NIM : H031191071
KELOMPOK : II
PENDAHULUAN
sumber materi, dan tempat untuk membuang kotoran-kotoran yang tidak diperlukan lagi
oleh makhluk hidup. Kehidupan suatu makhluk hidup sangat bergantung pada
ekosistem tetapi juga mempelajari organisme pada tingkatan yang lebih kecil
Antara faktor biotik dan abiotik selalu mengadakan interaksi, hal inilah yang
ekosistem.
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 16 Oktober 2019 pukul 07.30-
Hasanuddin Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tidak ada satu pun makhluk hidup yang dapat hidup tanpa bergantung terhadap
makhluk hidup lain atau materi lain di dunia ini. Semua makhluk hidup, baik itu manusia,
Lingkungan hidup adalah suatu ruang yang ditempati makhluk hidup beserta
hidup dan lingkungannya adalah Ekologi. Secara umum, Ekologi adalah ilmu tentang
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya (Setiawan, 2010).
Di alam, baik itu makhluk hidup yang hidup di darat maupun di air, berusaha
makanan untuk mendapatkan energi, dan pada makhluk hidup heterotrof akan ada
materi organik kompleks menjadi lebih sederhana untuk dirinya dan dapat digunakan
timbal balik yang kompleks antara makhluk hidup dan lingkungannya, baik lingkungan
hidup maupun maupun tak hidup. Dalam ekologi, ekosistem merupakan satuan
fungsional dasar. Ekosistem itu sendiri terdiri atas satuan-satuan makhluk hidup, yaitu
(Pujianto, 2008).
Dalam ekologi, individu adalah makhluk hidup tunggal yang tidak dapat dibagi-
bagi. Seorang manusia, sebatang pohon kelapa, seekor kucing, dan seekor belalang
merupakan individu. Demikian pula dengan tiap-tiap ekor sapi dalam sekawanan sapi,
seekor ikan dalam kelompoknya, dan tiap-tiap pohon karet dalam suatu perkebunan.
Dari atas tanah, serumpun jahe itu terlihat sendiri atas beberapa tanaman jahe
(Pujianto, 2008).
Satuan makhluk hidup dalam ekosistem dapat berupa individu, populasi, atau
komunitas. Individu adalah makhluk tunggal. Contohnya: seekor kelinci, seekor serigala,
atau individu yang lainnya. Sejumlah individu sejenis (satu spesies) pada tempat tertentu
akan membentuk Populasi. Contoh : dipadang rumput hidup sekelompok kelinci dan
kelahiran, kematian, dan migrasi (emigrasi dan imigrasi). Sedangkan komunitas yaitu
seluruh populasi makhluk hidup yang hidup di suatu daerah tertentu dan diantara satu
sama lain saling berinteraksi. Contoh: di suatu padang rumput terjadi saling interaksi
antarpopulasi rumput, populasi kelinci. dan populasi serigala. Setiap individu, populasi
dan komunitas menempati tempat hidup tertentu yang disebut habitat. Komunitas
dengan seluruh faktor abiotiknya membentuk suatu ekosistem. Suatu komunitas di suatu
daerah yang mencakup daerah luas disebut bioma. Contoh: bioma padang.
Suatu ekosistem disusun oleh dua komponen utama yaitu komponen biotik
meliputi berbagai jenis makhluk hidup dan komponen abiotik meliputi lingkungan fisik
1. Komponen Biotik
Komponen biotik suatu ekosistem meliputi semua jenis makhluk hidup, baik
a. Komponen autotrof
sendiri berupa bahan organik daribahan anorganik dengan bantuan energi seperti energi
cahaya matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen yang
b. Komponen heterotrof
bahan organik dengan memakan organisme lain atau sisa-sisanya. Organisme heterotrof
tidak dapat mensintesis makanan sendiri, sehingga makanan selalu diperoleh dari
menguraikanbahan organik berupa sisa-sisa organisme yang telah mati. Organisme ini
2. Komponen Abiotik
Menurut Surwanto (2009) komponen abiotik adalah semua faktor penyusun
ekosistem yang terdiri dari benda-benda mati, antara lain oksigen, kelembapan dan
suhu, air dan garam mineral, cahaya matahari, dan tingkat keasaman tanah atau pH
tanah :
a. Oksigen
pernapasan. Dengan adanya oksigen, zat organik yang ada dalam tubuh akan dioksidasi
dalam suatu ekosistem. Kelembapan dan suhu berpengaruh terhadap hilangnya air yang
terhadap suhu dan kelembapan. Jamur dan lumut hanya mampu bertahan pada habitat
yang memiliki kelembapan tinggi dan tak mampu hidup pada daerah yang panas. Suhu
terendah yang masih memungkinkan organisme hidup disebut sebagai suhu minimum.
