Anda di halaman 1dari 6

Nama: Suci Sislia Putri

Nim: A1R123093

Matkul: Wawasan kemaritiman

1. Jelaskan pengertian wawasan kemaritiman, kebangsaan, dan Nusantara?

=>Wawasan kemaritiman atau wawasan maritim adalah pengetahuan bangsa Indonesia yang
memandang laut dan tanah di bawahnya dan udara di atasnya adalah yang tidak tidak terpisahkan.
Wawasan maritim berasal dari kata Wawasan dan Maritim,wawasan berasal dari kata wawas yang
berarti dalam bahasa Jawa adalah pandangan atau penglihatan indrawi.

Wawasan artinya pandangan, tujuan, penglihatan, tanggap indrawi dan wawasan berarti pula cara
pandang atau cara melihat. Sedangkan Maritim artinya adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai
diri dan lingkungannya sebagai negara kepulauan yang memiliki laut yang luas dengan semua aspek
kehidupan yang beragam. Atau cara pandang dan sikap bangsa indonesia mengenai diri dan
lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Wawasan kemaritiman ini menyatukan bangsa dan negara secara utuh menyeluruh mencakup
segenap bidang kehidupan nasional yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial, maupun budaya dalam
bidang maritim.

=>Kebangsaan adalah hubungan hukum antara orang dan negara.[1] Kebangsaan memberi yurisdiksi
negara atas orang dan memberi orang perlindungan dari negara. Yang menjadi hak-hak dan kewajiban
merupakan hal yang beragam dari suatu negara dengan negara lainnya.[2]Menurut kebiasaan dan
konvensi internasional, hal ini adalah hak setiap negara untuk menentukan siapa saja yang merupakan
warga negaranya.[3] Klasifikasi tersebut adalah bagian dari hukum kewarganegaraan. Dalam beberapa
kasus, penentuan kebangsaan juga diatur oleh hukum internasional umum-sebagai contoh, oleh
perjanjian pada tanpa kewarganegaraan dan Konvensi Eropa tentang Kewarganegaraan.

=>Nusantara adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan kepulauan Indonesia yang
membentang dari ujung Sumatera hingga Papua. Istilah ini pertama kali tercatat dalam literatur Jawa
Pertengahan di abad ke-12 sampai 16 untuk menggambarkan suatu negara yang mengadopsi konsep
dari Kerajaan Majapahit.

Secara morfologi, istilah nusantara diambil dari Bahasa Jawa Kuno. Nusa berarti pulau dan antara
berarti lain atau bisa diartikan juga sebagai seberang.

2. Jelaskan Sejarah kemaritiman dari jaman panjajahan, kerajaan, kemerdekaan, orde baru, reformasi,
hingga Jokowi (saat ini)?
a. Sejarah kemaritiman dari jaman penjajahan

 Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan tanah yang luas dan merupakan negara
kepulauan dengan luas lautan melebihi daratan. Secara geografis, Indonesia terjepit di
antara dua benua dan memiliki lautan dan sumber daya alam yang melimpah. Sebagai
negara kepulauan seharusnya Indonesia juga disebut negara kepulauan Maritim.
Pada awal abad ke-16, perairan Hindia-Belanda mulai dijelajahi oleh kapal-kapal dagang
Eropa dari Portugal, Spanyol, Inggris dan Belanda. Kekuatan pelayaran dan perdagangan
Eropa ini mendominasi perairan Asia Tenggara termasuk Hindia-Belanda hingga pertengahan
abad ke-20 yang ditandai dengan kedatangan koloni Jepang.
Kedatangan para pedagang atau koloni asing tersebut dapat diartikan sebagai suatu proses
perubahan yang tumbuh dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan perdagangan
(ekonomi) kemudian kolonialisme dan membentuk kekuasaan nusantara melalui sistem
kekuasaan Barat.
Warisan besar VOC di sektor maritim adalah jalur perdagangan yang mencakup titik-titik
pelabuhan sebagai jaringnya. Kota pelabuhan merupakan basis pengembangan kota pesisir
yang meluas hingga ke pedalaman. Dapat dikatakan kota besar yang ada sekarang merupakan
pengembangan dari kota pantai seperti contohnya Jakarta, Surabaya, Makassar dan lainnya.
Selain itu, keberhasilan suatu tempat sebagai kota pantai tergantung pada kemampuan
pelabuhan untuk menarik aktivitas pelayaran baik dengan mengirimkan kargo dari pedalaman
maupun dengan adanya peraturan untuk menarik kapal ke pelabuhan.

