KESETIMBANGAN KIMIA
PENDAHULUAN
Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang
teramati selama bertambahnya waktu reaksi. Jika suatu reaksi kimia telah mencapai
keadaan kesetimbangan maka konsentarasi reaktan dan produk menjadi konstan
sehingga tidak ada perubahan yang teramati dalam sistem. Meskipun demikian,
aktivitas molekul tetap berjalan, molekul-molekul reaktan berubah menjadi produk
secara terus-menerus sambil molekul-molekul produk berubah menjadi reaktan
kembali dengan kecepatan yang sama.
Dalam bahasan berikut ini kita akan membicarakan beberapa jenis reaksi
kesetimbangan yang berbeda-beda, pengertian kesetimbangan dan hubunganya
dengan konstanta kecepatan reaksi, serta factor-faktor yang dapat mengganggu suatu
sistem kesetimbangan seperti suhu, tekanan, volume, jumlah, mol dan katasator.
Sedikit sekali reaksi kimia yang berjalan ke satu arah saja, kebanyakan adalah
reaksi dapat balik (reversible). Pada awal suatu reaksi dapat balik, reaksi berjalan
kearah pembentukan produk. Sesaat setelah produk terbentuk, pembentukan reaktan
dari produk juga mulai berjalan. Jika kecepatan reaksi maju dan reaksi balik adalah
adalah sama, dan dikatakan bahwa kesetimbangan kimia telah dicapai. Harus diingat
bahwa kesetimbangan kimia melibatkan beberapa zat yang berbeda sebagai reaktan
dan produk. Kesetimbangan antara dua fase zat-zat yang sama disebut kesetimbangan
fisika, perubahan yang terjadi adalah proses fisika. Dalam peristiwa ini, molekul air
yang meninggalkan fase cair adalah sama dengan jumlah molekul yang kembali
kefase cair.
H2O(C) H2O(g)
Perhatian para kimiawi kebanyakan tercurah pada proses kesetimbangan
kimia, misalnya reaksi dapat dibalik yang melibatkan nitrogen dioksidasi (NO2) dan
nitrogen tetraoksida (N2O4) yang dinyatakan seperti berikut:
N2O4(g) 2NO2(g)
Kemajuan reaksi ini mudah dimonitor karena N2O4 adalah suatu gas tak
berwarna, sedangkan NO2 adalah gas berwarna coklat tua. Andaikan sejumlah tertentu
gas N2O4 diinjeksikan kedalam labu tertutup maka segera tampak warna coklat yang
menunjukkan terbentuknya molekul NO2. Intensitas warna terus meningkat dengan
berlangsungnya peruraian N2O4 terus-menerus sampai kesetimbangan tercapai. Pada
kaadaan ini, tidak ada lagi perubahan warna yang teramati.
VI-1
Secara eksperimen kita juga dapat mendapatkan keadaan kesetimbangan
dimana gas NO2 murni sebagai starting material (bahan baku), atau dengan suatu
campuran antara gas NO2 dan gas N2O4. Pada table 6.1, memperlihatkan beberapa
data eksperimen yang diukur pada 250C untuk reaksi antara gas NO2 dan gas N2O4.
Gambar.6.1 Perubahan konsentrasi NO2 dan N2O4 dengan waktu (a) mula-mula hanya
NO2 yang ada (b) mula-mula hanya N2O2 yang ada (c) mula-mula yang
ada adalah campuran NO2 dan N2O2
Kita dapat membuat menjadi lebih umum pembicaraan ini dengan meninjau
reaksi dapat balik berikut :
aA + bB cC + dD
Dimana a, b, c, dan d adalah koefesien-koefesien stoikiometri untuk spesies-spesies
kimia A, B, C dan D. konstanta kesetimbangan reaksi pada temperatur tertentu adalah
:
Persamaan tersebut adalah suatu bentuk matematika hukum aksi massa yang
diusulkan oleh Cato Gulberg dan Peter Waage pada tahun 1864
VI-2
6.2 CARA MENYATAKAN KONSTANTA KESETIMBANGAN
1. Kesetimbangan Homogen
Kesetimbangan homogen adalah reaksi dalam dimana semua spesies pereaksi ada
dalam fase yang sama. Salah satu contoh kesetimbangan homogen fase gas adalah
peruraian N2O4. Konstanta kesetimbangan dinyatakan dalam persamaan :
Dimana PNO2 dan masing-masing adalah tekanan parsial (dalam atm) NO2 dan
N2O4. Indeks Kp memberikan informasi bahwa konsentrasi dinyatakan dalam tekanan.