Suhu yang paling sesuai dan mendukung kehidupan untuk organisme disebut sebagai
suhu optimum, sedangkan suhu tertinggi yang masih dapat ditoleransi atau
Air merupakan penyusun tubuh setiap makhluk hidup. Sebagian besar tubuh
tersusun oleh air, sehingga begitu pentingnya air bagi metabolisme kehidupan makhluk
hidup. Selain itu, baik hewan maupun tumbuhan juga memerlukan garam-garam
mineral. Meskipun jumlah yang dibutuhkan sedikit, namun harus ada karena tak bisa
diganti oleh zat yang lain. Contohnya tumbuhan memerlukan zat besi (Fe) untuk
pembentukan klorofil.
d. Cahaya matahari
Cahaya matahari merupakan sumber energi dari semua organisme yang ada.
e. Tanah
makhluk hidup diperoleh dari lingkungannya. Agar dapat memperoleh semua itu,
setiap makhluk hidup harus memiliki lingkungan yang sesuai. Sebagai contoh,
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu pulpen, pensil, penghapus,
IV.1 Hasil
A. Tumbuhan
3. Rumput Gramineae
B. Hewan
1. Batu
2. Sampah Kering
3. Tanah
4. Kayu
5.Cahaya
7. Udara
8. Air
Tahun 2019
Asumsi I : 5 × 10 = 50 ekor (25 pasang)
50 + 10 = 60 ekor (30 pasang)
Asumsi II : 60 – 10 = 50 ekor (25 pasang)
Asumsi III : 50 ekor (25 pasang)
Asumsi IV : 50 ekor (25 pasang)
Tahun 2020
Asumsi I : 25 × 10 = 250 ekor (125 pasang)
250 + 50 = 300 ekor (150 pasang)
Asumsi II : 300 – 50 = 250 ekor (125 pasang)
Asumsi III : 250 ekor (125 pasang)
Asumsi IV : 250 ekor (125 pasang)
Tahun 2021
Asumsi I : 125 × 10 = 1250 ekor (625 pasang)
1250 + 250 = 1500 ekor (750 pasang)
Asumsi II : 1500 – 250 = 1250 ekor (625 pasang)
Asumsi III : 1250 ekor (625pasang)
Asumsi IV : 1250 ekor (625 pasang)
Tahun 2022
Asumsi I : 625 × 10 = 6250 ekor (3125 pasang)
6250 + 1250 = 7500 ekor (3750 pasang)
Asumsi II : 7500 – 1250 = 6250 ekor (3125 pasang)
Asumsi III : 6250 ekor (3125 pasang)
Asumsi IV : 6250 ekor (3125 pasang)
Tahun 2023
Asumsi I : 3125 × 10 = 31250 ekor (15625 pasang)
31250 + 6250 = 37500 ekor (18750 pasang)
Asumsi II : 37500 – 6250 = 31250 ekor (15625 pasang)
Asumsi III : 31250 ekor (15625 pasang)
Asumsi IV : 31250 ekor (15625 pasang)
Grafik
Model II
Tahun 2019
Asumsi I : 5 × 10 = 50 ekor (25 pasang)
50 + 10 = 60 ekor
60 – 6 = 54 ekor (27 pasang)
Asumsi II : 2/5 × 10 = 4 ekor ( hidup)
10 – 4 = 6 (mati)
60 – 6 = 54 ekor (27 pasang)
Asumsi III : 54 ekor
Asumsi IV : 54 ekor (27 pasang)
Tahun 2020
Asumsi I : 27 × 10 = 270 ekor (135 pasang)
270 + (54 – 4) = 320 ekor (160 pasang)
Asumsi II : 2/5 × 50 = 20 ekor (hidup)
Tahun 2019
Tahun 2020
Tahun 2021
Tahun 2022
Tahun 2023
Grafik
IV.2 Pembahasan
A. Rantai Makanan
dalam satu arah, sehingga tidak ada kompunen di dalamnya yang memiliki
dalam tubuh herbivora dan sebagian energi hilang berupa panas. Demikian
juga sewaktu herbivora dimakan karnivora. Oleh karena itu, aliran energi
pada rantai makanan jumlahnya semakin berkurang. Pergerakan energi di
ini disebut produsen karena hanya mereka yang dapat membuat makan
B. Jaring-Jaring Makanan
Hal ini menyebabkan adalah organism yang memiliki dua paranan dalam
berhubungan.
