Anda di halaman 1dari 18

Deklarasi Djuanda yang dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957 oleh Perdana Menteri

Indonesia pada saat itu, Djuanda Kartawidjaja, adalah deklarasi yang menyatakan kepada dunia
bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia
menjadi satu kesatuan wilayah NKRI.

Sebelum deklarasi Djuanda, wilayah negara Republik Indonesia mengacu pada Ordonansi
Hindia Belanda 1939, yaitu Teritoriale Zeeën en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO
1939). Dalam peraturan zaman Hindia Belanda ini, pulau-pulau di wilayah Nusantara dipisahkan
oleh laut di sekelilingnya dan setiap pulau hanya mempunyai laut di sekeliling sejauh 3 mil dari
garis pantai. Ini berarti kapal asing boleh dengan bebas melayari laut yang memisahkan pulau-
pulau tersebut.

Isi dari Deklarasi Juanda yang ditulis pada 13 Desember 1957, menyatakan:

1. Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang mempunyai corak


tersendiri
2. Bahwa sejak dahulu kala kepulauan nusantara ini sudah merupakan satu kesatuan
3. Ketentuan ordonansi 1939 tentang Ordonansi, dapat memecah belah keutuhan wilayah
Indonesia dari deklarasi tersebut mengandung suatu tujuan :
1. Untuk mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan
bulat
2. Untuk menentukan batas-batas wilayah NKRI, sesuai dengan asas negara
Kepulauan
3. Untuk mengatur lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keamanan dan
keselamatan NKRI

INDONESIA POROS MARITIM DUNIA?

Sejarah kebesaran Kerajaan-kerajaan Nusantara, memberikan gambaran bahwa sebenarnya


bangsa Indonesia adalah bangsa Maritim, bangsa yang mengelola laut sebagai kunci dalam
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Posisi strategik yang terletak diantara dua samudra dan dua benua, dengan sumberdaya alam
yang melimpah, dan empat selat besar dari tujuh selat besar dunia melalui Perairan Nusantara,
menjadikan Kerajaan-kerajaan Nusantara menjadi tempat persinggahan dan pertemuan para
pelaut dari berbagai negara, baik yang berkaitan dengan kepentingan dagang, bekal ulang
logistik atau kepentingan lainnya. Dengan demikian interaksi yang terjadi, menjadikan kerajaan-
kerajaan Nusantara menjadi “pusat kegiatan maritim kawasan”, dan dari interaksi ini lahir satu
peradaban baru dalam bidang maritim yang kemudian disepakati sebagai tradisi, norma dan
kaidah yang dipegang dalam melakukan hubungan antar negara. Interaksi kegiatan yang dikelola
dengan cerdik dan bijaksana oleh para Raja-raja Nusantara, telah membawa kemakmuran dan
kesejahteraan rakyatnya serta kemasyhuran negaranya. Keberhasilan ini menimbulkan
“kecemburuan” dan mendorong keinginan negara-negara lain melakukan langkah-langkah untuk
menguasai, karena siapa yang dapat menguasai kerajaan Nusantara, pasti beruntung dan akan
mempunyai peluang mengendalikan kegiatan maritim kawasan demi kepentingan negaranya.
Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan Sriwijaya yang terletak di sepanjang Selat Malaka dan
Kerajaan Mojopahit yang berpusat di Pulau Jawa, adalah kerajaan-kerajaan yang bervisi
Maritim, mencapai puncak kebesarannya dengan mengelola laut untuk kepentingan politik,
ekonomi, sosial-budaya dan pertahanan-keamanan.
Kerajaan Mojopahit adalah kerajaan yang mempunyai Armada Laut paling besar dan mampu
mengirim ekspedisi maritim dengan kekuatan mencapai 2800 perahu. Kekuatan armada yang
demikian besar dimiliki, dan pola kekeluargaan yang diibangun dalam mengembangkan
kebesarannya, telah membuat kerajaan-kerajaan yang berada di kawasan Asia, tidak pernah
merasa terganggu dan teracam, justru sebaliknya memberikan kepercayaan kepada Kerajaan
Mojopahit untuk berperan sebagai “ Penjaga dan Pelindung kawasan “.
Dalam kitab “Nagarakrtagama “, wilayah yang berhasil disatukan Kerajaan Mojopahit meliputi
Nusantara (termasuk Australia didalamnya), Desantara (Indochina) dan Dwipantara (Cina dan
India).

Sejarah kebesaran kerajaan-kerajaan maritim Nusantara, membangun kebesaran kekuasaannya


dengan menggunakan filosofi (politik) kekeluargaan, membangun kekuatan ekonominya dengan
memanfaatkan secara tepat potensi sumberdaya alam, posisi dan letak geografi, dan didukung
oleh kekuatan angkatan perang yang besar, telah membuktikan diri bahwa kerajaan-kerajaan
Maritim Nusantara mampu menciptakan stabilitas keamanan yang membawa kemakmuran dan
kesejahteraan bagi rakyatnya, sekaligus pengendali dan pelindung yang handal di kawasan.
Tiga elemen dasar kekuatan nasional yang dikelola dengan cerdik dan bijaksana, yaitu :
“kekuatan Politik, Kekuatan Ekonomi dan Kekuatan Angkatan Perang”.
Tiga elemen dasar kekuatan nasional dibangun secara terpadu, terkait dan berkeseimbangan,
dengan satu tujuan yang jelas, sebagai kekuatan untuk mendukung kebijaksanaan pemerintahan
dalam mewujudkan dan mempertahankan keberadaannya sebagai Kerajaan Maritim Nusantara
dan sekaligus Pusat Perdaban Maritim Kawasan/Dunia.

POROS MARITIM DUNIA.


