Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“SEJARAH KEMARITIMAN NUSANTARA”


(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Wawasan Budaya Maritim)

DISUSUN OLEH :

FIRNA APRILIA

(H031191071)

KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul sejarah kemaritiman nusantara.
Saya berharap makalah ini dapat menjadi sumber informasi yang dapat
menambah pengetahuan kita engenai asal muasal sejarah kemaritiman
dinusantara beserta dengan segala potensi yang sangat melimpah didalamnya.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan
sehingga saran serta masukan sangat saya harapkan untuk penyusunan makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Penulis

I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................I
Daftar Isi........................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Tujuan.......................................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah.....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kemaritiman.............................................................................................2
2.2 Sejarah Maritim Indonesia........................................................................3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................10
3.2 Saran..........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti diketahui indonesia merupakan negara kepulauan atau archpelagic
state kata archipelago sering diterjemahkan sebagai “kepulauan” yaitu berupa
kumpulan pulau yang dipisahkan oleh air laut.
Kemaritiman sebagai aktifitas telah berlangsung sejak zaman jaman
prasejarah diwilayah kepulauan ini, yang terekam dalam tapak arkeologi berupa
gambar perahu dan fauna air di beberapa gua prasejarah di Sulawesi,Kalimantan
dan Papua. Pada fase berikutnya, aktifitas kemaritimanpun terus berlanjut dan
menjadi identitas bagi Indonesia sebagai bangsa Maritim.
Ruang lingkup sejarah maritim sejauh ini masih merujuk pada sejumlah studi
yang telah dilakukan oleh para sarjana, yang berkaitan dengan dunia kelautan,
meliputi aspek perdagangan, pelayaran, perkapalan,pelabuhan, dan perompakan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yakni untuk memenuhi tugas mata
kuliah Wawasan Sosial budaya Maritim serta untuk memahami Sejarah
Kemaritiman di Nusantara.

1.3 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan kemaritiman?
b. Bagaimana sejarah kemaritiman di Nusantara?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kemaritiman
kemaritiman sebagai bagian sejarah bangsa indonesia tidak dapat dilepaskan
dari jejak budaya kebaharian yang telah berlangsung sejak lahirnya indonesia
sebagai negara, sejak wilayah ini dikenal dengan istilah Nusantara, bahkan sejak
masa prasejarah. Tinggalan arkeologi dari fase prasejarah di Nusantara
memperlihatkan corak budaya bahari yang juga merefleksikan aktifitas
kemaritiman. Tinggalan arkeologi menjadi fakta sejarahbudaya bahari di
Nusantara telah berlangsung lama, mulai dari periode prasejarah dan berlanjut
pada masa sejarah.
Maritim berasal dari bahasa Latin, mare yaitu laut. Ketika diserap dari bahasa
inggris menjadi mere yang pengertiannya sudah lain. Makna ensiklopedia dari
maritim hanya ada dua, berlayar sambil berdagang. Pengertian ini sejalan dengan
arti kata maritime dalam kamus Merriam Webster yaitu, of or relating to
navigation of the sea. Kata inilah yang kemudian diserap dalam bahasa indonesia
menjadi maritim, yang pengertiannya mengacu pada KBBI online yaitu,
maritim/ma-ri-tim/ a berkenaan dengan laut; berhubungan dengan pelayaran dan
perdagangan di laut;kemaritiman/ke-ma-ri-tim-an/n hal-hal yang menyangkut
masalah maritim: sifat kepulauan indonesia.
Istilh maritim juga sering disinonimkan dengan kata bahari yng bermakna (1)
dahulu kala;kuna, (2) indah;elok sekali, dan (3) mengenai laut atau bahari (KBBI
2011:115). Dengan demikian sejarah maritim adalah studi tentang aktivitas
manusia di masa lampau yang berkaitan dengan aspek-aspek kemaritiman,
khusunya pelayaran dan perdagangan.