VOC dengan sistem perdagangan Asia Tenggara telah menciptakan sistem transportasi laut
yang strategis. Sistem ini penuh dengan instrumen politik yang berarti membuat kesepakatan
dengan berbagai pemerintah daerah untuk peluang perdagangan. Metode teknologi yang
paling penting adalah kebijakan merancang kapal yang dirancang khusus untuk memungkinkan
VOC beroperasi sepanjang tahun tanpa terbatasi musim.

Pelabuhan Batavia merupakan titik inti dari jaringan perdagangan maritim bagian barat
kepulauan Nusantara, sementara bagian timur diwakili oleh pelabuhan besar Makassar dan
Surabaya. Ketika pemerintah kolonial yang juga berbasis di Batavia mengalihkan fokus
maritimnya ke pertanian geografi nusantara mulai terbelah dua yaitu Jawa dan Madura di satu
bagian dan Outer Islands yang mencakup pulau-pulau luar pada bagian lainnya.

b. Sejarah Kemaritiman pada masa kerajaan

 Jauh sebelum masa kemerdekaan, Indonesia ternyata sudah dikenal dunia sebagai sebagai
Bangsa yang memiliki Peradaban maritim maju. Bahkan, bangsa ini pernah mengalami
masa keemasan pada awal abad ke-9 Masehi.
Sejarah mencatat bangsa Indonesia telah berlayar jauh dengan kapal bercadik. Dengan alat
navigasi seadanya, mereka telah mamapu berlayar ke utara, lalu ke barat memotong lautan
Hindia hingga Madagaskar dan berlanjut ke timur hingga Pulau Paskah. Dengan kian
ramainya arus pengangkutan komoditas perdagangan melalui laut, mendorong munculnya
kerajaan-kerajaan di Nusantara yang bercorak maritim dan memiliki armada laut yang
besar.
Memasuki masa kerajaan Sriwijaya, Majapahit hingga Demak, Nusantara adalah negara
besar yang disegani di kawasan Asia, maupun di seluruh dunia. Sebagai kerajaan maritim
yang kuat di Asia Tenggara, Sriwijaya (683-1030 M) telah mendasarkan politik kerajaannya
pada penguasaan alur pelayaran dan jalur perdagangan serta menguasai wilayah-wilayah
strategis yang digunakan sebagai pangkalan kekuatan lautnya.

Tidak hanya itu, Ketangguhan maritim kita juga ditunjukkan oleh Singasari di bawah
pemerintahan Kertanegara pada abad ke-13. Dengan kekuatan armada laut yang tidak ada
tandingannya, pada tahun 1275 Kertanegara mengirimkan ekspedisi bahari ke Kerajaan
Melayu dan Campa untuk menjalin persahabatan agar bersama-sama dapat menghambat
gerak maju Kerajaan Mongol ke Asia Tenggara. Tahun 1284, ia menaklukkan Bali dalam
ekspedisi laut ke timur.

Puncak kejayaan maritim nusantara terjadi pada masa Kerajaan Majapahit (1293-1478). Di
bawah Raden Wijaya, Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, Majapahit berhasil menguasai
dan mempersatukan nusantara. Pengaruhnya bahkan sampai ke negara-negara asing
seperti Siam, Ayuthia, Lagor, Campa (Kamboja), Anam, India, Filipina, dan China. Kilasan
sejarah itu tentunya memberi gambaran, betapa kerajaan-kerajaan di Nusantara dulu
mampu menyatukan wilayah nusantara dan disegani bangsa lain karena, paradigma
masyarakatnya yang mampu menciptakan visi Maritim sebagai bagian utama dari
kemajuan budaya, ekonomi, politik dan sosial. Tentu saja, Sejarah telah mencatat dengan
tinta emas bahwasannya Sriwijaya dan Majapahit pernah menjadikiblat di bidang maritim,
kebudayaan, dan agama di seluruh wilayah Asia.