Komitmen pemerintahan baru yang ingin menjadikan Indonesia sebagai “ Poros Maritim Dunia
“ adalah komitmen yang mulia, namun sebenarnya bukanlah hal baru, karena pada dasarnya
merupakan cita-cita mulia para pendiri negara ini.
Pertanyaannya,

1. Apakah komitmen tersebut sudah diukur dengan menggunakan pisau analisa “ Pancasila”
?
Karena Pancasila adalah nilai-nilai yang disepakati dan ditetapkan oleh Para Pendiri
Negara sebagai dasar pembentukan negara, sebagai pandangan hidup bangsa, falsafah
bangsa dan idiologi bangsa.
2. Apakah komitmen tersebut dengan sistim pemerintahan/tatanegara yang liberal saat ini
dijamin pasti akan berhasil?
Dua pertanyaan mendasar yang perlu jawaban, karena sangat menentukan keberadaan
NKRI, sebagai negara yang “merdeka berdaulatan dan punya kedaulatan”.
Istilah “ Poros Maritim Dunia “, merupakan kalimat pendek yang mengandung pengertian luas,
harus dicermati, dikaji secara mendalam dan disikapi dengan bijak, waspada dan hati-hati. Istilah
tersebut diantaranya dapat ditafsirkan sebagai : “Jalan Raya Maritim Dunia “, artinya jalur laut
yang digunakan untuk berlalu lintas oleh kapal-kapal negara-negara dunia dalam mewujudkan
kepentingan nasional negaranya. Oleh karena itu, adalah tidak salah apabila negara-negara dunia
akan mengambil sikap dan langkah-langkah apa saja yang diperlukan untuk melindungi,
mengamankan kepentingan nasional negaranya selama melintas di jalur “ Jalan Raya Maritim
Dunia” tersebut. Kepentingan nasional meliputi kepentingan politik, ekonomi, sosial-budaya dan
pertahanan keamanan.

Apabila hal ini terjadi, pasti akan sangat berbahaya dan merugikan kepentingan nasional
Indonesia. Sebaiknya istilah “Poros Maritim Dunia”, diganti dengan istilah lain yang
memberikan pengertian jelas, tidak melebar dan terukur misalnya istilah : “Indonesia Pintu
Dunia”. Sebagai pintu dunia, maka isyarat yang disampaikan jelas bahwa Indonesia mempunyai
kedaulatan dan kewenangan penuh terhadap “ Jalan Raya Maritim Dunia “, kewenangan
menjaga pintu tersebut, kewenangan kapan pintu harus dibuka dan kapan harus ditutup.
Pintu disini yang dimaksud adalah 4 selat besar yang melintasi Kepulauan Indonesia. Hal ini,
sesuai UNCLOS 1982, sebagai Negara Kepulauan Indonesia diperbolehkan mengganti
(menutup) ALKI, bila diperlukan oleh negara, dengan catatan harus menyediakan ALKI yang
lain sebagai pengganti. Dengan istilah “ Indonesia Pintu Dunia”, maka Indonesia mempunyai
kewenangan kuat untuk mengambil langkah-langkah kebijaksanaan dalam mengelola ” Jalan
Raya Maritim Dunia”, demi kepentingan nasional Indonesia.

Sebagai bagian dari konsep : “ Poros Maritim Dunia”, pemerintah berencana membangun 24
pelabuhan utama di Indonesia, dengan pembiayaan diserahkan pada BUMN dan Swasta.
Konsep ini perlu dikaji lebih dalam dan cermat, melibatkan departemen terkait dan kajian harus
ditinjau dari aspek kepentingan Politik, Ekonomi, Sosial-Budaya dan Pertahanan Keamanan.
Pelabuhan termasuk “Obyek Vital Nasional” dan mempunyai nilai strategis tinggi, harus
dilindungi dan dipertahankan keberadaannya oleh kekuatan militer. Di setiap pelabuhan pada
saat negara dalam keadaan darurat, harus dapat dipakai dan digunakan untuk kepentingan militer,
harus ada rancang bangun sesuai dengan kepentingan militer, diantaranya kepentingan bongkar
muat peralatan tempur, bongkar muat pasukan, dan kepentingan militer lainnya. Dengan
demikian rancang bangun pelabuhan, termasuk rancang bagun sistim pertahanan militernya.
Penghancuran pelabuhan akan dilakukan oleh kekuatan Angkatan Laut dan Angkatan Udara
dengan meluncurkan Peluru kendali dari jarak jauh dan tidak terduga waktu dan arahnya. Oleh
karena itu, nilai strategis yang dimiliki, menempatkan penanganan pelabuhan tidak boleh
dilakukan sembarangan, apalagi diserahkan pada swasta/swasta asing, karena menyangkut hajat
hidup bangsa. Dalam perencanaannya harus melibatkan Departemen Pertahanan-Keamanan/TNI,
karena saat Negara dalam keadaan darurat, pelabuhan harus mampu dan dapat digunakan untuk
mendukung kepentingan operasional TNI.

TNI AL sebagai kekuatan yang bertanggung jawab dilaut, apakah sudah dilibatkan dalam
penetapan jalur-jalur laut yang menghubungkan dari satu pelabuhan ke pelabuhan yang lain?
Hal ini sangat penting, karena jangan sampai ada celah masuknya kepentingan asing yang
berakibat pada terwujudnya keinginan negara tertentu dibukanya “ALKI Timur-Barat”. Apabila
ini terjadi, maka risiko dari sisi keamanan bangsa dan negara akan menjadi sangat rawan, karena
jalur laut mulai dari Laut Arafuru, Laut di utara Kepulauan Nusa Tenggara Timur, Nusa
Tenggara Barat dan Laut Jawa menjadi jalan raya internasional, dan siapapun boleh
menggunakan jalur laut tersebut. Risiko dari sisi ekonomi, apabila ada kapal tanker yang kandas
dan bocor, seperti “ Kapal Showamaru”, yang kandas diperairan selat Malaka dan menumpahkan
minyak kelaut, mengakibat pencemaran laut, membawa dampak terhadap kehidupan masyarakat
nelayan setempat. Risiko keselamatan pelayaran tradisional antar pulau dan nelayan tradisional
yang mencari ikan disepanjang laut tersebut, menjadi sangat tinggi. Risiko dari sisi Pertahanan-
Keamanan Negara sangat besar, kekuatan militer negara asing akan memanfaatkan jalur laut
untuk menurunkan pasukan khususnya melakukan penetrasi, pergeseran kekuatan, dan yang
paling jelek, adalah memanfaatkan untuk mengintimidasi Indonesia. Kecuali kekuatan Angkatan
Perang Indonesia sudah dapat diandalkan untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap siapa
saja yang dianggap membahayakan terhadap keselamatan bangsa dan negara.

