Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Sejarah Farmasi dalam
rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Farmasi.

Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan, mengingat keterbatasan kemampuan


penulis. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca agar
kedepannya menjadi lebih baik.

Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi
penulis pada khususnya.

Mantingan, 06 Agustus 2017

Penulis

Pendahuluan

Profesi farmasi merupakan profesi yang berhubungan dengan seni dan ilmu penyediaan
(pengolahan ) bahan sumber alam dan bahan sintesis yang cocok dan menyenangkan untuk di
distribusikan dan digunakan dalam pengobatan dan pencegahan suatu penyakit.

Islam menyeru umatnya agar mereka menggunakan akal dan logika serta menyandarkan sesuatu
pada penelitian, eksperimen, dan pemikiran untuk sampai pada fakta ilmiah yang berhubungan dengan
alam dan kehidupan. Maka dari itu farmasi sudah dikenal pada masa terdahulu, keyakinan ini didukung
dengan adanya penemuan yang menunjukkan bahwa orang-orang mesir kuno telah sampai pada ilmu
pengetahuan mengenai pengobatan yang berusaha dibukukan agar dapat dijadikan sebagai dasar yang
bisa digunakan oleh anak cucu. Resep obat-obatan yang ditulis di kertas papyrus yang bertanggalkan
tahun 1550 SM, merupakan ramuan obat paling kuno yang diketahui oleh manusia dari peradaban Mesir
kuno. Tulisan ini ditemukan di Universitas Leipzig yang berisi resep detail tentang obat-obatan, baik yang
sederhana maupun yang berupa kombinasi.

Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan farmasi ?

Bagaiman sejarah farmasi ?

Apa peran Ibnu Sina dalam bidang farmasi

Tujuan

Untuk memenuhi tugas mata kuliah dari dosen

Untuk menambah pengetahuan tentang sejarah farmasi

Untuk mendalami ilmu farmasi lebih jauh

Untuk mengetahui peran tokoh islam dalam bidang farmasi

PEMBAHASAN

Pengertian Farmasi

Farmasi atau apotek adalah ilmu obat dengan berbagai macamnya yang berupa tumbuh-tumbuhan,
hewan, dan mineral. Untuk membuat dan meramu obat-obat ini menuntut penguasaan pengetahuan
tentang ilmu tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral, dan kimia.

Asal kata shaidalah (farmasi) adalah dari kalimat Varmxa dari bahasa Fir’aun yang berarti
menyajikan obat dari ramuan. Sedangkan asal kata Shaidaliyah atau Ajzakhanah (apotek) adalah kata
Ibotika dari bahasa Yunani yang berarti tempat menyimpan. Ia adalah nama kuno untuk wilayah Abu Tig
yang berada di Mesir jauh, yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan minyak wangi dan obat-obatan
oleh bangsa Mesir kuno.
Sejarah Farmasi

Zaman permulaan

Suatu zaman yang sangat awal, belasan maupun puluhan abad sebelum masehi. Alam lebih
dahulu tercipta dari manusia, alam menyediakan berbagai sumber hayati, hewani serta mineral-mineral
serta zat kimiawi lainnya yang pada akhirnya akan dimanfaatkan oleh manusia. Pada masa zaman
prasejarah (awal mula kehidupan) manusia dan penyakit adalah dua hal yang saling berkaitan, zaman
dahulu untuk mengobati penyakit mereka menggunakan insting dalam mengobati penyakit misal luka
manusia membubuhkan daun-daun segar diatas luka, atau menutupinya dengan lumpur, mereka
melakukan pencarian obat secara acak, dan ini merupakan awal mula pngetahuan dan ilmu farmasi.

