Anda di halaman 1dari 4

KETIDAKADILAN HUKUM YANG TERJADI DI INDONESIA YANG

BERTENTANG DENGAN TUJUAN HUKUM MENURUT THOMAS AQUINAS

A. PENGANTAR

Untuk menginterpretasikan dengan betul tentang kebenaran hukum dari sudut pandang
filsafat hukum, kita harus mengerti terlebih dahulu apa itu pengertian dari hukum dan apa
tujuan hukum itu sendiri. Secara umumnya, manusia mendefenisikan hukum secara
sederhana yaitu ikatan dari aturan – aturan maupun kaedah yang berasal dari nilai-nilai yang
kemudian berubah menjadi norma yang berlaku di masyarakat. Dengan adanya kehadiran
hukum juga dianggap penting dalam menciptakan ketertiban di dalam kehidupan sosial
manusia, dan untuk itulah dengan tercapainya ketertiban dan keharmonisan itu yang akan
menjadi salah satu tujuan hukum. Sejauh ini dengan melihat secara singkat pengertian dan
penjelasan di atas, sementara disimpulkan bahwa hukum tentunya berasal dari nilai-nilai yang
dianggap benar di dalam kehidupan manusia. Kehadiran hukum sangat dibutuhkan dalam
menciptakan ketertiban di dalam kehidupan sosial manusia tersebut. Hal ini dimaksud untuk
menghindari terjadinya konflik antara manusia yang satu dengan manusia lainnya.

Alih – alih merujuk kepada pendapat dari Thomas Aquinas yang mengemukakan
mengenai empat macam hukum, yaitu Lex eterna, Lex naturalis, Lex divina dan Lex
humana. Lex eterna menurut pandangan dari Thomas Aquinas merupakan suatu aturan yang
menguasai alam semesta melalui kehendak Allah sesuai dengan kebijaksanaanNya. Semua
makhluk berada dalam kerangka tujuan lex eterna dan manusia mempunyai suatu tujuan
tertentu karena manusia merupakan makhluk rasional. Lex naturalis, menurut Thomas
Aquinas, tidak terlepas dari partisipasi makhluk rasional dalam lex eterna. Lex naturalis
inilah yang akan mengarahkan aktivitas manusia melalui aturan-aturan dasar dalam hidupnya.
Masih menurut Thomas Aquinas, lex divina yaitu pedoman - pedoman dari Allah untuk
mengarahkan bagaimana seyogianya manusia bertindak. Terakhir, pengertian dari lex
humana adalah aturan-aturan yang berasal dari pemerintah atau aturanaturan yang dibuat oleh
manusia.1

Dengan adanya pembagian hukum tersebut dapat dinyatakan bahwa tujuan hidup
manusia bukan hanya untuk mencapai kebahagiaan duniawi belaka, melainkan untuk
mendapatkan kebahagiaan kekal sebagai tujuan bersifat supernatural. Secara sederhana,
Thomas Aquinas hendak mengatakan bahwa hukum bertujuan untuk mengantarkan manusia
kepada kebahagiaan kekal. Perlu diketahui juga bahwa pada dasarnya Thomas Aquinas
sangat menekankan bahwa manusia adalah suatu kesatuan yang terdiri dari jiwa dan badan.
Pendapatnya tersebut bertentangan dengan pandangan Plato yang menganggap jika jiwa
merupakan sesuatu yang berdiri sendiri dimana sebuah substansi lengkap yang ada di dalam
penjara tubuh jasmani seorang manusia. Menurut pandangan dari Thomas Aquinas, pertautan
antara jiwa dan tubuh manusia harus dilihat antara bentuk dan materi maupun hubungan jiwa
dan badan tersebut juga bisa dilihat dalam hubungan antara perealisasian dan potensi. Dengan

1
Peter Mahmud Marzuki, (2010)Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prenada Media Grup, h. 104.
perkataan lain, jiwalah yang membuat tubuh menjadi realitas. Hal tersebut dikarenakan jiwa
yang menjalankan aktivitas-aktivitas yang melebihi sifat badan belaka. Aktivitas itu
merupakan kegiatan berpikir dan berkehendak. Kedua hal tersebut merupakan diyakininya
berupa aktivitas rohani. Karena jiwa bersifat rohani, maka setelah manusia mati, jiwanya
hidup terus. Oleh sebab itu sangat jelas diketahui bahwa Thomas Aquinas mempertahankan
adanya kekekalan jiwa yang menentang pendapat dari Aristoteles. Thomas Aquinas
mengajarkan bahwa setelah kematian jiwa akan hidup terus dalam wujudnya sebagai bentuk.
Ini berarti bahwa jiwa tetap mempunyai keterarahan kepada badan(materi).2 Demikian
ternyata, hal ini dianggap cocok dengan ajaran kristiani yang membenarkan adanya
kebangkitan badan. Ajaran ini jelas akan sulit dibenarkan oleh seorang filsuf yang mencari
kebenaran atas dasar rasio belaka.