2
2.2 Sejarah Maritim Nusantara
Nenek moyang bangsa Indonesia adalah bangsa Austronesia yang
kedatangannya ke kepulauan Nusantara ini dimulai sejak kira-kira 2000 tahun
sebelum masehi. Ini berarti kebudayaan yang mereka bawa ke Indonesia bisa di
kategorikan sebagai kebudayaan Indonesia kunoyang sebenarnya menjadi pangkal
kebudayaan Indonesia hingga saat ini. Lebih dari itu, jika penyebaran nenek moyang
bangsa Indonesia bisa mencapai pulau pulau yang berjarak sangat jauh dari asal
bangsa itu dan juga terpisahkan oleh lautan yang luas, dapat dipastikan mereka
mempunyai peralatan yang mereka gunakan untuk menyebrang laut yaitu perahu.
Dengan kata lain, nenek moyang bangsa Indonesia adalah bangsa pelaut, yang tentu
saja memiliki budaya maritim sebagai produk. Sebagai contoh mereka tentu
memiliki penetahuan yang cukup tinggi tentang laut, musim bahkan ilmu falak (ilmu
perbintangan) sebagai pengetahuan untuk bernavigasi. Salah satu benda prasejarah
yang bisa diperkirakan sebagai petunjuk bahwa bangsa indonesia terbiasa melakukan
aktifitas pelayaran antar pulau, bahkan juga perdagangan adalah nekara perunggu.
Dari hasil penyelidikan mengenai berbagai jenis perahu yang ada di Indonesia
perahu bercadik merupaka perahu khas bangsa Indonesia.
Sejak awal abad masehi bangsa Indonesia sudah terlibat secara aktif dalam
pelayaran dan perdagangan internasional antara dunia barat (Eropa) dengan dunia
timur (China) yang melewati selat Malaka. Dalam hal ini bangsa Indonesia bukan
menjadi objek dalam perdagangan itu, tetapi telah mampu menjadi subjek yang
menentukan. Bahkan pada zaman kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit selat
Malaka yang menjadi pintu gerbang pealayaran dan perdagangan dunia dapat
dikuasai oleh Indonesia.
Dari sekian banyak route pelayaran dan perdagangan di peraiaran Nusantara,
route pelayaran dan perdagangan yang melintasi pulau Jawa merupakan route yang
paling ramai, hal ini karena laut Jawa berada di tengah Indonesia.

3
Adapun kerajaan- kerajan maritim di indonesia yakni :
1). Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwajaya merupakan salah satu kerajaan yang memiliki perang
penting terhadap pelayaran dan perdagangan di Indonesia, baik itu berkaitan erat
dengan perdagangan inteernasional antara India dan Cina maupun perdagangan
regional diantara daerah di Nusantara, Nusantara dan kawasan AsiaTenggara,
serta Nusantara dan Cina. Kemampuannya untuk mengelola perdagangan yang
lalu-lalang di Nusantara Kawasan bagian Barat sehingga pastilah kerajaan
tersebut mampu mengontrol kawasan Selat malaka dan Selat Sunda.
Kemungkinan bahwa letaknya tidak terlalu strategis karena agak jauh dari selat
Malaka, tetapi dengan kekuatan armadanya ia mampu menguasai daerah-daerah
yang berpotensial untuk menjadi pesaingnya dan juga dapat mengontrol jalur
perdagangan dari perampokan dan kemungkinan agresi dari negara lain yang
berada dibawah kekuasaannya (Sulistyono, 2004, p. 138). Kerajaan Jawa
memiliki armada angkatan laut terbesar di dunia pada masa kejayaannya, yaitu
sebanyak 2800 kapal sebagai bukti bahwa Jawa merupakan kerajaan bercorak
maritim (Nugroho, 2011, 16).

2). Kerajaan Majapahit


Kejayaan Majapahit di laut bukan hanya dalam persoalan ekonomi
melainkan dibidang pertahanan laut melalui kekuatan pasukan laut selain
pasukan darat. Menurut Nugroho, "Pasukan laut mendapatkan perlakuan
istimewa dari negara, dalam jumlah pasukan dan fasilitas. Prapanca menyebut
Jalandhi berjumlah sangat banyak dibandingkan pasukan lain dan lebih
istimewa" (ibid,179). Pada abad XIV pelayaran perdagangan berada pada tangan
pedagang majapahit. Artinya pada waktu itu, Majapahit memiliki kapal-kapal
dagang dan melakukan pelayarannya sendiri, disamping pelayaran yang
dilakukan juga oleh kapal-kapal asing.