Pada rantai makanan telah kita ketahui bahwa tingkat tropik yang terdiri
tropik ketiga, dan seterusnya. Setiap perpindahan energi dari satu tingkat
berupa panas sehingga jumlah energi pada rantai makanan untuk tingkat
C. Piramida Makanan
terdapat pada satuan luas tertentu atau kepadatan populasi antar trofiknya
lebih besar dari populasi konsumen primer lebih besar dari populasi
ekologi.
IV.2.2 Pengamatan Populasi
A. Model 1
totalnya 60 ekor (30 pasang). Pada asumsi II, semua tetua (induk jantan dan
induk betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya, jadi jumlah burung
berkurang 10 dan totalnya 50 ekor (25 pasang). Pada asumsi III, semua
masih tetap 50 ekor (25 pasang). Pada asumsi IV, tidak ada burung yang
ekor kemudian ditambah dengan jumlah induk, jadi totalnya 300 ekor (150
pasang). Pada asumsi II, semua tetua (induk jantan dan induk betina) mati
totalnya 250 ekor (125 pasang). Pada asumsi III, semua keturunan hidup
sampai musim bertelur berikutnya, jadi jumlah burung masih tetap 250 ekor
(125 pasang). Pada asumsi IV, tidak ada burung yang meninggalkan atau
yang datang ke pulau tersebut. Sehingga pada tahun 2020, jumlah burung
Asumsi 1 (tahun 2021) terdapat 250 ekor burung, setiap pasang burung
ekor (750 pasang). Pada asumsi II, semua tetua (induk jantan dan induk
berkurang 250 dan totalnya 1250 ekor (625 pasang). Pada asumsi III,
burung masih tetap 1250 ekor (625 pasang). Pada asumsi IV, tidak ada
pada tahun 2021, jumlah burung yaitu 1250 ekor (625 pasang).
totalnya 7500 ekor (3750 pasang). Pada asumsi II, semua tetua (induk
jantan dan induk betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya, jadi
jumlah burung berkurang 1250 dan totalnya 6250 ekor (3125 pasang). Pada
asumsi III, semua keturunan hidup sampai musim bertelur berikutnya, jadi
jumlah burung masih tetap 6250 ekor (3125 pasang). Pada asumsi IV, tidak
Sehingga pada tahun 2022, jumlah burung yaitu 6250 ekor (3125 pasang).
totalnya 37500 ekor (18750 pasang). Pada asumsi II, semua tetua (induk
jantan dan induk betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya, jadi
jumlah burung berkurang 6250 dan totalnya 31250 ekor (15625 pasang).
Pada asumsi III, semua keturunan hidup sampai musim bertelur berikutnya,
jadi jumlah burung masih tetap 31250 ekor (15625 pasang). Pada asumsi
IV, tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau
tersebut. Sehingga pada tahun 2023, jumlah burung yaitu 31250 ekor
(15625 pasang).
B. Model 2
induk, jadi totalnya 60 ekor (30 pasang). Pada asumsi II, dua perlima dari
tertua (jantan dan betina) masih dapat mempunyai keturunan lagi yaitu 2/5
asumsi III, semua keturunan hidup sampai musim bertelur berikutnya, jadi
jumlah burung masih tetap 54 ekor (27 pasang). Pada asumsi IV, tidak ada
menghasilkan 270 ekor (135 pasang) kemudian burung tetua yang telah
totalnya 320 ekor (160 pasang). Pada asumsi II, dua perlima dari tertua
(jantan dan betina) masih dapat mempunyai keturunan lagi yaitu 2/5 dari
50 yaitu 20 (10 pasang ).320 dikurang 30 jadi 290 ekor (145 pasang). Pada
asumsi III, semua keturunan hidup sampai musim bertelur berikutnya, jadi
jumlah burung masih tetap 290 ekor (145 pasang). Pada asumsi IV, tidak
adaburung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut.
Sehingga pada tahun 2020, jumlah burung yaitu 290 ekor (145 pasang).