Poros Maritim adalah konsep strategi pembangunan jangka panjang (25 tahun-50 tahun), dan
harus dituangkan dalam Garis Besar Haluan Negara. Dalam penyusunannya harus melibatkan
berbagai pihak terkait. Pembangunan tiga elemen kekuatan nasional, yaitu “kekuatan Politik,
Kekuatan Ekonomi dan kekuatan militer”, harus terpadu, berkaitan dan beriringan, tidak bisa
dilakukan hanya fokus pada satu atau dua elemen kekuatan nasional. Konsep perencanaan harus
dibuat secara cermat, menyeluruh dan utuh, namun lentur mampu menghadapi perubahan
lingkungan nasional dan internasional, didukung oleh sumberdaya manusia yang mumpuni dan
sumberdaya alam yang memadai. Dan paling utama dan sangat menentukan keberhasilannya
adalah harus dalam “ sistim berbangsa dan bernegara berdasarkan konsep Pancasila yang
menganut sistim majelis”, bukan dalam tata pemerintahan liberal seperti saat ini, memanfaatkan
demokrasi yang menganut sistim partai untuk berkuasa dan menguasai. Adalah fakta sistim
demokrasi, telah menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep
persaingan yang diagung-agungkan dalam demokrasi, melahirkan kooptasi, sehingga melahirkan
penguasa bukan pemimpin dan kualitasnya di pertanyakan. Dan dapat dipastikan, konsep
pembangunan “Poros Maritim Dunia “, yang didalamnya terdapat rencana pembangunan “ 24
Pelabuhan Utama “, dengan tata pemerintahan liberal seperti saat ini, diragukan keberhasilannya,
karena keberpihakan lebih besar masih pada kepentingan bisnis/kelompok, bukan pada
kepentingan bangsa. Sistim demokrasi pada hakekatnya adalah politik gaya baru memecah belah
bangsa.

Konstitusi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Konstitusi atau Undang-undang Dasar (bahasa Latin: constitutio) dalam negara adalah sebuah
norma sistem politik dan hukum bentukan pada pemerintahan negara—biasanya dikodifikasikan
sebagai dokumen tertulis. Hukum ini tidak mengatur hal-hal yang terperinci, melainkan hanya
menjabarkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar bagi peraturan-peraturan lainnya. Dalam kasus
bentukan negara, konstitusi memuat aturan dan prinsip-prinsip entitas politik dan hukum, istilah
ini merujuk secara khusus untuk menetapkan konstitusi nasional sebagai prinsip-prinsip dasar
politik, prinsip-prinsip dasar hukum termasuk dalam bentukan struktur, prosedur, wewenang dan
kewajiban pemerintahan negara pada umumnya, Konstitusi umumnya merujuk pada penjaminan
hak kepada warga masyarakatnya. Istilah konstitusi dapat diterapkan kepada seluruh hukum yang
mendefinisikan fungsi pemerintahan negara.

Dalam bentukan organisasi konstitusi menjelaskan bentuk, struktur, aktivitas, karakter, dan
aturan dasar organisasi tersebut.

Pengertian konstitusi

Konstitusi pada umumnya bersifat kodifikasi yaitu sebuah dokumen yang berisian aturan-aturan
untuk menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara, namun dalam pengertian ini, konstitusi
harus diartikan dalam artian tidak semuanya berupa dokumen tertulis (formal). namun menurut
para ahli ilmu hukum maupun ilmu politik konstitusi harus diterjemahkan termasuk kesepakatan
politik, negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan dan distibusi maupun alokasi [1],
Konstitusi bagi organisasi pemerintahan negara yang dimaksud terdapat beragam bentuk dan
kompleksitas strukturnya, terdapat konstitusi politik atau hukum akan tetapi mengandung pula
arti konstitusi ekonomi [2]

Dewasa ini, istilah konstitusi sering di identikkan dengan suatu kodifikasi atas dokumen yang
tertulis dan di Inggris memiliki konstitusi tidak dalam bentuk kodifikasi akan tetapi berdasarkan
pada yurisprudensi dalam ketatanegaraan negara Inggris dan mana pula juga.

Istilah konstitusi berasal dari bahasa inggris yaitu “Constitution” dan berasal dari bahasa belanda
“constitue” dalam bahasa latin (contitutio,constituere) dalam bahasa prancis yaitu “constiture”
dalam bahasa jerman “vertassung” dalam ketatanegaraan RI diartikan sama dengan Undang –
undang dasar. Konstitusi / UUD dapat diartikan peraturan dasar dan yang memuat ketentuan –
ketentuan pokok dan menjadi satu sumber perundang- undangan. Konstitusi adalah keseluruhan
peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara suatu
pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat negara

 Pengertian konstitusi menurut para ahli

1. K. C. Wheare, konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraaan suatu negara yang


berupa kumpulan peraturan yang membentuk mengatur /memerintah dalam
pemerintahan suatu negara.
2. Herman heller, konstitusi mempunyai arti luas daripada UUD. Konstitusi tidak hanya
bersifat yuridis tetapi juga sosiologis dan politis.
3. Lasalle, konstitusi adalah hubungan antara kekuasaaan yang terdapat di dalam
masyarakat seperti golongan yang mempunyai kedudukan nyata di dalam masyarakat
misalnya kepala negara angkatan perang, partai politik, dsb.
4. L.J Van Apeldoorn, konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun peraturan tak
tertulis.
5. Koernimanto Soetopawiro, istilah konstitusi berasal dari bahasa latin cisme yang berarti
bersama dengan dan statute yang berarti membuat sesuatu agar berdiri. Jadi konstitusi
berarti menetapkan secara bersama.
6. Carl schmitt membagi konstitusi dalam 4 pengertian yaitu:
 Konstitusi dalam arti absolut mempunyai 4 sub pengertian yaitu;

1. Konstitusi sebagai kesatuan organisasi yang mencakup hukum dan semua organisasi
yang ada di dalam negara.
2. Konstitusi sebagai bentuk negara.
3. Konstitusi sebagai faktor integrasi.
4. Konstitusi sebagai sistem tertutup dari norma hukum yang tertinggi di dalam negara .