Thomas Aquinas juga berpendapat bahwa setiap perbuatan apapun itu bentuknya
termasuk juga kegiatan berpikir dan berkehendak merupakan perbuatan dari segenap pribadi
manusia. Kesatuan manusia akan mengandaikan bahwa tubuh manusia hanya dijiwai oleh
satu bentuk saja, yaitu bentuk rohani. Bentuk rohani inilah yang sekaligus membentuk hidup
lahiriah dan batiniah manusia. Menurut Thomas Aquinas, akal adalah daya tertinggi dan
termulia dari manusia. Akal lebih penting keberadaannya daripada kehendak karena
kebenaran itu lebih tinggi daripada kebaikan. Oleh sebab itu juga, mengenal adalah perbuatan
yang lebih sempurna dari pada menghendaki. Pandangan Thomas Aquinas mengenai
pengenalan ini berhubungan erat sekali dengan pandangannya tentang pertautan antara jiwa
dan tubuh. Pelaku atau subjek dalam pengenalan adalah kesatuan jiwa dan tubuh yang berdiri
sendiri.

Adapun ajaran mengenai moral ataupun etika, merupakan hal yang sangat ditekankan
oleh Thomas Aquinas sebagai bentuk dari kodrat manusia itu sendiri. Untuk itu, dalam
menjankan kehidupan,kita harus melakukan yang baik dan menghindari yang jahat. Menurut
Thomas, kita mengetahui perbedaan yang baik dengan yang jahat yaitu dari adanya hukum
kodrat, yang dapat diketahui melalui akal budi manusia. Bagi manusia Hukum Kodrat sama
dengan hukum moral. Hukum Kodrat adalah apa yang sekarang kita sebut sebagai prinsip-
prinsip dan norma-norma moral. Jadi, bagi manusia Hukum Kodrat merupakan hukum dalam
arti normatif. Oleh karenanya, menurut Thomas manusia itu hidup dengan baik apabila ia
hidup sesuai dengan kodratnya, dan manusia akan buruk apabila tidak sesuai dengan
kodratnya. Alasan mengapa dia berpendapat seperti itu adalah karena menurutnya manusia
hanya dapat mengembangkan diri, hanya dapat mencapai tujuannya apabila ia hidup seusai
dengan kodratnya. Orang yang hidup berlawanan dengan kodratnya tidak akan mencapai
tujuannya,tidak akan mengembangkan dan mengaktualisasikan seluruh potensinya. Karena
itu,moralitas terdiri dalam tindakan yang mengembangkan dan menyempurnakan kodratnya.

Thomas Aquinas juga selalu memberikan teori yang berhubungan dengan manusia.
Untuk itu, pandangannya tentang hukum juga berkaitan dengan manusia, yaitu dengan kodrat
manusia. Thomas Aquinas memandang manusia sebagai makhluk yang bebas mengerahkan
dirinya sendiri. Namun dengan realita kehidupan saat ini manusia yang bebas dihadapkan

2
https://nikolaskristiyantosj.wordpress.com/2012/08/11/tubuh-dan-jiwa/ Diakses pada 27 Januari 2020.
dengan peraturan-peraturan yang mengikatnya juga. Dengan adanya peraturan, manusia
masih dapat hidup dengan bebas akan tetapi kebebasan tersebut telah dibatasi dengan norma-
norma yang telah berlaku dan telah ditetapkan di dalam masyarakat.

Telah dikatakan sebelumnya juga bahwa Thomas Aquinas sangat menekankan perihal
moral yang ada pada manusia. Menurutnya, perintah moral yang paling dasar adalah
melakukan yang baik, dan menghindari yang jahat. Dengan adanya hukum dapat membantu
manusia untuk dapat hidup dengan tentram, adil dan sejahtera. Dengan adanya hukum juga
dapat membantu manusia dan masyarakat dalam menciptakan nilai moral. Kalau hukum
disahkan maka hukum itu baru sebagai rancangan undang-undang dan tidak mengikat.

B. Ketidakadilan hukum di Negara Indonesia.

Ukuran mengenai keadilan seringkali ditafsirkan berbeda-beda. Keadilan itu


sendiripun berdimensi banyak, dalam berbagai bidang, misalnya ekonomi, maupun hukum.
Dewasa ini, berbicara mengenai keadilan merupakan hal yang senantiasa dijadikan topik
utama dalam setiap penyelesaian masalah yang berhubungan dengan penegakan hukum.
Banyaknya kasus hukum yang tidak terselesaikan karena ditarik ke masalah politik.
Kebenaran hukum dan keadilan dimanipulasi dengan cara yang sistematik sehingga peradilan
tidak menemukan keadaan yang sebenarnya. Keutamaan yang disebut keadilan menurut
Thomas Aquinas menentukan bagaimana hubungan orang dengan orang yang selain dalam
hal iustum, yakni mengenai apa yang sepatutnya bagi orang lain menurut sesuatu kesamaan
proporsional (aliquod opus adaequatum alteri secundum aliquem aequalitatis modum).