4
3). Kerajaan Samudera
Sebagai akibat merosotnya kerajaan Sriwijaya di Sumatera Utara muncul
beberapa kerajaan maritim kecil salah satunya yaitu Kerajaan Samudera.
Kerajaan pelabuhan ini mengambil keuntungan perdagangan di selat
Malaka.dari catatan yan ditinggalkan oleh Ibnu Batuttah kita dapat mengetahui
bawha Samudera merupaka pelabuhan yang sangat penting untuk tempat kapal
dagang bertemu untuk membongkar dan memuat barang dagangannya.

4). Kerajaan Malaka


Malaka merupaka suatu kota pelabuhan besar yang letaknya menghadap ke
laut. Malaka muncul sebagai pusat perdagangan dan pusat penyebaran agama
Islam pada awal abad ke-15. Sejak abad ke VIII kerajaan Arab telah mengenal
daerah Indonesia khususnya daerah bagian barat saja, hal ini dipertegas dengan
teori yang ditulis oleh Tom Pires bahwa pada awal abad XVI pelayaran dari
Malaka kebagian Timur kepulauan Nusantara, meskipun dipegang oleh beberapa
pengusaha tertentu tetapi menggunakan kapal-kapal yang dijalankan oleh
orang-orang pribumi yang lebih mahir dalam hal-hal navigasi di Nusantara.

Secara singkat dapat dikatan bahwa pada saat ini gambaran masyarakat
Indonesia sebagai masyarakat maritim dan bangsa pelaut bukanlah gambaran yang
umum. Pandangan semacam ini bertentangan dengan pandangan obyektif bangsa
indonesia baik yang menyangkut segi geografis maupun segi historis.
Secara geografis letak kepulauan Nusantara juga sangat strategis dalam
perdagangan laut internasional antara dunia Barat dan dunia Timur. Dunia Barata
dalam hal ini mencakup kawasan dagang yang berada di sebelah barat selat malaka
seperti India,Persia,Mesir dan beberapa negara Eropa. Sedangan dunia Timur
mencakup kawasan disebelah Timur Selat malaka seperti Cina,Jepang,Filiphina dan
sebagainya. Dengan demikian penelitian yang lebih luas dan detail dibidang sejarah

5
maritim akan dapat mengubah pandangan yang kurang sesuai dengan kondisi
obyektif itu.
Aktivits kemaritiman bangsa indonesia bisa dikatakan telah setua usia bangsa
Indonesia itu sendiri. Hal ini bisa dipahami karena asal muasal nenek moyang
bangsa indonesia berasal dari daratan Asia. Mereka datang ke kepulauan indonesia
secara bergelombang, sudah barang tentu mereka datang dari daratan Asia dengan
cara berlayar karena tidak ada alternatif transportasi lain. Dengan demikian
kemampuan berlayar mengarungi lautan merupakan keterampilan inheren yang
dimiliki oleh nenek moyang bangsa indonesia. Dengan perahu yang sederhana
mereka dapat mengarungi laut luas.
Aktifitas kemaritiman memungkinkan adanya kontak budaya yang intensif dan
mencangkup ruang geografis yang luas. Kontak budaya yang terjadi melalui
pelayaran dan perdagangan antar pulau dan antar benua, memunculkan asimilasi dan
akulturasi budaya yang memberikan corak beragam budaya di wilayah Nusantara
yang kini menjadi warisan budaya bahari bangsa. Dalam pelayaran didukung oleh
adanya kemahiran teknologi dan tradisi pembuatan perahu serta pengetahuan
navigasi. Tradisi pembuatan perahu tradisional menjadi salah satu warisan budaya
yang sampai sekarang masih dapat kita saksikan, salah satunya tradisi pembuatan
perahu Pinisi di Bulukumba. Pinisi, phinisi, pinis, pinas adalah beragam nama
untuk perahu kebanggaan bangsa Indonesia ini. Kata Pinisi yang lebih dikenal dan
melambangkan pelayaran Nusantara, sebagai suatu tradisi yang telah berlangsung
sejak jaman prasejarah. Hal ini dapat kita lacak dari jejak lukisan gua prasejarah
berupa gambar perahu dan juga gambar ikan. Artinya, nenek moyang kita telah
mengenal teknologi perahu dan pengetahuan untuk menangkap ikan salah satu wujud
nyata aktifitas kemaritiman yang melahirkan budaya kebaharian. Kontruksi Pinisi
adalah gabungan pengetahuan dan pengalaman tradisional kuno dan disertai ritual
ketat yang harus diikuti untuk memastikan keamanan di laut. Para pengrajin yang
dipimpin Panritalopi harus mengitung hari baik untuk memulai pencarian kayu,