 Konstitusi dalam arti relatif dibagi menjadi 2 pengertian yaitu konstitusi sebagai
tuntutan dari golongan borjuis agar haknya dapat dijamin oleh penguasa dan konstitusi
sebagai sebuah konstitusi dalam arti formil (konstitusi dapat berupa tertulis) dan
konstitusi dalam arti materiil (konstitusi yang dilihat dari segi isinya).
 konstitusi dalam arti positif adalah sebagai sebuah keputusan politik yang tertinggi
sehingga mampu mengubah tatanan kehidupan kenegaraan.
 konstitusi dalam arti ideal yaitu konstitusi yang memuat adanya jaminan atas hak asasi
serta perlindungannya.

Tujuan

 Tujuan konstitusi yaitu:

1. Membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang – wenang maksudnya tanpa
membatasi kekuasaan penguasa, konstitusi tidak akan berjalan dengan baik dan bisa saja
kekuasaan penguasa akan merajalela Dan bisa merugikan rakyat banyak.
2. Melindungi HAM maksudnya setiap penguasa berhak menghormati HAM orang lain dan hak
memperoleh perlindungan hukum dalam hal melaksanakan haknya.
3. Pedoman penyelenggaraan negara maksudnya tanpa adanya pedoman konstitusi negara kita
tidak akan berdiri dengan kokoh.

Nilai

 Nilai konstitusi yaitu:

1. Nilai normatif adalah suatu konstitusi yang resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi mereka
konstitusi itu tidak hanya berlaku dalam arti hukum (legal), tetapi juga nyata berlaku dalam
masyarakat dalam arti berlaku efektif dan dilaksanakan secara murni dan konsekuen.
2. Nilai nominal adalah suatu konstitusi yang menurut hukum berlaku, tetapi tidak sempurna.
Ketidaksempurnaan itu disebabkan pasal – pasal tertentu tidak berlaku / tidsak seluruh pasal –
pasal yang terdapat dalam UUD itu berlaku bagi seluruh wilayah negara.
3. Nilai semantik adalah suatu konstitusi yang berlaku hanya untuk kepentingan penguasa saja.
Dalam memobilisasi kekuasaan, penguasa menggunakan konstitusi sebagai alat untuk
melaksanakan kekuasaan politik.

Jenis

 Macam – macam konstitusi


1. Menurut CF. Strong konstitusi terdiri dari:

 Konstitusi tertulis (documentary constitution / written constitution) adalah aturan –


aturan pokok dasar negara , bangunan negara dan tata negara, demikian juga aturan
dasar lainnya yang mengatur perikehidupan suatu bangsa di dalam persekutuan hukum
negara.
 Konstitusi tidak tertulis / konvensi (non-documentary constitution) adalah berupa
kebiasaan ketatanegaraan yang sering timbul.

 Adapun syarat – syarat konvensi adalah:

1. Diakui dan dipergunakan berulang – ulang dalam praktik penyelenggaraan negara.


2. Tidak bertentangan dengan UUD 1945.
3. Memperhatikan pelaksanaan UUD 1945.

Secara teoretis konstitusi dibedakan menjadi:

 Konstitusi politik adalah berisi tentang norma- norma dalam penyelenggaraan negara, hubungan
rakyat dengan pemerintah, hubungan antar lembaga negara.
 Konstitusi sosial adalah konstitusi yang mengandung cita – cita sosial bangsa, rumusan filosofis
negara, sistem sosial, sistem ekonomi, dan sistem politik yang ingin dikembangkan bangsa itu.

Berdasarkan sifat dari konstitusi yaitu:

1. Fleksibel / luwes apabila konstitusi / undang undang dasar memungkinkan untuk berubah sesuai
dengan perkembangan.
2. Rigid / kaku apabila konstitusi / undang undang dasar jika sulit untuk diubah.

Unsur konstitusi

Unsur/substansi sebuah konstitusi yaitu

Menurut Sri Sumantri konstitusi berisi 3 hal pokok yaitu

 Jaminan terhadap Ham dan warga negara.


 Susunan ketatanegaraan yang bersifat fundamental.
 Pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan.

Menurut Miriam Budiarjo, konstitusi memuat tentang

 Organisasi negara.
 HAM.
 Prosedur penyelesaian masalah pelanggaran hukum.
 Cara perubahan konstitusi.

Menurut Koerniatmanto Soetopawiro, konstitusi berisi tentang


 Pernyataan ideologis.
 Pembagian kekuasaan negara.
 Jaminan HAM (Hak Asasi Manusia).
 Perubahan konstitusi.
 Larangan perubahan konstitusi.

Parameter

 Parameter terbentuknya pasal-pasal UU yaitu:

1. Agar suatu bentuk pemerintahan dapat dijalankan secara demokrasi dengan memperhatikan
kepentingan rakyat.
2. Melindungi asas demokrasi.
3. Menciptakan kedaulatan tertinggi yang berada ditangan rakyat.
4. Untuk melaksanakan dasar negara.
5. Menentukan suatu hukum yang bersifat adil.

Kedudukan

 Kedudukan konstitusi/UUD yaitu:

1. Dengan adanya UUD baik penguasa dapat mengetahui aturan / ketentuan pokok mendasar
mengenai ketatanegaraan.
2. Sebagai hukum dasar.
3. Sebagai hukum yang tertinggi.

 Perubahan konstitusi/UUD yaitu:

Secara revolusi, pemerintahan baru terbentuk sebagai hasil revolusi ini yang kadang – kadang
membuat sesuatu UUD yang kemudian mendapat persetujuan rakyat. Secara evolusi,
UUD/konstitusi berubah secara berangsur – angsur yang dapat menimbulkan suatu UUD, secara
otomatis UUD yang sama tidak berlaku lagi.

