Anda di halaman 1dari 5

MATA KULIAH TEORI SOSIAL KLASIK

TUGAS CRITICAL REVIEWS 1


PEMIKIRAN KARL MARX BAB V: FRANS MAGNIS SUSENO

DOSEN

: Dr. Aris Munandar

NAMA

: Rahmat Sufajar

NPM

: 14011865009

SEKOLAH PASCA SARJANA


JURUSAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NASIONAL

Bab V buku Frans Magnis Suseno tentang pemikiran Karl Marx ini merupakan
pijakan dasar bagi upaya untuk memahami pola pemikiran Marx tentang ekonomi politik.
Perlu terlebih dahulu saya jelaskan bahwa pada buku ini, perhatian Marx tidak lagi ke arah
politik, karena sejak Marx pindah ke Perancis pada 1843, orientasi pemikiran Marx
cenderung ke arah ekonomi politik, dan pemikiran dialektis Hegel memberikan konstribusi
yang sangat signifikan bagi pemikiran Marx.
Pada awal bab ini juga dijelaskan bahwa pemikiran Marx, khususnya tentang ekonomi
politik tidaklah bebas nilai seperti apa yang disampaikan oleh penganut Marxisme ortodoks
bahkan oleh Marx sendiri. Pengelakan tentang bebas nilai ini tidak lain adalah upaya untuk
menutupi agar pemikiran Marx dianggap ilmiah. Argumen mendasar mengapa pemikiran
Marx diakatakan tidak bebas nilai adalah bahwa Marx mempunyai pandangan bagaimana
tentang pekerjaan yang ideal bagi setiap masyarakat, akan tetapi perlu diingat bahwa bukan
karena Marx memiliki pandangan subjektif tentang pekerjaan menjadikan pemikirannya tidak
ilmiah. Pemikiran Marx tentang keterasingan dalam pekerjaan dan bagaimana seharusnya
pekerjaan bagi masyarakat adalah landasan dasar dalam upaya memahami keseluruhan
pemikiran Marx.
Awal pembahasan bab ini, Marx menjelaskan bahwa suatu pekerjaan yang dijalani
oleh manusia adalah sebagai upaya untuk menunjukkan eksistensi dirinya secara nyata.
Kemudian timbul pertanyaan mengapa manusia perlu bekerja sebagai upaya objektivasi diri,
sedangkan tumbuhan dan hewan tidak ? Hal ini menurut Marx bukan semata tentang upaya
bertahan hidup, melainkan binatang dan tumbuhan mampu memenuhi semua kebutuhannya
dari alam, sedangkan manusia harus membuat alam memenuhi semua kebutuhan mereka
yang relatif tidak terbatas. Marx mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk yang
memiliki dua sisi, disatu sisi merupakan makhluk alami yang membutuhkan alam untuk
hidup, namun disisi lain manusia harus berhadapan dengan alam sebagai sesuatu yang asing
dan harus menyesuaikan alam dengan kebutuhannya.
Pendapat Marx yang pada paragraf diatas tentang perbedaan manusia dengan binatang
dan tentang manusia yang memiliki dua sisi diri yang berbeda, dalam pandangan saya,
kurang bisa menjelaskan apa yang dimaksud dengan manusia, apa yang membedakan
manusia dengan binatang, dan bagaimana manusia dengan alam seharusnya berinteraksi.
Dalam pandangan saya, binatang tidak bekerja bukan karena kebutuhan mereka telah
dipenuhi oleh alam, melainkan bagaimana pola pikir dan hasrat mereka yang sudah dibatasi