6
penebangan, awal pembuatan, sampai peluncuran kapal ke perairan tak lepas dari
upacara adat. Perahu tipe Pinisi adalah sebuah kapal layar yang menggunakan jenis
layar sekunar, dengan dua tiang dan seluruhnya tujuh sampai delapan helai layar.
Tiang belakang lebih pendek daripada tiang depannya, dan andang-andang layarnya
terpasang tetap di tengah-tengah kedua tiang itu. Jenis layar itu dicap ‘Sekunar
Nusantara’ untuk menandai, bahwa namun agak serupa dengan jenis-jenis sekunar
lainnya, ia memiliki beberapa sifat khas (Liebner, 2012).
Pinisi pun sebagai warisan budaya pun merupakan perwujudan dari tradisi dan
ekspresi lisan sebagaimana diceritakan dalam salah satu fragmen kisah Epos La
Galigo9, disebutkan tokoh yang bernama Sawerigading membuat kapal besar untuk
mengarungi dunia dan mencari jodohnya. Konon, ketika kapal Sawerigading dalam
pelayaran pulangnya ke kampung halamannya di Tana Luwu pecah terhempas
ombak, sisa-sisa pecahan kapal tersebut kemudian terdampar di Desa Ara dan Tana
Beru, sedangkan tali temalinya terdampar di Bira. Orang-orang Ara dan Tana Beru
lalu mempelajari serpihan papan dan lunas perahu tersebut sehingga menjadi
orangorang yang mahir membuat perahu, sedangkan tali temali dan kemudi yang
terdampar di Bira menjadikan orang-orang Bira sebagai pelaut-pelaut ulung.
Terlepas dari benar tidaknya cerita tersebut, Tana Beru10 memang terkenal sebagai
salah satu tempat pembuatan perahu tradisional Pinisi yang sudah dikenal sampai ke
mancanegara. Belajar dari Pinisi sebagai warisan budaya bahari, memperlihatkan
kepada kita bahwa suatu warisan budaya meliputi beragam aspek kebudayaan mulai
dari tradisi dan ekspresi lisan, seni pertunjukan, adat istiadat masyarakat, ritus dan
perayaan, pengetahuan dan kebiasaan mengenai alam semesta serta kemahiran
kerajinan tradisional. Warisan budaya memiliki nilai penting yang bersifat intangible
sekaligus artefaktual yang bersifat tangible. Makna budaya dan kandungan nilai
pentingnya serta sifatnya yang unik, khas dan jumlahnya yang terbatas menjadi
faktor utama bahwa kita harus senantiasa bekerjasama dalam melestarikan warisan
budaya bahari bukti kejayaan maritim nusantara.