 Keterkaitan antara dasar negara dengan konstitusi yaitu:

Keterkaitan antara dasar negara dengan konstitusi nampak pada gagasan dasar, cita – cita dan
tujuan negara yang tertuang dalam pembukaan UUD suatu negara. Dasar negara sebagai
pedoaman penyelenggaraan negara secara tertulis termuat dalam konstitusi suatu negara.

 Keterkaitan konstitusi dengan UUD yaitu:

Konstitusi adalah hukum dasar tertulis dan tidak tertulis sedangkan UUD adalah hukum dasar
tertulis. UUD memiliki sifat mengikat oleh karenanya makin elastik sifatnya aturan itui makin
baik, konstitusi menyangkut cara suatu pemerintahan diselenggarakan.
Konsep pluralisme hukum yang dikemukakan Griffiths di atas pada dasarnya dimaksudkan untuk
menonjolkan keberadaan dan interaksi sistem-sistem hukum dalam suatu masyarakat, antara
hukum negara (state law) dengan sistem hukum rakyat (folk law) dan sistem hukum agama
(religious law) dalam suatu kelompok masyarakat. Dalam kaitan ini, Tamanaha (1992:25-6)
memberi komentar kritis terhadap konsep pluralisme dari Griffiths yang cenderung terfokus pada
penekanan dikotomi keberadaan hukum negara dengan sistem-sistem hukum yang lain, seperti
berikut :

1. Konsep pluralisme hukum dari Griffiths pada dasarnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu
pluralisme yang kuat (strong legal pluralism) dan pluralisme yang lemah (weak legal pluralism).
Pluralisme yang lemah merupakan bentuk lain dari sentralisme hukum (legal centralism), karena
walaupun dalam kenyataannya hukum negara (state law) mengakui adanya sistem-sistem hukum
yang lain, tetapi hukum negara tetap dipandang sebagai superior, dan sementara itu sistem-sistem
hukum yang lain bersifat inferior dalam hierarkhi sistem hukum negara.

Contoh yang memperlihatkan pluralisme hukum yang lemah (weak legal pluralism) adalah
konsep pluralisme hukum dalam konteks interaksi sistem hukum pemerintah kolonial dengan
sistem hukum rakyat (folk law) dan hukum agama (religious law) yang berlangsung di negara-
negara jajahan seperti dideskripsikan oleh Hooker (1975).

2. Sedangkan, pluralisme hukum yang kuat mengacu pada fakta adanya kemajemukan tatanan
hukum dalam semua kelompok masyarakat yang dipandang sama kedudukannya, sehingga tidak
terdapat hirarkhi yang menunjukkan sistem hukum yang satu lebih dominan dari sistem hukum
yang lain. Untuk ini, teori Living Law dari Eugene Ehrlich yang menyatakan dalam setiap
masyarakat terdapat aturan-aturan hukum yang hidup (living law) dari tatanan normatif (Sinha,
1993:227; Cotterrell, 1995:306), yang biasanya dikontraskan atau dipertentangkan dengan sistem
hukum negara termasuk dalam kategori pluralisme hukum yang kuat (strong legal pluralism).

3. Selain itu, yang dimasukkan kategori pluralisme hukum yang kuat adalah teori Semi-
Autonomous Social Field yang diintroduksi Moore (1978) mengenai kapasitas kelompok-
kelompok sosial (social field) dalam menciptakan mekanisme-mekanisme pengaturan sendiri
(self-regulation) dengan disertai kekuatan-kekuatan pemaksa pentaatannya. Karena itu, Griffiths
kemudian mengadopsi pengertian pluralisme hukum dari Moore (1978) :

GEOPOLITIK

Pengertian geopolitik : Kata geopolitik berasal dari kata geo dan politik. “Geo” berarti bumi dan “Politik”
berasal dari bahasa Yunani politeia, berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri (negara) dan teia
yang berarti urusan. Sementara dalam bahasa Inggris, politics adalah suatu rangkaian asas (prinsip),
keadaan, cara, danalat yang digunakan untuk mencapai cita-cita atau tujuan tertentu. Dalam bahasa
Indonesia, politik dalam arti politics mempunyai makna kepentingan umum warga negara suatu bangsa.
Politik merupakan suatu rangkaian asas, prinsip, keadaan, jalan, cara, dan alat yang digunakan untuk
mencapai tujuan tertentu yang kita kehendaki.
Secara umum geopolitik adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri, lingkungan,
yang berwujud Negara kepulauan berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Pentingnya geopolitik bagi Indonesia adalah untuk dapat mempertahankan Negara dan berperan
penting dalam pembinaan kerjasama dan penyelesaian konflik antarnegara yang mungkin muncul dalam
proses pencapaian tujuan.
Kedudukan dan Fungsi Wawasan Nusantara
Kedudukan Wawasan Nusantara
a. Wawasan nusantara sebagai wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan ajaran yang diyakini
kebenaran oleh seluruh rakyat agar tidak terjadi penyesatan dan penyimpangan dalam upaya mencapai
dan mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Dengan demikian, Wawasan Nusantara menjadi landasan
visional dalam menyelenggarakan kehidupan nasional.
b. Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat dari spesifikasinya sebagai berikut :
1). Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa, dan dasar negara; berkedudukan sebagai landasan idiil.
2). Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai landasan konstitusi negara; berkedudukan sebagai
landasan konstitusional.
3). Wawasan Nusantara sebagai visi nasional; berkedudukan sebagai landasan konsepsional
4). Ketahanan Nasional sebagai konsepsi nasional; berkedudukan sebagai landasan konsepsional.
5). GBHN sebagai politik dan strategi nasional atau sebagai kebijaksanaan dasar nasional; berkedudukan
sebagai landasan operasional.
Fungsi Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan, serta rambu-rambu dalam
menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan, serta perbuatan bagi penyelenggara negara di
tingkat pusat dan daerah, maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara.
Sekian posting saya tentang Pengertian Geopolitik dan Wawasan Nusantara, semoga bermanfaat :)
Pengertian Supremasi Hukum Menurut Para Ahli

Seperti kita ketahui bersama bahwa cukup banyak orang yang sekarang ini menjadi ahli atau
pakar dalam dunia hukum. Para pakar hukum tersebut mencoba memberkan deskripsi mengenai
supremasi hukum, yang mana masing-masing pakar hukum memiliki deskripsi yang berbeda-
beda. Adapun salah satu pakar yang mendeskripsikan supremasi hukum adalah Homby A.S yang
mengatakan bahwa supremasi hukum adalah sebuah hal yang harus dijadikan sebagai kekuasaan
tertinggi dalam suatu negara, yang mana pendapat dari Homby tersebut masih dapat dijabarkan
secara luas lagi menjadi hukum sudah seharusnya diposisikan atau diletakan pada posisi paling
tinggi dan memiliki kekuasaan dalam mengatur kehidupan seseorang.

Seorang pakar bernama Soetandyo Wignjosoebroto memberikan pendapat tentang pengertian


supremasi hukum. Menurut pandangannya supremasi hukum dapat diartikan sebagai upaya
dalam penegakan hukum dan penempatan hukum sebagai posisi tertinggi dalam suatu negara
yang dapat digunakan untuk melindungi semua lapisan masyarakat tanpa intervensi atau
gangguan dari pihak manapun termasuk pihak penyelenggara negara. Ada juga pakar bernama
Abdul Manan yang mengemukakan pendapatnya bahwa dilihat dari sisi terminologis supremasi
hukum dapat diartikan sebagai upaya penegakan hukum dan penempatan hukum pada posisi
tertinggi dari segalanya, serta menjadikan hukum sebagai panglima ataupun komandan dalam
upaya untuk menjaga dan melindungi tingkat stabilitas dalam kehidupan suatu bangsa dan
negara.

Adapun berdasarkan beberapa penjalasan mengenai supremasi hukum diatas dapat kita tarik
garis pandangan mengenai apa tujuan dari adanya supremasi hukum dalam suatu negara. Tujuan
utama adanya supremasi hukum adalah menjadikan hukum sebagai pimpinan dalam menjalankan
kehidupan berbangsa dan bernegara, yang mana apabila tujuan tersebut tercapai dapat
menghasilkan beberapa hal seperti meningkatkan integritas sumber daya manusia, memberikan
keadilan sosial, menjaga nilai moral bangsa, menciptakan masyarakat yang demokratis, serta
memberi jaminan perlindungan hak individu dalam bernegara dan bermasyarakat. Dari beberapa
pengertian supremasi hukum diatas sudah dapat kita lihat bersama seberapa penting adanya
supremasi hukum di suatu negara.

Supremasi Hukum dalam Perlindungan


HAM
Pentingnya Supremasi Hukum Dalam Rangka Peningkatan Perlindungan HAM

Perlu dicatat, bahwa dari segi hukum, dalam sepuluh tahun terakhir ini ada sejumlah kemajuan penting
mengenai upaya bangsa ini untuk melindungi HAM. Seperti diketahui, ada sejumlah produk hukum yang
penting tentang HAM. Mulai dari dikeluarkannya TAP MPR No. XVII/1998, amandemen UUD 1945 yang
secara eksplisit sudah memasukkan pasal-pasal cukup mendasar mengenai hak- hak asasi manusia, UU
No.39/1999 tentang Hak-Hak Asasi Manusia, dan UU No.26/2000 tentang Pengadilan HAM. Dalam
tataran hukum normatif, dengan amandemen, UUD 1945 sebenarnya sudah dapat dijadikan sebagai
dasar untuk memperkokoh upaya-upaya peningkatan perlindungan HAM.

Tetapi dengan adanya undang-undang tentang HAM dan peradilan HAM, secara institusional maupun
hukum materil (hukum positif), menjadikan perangkat organik untuk menegakkan hukum dalam
kerangka perlindungan HAM atau sebaliknya penegakan supremasi hukum dalam rangka perlindungan
HAM menjadi kuat.
Adanya Komisi Nasional HAM (Komnas HAM) dan peradilan HAM patut dicatat sebagai perangkat
kelembagaan dasar peningkatan upaya penghormatan dan perlindungan HAM dengan peningkatan
kelembagaan yang dapat dikaitkan langsung dengan upaya penegakan hukum.

Pada tataran implementasi, memang masih banyak kelemahan dari kedua lembaga tersebut, akan tetapi
dengan adannya Komnas HAM dan peradilan HAM dengan sendirinya upaya-upaya peningkatan
penghormatan dan perlindungan HAM ini memiliki dua pijakan penting, yaitu pijakan normatif berupa
konstitusi dengan UU organiknya serta Komnas HAM dan peradilan HAM yang memungkinkan berbagai
pelanggaran HAM dapat diproses sampai di pengadilan.

Dengan demikian, maka perlindungan HAM dapat diletakkan dalam kerangka supremasi hukum karena
telah memperoleh pijakan legal, konstitusional dan institusional dengan dibentuknya kelembagaan yang
berkaitan dengan HAM dan hukum. Namun demikian tidak berarti bahwa perjuangan HAM sebagaimana
dilakukan oleh lembaga-lembaga di luar negeri tidak penting. Peran masyarakat tetap penting, karena
institusi Negara biasanya memiliki kepentingannya sendiri. Lebih-lebih bila dilihat dari logika penegakan
HAM, dengan kekuasaan yang dimilikinya Negara, lebih khusus aparat pemerintah terutama yang
berurusan dengan keamanan dan pertahanan, termasuk yang paling potensial melakukan pelanggaran
HAM. Tetapi sebaliknya Negara termasuk aparat kekuasaannya (Polisi dan Tentara) berkewajiban, bukan
hanya melindungi, menghormati dan memberi jaminan atas HAM akan tetapi bila dilihat dari penegakan
supremasi hukum maka pemerintah dituntut untuk semakin menyempurnakan dan membenahi
perangkat hukum dan perundang-undangan yang kondusif bagi penegakan HAM.

IDENTITAS NASIONAL
Pengertian Identitas Nasional adalah kumpulan nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam
berbagai aspek kehidupan dari ratusan suku yang dihimpun dalam satu kesatuan Indonesia menjadi
kebudayaan nasional dengan acuan pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah
pengembangannya.