c. Sejarah Kemaritiman pada masa kemerdekaan


 Ketika Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus
1945, wilayah Indonesia hanya sebatas wilayah Hindia Belanda ditambah dengan Malaka,
Borneo Utara, Papua, Timor, dan kepulauan sekelilingnya (berdasarkan sidang BPUPKI 11
Juli 1945). Wilayah laut Hindia Belanda yang menghubungkan pulau-pulau di Indonesia
hanya hanya selebar 3 mil dari garis pantai. Bayangkan bahwa Laut Jawa, Selat Makassar,
Laut Sulawesi, Laut Banda, Laut Arafura, statusnya merupakan perairan internasional.
Pada masa ini, wilayah Republik Indonesia mengacu pada Ordonasi Hindia Belanda 1939,
yaitu Teritoriale Zeeen en Maritiemw Kringen Ordonantie (TZMKO) 1939.
Dalam peraturan zaman Hindia Belanda ini, pulau-pulau di wilayah Nusantara dipisahkan
oleh laut di sekelilingnya dan setiap pulau hanya mempunyai laut di sekeliling sejauh 3 mil
dari garis pantai. Ini berarti kapal asing boleh dengan bebas melayari laut yang
memisahkan pulau-pulau tersebut.

Pada awal kemerdekaan Indonesia, dirasakan bahwa hukum laut yang berlaku saat itu dapat
mengancam keamanan dan kedaulatan NKRI. Hal ini dikarenakan wilayah kepulauan
Indonesia terpecah-pecah oleh perairan yang statusnya perairan internasional, dan kapal
asing bebas berlayar di area tersebut.

Menanggapi situasi tersebut, pada 13 Desember 1957, Perdana Menteri Indonesia, Ir.
Djuanda Kartawijaya, mendeklarasikan “Deklarasi Djuanda”. Deklarasi Djuanda
menyatakan bahwa perairan di sekitar, di antara, dan yang menghubungkan pulau-pulau
yang termasuk dalam daratan Republik Indonesia, dengan tidak memandang luas atau
lebarnya, adalah bagian yang wajar dari wilayah daratan negara Republik Indonesia dan
dengan demikian merupakan bagian dari perairan pedalaman atau perairan nasional yang
berada di bawah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Deklarasi Djuanda menyatakan bahwa Indonesia menganut prinsip-prinsip negara
kepulauan (Archipelagic State), sehingga perairan antar pulau di kawasan Republik
Indonesia pun merupakan wilayah Republik indonesia.
Deklarasi ini menuai pro dan kontra dari berbagai negara di dunia. Beberapa negara yang
kontra antara lain Amerika Serikat, Ingris, Australia, Belanda, Perancis, dan Selandia Baru.
Sedangkan yang pro antara lain Filipina, Equador, dan Yugoslavia.
d. Sejarah Kemaritiman pada masa Orde Baru
 Pada era Orde Baru, Indonesia berhasil memperjuangkan konsep negara kepu-lauan
(archipelagic state) untuk diakui di dalam United Nations Convention on the Law of the
Sea(UNCLOS) tahun 1982. Pada era reformasi, isu kemaritiman kembali mengemuka,
terutama pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo yang memvisikan Indonesia
sebagai poros maritim dunia
Di tengah upaya tersebut, salah satu tantang-an yang harus dihadapi adalah masih belum
selesainya delimitasi batas wilayah maritim. Indonesia sendiri memiliki perbatasan laut
dengan sepuluh negara, yaitu India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Palau,
Papua Nugini, Timor Leste, dan Australia (BNPP, 2011, 9–10). Isu delimitasi semakin
kompleks mengingat ada tiga jenis batas wilayah maritim, yaitu batas laut teritorial, batas
landas kontinen, kodan batas zona ekonomi eksklusif.
Kompleksitas isu delimitasi batas wilayah maritim tersebut dipetakan dengan baik oleh
Vivian Louis Forbes dalam bukunya yang ber-judul Indonesia’s Delimited Maritime
Boundariesyang diterbitkanpadaawa2014.Sebagai seorang geografer dan kurator peta,
Forbes memanfaat-kan peta-peta yang detail dalam membangun informasi dan
argumentasinya dalam buku itu. Peta tersebut umumnya merupakan dokumen hasil
perundingan kedua negara yang cukup sulit didapatkan. Hal ini menjadi kelebihan tersendiri
dibanding buku atau referensi lain yang mem-bahas persoalan perbatasan maritim
Indonesia dengan negara tetangga, misalnya Luhulima dalam kasus Laut China Selatan
(2008), Irewati dalam kasus Timor Leste (2009), dan Rahman dalam kasus Malaysia dan
Singapura (2013) yang banyak menggunakan peta sekundr. Bahkan peta yang disajikan
Forbes lebih lengkap daripada beberapa dokumen acuan pemerintah, seperti Desain Besar
Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Tahun 2011–2025 dan
Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan Negara Tahun 2015–2019 yang dikeluarkan oleh
Badan Nasional Pengelola Perbatasan RI.
e. Kemaritiman pada masa reformasi