Asumsi I (tahun 2021), terdapat 290 ekor burung (145 pasang), setiap
1720 ekor. Pada asumsi II, dua perlima dari tertua (jantan dan betina) masih
dapat mempunyai keturunan lagi yaitu 2/5 dari 270 yaitu 108 ekor. 1720
dikurang 162 jadi 1558 ekor. Pada asumsi III, semua keturunan hidup
sampai musim bertelur berikutnya, jadi jumlah burung 1558 ekor (779
pasang) masih tetap 1558 ekor (779 pasang). Pada asumsi IV, tidak ada
pada tahun 2021, jumlah burung yaitu 1558 ekor (779 pasang).
Asumsi I (tahun 2022), terdapat 1558 ekor (779 pasang), setiap pasang
keturunan mati, jadi dikurang 108 totalnya 1450 ekor, kemudian ditambah
9240 ekor. Pada asumsi II, dua perlima dari tertua (jantan dan betina) masih
dapat mempunyai keturunan lagi yaitu 2/5 dari 1450 ekor yaitu 580 ekor.
9240ekor dikurang 870 ekor jadi 8370 ekor (4185 pasang). Pada asumsi III,
burung 8370 ekor (4185 pasang) masih tetap 8370 ekor (4185 pasang).
Pada asumsi IV, tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke
pulau tersebut. Sehingga pada tahun 2022, jumlah burung yaitu 8370 ekor
(4185 pasang).
Asumsi I (tahun 2023), terdapat 8370 ekor (4185 pasang), setiap pasang
keturunan mati, jadi dikurang 580 ekor totalnya 7790 ekor, kemudian
totalnya 49640 ekor. Pada asumsi II, dua perlima dari tertua (jantan dan
betina) masih dapat mempunyai keturunan lagi yaitu 2/5 dari 7790 ekor
yaitu 3116 ekor. 49640 ekor dikurang 4674 ekor jadi 44966 ekor (22483
pasang). .Pada asumsi III, semua keturunan hidup sampai musim bertelur
berikutnya, jadi jumlah burung 44966 ekor (22483 pasang) masih tetap
44966 ekor (22483 pasang). Pada asumsi IV, tidak ada burung yang
C. Model 3
60 ekor (30 pasang). Asumsi II Setiap tetua (induk jantan dan betina) mati
menjadi 50 ekor (25 pasang). Asumsi III Dua per lima dari 50 mati sebelum
musim bertelur yaitu 20 ekor (10 pasang). 50 ekor dikurang 20 ekor jadi 30
ekor (15 pasang). Pada asumsi IV, tidak ada burung yang meninggalkan
atau yang datang ke pulau tersebut. Sehingga pada tahun 2019, jumlah
burung yaitu 30 ekor (15 pasang).
ekor (75 pasang), kemudian ditambah jumlah induk jadi 180 ekor (90
pasang). Asumsi II Setiap tetua (induk jantan dan betina) mati sebelum
musim musim bertelur berikutnya jadi 180 ekor dikurang 30 ekor menjadi
150 ekor (75 pasang). Asumsi III Dua per lima dari 150 mati sebelum
musim bertelur yaitu 60 ekor (30 pasang). 150 ekor dikurang 60 ekor jadi
90 ekor (45 pasang). Pada asumsi IV, tidak ada burung yang meninggalkan
atau yang datang ke pulau tersebut. Sehingga pada tahun 2020, jumlah
ekor (225 pasang), kemudian ditambah jumlah induk jadi 540 ekor (270
pasang). Asumsi II Setiap tetua (induk jantan dan betina) mati sebelum
musim musim bertelur berikutnya jadi 540 ekor dikurang 90 ekor menjadi
450 ekor (225 pasang). Asumsi III Dua per lima dari 450 mati sebelum
musim bertelur yaitu 180 ekor (90 pasang). 450 ekor dikurang 180 ekor
jadi 270 ekor (135 pasang). Pada asumsi IV, tidak ada burung yang
Asumsi I (2022), terdapat 270 ekor (135 pasang), setiap pasang burung
1350 ekor (675 pasang), kemudian ditambah jumlah induk jadi 1620 ekor
(810 pasang). Asumsi II Setiap tetua (induk jantan dan betina) mati
sebelum musim musim bertelur berikutnya jadi 1620 ekor dikurang 270
ekor menjadi 1350 ekor (675 pasang). Asumsi III Dua per lima dari 1350
mati sebelum musim bertelur yaitu 540 ekor (270 pasang). 1350 ekor
dikurang 540 ekor jadi 810 ekor (405 pasang). Pada asumsi IV, tidak ada
pada tahun 2022, jumlah burung yaitu 810 ekor (405 pasang).