Hakikat Identitas Nasional kita sebagai bangsa di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah
pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam penataan kehidupan kita dalam arti yang luas, misalnya di
dalam aturan perundang-undangan atau moral yang secara normatif diterapkan di dalam pergaulan,
baik itu di dalam tataran nasional maupun internasional dan lain sebagainya. Dengan demikian nilai-nilai
budaya yang tercermin di dalam identitas nasional tersebut bukanlah barang jadi yang sudah selesai
dalam kebekuan normatif dan domatis, melainkan sesuatu yang terbuka yang cenderung terus-menerus
bersemi karena adanya hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat. Konsekuensi dan
implikasinya adalah identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk ditafsir dengan diberi
makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam
masyarakat.

| Unsur Unsur Identitas Nasional |


Berbicara mengenai unsur-unsur identitas nasional, maka identitas nasional Indonesia merujuk pada
suatu bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu merupakan gabungan unsur unsur pembentuk identitas
nasional yang meliputi :

(1) Suku Bangsa merupakan salah satu dari unsur pembentuk identitas nasional. Golongan sosial yang
khusus yang bersifat askriptif atau ada sejak lahir, dimana sama coraknya dengan golongan umur dan
jenis kelamin. Di Indonesia khususnya, terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis dengan
tidak kurang tiga ratus dialek bahasa.

(2) Agama merupakan salah satu dari unsur pembentuk identitas nasional. Bangsa Indonesia dikenal
sebagai masyarakat yang agamis (didasarkan pada nilai agama). Agama-agama yang tumbuh dan
berkembang di nusantara yaitu agama islam, katholik, kristen, hindu, budha dan kong hu cu.

(3) Kebudayaan merupakan salah satu dari unsur pembentuk identitas nasional. Pengetahuan manusia
sebagai makhluk sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang
secara kolektif digunakan oleh pendukung-pendukung utntuk menafsirkan dan memahami lingkungan
yang dihadapi dan digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakukan
dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.

(4) Bahasa merupakan salah satu dari unsur pembentuk identitas nasional. Dalam hal ini, bahasa
dipahami sebagai sistem perlambang yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan
manusia dan digunakan sebagai sarana berinteraksi antarmanusia.

Dari unsur unsur identitas nasional di atas, dapat dirumuskan pembagiannya menjadi tiga bagian
yaitu :

(1) Identitas Fundamental, yaitu pancasila sebagai falsafat bangsa, dasar negara dan ideologi negara.

(2) Identitas Instrumental, yaitu berisi UUD 1945 dan tata perundang-undangannya. Dalam hal ini,
bahasa yang digunakan bahasa Indonesia, bendera negara Indonesia, lambang negara Indonesia, lagu
kebangsaan Indonesia yaitu Indonesia Raya.

(3) Identitas Alamiah, yaitu meliputi negara kepulauan dan pluralisme dalam suku, budaya, bahasa dan
agama serta kepercayaan.
THE RULE OF LAW

 Rule of law adalah doktrin hukum yang muncul pada abad ke 19, seiring degan negara konstitusi
dan demokrasi.

 Rule of law adalah konsep tentang common law yaitu seluruh aspek negara menjunjung tinggi
supremasi hukum yang dibangun diatas prinsip keadilan dan egalitarian.

 Rule of law adalah rule by the law, bukan rule by the man.

 Rule of Law adalah diawali dari adanya gagasan untuk melakukan pembatasan kekuasaan
pemerintahan negara.

 Rule of law yang diartikan sebagai ‘kekuasaan sebuah hukum’ merupakan tradisi hukum barat
yang mengutamakan prinsip equality before law.

 Pada hakekatnya Rule of Law adalah memposisikan hukum sebagai landasan bertindak dari
seluruh elemen bangsa dalam sebuah negara.

 Sunarjati Hatono (1976:30) menyebut inti pengertian rule of law adalah jaminan apa yang
disebut sebagai keadilan sosial.

Rule of Law yang dinamis memiliki syarat-syarat yaitu :


1. Adanya perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individu, konstitusi harus
pula menentukan teknis prosedur untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin.

2. Adanya lembaga kehakiman yang bebas dan tidak memihak.

3. Adanya pemilihan umum yang bebas.

4. Adanya kebebasan untuk menyatakan pendapat.

5. Adanya kebebasan untuk berserikat atau berorganisasi dan berposisi.

6. Adanya Pendidikan Kewarganegaraan

Terdapat tiga unsur yang fundamental dalam Rule of Law yaitu :


1. Supremasi aturan-aturan hukum, tidak adanya kekuasaan yang sewenag-wenang dalam arti
seseorang hanya boleh dihukum jika memang melanggar hukum.

2. Kedudukan yang sama di muka hukum, hal ini berlaku baik bagi masyarakat biasa maupun
pejabat negara.
3. Terjamin hak-hak asasi manusianya oleh UU serta Keputusan-Keputusan UU.

Rule of law mengutamakan prinsip equality before law. Adapun


ciri-cirinya adalah :
1. Adanya supremasi aturan-aturan hukum,

2. Adanya kesamaan kedudukan di depan hukum, dan

3. Adanya jaminan perlindungan HAM.

Beberapa kasus dan ilustrasi dalam penegakan rule of law antara


lain:
 Kasus korupsi KPU dan KPUD;

 Kasus illegal logging;

 Kasus dan reboisasi hutan yang melibatkan pejabat Mahkamah Agung (MA);

 Kasus-kasus perdagangan narkoba dan psikotripika ;

 Kasus perdagangan wanita dan anak.

DEMOKRASI
Pengertian Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang setiap warga negara memiliki hak
yang setara dalam pengambilan keputusan yang menentukan hidup mereka. Demokrasi juga
dapat diartikan sebagai bentuk pemerintahan yang dipegang oleh rakyat atau rakatlah yang
mempunya kedaulatan tertinggi. Demokrasi mengisinkan warga negaranya untuk berpartisipasi
baik secara langsung atau dengan perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan juga
pembuatan hukum.