dan berkembang pada level yang sangat lambat, seperti yang kita tahu bahwa binatang sudah
ada terlebih dahulu di dunia ini dari pada manusia, walaupun beberapa diantara binatang
mampu bertahan melewati zaman dengan berevolusi, akan tetapi pola hidup mereka tidak
akan berkembang karena keterbatasan dari pikiran, akal, hasratnya. Sedangkan manusia
mampu bertahan dalam berbagai konteks alam dimana mereka hidup karena memang pikiran,
akal dan hasratntya sangat jauh lebih unggul dari pada binatang. Manusia yang membuat
alam mengikuti keinginan mereka, akan tetapi, pada konteks sekarang, justru manusia telah
sadar sudah seharusnya mereka yang memaksa diri untuk mengikuti alam.
Pekerjaan bagi manusia menurut Marx juga merupakan alat untuk objektivasi diri dan
implementasi sifat sosial. Objektivasi dalam artian mengungkapkan apa yang terdapat di alam
pikirian dan ide manusia menjadi sesuatu yang nyata, dan hal tersebut akan mampu membuat
seorang pekerja merasa senang dan bangga. Sedangkan pekerjaan sebagai suatu alat
implementasi sifat sosial dalam artian sebuah pekerjaan adalah jembatan antar manusia.
Seorang manusia tidak mungkin mampu memenuhi semua kebutuhan hidupnya sendiri, akan
tetapi setiap manusia bergantung pada hasil pekerjaan manusia lain untuk dapat memenuhi
kebutuhannya. Disini Marx menjelaskan, bahwa, jika sistem sosial dapat mengakomodir,
sebenarnya setiap orang lebih memilih memberikan hasil kerjanya dengan cuama cuma
kepada orang lain yang membutuhkan dari pada harus menjualnya, akan tetapi ini hanyalah
pikiran utopi Marx, karena sejak manusia pertama ada hingga sekarang, realitas manusia
sebagai makhluk sosial terutama dalam sisi ekonomi tidaklah seperti pemikiran Marx.
Marx pada bab ini juga menjelaskan bagaimana manusia yang bekerja terasing dari
dirinya sendiri. Maksud Marx adalah, pekerjaan seharunya membuat seorang pekerja merasa
senang dang bangga, akan tetapi bagi sebagian orang, khususnya para buruh dalam sistem
kapitalis, pekerjaan tidak mampu merealisasikan hakikat mereka, tetapi justru mengasingkan
mereka. Hal ini karena pekerjaan yang mereka jalani merupakan karena terpaksa untuk
bertahan hidup, bukan karena keinginan mereka. Lebih jauh Marx menjelaskan bahwa
pekerjaan justru dapat mengasingkan seseorang dari dirinya sendiri dan dari orang lain.
Keterasingan dari diri sendiri menurut Marx dibagi menjadi tiga, pertama adalah
pekerjaan yang seharusnya menjadi sumber perasaan bangga karena merupakan hasil
objektivasi diri tidak mereka dapatkan, karena produk yang mereka hasilkan bukan menjadi
milik mereka, melainkan menjadi milik perusahaan. Akan tetapi pemikiran Marx ini justru
bertentangan dengan pemikiran utopinya sendiri, pada paragraf sebelumnya saya mengutip