Thomas Aquinas telah mengatakan hukum adalah alat yang digunakan untuk
menegakkan keadilan dan juga menciptakan kesejahteraan sosial (bonum commune).
Kesejahteraan disini bukan untuk golongan tertentu saja tetapi untuk semua masyarakat yang
berdiri di dalam negara hukum tersebut. Dengan seperti itu dapat terlihat bahwa hukum di
Indonesia sangat melenceng jauh dengan pendapat Thomas Aquinas yang mengatakan bonum
commune, hukum dibuat berdasarkan akal, hukum tidak dapat dibuat sendiri, hukum bukan
untuk kepentingan pribadi ataupun golongan yang memiliki kekuasaan. 3

Sedangkan jika dilihat, hukum di Indonesia masih terlalu lunak bahkan bisa dikatakan
bahwa hukum bisa dibeli dengan uang bagi yang memiliki kekuasaan. Hukum di Indonesia
juga masih banyak yang di luar akal budi manusia, contoh yang sangat nyata dan jelas
diketahui oleh khalayak umum yaitu adanya kasus nenek Minah yang mencuri 3 buah kakao
seharga Rp 2000 ditindak pidana dan masuk penjara selama 1 bulan 15 hari. Sedangkan
orang yang mengkorupsi bahkan sampai merugikan negara ratusan juta masih bisa hidup
dengan enaknya diluar sana. Dari perbandingan kedua kasus tersebut terlihat jelas adanya
perbedaan yang sangat kontras terhadap ketidakadilan hukum tersebut. Sedangkan hukum
pada hakikatnya diciptakan untuk mensejahterakan masyarakat dan sebagai panduan atau
patokan kehidupan. Namun kenyataannya sampai saat ini, hukum tidak memberikan

3
Dewantara, Agustinus Wisnu. "MULTIKULTURALISME INDONESIA (STUDI PERBANDINGAN ANTARA KONSEP
MADANI NURCHOLISH MADJID DAN KONSEP CIVIL SOCIETY)." JPAK: Jurnal Pendidikan Agama Katolik 17.9
(2017) h. 115-25
kesejahteraan dan keadilan yang sudah seharusnya menjadi tujuan dari adanya berbagai
peraturan yang diciptakan oleh aparat yang berwenang, yang dimana hukum menjadi alat
untuk menindas orang yang lemah dan tidak punya harta. Bahkan orang tua yang sudah
berumur 90 tahunan yang seharusnya hidup bahagia dirumah bersama anak dan cucunya
malah hidup di penjara. Dengan seperti itu hukum di Indonesia masih tidak masuk akal dan
berbeda jauh dengan pendapat Thomas Aquinas yang menyatakan bahwa hukum bertujuan
untuk mengantarkan manusia kepada kebahagiaan kekal bukan hanya dibumi tetapi sampai
selama-lamanya. Perumpamaan lainnya yaitu, kita semua mengetahui bahwa hukum ada dan
diciptakan untuk memberikan sanksi yang sesuai kepada masyarakat jika masyarakat
tersebut telah melanggar aturan-aturan dan norma-norma yang berlaku dan telah di tetapkan
oleh pemerintah. Namun melihat dengan realita yang ada saat ini, golongan yang diatas atau
orang yang memiliki jabatan yang telah melanggar hukum dan seharusnya mendapatkan
sanksi yang berlaku malah mendapatkan keringanan bahkan seperti tidak mendapatkan sanksi
sama sekali.

C.PENUTUP

Pada intinya, filsafat ilmu hukum memberikan perspektif bahwa keadilan harus diwujudkan
dalam hukum. Untuk itu, dengan melihat adanya kesenjangan keadilan yang terjadi di
Indonesia dapat diumpamakan kedalam kalimat berikut yaitu “tajam ke bawah tetapi tumpul
ke atas” maksud dari kalimat tersebut yaitu orang-orang yang lemah atau miskin merasakan
bahwa hukum itu sangat mempengaruhi diri mereka apabila kalangan ini melakukan kesalah
maka akan dapat hukuman sedangkan bagi golongan atas, hukum itu tidak terlalu terasa bagi
mereka. Padahal hukum itu dari teori Santo Thomas Aquinas bersifat untuk semua orang
(universal).

Hukum yang dimaksudkan oleh Thomas Aquinas yaitu hukum yang tidak pernah
untuk kepentingan pribadi atau penguasa atau golongan (beberapa orang), melainkan untuk
kesejahteraan umum. Tetapi dalam kasus ini sangat bertentangan dengan padangan atau teori
yang dimaksudkan oleh Thomas Aquinas karena seperti kasus tersebut hukuman hanya
berlaku untuk mereka golongan yang rendah dan tidak mungkin bisa sejahtera karena adanya
pribadi atau penguasa atau golongan tertentu yang lebih berkuasa yang bisa mengendalikan
hukum. Keadilan hukum di indonesia harus nya setara karena peraturan itu untuk manusia
dan perarturan harus menjadikan manusia baik, damai dan sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai