KEMARITIMAN
INDONESIA
KELOMPOK 4
• Putri Wahyu Enjelita
• Ramsia Alfadat
• Sri Ulina Manik
• Sukma Maulidia
• Wade Fariana
Sejarah Maritim Indonesia
• Sebab, pandangan bahwa laut merupakan kehidupan, tempat banyak orang bergantung kiranya
sulit dipungkiri. Sejak zaman pra sejarah, manusia yang mendiami kepuluan Nusantara sudah
mampu berlayar hingga Barat Afrika. Secara geografis Nusantara yang menjadi cikal bakal Republik
Indonesia lebih tepat disebut negara kelautan.
• Hal tersebut sudah dibuktikan oleh Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Dua emporium kekuatan
kerajaan Nusantara tersebut bisa menjadi besar karena bisa menguasai laut. Dengan menguasai
laut dan tentu dengan militer yang kuat, dua kerajaan tersebut berhasil mengontrol seluruh
perniagaan di seluruh Asia Tenggara.
• Keadaan tersebut berlansung cukup lama, hingga datangnya pedagang Eropa pada abad 16. Dunia
kemaritiman Nusantara sejak saat itu dihadapkan pada dunia kapitalisme dan imperialisme semakin
membatasi gerak kehidupannya. Keberlanjutan jaringan pelayaran orang Nusantara dengan dunia
maritimnya kini goyah termasuk kerajaan yang ada di dalamnya, setelah itu Nusantara masuk dalam
fase kolonialisme.
• Kolonialisme menyebabkan perubahan cara pandang manusia nusantara dalam kehidupan sehari-
hari. Laut tak lagi menjadi prioritas, kalau pun melaut, laut sudah dikuasai pihak kolonial. Tak cukup
sampai di situ, Belanda juga menerapkan pemahaman konsep darat seperti yang ada di Eropa. Sejak
saat itu, semua kehidupan termasuk laut menghadap ke utara (Eropa). Contohnya Selatan Jawa yang
pada masa kerajaan Majapahit menjadi pelabuhan tersibuk, saat itu ditinggal dan menjadi daerah
miskin hingga saat ini. Proses meninggalkan laut berlangsung hingga menjelang kemerdekaan.
• Menjelang kemerdekaan, para Founding Fathers punya rasa ingin mengembalikan masa-masa
keemasan Sriwijaya dan Majapahit, salah satunya dengan kembali ke laut. Dalam sidang Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 31 Mei 1945, Muhammad Yamin
dengan tegas memperjuangkan perwujudan Tanah Air ke dalam wilayah negara Indonesia. ia
menegaskan bahwa pemahaman Tanah Air adalah konsep tunggal.
• Dengan demikian, Tanah Air merupakan konsep yang satu. “..membicarakan
daerah Negara Indonesia dengan menumpahkan perhatian kepada pulau dan
daratan sesungguhnya adalah berlawanan dengan realitas. Tanah Air ialah
terutama daerah lautan dan mempunyai pantai yang panjang.”
• Yamin meyakini laut Indonesia namun kala itu mendapat hambatan dari dunia
Internasional yang menyebut laut merupakan zona bebas. Perjuangan Indonesia
mengintegrasikan laut ke dalam wilayahnya dimulai kembali oleh Perdana Menteri
Djuanda pada 1957. Untuk menguasai kembali lautan, pemerintah Soekarno
memperkuat pasukan angkatan laut baik dari jumlah prajurit hingga alat utama
sistem persenjataan. Namun, pengembalian laut sebagai sumber kehidupan gagal
setelah pemerintahan berpindah tangan ke Soeharto yang berorientasi ke darat.
Indonesia adalah Negara Kelautan
• Negara Indonesia adalah negara yang terdiri dari belasan ribu pulau bisa
juga disebut sebagai negara kepulauan atau Archipelagic State. Kata
Archipelago sering diartikan sebagai “Kepulauan” yang sebenarnya ada
perbedaan pengertian secara fundamental antara kepulauan dan
archipelago. Kata kepulauan sendiri berarti kumpulan pulau-pulau,
sedangkan istilah Archipelago berasal dari bahasa latin, yaitu Archipelagus
yang terdiri dari dua kata yaitu Archi yang berarti laut dan pelagus yang
berarti utama sehingga arti sesungguhnya adalah Laut Utama. Sebagai
negara bahari, Indonesia tidak hanya memiliki satu laut utama, namun tiga
yang dimana pada abad XIV dan XV merupakan zona komersial di Asia
Tenggara yaitu Laut Banda, Laut Jawa dan Laut Flores, dimana ketiganya
merupakan zona perairan paling menjanjikan.
• Sejak Zaman Awal Kerajaan di Indonesia, kehidupan kelautan di Indonesia
sudah sangat fundamental. Karena daerah Indonesia yang merupakan daerah
kepulauan yang membutuhkan lautan untuk mengakses daerah antar daerah.