Selanjutnya penemuan arkeologi mengenai tulisan-tulisan mengenai farmasi yang terkenal


adalah penemuan catatan-catatan yang disebut ‘Papyrus Ebers’, papyrus ebers ini merupakan suatu
kertas yang berisi tulisan yang panjangnya 60 kaki (kurang lebih 20 meter) dan lebarnya 1 kaki (sekitar
sepertiga meter) berisi lebih dari 800 formula atau resep, disamping itu disebutkan juga 700 obat-obatan
yang berbeda antara lain obat yang berasal dari tumbuh tumbuhan seperti akasis, biji jarak (castrol),
anisi serta mineral seperti besi oksida, natrium bikarbonat, natrium klorida dan sulfur. [1]

Awal Masehi

Sejarah farmasi dan kedokteran juga dipengaruhi tokoh tokoh seperti hippocrates (450-370
SM), Dioscorides (abad ke-1 M), dan Galen (120-130 M)

Hippocrates (450-370 SM) merupakan seorang dokter yunani yang dihargai karna memperkenalkan
farmasi dan kedokteran secara ilmiah, ia membuat sistematika dalam pengobatan, serta menyusun
uraian tentang beratus-ratus jenis obat-obatan, ia juga dinobatkan sebagai bapak dari ilmu kedokteran.

Dioscorides (abad ke-1 M), seorang dokter yunani yang merupakan seorang ahli botani, yang merupakan
orang pertama yang menggunakan ilmu tumbuh-tumbuhan sebagai ilmu farmasi terapan, hasil karyanya
berupa De Materia Medika. Selanjutnya mengembangkan ilmu farmakognosi. Obat-obatan yang dibuat
Dioscoridaes antara lain napidium, opium, ergot, hyosciamus, dan cinnamon.

Galen (120-130 M), seorang dokter dan ahli farmasi bangsa Yunani berkewarganegaraan Romawi, yang
menciptakan suatu sistim pengobatan, fisiologi, patologi yang merumuskan kaidah yang banyak diikuti
selama 1500 tahun, dia merupakan pengarang buku terbanyak dizamannya, ia telah meraih penghargaan
untuk 500 bukunya tentang ilmu kedokteran dan farmasi serta 250 buku lainnya tentang falsafal, hukum,
maupun tata bahasa. Hasil karyanya dibidang farmasi uraian mengenai banyak obat, cara pencampuran
dan lain sebagainya, sekarang lazim disebut farmasi ‘galenik’.

Abad Kegemilangan Farmasi di Peradaban Arab-Islam

Setelah abad pertama masehi terlewati, perlahan-lahan kemajuan dibidang pengetahuan


termasuk farmasi di barat mengalami kemunduran, dikenal dengan abad kegelapan (Dark Age).

Kebangkitan di dunia farmasi selanjutnya diilhami dengan turunnya Al-Qur’an seiring dengan kemajuan
bangsa arab yang merupakan pusat peradaban dunia termaju saat itu, dimana ilmuan ilmuan islam
berpatokan pada Al-Qur’an dan metode pengobatan nabawi (Nabi), disamping penelitian dan
pengembangan lainnya.

Mulai Abad ke-9 terus berkembang hingga abad ke-13 melalui berbagai karya asli dan terjemahan, dunia
arab telah menjembatani ilmu yang menghubungkan yunani dengan dunia farmasi modern saat
sekarang ini. Puncak sumbangan dunia Arab-islam dalam perkembangan farmasi dapat dikatakan ketika
adanya suatu panduan praktek kefarmasian pada tahun 1260 yang disusun oleh seorang ahli kefarmasian
berpengalaman dari mesir (Abu’l-Muna Al-Kohen al-Attar), dalam panduan praktek kefarmasian tersebut
attar menuliskan pengalaman hidupnya serta ilmu dalam seni apotek atau seni dalam meracik obat, yang
sebagian besar juga menguraikan etika farmasis sebagai profesi kesehatan. Ilmuan Farmasi yang terkenal
pada zaman ini antara lain: Yuhanna bin Masawayah (777-875), Abu Hasan Ali Bin Sahl Rabban Al-tabari
(808), Sabur bin Sahl, Zayd Hunayn bin Ishaq al ibadi (809-873) dan yang lainnya.