 Memasuki masa Reformasi, hasrat untuk menghidupkan nilai dan kebudayaan maritim
sebagai orientasi pembangunan nasional dihidupkan kembali. Presiden Abdurrahman
Wahid membentuk Departemen Eksplorasi Laut (DEL) melalui Keputusan Presiden Nomor
136 Tahun 1999, yang pada perkembangannya mengalami beberapa kali perubahan
nomenklatur sampai menjadi Kementerian Kelautan dan Perikanan di 2009.
Presiden Abdurrahman Wahid juga membentuk Dewan Maritim Indonesia yang tugasnya
merumuskan kebijakan kelautan Indonesia. Namun mengingat masa kepemimpinannya
yang singkat akibat dinamika politik nasional yang memanas ketika itu, membuat program
bidang kemaritiman urung terlaksana. Pada masa kepemimpinan berikutnya, khususnya
pada masa Presiden Megawati arah kebijakan pemerintah dalam bidang maritim tidak
begitu nampak, meskipun tidak dapat dikatakan tidak ada sama sekali.
Sementara pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), salah satu
kebijakan bidang maritim yang amat penting ialah program pemberdayaan industri
pelayaran yang menandai diterapkannya Asas Cabotage (lihat UU No.17 Tahun 2008).
Lahirnya prinsip ini, dianggap sebagai lompatan penting yang memungkinkan terbukanya
peluang yang luas bagi perkembangan perniagaan dan transportasi perusahaan pelayaran
nasional.
F. Sejarah Kemaritiman pada masa Joko Widodo
 Pada masa Pemerintahan Presiden Joko Widodo guna untuk menjadikan Indonesia sebagai
Poros Maritim Dunia. Penelitian ini dilakukan Melalui Teknik Pengumpulan Data dengan
Studi Kepustakaan, dan Analisis Data dilakukan menggunakan Metode Kualitatif. Strategi
internasional Indonesia sampai saat ini telah keyakinan untuk secara konsisten mendorong
di antara dua batu, ketika periode Jokowi dengan strategi Oceanic Hub-nya, prinsipnya
telah berubah menjadi satu dayung dua tiga pulau terlampaui, Semoga dengan adanya
Kebijakan-Kebijakan yang dilakukan Oleh Pemerintahan Presiden Joko Widodo terhadap
Poros Maritim Indonesia semakin maju dan Maritim Indonesia selalu terjaga dari
Permasalahan Sengketa.
Di bawah kepemimpinannya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengangkat doktrin 'poros
maritim dunia' untuk menyoroti potensi ekonomi dari wilayah laut Indonesia yang luas.
Dua tahun kepemimpinan Jokowi menunjukkan peningkatan jumlah investasi asing ke
Indonesia yang signifikan, menggambarkan terjadinya perkembangan positif di bidang
ekonomi maritim, khususnya di sektor infrastruktur. Namun, hal tersebut tidak diiringi
dengan pengembangan sektor keamanan maritim. Padahal, ancaman maritim non-
tradisional, seperti perompakan dan serangan bersenjata terhadap kapal dapat berdampak
negatif terhadap visi Indonesia untuk menjadi pusat konektivitas ekonomi global, terutama
dalam pengembangan sektor industri dan jasa maritim di bidang transportasi laut.
Dengan latar belakang ini, kajian ini bertujuan untuk menganalisis tata kelola keamanan
maritim Indonesia dari sisi kelembagaan, kerangka hukum, dan sumber daya.
Ketidaksadaran akan pentingnya keamanan maritim tercermin dari berbagai kondisi seperti
ketumpangtindihan fungsi antar-lembaga, belum adanya peraturan pelaksanaan yang
mengatur tata kelola keamanan maritim, dan keterbatasan sumber daya untuk
menjalankan fungsi penegakan hukum di laut.
Kajian ini menyimpulkan bahwa Indonesia perlu melakukan reformasi tata kelola
keamanan maritim untuk mengantisipasi, mencegah, dan menindak ancaman perompakan
dan serangan bersenjata terhadap kapal yang menjadi tantangan bagi pengembangan
sektor industri dan jasa maritim di bidang transportasi laut. Di tingkat nasional, Indonesia
perlu melakukan penguatan regulasi yang menegaskan pembagian tugas dan fungsi antar
lembaga keamanan maritim.

Anda mungkin juga menyukai