Umumnya KC tidak sama dengan KP karena tekanan persial reaktan dan produk tidak
sama dengan konsentrasinya yang dinyatakan dalam mol per liter. Hubungan
sederhana antara KC dan kp dapat diturungkan sebagai berikut. Andaikan suatu reaksi
kesetimbangan dalam fase
aA bB
Dimana a dan b adalah koefisien stoikiometri.
Konstan kesetimbangan Kc dinyatakan dengan
Kc =
Dan pernyataan untuk Kp adalah
Kp =
Dimana PA dan PB masing-masing adalah tekanan parsial A dan B. bila gas dianggap
bersifat ideal maka
PAV = nART
PA =
Dimana V adalah volume wadah dalam satuan liter. Demikian pula
VI-3
PBV = nBRT
PB =
Dengan mengganti hubungan ke dalam peernyataan Kp maka diperoleh persamaan
Sekarang nA/V dan nB/V mempunyai satuan mol/L dan dapat dinyatakan dengan [A]
3. Kesetimbangan Heterogen
Reaksi dapat balik yang melibatkan reaktan dan produk berbeda fase disebut
kesetimbangan heterogen. Sebagai contoh, jika kalsium karbonat dipanaskan dalam
suatu bejana tertutup maka akan tercapai kesetimbangan seperti berikut :
[CaO][CO2 ]
K c'
[CaCO3 ]
Oleh karena CaCO3 dan CaO adalah padatan murni, maka konsentrasinya dianggap
tidak berubah selama reaksi berjalan. Melalui penataan ulang persamaan diatas
diperoleh :
[CaCO3] K'c = [CO2]
[CaO]
Oleh karena [CaCO3] dan [CaO] konstanta dan K'c adalah suatu konstanta
kesetimbangan maka semua suku yang ada disebelah kiri persamaan tersebut adalah
konstanta.
K'c =Kc =[
Dimana Kc adalah konstanta kesetimbangan baru yang tidak tergantung pada
banyaknya CaO dan CaCO3 yang ada. Kita dapat juga menyatakan konstanta
kesetimbangan sebagai berikut :
Kp = PCO2
Dalam hal ini konstanta kesetimbangan adalah suatu bilangan yang sama dengan
tekanan CO2.
VI-4
4. Bentuk K dan Persamaan Reaksi
VI-5
dimana indeks “o” menyatakan konsentrasi awal. Oleh karena hasil bagi
[HI] /[ ]0[ ]0 lebih besar daripada Kc (54,3), berarti sistem ini belum mencapai
VI-6
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan konstanta kesetimbangan, dapat
dilakukan pendekatan seperti berikut :
1. Nyatakanlah konsentrasi pada kesetimbangan semua spesies dengan konsentrasi
awal dan suatu konsentrasi tunggal spesies yang tidak diketahui besarnya (x)
yang menyatakan perubahan konsentrasi.
2. Tuliskanlah pernyataan konstanta kesetimbangan dalam konsentrasi
kesetimbangan. Dengan harga konstanta kesetimbangan yang telah diketahui
maka harga x dapat dicari.
3. Setelah harga x diketahui, hitunglah konsentrasi semua spesies.
Jika padatan ionic berlebih dilarutkan ke dalam air maka diperoleh suatu
kesetimbangan antara ion-ion dalam larutan jenuh dengan fase padat yang berlebih.
Sebagai contoh kesetimbangan perak klorida :
AgCl (p) Ag+ (aq) + Cl- (aq)
Dengan demikian,
= Kc
Konsentrasi perak klorida dalam fase padat adalah suatu konstanta dan tidak berubah.
Tidak peduli berapa banyak padatan itu yang kontak dengan larutan. Oleh karenanya
kita dapat menuliskan
[Ag+][Cl-] = Kc[AgCl (p) ]= Ksp
Konstanta Ksp disebut konstanta hasil kali kelarutan (solubility product), dan
pernyataan [Ag+][Cl-] adalah hasil kali konsentrasi ion-ion hasil. Bila larutan jenuh
berada dalam kesetimbangan dengan padatan yang berlebih, hasil kali konsentrasi ion-
ionnya harus sama dengan harga Ksp-nya. Tidak ada pembatasan bahwa konsentrasi
Ag+ harus sama dengan konsentrasi Cl-, tapi hasil kalinya sama dengan Ksp. Harga
Ksp harus ditentukan melalui percobaan.