Menjelang Abad Pertengahan dan Abad Ke-20

Seiring meningkatnya jenis obat-obatan, rumitnya ilmu mengenai obat dan penanganan
serta penggunaannya, yang dulunya pekerjaan ini masih dipelajari dan dikerjakan dalam kedokteran.
Tokoh selanjutnya yang berpengaruh adalah Philippus Aureolus Theopharastus Bombastus von
hoheaheim, ia juga dikenal dengan nama paracelcus (1493-1542 M) seorang dokter dan ahli kimia, yang
merubah paradigma ilmu farmasi yang mulanya berdasarkan ilmu tumbuhan menjadi profesi yang
berkaitan erat dengan ilmu kimia, Paracelcus juga berhasil menyiapkan obat kimiawi yang dipakai
sebagai obat internal untuk melawan penyakit tertentu. Menjelang abad ke-20 Penelitian farmasi awal
mulai banyak dilakukan : Karl Wilhelm (1742-1786) seorang ahli farmasi Swiss berhasil menemukan zat
kimia seperti asam laktat, asam sitrat, asam oksalat, asam tartrat dan asam arsenat. Scheele juga
berhasil mengidentifikasi gliserin, menemukan cara baru membuat calomel, dan asam benzoat serta
menemukan oksigen. Friedrick seturner (1783-1841) merupakan ahli farmasi jerman berhasil
mengisolasi morpin dari opium, pada tahun 1805, seturner juga menganjurkan suatu seri isolasi dari
tumbuhan lainnya juga. Joseph Caventou (1795-1877) dan joseph Pelletier (1788-1842) menggabungkan
keahlian mereka dalam mengisolasi kina dan sinkonin dari sinkona. Joseph pelletier (1788-1842) dan
pirre robiquet (1780-1840) mengisolasi kafein dan robiquet sendiri memisahkan kodeina dari opium.
secara metode satu persatu zat kimia diisolasi dari tanaman, serta diidentifikasi sebagai zat yang
bertanggung jawab terhadap aktifitas medis tanamannnya. Di Eropa abad ke18 dan 19 M mereka berdua
sangat dihargai karna kemampuannya. Mereka juga menerapkan kemampuan ilmu farmasi pada
pembuatan produk-produk obat yang mempunyai standar kemurnian, keseragaman, dan khasiat yang
tinggi daripada yang sebelumnya dikenal. ekstraksi dan isolasi ini merupakan keberhasilan yang sangat
besar dibidang sediaan yang dipekatkan, sehingga saat itu banyak ahli farmasi yang membuat sediaan
obat dari tanaman meski dalam skala yang kecil. Pada awal abad ke-19 obat di Amerika umumnya
diimpor dari Eropa, walaupun banyak obat asli Amerika yang berasal dari suku indian yang diambil oleh
pendatang.

Seiring terjadi peningkatan kebutuhan masyarakat, muncul tiga perusahaan farmasi.[2]

Sejak masa Hipocrates (460-370 SM) yang dikenal sebagai “Bapak Ilmu Kedokteran”, karena
pada saat itu belum dipisahkan dan belum dikenalkan profesi Farmasi, jadi pada saat itu dokter/tabib
menjadi dokter sekaligus apoteker artinya seorang dokter yang mendignosis penyakit, juga sekaligus
merupakan seorang “Apoteker” yang menyiapkan obat. Semakin lama masalah penyediaan obat semakin
rumit, baik formula maupun pembuatannya, sehingga dibutuhkan adanya suatu keahlian tersendiri.

Pada tahun 1240 M, Raja Jerman Frederick II memerintahkan pemisahan secara resmi
antara Farmasi dan Kedokteran dalam dekritnya yang terkenal “Two Silices”.

Dampak revolusi industri merambah dunia farmasi dengan timbulnya industri-industri obat,
sehingga terpisahlah kegiatan farmasi di bidang industri obat dan di bidang “penyedia/peracik” obat
(apotek). Dalam hal ini keahlian kefarmasian jauh lebih dibutuhkan di sebuah industri farmasi daripada
apotek. Dapat dikatakan bahwa farmasi identik dengan teknologi pembuatan obat. Pendidikan farmasi
berkembang seiring dengan pola perkembangan teknologi agar mampu menghasilkan produk obat yang
memenuhi persyaratan dan sesuai dengan kebutuhan. Kurikulum pendidikan bidang farmasi disusun
lebih ke arah teknologi pembuatan obat untuk menunjang keberhasilan para anak didiknya dalam
melaksanakan tugas profesinya.