pernyataan Marx bahwa manusia sebenarnya jika diakomodir oleh sistem dan struktur sosial
lebih memilih menghadiahkan hasil pekerjaannya kepada orang lain, akan tetapi disini Marx
mengatakan bahwa pekerja pabrik terasing dari dirinya sendiri karena hasil pekerjaannya
tidak dimilikinya olehnya.
Kedua adalah karena hasil pekerjaan terasing dari dirinya, maka pekerjaan itu menjadi
tidak berarti bagi dirinya. Pekerjaan menjadi sesuatu paksaan bagi mereka, dan jika keadaan
sudah memungkinkan mereka akan pergi dari pekerjaan tersebut mencari pekerjaan yang
mempu memuaskan dirinya dan menutupi kebutuhan hidupnya. Ketiga adalah karena
pekerjaan tindakan hakiki manusia, maka dnegan memperalat pekerjaannya semata mata
demi memperoleh nafkah, manusia memperalat dirinya sendiri. Sekali lagi pemikiran Marx
ini bertentangan dengan pemikiran idealnya sendiri, karena kebutuhan akan pekerjaan
merupakan suatu keharusan demi objektivasi diri dan mempertahankan hidup, sudah
seharusnya manusia memaksa dirinya untuk bekerja, terlepas pekerjaan itu sesuai atau
tidak dengan keinginannya, setidaknya suatu pekerjaan akan mampu menunjukkan eksistensi
diri dan menjadi sarana sosial yang berguna untuk orang lain dan menjadikan mereka mampu
bertahan hidup.
Selanjutnya Marx juga berpendapat bahwa pekerjaan dengan sistem upah, terutama
seperti sistem kapitalis, akan menyebabkan manusia terasing satu sama lain. Marx
mencontohkan bahwa dalam masyarakat terdapat dua kelas, yaitu kelas pekerja dan kelas
kapital, kedua kelas ini saling terasing satu sama lain karena keduanya memiliki orientasi
kepentingan yang berbeda. Kelas kapital akan berusahan mendapatkan keuntungan sebesar
mungkin, termasuk dengan meminimalisir upah dan fasilitas buruh, sedangkan buruh akan
berorientasi untuk mendapatkan upah sebesar mungkin dan fasilitas sebaik mungkin.
Keterasingan ini bukan hanya terjadi antar kelas sosial, tetapi sesama kelas sosial juga akan
mengalami keterasingan karena adanya persaingan. Kaum kapital akan bersaing dengan
pemilik modal lain untuk memperebutkan pasar, sedangkan kaum pekerja akan bersaing
dengan kaum pekerja lain untuk mendapatkan pekerjaan.
Marx menggambarkan bagaimana hubungan ideal antar manusia, yaitu dengan
menggunakan perumpamaan cinta antara laki laki dan perempuan. Marx mengatakan
bahwa hubungan antar manusia sudah seharusnya dilandasi rasa ingin membahagiakan satu
sama lain tanpa mengharapkan imbalan apapun, karena kebahagiaan orang lain adalah
kebahagiaan tersendiri untuk seseorang, seperti hubungan antara laki laki dan perempuan

yang didasari cinta, yang hanya ingin membahagiakan satu sama lain, memenuhi kebutuhan
satu sama lain, dan kebahagiaan yang satu merupakan kebahagiaan bagi yang lain. Akan
tetapi perlu diingat, menurut saya tidak akan mungkin struktur masyarakat ini dapat tercipta
mengingat realitas yang terjadi selama ini. Mungkin pada wilayah tertentu yang relatif kecil
bisa saja terjadi, walaupun saya tetap skeptis akan se-ideal pemikiran Marx, tetapi dalam
konteks yang lebih besar, seperti negara, sangat tidak mungkin terjadi.
Marx selanjutnya menjelaskan yang menjadi penyebab keterasingan dalam diri
manusia adalah hak milik pribadi. Hal ini karena sistem kerja yang berdasarkan pada upah,
dimana pekerja menyewakan dirinya kepada pemilik modal untuk dapat bertahan hidup, dan
pemilik modal menikmati hasil jauh lebih besar dari pada para pekerja. Marx disini
mengatakan bahwa sebenarnya pemilik hak milik pribadi juga terasing dari dirinya sendiri,
hal ini karena mereka menikmati hasil dari kerja pasif yang mereka lakukan, berdasarkan
argumen Aristoteles, nikmat pasif saja tidak dapat mengembangkan manusia. Dengan
demikian, sistem hak milik pribadi mengasingkan pemilik dan pekerja dari dirinya sendiri,
pemilik terpisah dari pekerja dan pekerja tidak berkembang didalamnya. Pada akhirnya
segala keterasingan manusia adalah akibat dari sistem hak milik pribadi. Akan tetapi hal ini
merupakan suatu keharusan, karena menurut Marx, perkembangan manusia berdasarkan
dialektika historis, akan melalui tiga fase, sebelum pembagian kerja, tahap pembagian kerja
dan hak milik pribadi, tahap kebebasan. Jadi, fase hak milik pribadi yang masih ada hingga
sekarang, merupakan suatu keharusan untuk mencapai fase ideal menurut Marx.

Anda mungkin juga menyukai