Salah satu contoh percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut : barium
sulfat digerus dan diaduk dalam satu liter air pada 25oC sampai terbentuk larutan
jenuh. Larutan disaring, endapan BaSO4 yang berlebih disingkirkan, dan filtratnya
dievaporasi sampai kering. Endapan BaSO4 yang diperoleh dari filtrat kemudian
dikeringkan dan ditimbang. Kelarutan BaSO4 dalam air pada 25oC yang diperoleh
adalah 3,9 x 10-5 mol/L. seperti halnya semua garam, BaSO4 adalah elektrolit kuat dan
terurai sempurna dalam air. Oleh karenanya jika 3,9 x 10-5 mol/L BaSO4 yang terlarut,
ion Ba2+ yang terbentuk adalah 3,9 x 10-5 mol/L dan ion SO42- juga 3,9 x 10-5 mol/L.
a. Perubahan Konsentrasi
Besi III tiosionat [Fe(SCN)] larut dengan segera kedalam air menghasilkan suatu
larutan merah. Warna merah ini. Disebabkan oleh adanya ion FESCN2+. Adapun
reaksi kesetimbangan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :
FeSCN2+ (aq) Fe3+ (aq) + SCN- (aq)
Merah kuning muda tak berwarna
Jika dalam sistem larutan tersebut ditambahkan natrium tiosianat (NaSCN) maka
konsentrasi ion SCN- meningkat. Untuk mengatasi gangguan tersebut maka ion Fe3+
bereaksi dengan ion SCN- yang ditambahkan, dan kesetimbangan bergeser dari kanan
ke kiri.
FeSCN2+ (aq) Fe3+ (aq) + SCN- (aq)
Akibatnya, warna merah larutan menjadi lebih gelap. Hal yang sama terjadi jika ke
dalam larutan mula-mula ditambahkan besi (III) nitrat Fe(NO3)3 .
Seandainya kita menambahkan asam oksalat (H2C2O4) ke dalam larutan awal. Sam
oksalat terionisasi dalam air menghasilkan ion oksalat (C2O42-) yang dapat berikatan
kuat dengan ion Fe3+. Pembentukan ion stabil Fe(C2O4)33- menghabiskan ion Fe3+
dalam larutan. Akibatnya, FeSCN2+ terurai dan kesetimbangan bergeser dari kiri ke
kanan. Larutan merah berubah menjadi kuning karena pembentukan ion Fe(C2O4)33-.
FeSCN2+ (aq) Fe3+ (aq) + SCN- (aq)
VI-8
Jika P dan V saling berhubungan secara timbal-balik. Pada jumlah mol dan T tetap,
semakin besar tekanan maka volume semakin kecil, demikian sebaliknya. Suku (n/V)
adalah konsentrasi dalam mol/L, dan dipengaruhi langsung oleh perubahan tekanan.
Andaikan sistem kesetimbangan seperti berikut :
N2O4 (g) 2NO2(g)
Berada dalam silinder yang dilengkapi dengan piston. Persamaan konstanta
kesetimbangannya dinyatakan sebagai berikut :
Kemudian tekanan gas dalam tabung ditingkatkan dengan cara menekan piston. Oleh
karena volume menurun maka konsentrasi N2O4 (stoikhiometri kecil) meningkat
sedangkan NO2 . pada pernyataan konstanta kesetimbangan terlihat bahwa NO2
dikuadratkan, sedangkan N2O4 hanya pangkat satu. Oleh karenanya peningkatan
tekanan akan menyebabkan sistem tidak berada pada posisi kesetimbangan dalam hal
ini terjadi perubahan dari kanan ke kiri.