Dilihat dari sisi pendidikan Farmasi, di Indonesia mayoritas farmasi belum merupakan
bidang tersendiri melainkan termasuk dalam bidang MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam)
yang merupakan kelompok ilmu murni (basic science) sehingga lulusan S1-nya pun bukan disebut
Sarjana Farmasi melainkan Sarjana Sains. Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia (1997) dalam
“informasi jabatan untuk standar kompetensi kerja” menyebutkan jabatan Ahli Teknik Kimia Farmasi,
(yang tergolong sektor kesehatan) bagi jabatan yang berhubungan erat dengan obat-obatan, dengan
persyaratan : pendidikan Sarjana Teknik Farmasi.Di Inggris, sejak tahun 1962, dimulai suatu era baru
dalam pendidikan farmasi, karena pendidikan farmasi yang semula menjadi bagian dari MIPA, berubah
menjadi suatu bidang yang berdiri sendiri secara utuh. Rofesi farmasi berkembang ke arah “patient
oriented”, memuculkan berkembangnya Ward Pharmacy (farmasi bangsal) atau Clinical Pharmacy
(Farmasi klinik).

Di USA telah disadari sejak tahun 1963 bahwa masyarakat dan profesional lain memerlukan
informasi obat yang seharusnya datang dari para apoteker. Temuan tahun 1975 mengungkapkan
pernyataan para dokter bahwa apoteker merupakan informasi obat yang “parah”, tidak mampu
memenuhi kebutuhan para dokter akan informasi obat Apoteker yang berkualits dinilai amat
jarang/langka, bahkan dikatakan bahwa dibandingkan dengan apoteker, medical representatif dari
industri farmasi justru lebih merupakan sumber informasi obat bagi para dokter.

Perkembangan terakhir adalah timbulnya konsep “Pharmaceutical Care” yang membawa


para praktisi maupun para “profesor” ke arah “wilayah” pasien.

Ibnu Sina (980 M – 1037 M)

Ibnu Sina atau Abu Ali Al-Husain bin Abdullah, lahir di Bukhara, salah satu desa di Turkistan. Beliau
menjelajahi berbagai daerah dalam menuntut ilmu. Mulai dari Ray, Hamadzan, Ashfasan, Baghdad dan
negeri-negeri lainnya. Beliau menjalani hubungan dengan ulama senior pada masanya.

Dan berikut adalah delapan penemuan besar Ibnu Sina dalam Kesehatan :

Penemuan penyakit baru

Di dalam penilitiannya Ibnu Sina telah menghasilkan penemuan berupa pengaruh kuman dalam
penyakit, jangkitan virus seperti TB, penyakit Rubella, allergy, cacar (smallpox), dan sebagainya.

Penemuan dalam bidang Farmasi

Ibnu Sina telah menghasilkan obat bius, menciptakan benang yang khusus untuk menjahit luka
pembedahan, menciptakan alat suntik. Selain itu Ibnu Sina telah menulis beberapa buku tentang metode
pengumpulan dan penyimpanan tumbuhan obat serta cara pembuatan sediaan obat seperti pil,
supositoria, sirup.
Ibnu Sina menemukan peredaran darah manusia dan anatominya 600 tahun sebelum William Harvey.

Manfaat Red Wine

Ibnu Sina membahas dalam Canon of Medicine tentang manfaat red wine untuk memperkuat jantung.
Tahun 1940-an, dunia kesehatan Barat membenarkan hal ini dengan adanya antioksidan fenolik bernama
resveratrol yang terdapat dalam red wine. Resveratrol baru terpublikasi baik di dunia kesehatan pada
tahun 1990-an.