Asumsi I (2023), terdapat 810 ekor (405 pasang), setiap pasang burung
4050 ekor (2025 pasang), kemudian ditambah jumlah induk jadi 4860 ekor
(2430 pasang). Asumsi II Setiap tetua (induk jantan dan betina) mati
sebelum musim musim bertelur berikutnya jadi 4860 ekor dikurang 810
ekor menjadi 4050 ekor (2025 pasang). Asumsi III dua per lima dari 4050
mati sebelum musim bertelur yaitu 1620 ekor (810 pasang). 4050 ekor
dikurang 1620 ekor jadi 2430 ekor (1215 pasang). Pada asumsi IV, tidak
Sehingga pada tahun 2023, jumlah burung yaitu 2430 ekor (1215 pasang).
D. Model 4
Pada model IV, asumsi 1 (tahun 2019) terdapat 10 ekor burung, setiap
totalnya 60 ekor (30 pasang). Pada asumsi II, semua tetua (induk jantan dan
induk betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya, jadi jumlah burung
berkurang 10 dan totalnya 50 ekor (25 pasang). Pada asumsi III, semua
masih tetap 50 ekor (25 pasang). Pada asumsi IV, terdapat 50 burung gereja
datang ke pulau tersebut jadi 50 ekor ditambah 50 ekor menjadi 100 ekor
(50 pasang).
Asumsi 1 (tahun 2020) terdapat 100 ekor burung (50 pasang), setiap
totalnya 600 ekor (300 pasang). Pada asumsi II, semua tetua (induk jantan
dan induk betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya, jadi jumlah
burung berkurang 100 dan totalnya 500 ekor (250 pasang). Pada asumsi III,
burung masih tetap 500 ekor (250 pasang). Pada asumsi IV, terdapat 50
burung gereja datang ke pulau tersebut jadi 500 ekor ditambah 50 ekor
Asumsi 1 (tahun 2021) terdapat 550 ekor burung, setiap pasang burung
ekor kemudian ditambah dengan jumlah induk, jadi totalnya 3300 ekor
(1650 pasang). Pada asumsi II, semua tetua (induk jantan dan induk betina)
550 dan totalnya 2750 ekor (1375 pasang). Pada asumsi III, semua
masih tetap 2750 ekor (1375 pasang). Pada asumsi IV, terdapat 50 burung
gereja datang ke pulau tersebut jadi 2750 ekor ditambah 50 ekor menjadi
Asumsi 1 (tahun 2022) terdapat 2800 ekor burung (1400 pasang), setiap
totalnya 16800 ekor (8400 pasang). Pada asumsi II, semua tetua (induk
jantan dan induk betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya, jadi
jumlah burung berkurang 2800 dan totalnya 14000 ekor (7000 pasang).
Pada asumsi III, semua keturunan hidup sampai musim bertelur berikutnya,
jadi jumlah burung masih tetap 14000 ekor (7000 pasang). Pada asumsi IV,
jadi totalnya 84300 ekor (42150 pasang). Pada asumsi II, semua tetua
(induk jantan dan induk betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya,
jadi jumlah burung berkurang 14050 dan totalnya 70250 ekor (35125
pasang). Pada asumsi III, semua keturunan hidup sampai musim bertelur
berikutnya, jadi jumlah burung masih tetap 70250 ekor (35125 pasang).
Pada asumsi IV, terdapat 50 burung gereja datang ke pulau tersebut jadi
V. 1 Kesimpulan
biotik yang saling makan memakan dimana komponen biotik yang terpenting
ada dalam ekosistem adalah tumbuhan karena sebagai sumber makanan bagi
makhluk lainnya.
V. 2 Saran
Campbell, N. A., Reece, J. B. dan Urry, L. A., 2004. Biologi jilid 3 Edisi Kelima.
Erlangga. Jakarta.
Caudill, H., 2005. Ekosistem dan Kesejahteraan Manusia: Suatu Kerangka Pikir
untuk Penilaian. Millennium Ecosystem Assessment. Jakarta.
Sahira, I., G., Danti, Pratiwi., Shelfila, F., Medina, D., S., Muhammad, S.,
Muhammad, P., A., 2013, Ekosistem Terestrial. Jurnal Ekosistem
Terestrial. 5(3). 1-2.
Soemarno, M., S., Ekosistem dan Sistem Wilayah. Jurnal Ekologi. 3(1). 1-3.
Southwick, 1972. Ecology and the Quality of Our Environmental. Van Nostrand.
New York.