan lonjakan kebutuhan
pelaut nasional itu menyrusul meningkatnya jumlah armada niaga nasional.
Dia menjelaskan selama 2005 hingga 2019 pertumbuhan jumlah Kapal niaga nasional
mencapai lebih dari 50 persen atau ada penambahan tidak kurang dari 3.300 unit kapal.
Selama periode itu, kebutuhan pelaut untuk mengisi kapal kapal niaga nasional bertambah
hingga 55.000 orang dan belum termasuk mesin dan nahkoda Karena itu, perlu mengubah
paradigma pembangunan SDM dengan konsep kebudayaan maritim. Yaitu, pengetahuan
kebudayaan maritim modem yang memiliki semangat keterbukan kemandirian, dan
keberanian,dalam menghadapi era modern dengan ditunjang kecerdasan masyarakatrya.
Keterbukaan yang dimaksud adalah sikap mau membuka diri terhadap perubahan zaman dan
nilai-nilai lain. Mereka mau menghargai kebudayaan bangsa lain yang acap kali melakukan
adaptasi inovatif untuk rnemperkuat budayanya. Apalagi dalam konteks sekarang dunia
dikatakan sebagai global tillage, pertemuan budaya antar bangsa yang menjadi sangat mudah
dan cepat. masyarakat maritim secara psikologis adalah bangsa yang berani. Mereka tidak
mau takluk dengan alam, tapi berusaha bersahabat dengan alam . SDM kelautan berorientasi
global diperlukan karena laut menganut hukum nasional dan internasional human heritage,
dan masa depan dunia ada di laut.
Sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai sepanjang
81.000 km, sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah pesisir. Sebanyak 108,78
juta orang atau 49 persen dari total penduduk indonesia dalam kondisi miskin, dan rentan
menjadi miskin. Badan Pusat Statistik (BPS) pada menyebutkan bahwa penduduk miskin di
Indonesia mencapai 34,96 juta jiwa dan 63,47 persen di antaranya adalah masyarakat yang
hidup di kawasan pesisir dan pedesaan. (BPS) pada tahun 2008 disebutkan pula bahwa
penduduk miskin di Indonesia mencapai 34,96 juta jiwa dan 63,47 persen diantaranya adalah
masyarakat yang hidup di kawasan pesisir dan pedesaan.
Tugas Individu
WAWASAN KEMARITIMAN
OLEH :
A1F118005
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2018