7
Ekspedisi Bangsa Indonesia
Kekutsertaan indonesia pada Expo ‘86 di Vanchouver, Kanada itu menjadi cikal
bakal terjadinya Ekspedisi bangsa Indonesia, bermula pada pertanyaan dari R.M
Slamet Danusudirjo “mengapa kita tidak melayarkan sebuah pinisi yang lain dari
Jakarta ke Vanchouver?”. Para putera bangsa bahari Indonesia yang hadir pada saat
itu terhenyak, mereka semua berpikir keras, sebab ini benar-benar tantangan yang
nyata. Apalagi dengan sejarah nenek moyang bangsa Indonesia yang merupakan
bangsa pelaut dan sudah berkelana mengarungi lautan dan samudera, berkelana
sampai hampir kesuluruh penjuru dunia. Pertanyaan yang dilontarkan oleh R.M
Slamet Danusudirjo terus membakar semangat. Kemudian pada awal maret 1985
dibentuklah komite pelayaran pinisi.
Dalam suatu rapat persiapan tanggal 13 september 1985 semakin banyak orang
swasta, khususnya pengusaha dalam bidang maritim,serta bebrapa pemuka
masyarakat Sulawesi Selatan, mulai merancang pinisi yang akan dibuat dengan
syarat pinisi tersebut haruslah laik laut,laik samudera, dan dapat dijual di luar negeri.
Di pantai Kalubukudo, di desa Tanaberu,Kecamatan Bontobahari,kabupaten
Bulukumba, Sulawesi Selatan. Panrita Daeng Marinyo memimpin upacara peletakan
dan pemotongan lunas sebuah perahu pinisi. Pnduduk desa ini memang ahli
membuat perahu bugis tradisional, keterampilan yang diwarisi tanpa sesuatu yang
tertulis. Pins tersebut kemudian di kenal dengan nama Phinisi Nusantara dan
dilayarkan melintasi Samudera Pasifik, yang kemudian dipamerkan di arena Expo
‘86 di Vanchouver Kanada. Ada beberapa yang mendahului pmberian nama itu.
Kapal ini akan dilayarkan ke pameran Internasional dengan membawa nama bangsa
Indonesia sebagai satu kesatuan nasional. Karena itu digunakanlah perkataan
nusantara, suatu gambaran wawasan kebangsaan yang utuh yang berisi kesatuan dan
persatuan politik,sosial budaya,ekonomi,dan pertahananserta keamanan nasional.
Sedang perkataan phinisi ditulis dengan huruf h, agar dunia luar, khususnya amerika

8
nama ini tidak salah diucapkan.
Pelayaran 69 hari pada ekspedisi ini dipimpin oleh nahkoda Gita Arjakusuma
seorang pelaut bugis yang terkenal. Pelayaran yang didorong oleh tekad untuk
membuktikan semangat kebaharian yang masih menyala menggelora di dalam dada
puera bangsa Indonesia.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sejarah kemaritiman nusantara bermula dari zaman prasejarah dimana nenek


moyang bangsa indonesia yang diketahui berasal dari Austronesia telah melakukan
pelayaran dan berkelana sampai ke Madagasqar bagian Barat telah menunjukkan
bahwa bangsa Indonesia telah mengetahui tentang navigasi sejak saat itu kemudian
dilanjutkan pada zaman kerajaan dimana perdagangan dan lokasi srategis Indonesia
menjadi cikal bakal dari ekspedisi atau pelayaran yang menjadi simpul peradaban
bahari Nusantara, warisan budaya kebanggaan bangsa Indonesia. Jalur pelayaran
yang begitu luas menghubungkan Nusantara sebagai wilayah kepulauan dengan
berbagai wilayah dan negara di benua lain di seberang samudera.

3.2 Saran
Sebaiknya dalam pengerjaan makalah sebaiknya mencari literatur-literatur yang
lebih banyak agar mendapat informasi lebih luas lagi mengenai bagaimana
peradaban- peradaban bahari yang ada di seluruh Nusantara

10
DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin,Safri dkk. 2003. Sejarah Maritim Indonesia: Menelusuri Jiwa Bahari


Bangsa Indonesia dalam Proses Integrasi Bangsa (Sejak Jaman
Prasejarah hingga Abad XVII). Semarang: Pusat Riset Wilayah dan
Sumberdaya Non-Hayati Departemen Kelautan dan Perikanan.

Caro,P. 1988. Phinisi Nusantara (Mengarungi Lautan 11.000 Mil


Jakarta-Vancouver). Jakarta: PT.Pantja Simpati

Poelinggomang,EL. 2012. Bahan Ajar Sejarah Maritim Dunia. Makassar: LKPP


Universitas Hasanuddin

Mulyadi,Y. 2016. Kemaritiman Jalur Rempah dan Warisan Budaya Bahari


Nusantara.Y Mulyadi - Talkshow Pekan Budaya Indonesia, 2016 - researchgate.net,
diakses 29 maret. 2017

11

Anda mungkin juga menyukai