Armada laut yang dimiliki oleh Kerajaan seperti Sriwijaya, Majapahit, hingga
Demak pun tak bisa dipandang sebelah mata, sebagai kerajaan maritim, mereka
sangat berperan dalam perdagangan yang mencakup daerah Indonesia, bahkan
mancanegara dan sangat disegani yang tertera dalam catatan para pedagang
dan utusan dari China ataupun dari Arab.
• Sejarah maritim memiliki korelasi yang relatif banyak dengan sejarah nusantara.
Sebab wilayah nusantara berkembang dari sektor kemaritiman. Mayoritas
kerajaan di Nusantara yang bercorak maritim menunjukkan bahwa kehidupan
leluhur kita amat tergantung pada sektor bahari. Baik dalam hal pelayaran antar
pulau, pemanfaatan sumber daya alam laut, hingga perdagangan melalui jalur
laut dengan pedagang dari daerah lain maupun pedagang dari manca negara.
Peran Perairan Indonesia
• Pada jaman kerajaan Islam, jalur perdagangan antar pulau di Indonesia (antara Sumatera-Jawa, Jawa-
Kalimantan, Jawa-Maluku, Jawa-Sulawesi, Sulawesi-Maluku, Sulawesi-Nusa Tenggara dan sebagainya) menjadi
bagian yang inheren dalam konteks perdagangan internasional. Bahkan Indonesia sempat menjadi tujuan
utama perdagangan internasional, bukan negeri Cina.Keadaan ini lebih berkembang ketika orang Eropa mulai
datang ke Indonesia untuk mencari rempah-rempah. Indonesia mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi
pedagang dari penjuru dunia. Sebagai konsekuensi logis, jalur perdagangan dunia menuju Indonesia berubah
(Route tradisional melalui selat Malaka menjadi route alternatif karena ada route baru yaitu dengan
mengelilingi benua Afrika,kemudian menyeberangi Samudera Hindia, langsung menuju Indonesia. Bangsa
Spanyol juga berusaha mencapai Indonesia dengan menyeberangi Atlantik dan Pasifik.
• Dari sekian banyak route pelayaran dan perdagangan di perairan Nusantara, route pelayaran dan
perdagangan yang melintasi Laut Jawa merupakan route yang paling ramai. Ini mudah dipahami karena Laut
Jawa beradadi tengah kepulauan Indonesia. Laut Jawa hanya memiliki ombak yang relatif kecil dibandingkan
dengan laut lain yang ada di Indonesia dan sekitarnya, sebut saja Laut Cina Selatan, Samudera Hindia,
Samudera Pasifik, Laut Arafuru, Laut Banda, dan sebagainya. Dengan demikian Laut Jawa sangat cocok untuk
pelayaran dan perdagangan. Laut Jawa juga memiliki kedudukan yang strategis dalam jalur lalu-lintas
perdagangan dunia yang ramai antaram Malaka – Jawa -Maluku. Dalam konteks itu Laut Jawa berfungsi
sebagai jembatan penghubung pusat dagang di sepanjang pantai yang berkembang karena pelayaran dan
perdagangan melalui Laut Jawa. Kota perdagangan yang berkembang antara lain Banten, Batavia, Cirebon,
Semarang, Demak, Rembang, Tuban, Pasuruan, Gresik, Surabaya, Probolinggo, Panarukan, Pamekasan,
Buleleng, Lampung, Palembang, Banjarmasin, Pontianak, Sampit, Sambas, Makasar, Sumba, Kupang,
Larantuka, dan sebagainya.
• Pelayaran dan perdagangan Laut Jawa juga mencakup kota di kawasan lain seperti Belawan Deli, Tanjung
Pinang (Riau), Malaka, Singapura, Ternate, Ambon, dan kawasan Indonesia Timur lainnya. Singkat kata, dalam
sejarah Indonesia, pelayaran dan perdagangan Laut Jawa mencakup pelayaran dan perdagangan di seluruh
Nusantara. Ini berarti Laut Jawa merupakan inti atau core dari aktivitas pelayaran dan perdagangan di
Nusantara. Jadi, berbicara tentang pelayaran dan perdagangan di Nusantara, berarti bicara tentang peranan
yang dimainkan oleh laut Jawa. Dalam konteks ini Laut Jawa berperan sebagai jembatan dan katalisator
jaringan pelayaran dan perdagangan di seluruh Nusantara, jangkauannya mencakup pulau Jawa, Sumatra,
Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, bahkan kepulauan Maluku, Irian dan pulau kecil lainnya.
Demikian penjelasan singkat tentang Sejarah Maritim
Indonesia, Semoga dapat menambah wawasan kita tentang
Kemaritiman Indonesia.