Demokrasi berasal dari bahasa yunani dari kata Demokratia yang berarti "kekuasaan rakyat".
Demokratia terdiri dari dua kata yaitu demos yang berarti rakyat dan kratos yang berarti
kekuatan atau kekuasaan. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi dan budaya yang
memungkin dalam terjadinya praktik kebebasan politik baik secara bebas dan setara.
Macam-Macam Demokrasi
Macam-Macam Demokrasi - Demokrasi banyak dipakai suatu negara dengan banyak macam-
macamnya. Jadi, mengenai macam-macam demokrasi dapat dikelompokkan dalam beberapa
pembagian antara lain sebagai berikut..
a. Macam-Macam Demokrasi Berdasarkan Penyaluran Kehendak Rakyat

 Demokrasi Langsung (Direct Democracy): Pengertian demokrasi langsung adalah demokrasi


yang secara langsung dalam melibatkan rakyat untuk pengambilan keputusan terhadap suatu
negara. Demokrasi langsung, rakyat secara langsung berpartisipasi dalam pemilihan umum dan
menyampaikan kehendaknya.
 Demokrasi Tidak Langsung (Indirect Democracy): Pengertian demokrasi tidak langsung adalah
demokrasi yang tidak secara langsung melibatkan seluruh rakyat suatu negara dalam
pengambilan keputusan. Demokrasi tidak langsung, rakyat menggunakan wakil-wakil yang telah
dipercaya untuk menyampaikan aspirasi dan kehendaknya. Sehingga dalam demokrasi tidak
langsung wakil rakyat terlibat secara langsung dengan menajd perantara seluruh rakyat.

Ciri-Ciri Demokrasi
Ciri-Ciri Pemerintahan Demokrasi - Ciri-ciri demokrasi digambarkan dalam suatu pemerintah didasarkan
atas sistem demokrasi adalah sebagai berikut...

 Pemerintah berdasarkan kehendak dan kepentingan rakyat banyak.


 Ciri Kontitusional, yaitu mengenai kepentingan, kehendak ataupun kekuasaan rakyat yang
dituliskan di konstitusi dan undang-undang negara.
 Ciri Perwakilan, yaitu dalam mengatur negaranya, kedaulatan rakyat diwakilkan dari beberapa
orang yang sudah dipilih oleh rakyat itu sendiri.
 Ciri Pemilihan umum, Yaitu suatu kegiatan politik yang dilakukan untuk memilih pihak dalam
pemerintahan
 Ciri Kepertaian, yaitu partai menjadi sebuah sarana atau media sebagai bagian pelaksanaan
sistem demokrasi
 Ciri kekuasaan, yaitu terdapat pembagian dan juga pemisahan kekuasaan
 Ciri Tanggung Jawab, yaitu dengan adanya tanggung jawab baik pihak yang telah terpilih dapat
ikut dalam pelaksanaan suatu sistem demokrasi

Ciri-Ciri Demokrasi - Menurut Bingham Powl, Jir, ciri-ciri demokrasi adalah sebagai berikut...

 Legitimasi pemerintah, didasarkan dari keputusan pemerintah yang mewakili keinginan rakyat,
artinya apapun yang dilakukan pemerintah baik patuh pada aturan hukum didasarkan untuk
menenkankan bahwa apa yang dilakukan oleh pemerintah merupakan kehendak rakyat
 Pengaturan yang mengorganisasikan musyawarah mufakat atau perundingan untuk
memperoleh legitimasi dengan melalui pemilihan umum yang kompetitif.
 Pemilihan secara rahasia dan tanpa adanya paksaan
 Terdapat hak-hak dasar misalnya kebebasan berbicara, kebebasan berkumpul, kebebasan
berorganisasi dan kebebasan pers.
Prinsip Demokrasi
Prinsip-Prinsip Demokrasi - Prinsip demokrasi dan prasyarat dari berdirinya negara demokrasi telah
terakomodosi dalam konstitusi NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Prinsip-rinsip demokrasi jika
ditinjau dari pendapat Almadudi yang dikenal dengan "soko guru demokrasi". Menurut Almadudui,
prinsip-prinsip demokrasi adalah sebagai berikut...

 Kedaulatan rakyat
 Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah
 Kekuasaan mayoritas
 Hak-hak minoritas
 Jaminan hak asasi manusia
 Pemilihan yang bebas, adil dan jujur
 Persamaan di depan hukum
 Proses hukum yang wajar
 Pembatasan pemerintah secara konstitusional
 Pluralisme sosial, ekonomi dan politik
 Nilai-nilai toleransi, pramatisme, kerja sama, dan mufakat

Prinsip-Prinsip Demokrasi Secara Umum - Selain prinsip demokrasi menurut pendapat para ahli,
terdapat beberapa prinsip umum demokrasi antara lain sebagai berikut...

 Keterlibatan warga Negara mengenai pembuatan keputusan politik


 Persamaan diatnara warga Negara,
 Setiap warga negara memiliki kesamanaa dan kesetaraan dalam praktik politik
 Kebebasan diakui dan diterima oleh warga Negara

Kelebihan dan Kekurangan Demokrasi


Kelebihan/Keuntungan Demokrasi

 Pemegang kekuasaan dipilih menurut suara dan keinginan rakyat


 Mencegah adanya monopoli kekuasaan
 Kesetaraan hak membuat setiap masyarakat dapat ikut serta dalam sistem politik

Kekurangan/Kelemahan Demokrasi

 Kepercayaan rakyat dapat dengan mudah digoyangkan melalui pengaruh-pengaruh misalnya


media
 Kesetaraan hak dianggap tidak wajar karena menurut para ahli, setiap orang memiliki
pengetahuan politik yang tidak sama
 Konsentrasi pemerintah yang sedang menjabat akan memudar disaat dekatnya pemilihan
umum berikutnya

Nilai-Nilai Demokrasi
Nilai-Nilai Demokrasi - Demokrasi memiliki nilai-nilai antara lain sebagai berikut...

Menjamin tegaknya keadilan


 Menekan adanya penggunaan kebebasan seminimal mungkin
 Adanya pergantian kepemimpinan dengan teratur
 Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga
 Menjamin terselenggaranya perubahan yang terjadi di masyarakat dengan damai atau tampa
adanya gejolak
 Mengakui dan menganggap wajar adanya perbedaan atau keanekaragaman.

Anda mungkin juga menyukai