Umumnya peningkatan tekanan (penurunan volume) lebih disukai oleh reaksi yang
menurun jumlah mol total gasnya, dan penurunan tekanan (peningkatan volume) lebih
disukai oleh reaksi yang meningkat jumlah mol total gasnya. Untuk reaksi yang tidak
ada perubahan jumlah mol gas totalnya, perubahan tekanan dan volume tidak akan
menggeser posisi kesetimbangan.
c. Perubahan Temperatur
VI-9
maka perubahan kea rah tersebut lebih disukai. Kecenderungan kea rah reaksi
balik menyebabkan konsentrasi I2 dan H2 meningkat.
c. Suatu prinsip yang umum dalam kinetic adalah bahwa kecepatan reaksi
meningkat dengan meningkatnya temperatur. Peningkatan temperatur untuk
suatu reaksi kesetimbangan menyebabkan kecepatan reaksi endotermis relatif
lebih meningkat daripada reaksi eksotermis. Untuk reaksi
H2(g) + I2(g) 2HI(g) + 13kJ
Maka dengan menaikkan temperatur, kecepatan peruraian (endotermis) lebih
meningkat daripada kecepatan pembentukan HI (eksotermis). Hasilnya, jika
terjadi penaikan temperatur reaksi maka konsentrasi HI menurun.
d. Penambahan Katalis
Gambar 6.2 diagram energi rintangan (garis putus-putus adalah jalan yang
dilalui reaksi bila digunakan katalis)
Pada gambar terlihat perbedaan energi rintangan antara reaksi yang dikatalis
dengan yang tidak dikatalis. Sebagaimana yang yang terlihat pada Gambar 6.2,
katalisator menurunkan energi rintangan reaksi sehingga kecepatan reaksi meningkat.
Jika energi rintangan kearah maju diturunkan maka energi rintangan untuk perubahan
kea rah belakang juga turun. Dengan demikian maka peningkatan kecepatan reaksi
untuk katalisator kea rah maju harus sama dengan peningkatan kecepatan reaksi kea
rah sebaliknya.
VI-10
Contoh soal :
Konstanta kesetimbangan (Kc) pada 25oC untuk reaksi berikut adalah 4,63 x 10-3.
Berapakan harga Kp pada temperatur tersebut?
N2O4(g) 2NO2(g)
Jawab :
Kp = Kc(0,0821T)Δn
Oleh karena T = 298 K dan Δn=2-1, maka kita mempuyai
Kp = (4,63 x 10-3)(0,0821 x 298), maka Kp = 0,113
Contoh soal :
Suatu reaksi pada 200oC, mula-mula terdapat 0,249 mol N2, 3,2 x 10-2 mol H2, dan
6,42 x 10-4 mol NH3 dalam tabung reaksi 3,50 L. jika konstanta kesetimbangan (Kc)
pada temperatur tersebut untuk reaksi adalah 0,65; tentukan apakah reaksi berada
pada keadaan kesetimbangan? Jika tidak, prakirakan kea rah mana reaksi berjalan!
Jawab :
Konsentrasi awal spesies-spesies dalam reaksi adalah
=
Oleh karena Qc lebih kecil daripada Kc (0,65) maka sistem tidak berada dalam
keadaan kesetimbangan. Reaksi akan berjalan dari kiri ke kanan sampai
kesetimbangan tercapai.
Contoh soal :
Suatu campuran 0,500 mol H2 dan 0,500 mol I2 ditempatkan dalam tabung 1,00L
pada 430oC. Hitunglah konsentrasi H2, I2 dan HI pada kesetimbangan. Diketahui
konstanta kesetimbangan (Kc) reaksi, pada teperatur tersebut adalah 54,3.
Langkah 1 ;
Stoikiometri reaksi adalah 1 mol H2 bereaksi dengan 1 mol I2 menghasilkan 2 mol HI.
Bila x adalah pengurangan (dalam mol/L) masing-masing H2 dan I2 pada
kesetimbangan, maka konsentrasi HI yang terjadi adalah 2x.
VI-11
H2(g) + I2(g) 2HI(g)
Konsentrasi mula-mula (M) : 0,500 0,500 0,00
Perubahan konsentrasi (M) : -x -x +2x
Konsentrasi kesetimbangan : (0,500-x) (0,500-x) 2x
Langkah 2 : konstanta kesetimbangan dinyatakan dengan
= 2,86x10-2
Oleh karena harga Qc lebih besar daripada harga Kc (2,37 x 10-3) maka reaksi akan
bergeser dari kanan ke kiri sampai Qc sama dengan Kc.
VI-12