Di Canon of Medicine Ibna Sina membahas tentang sifat etanol yang dapat membunuh mikroorganisme.
Setiap kali hendak meracik obat atau menangani pasien, ia selalu mencuci tangannya dengan khamr,
sebab isolat etanol belum ditemukan pada masanya.

Penemuan urutan derajat panas

Setiap anggota tubuh digambarkan menjadi masing-masing temperamen. Masing-masing dengan gelar
panas dan kelembaban. Ibnu Sina menyusun anggota tubuh dalam “urutan derajat panas”, dari terpanas
sampai terdingin :

nafas dan “jantung dimana ia muncul”

darah; yang dihasilkan dari hati

hati; yang mungkin terlihat sebagai darah yang terkonsentrasi

Daging

Otot

Limpa

Ginjal

Arteri

Vena

Kulit telapak tangan dan kaki

Ibnu Sina membagi tahap kehidupan sebagai berikut :

Pertama : Masa bayi, Yaitu periode sebelum anggota badan yang dipasang untuk berjalan.
Kedua : Masa bayi. Yaitu masa pembentukan gigi. Kaki yang telah dipelajari, tetapi tidak stabil. Gusi tidak
penuh gigi.

Ketiga : Masa kecil. Yaitu tubuh menunjukkan kekuatan gerakan. Gigi sepenuhnya keluar.

Keempat : Usia muda “Masa pubertas”. Periode sampai dengan perkembangan rambut pada wajah dan
kemaluan.

Kelima : Pemuda. Periode sampai dengan batas pertumbuhan tubuh (menuju awal kehidupan dewasa).

Pertama kali yang berpendapat bahwa pikiran manusia memengaruhi kondisi fisiknya.

Belum lama ini peneliti melakukan penilitian antara kondisi fisik manusia dan pikirannya. Hasilnya
mencengangkan, ternyata pikiran manusia berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Jadi, apabila ada
seorang pasien yang sakit lalu dokter tersebut memberikan obat yang sama sekali tidak ada hubungan
dengan penyakitnya lalu dokter tersebut mengatakan “ini obat yang sangat manjur” maka pasien
tersebut dapat sembuh. Teori ini baru dibuktikan sekarang padahal Ibnu Sina telah berpendapat
demikian seribu tahun yang lalu. Beliau selalu berpesan kepada muridnya “jangan pernah katakan
kepada pasien bahwa penyakitnya tidak dapat diobati, sesungguhnya sugesti kalian merupakan obat bagi
pasien”.

PENUTUP

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut

Memberikan perhatian terhadap farmasi sebagai cabang ilmu tersendiri yang terlepas dari ilmu
kedokteran. Ia memiliki kaidah-kaidah dan metode keilmuan tersendiri yang berlandaskan pada riset dan
uji coba. Sebagaimana juga dilakukan penyusunan terhadap ilmu farmasi dan undang-undang
pengobatan oleh Sabur bin Sahal dan Amin Ad-Daulah bin At-Tilmidz.

Perkembangan farmasi dari zaman sebelum dan sesudah kemerdekaan telah banyak mengalami
perubahan walaupun di butuhkan waktu yang relatif lama namun akhirnya farmasi bisa bersaing dan
berkembang dengan cepatnya. Bahkan dari tahun ketahun peminat profesi di indonesia mengalami
peningkatan yang cukup tinggi. Kita pun dengan mudahnya mencari sekolah tinggi ataupun sekolah
menegah farmasi di indonesia ini.

DAFTAR PUSTAKA

Fuad, Ahmad. 2000. Sumbangan Keilmuan Islam pada Dunia. Jakarta: Pustaka Al-kautsar

http://farmatika.blogspot.com/p/sejarahfarmasi.html

http://ilmu-kefarmasian.blogspot.co.id/2013/06/sejarah-farmasi.html

http://ittihadulmuslimeen.blogspot.co.id/2016/04/penemuanbesar-ibnu- sina.html

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi III dan extra Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Depkes
RI

Anda mungkin juga menyukai