8
Rabu, 19 September 2018, 11:19
Diskusi
1)Coba Anda jelaskan tentang pengertian politik, dan Anda kaitkan dengan agama!
Secara etimologis, politik berasal dari kata yunani polis yang berarti kota atau
negara kota. Kemudian arti itu berkembang menjadi polites yang berarti warganegara,
politeia yang berarti semua yang berhubungan dengan negara, politika yang berarti
pemerintahan negara dan politikos yang berarti kewarganegaraan.
Kaitannya politik dengan agama sangatlah erat, keduanya tidak dapat dipisahkan.
Dapat dikatakan bahwa politik berbuah dari hasil pemikiran agama agar tercipta
kehidupan yang harmonis dan tentram dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini
disebabkan, pertama oleh sikap keyakinan bahwa seluruh aktifitas manusia tidak
terkecuali politik, harus dijiwai oleh ajaran-ajaran agama; kedua, disebabkan oleh fakta
bahwa kegiatan manusia yang paling banyak membutuhkan legitimasi adalah bidang
politik, dan hanya agamalah yang dipercayai mampu memberikan legitimasi yang paling
meyakinkan karena sifar dan sumbernya yang transcendent. Secara hakiki agama
berhubungan dengan politik. Kepercayaan agama dapat mempengaruhi hukum, perbuatan
yang oleh rakyat dianggap dosam seperti incest yang tidak legal. Seringkali agamalah
yang memberi legitimasi kepada pemerintahan. Agama sangat melekat dalam kehidupan
rakyat dalam masyarakat industri maupun non industri, sehingga kehadirannya tidak
mungkin tidak terasa dibidang politik. Sedikit atau banyak, sejumlah pemerintahan di
seluruh dunia menggunakan agama untuk memberi legitimasi pada kekuasaan politik.
Islam secara lebih khusus Al-quran mengajarkan bahwa kehidupan politik harus
dilandasi dengan empat hal yang pokok yaitu:
a. Sebagai bagian untuk melaksanakan amanat.
Redaksi yang secara langsung memerintahkan hal ini adalah "Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya” secara
sederhana para ulama mengartikan sebagai sesuatu yang diserahkan kepada pihak lain
untuk dipelihara dan dikembalikan bila saatnya atau bila diminta oleh pemiliknya.
Amanat tidak diberikan kecuali kepada orang vang dinilai oleh pemberinya dapat
memelihara dengan apa yang telah diamanatkan tersebut. Sikap amanat adalah sendi
utama dalam berinteraksi social terutama dalam bidang kekuasaan politik. Artinya bahwa
setiap pejabat adalah pengemban amanat yang diberikan kepadanya untuk dapat
ditunaikan dengan baik yang nantinya harus dipertanggungjawabkan. Mekanisme
pertanggungjawaban inilah yang semestinya dapat menjadikan seorang pengemban
amanah dapat menunaikan amanat tersebut dengan baik. Di antara macam-macam
amanat tersebut adalah:
1) amanat antara manusia dengan Allah SWT;
2) amanat antara manusia dengan manusia lainnya;
3) amanat antara manusia dengan lingkungannya;
4) amanat antara manusia dengan dirinya sendiri.
b. Sebagai bagian untuk menegakkan hukum dengan adil.
Dalam Kamus Besar Bahasa lndonesia hukum diartikan sebagai: (l) Peraturan atau
adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan penguasa atau pemerintah,
(2) Undang – undang, peraturan tersebut untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat,
(3) patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa alam yang tertentu, (4) keputusan
(pertimbangan yang ditetapkan oleh hakim di pengadilan). Pengertian hukum yang
dijelaskan dalam kamus di atas semuanya berkaitan dengan masalah kekuasaan politik.
Satu sistem politik sehebat apapun tidak akan dapat dilaksanakan dengan baik dan tidak
akan membawa kemaslahatan bersama apabila tidak didukung oleh sistem hukum yang
baik dan juga penerapan hukum yang adil dan konsisten. Sebuah ungkapan yang populer
di tengah masyarakat bahwa dalam sebuah tatanan hidup bermasyarakat dan bernegara
apabila ingin berhasil maka harus menjadikan hukum sebagai panglima.
c. Tetap dalam koridor taat kepada Allah, Rasu-Nya, dan ulil amri.
Secara garis besar ada titik persamaan bahwa yang dimaksud dengan ulil amri adalah
orang atau sekelompok orang yang mendapatkan tugas untuk mengurusi urusan-urusan
kaum muslim baik menyangkut masalah ibadah, pendidikan, sosial, ekonomi bahkan
termasuk urusan hubungan luar negeri dan juga pemimpin perang. Menyangkut masalah
ibadah umpamanya tentu yang paling memahmi adalah ahlinya dalam hal ini adalah para
utama yang ahli di bidang agama. Demikian halnya dengan bidang-bidang yang lain
masing-masing ada ahli dan yang berkompeten serta memiliki otoritas. Mereka dapat
dikategorikan sebagai ulil amri
d. Selalu berusaha kembali kepada Al-quran dan Sunnah Nabi SAW.
Ungkapan yang secara langsung menunjukkan perintah tersebut adalah "kemudian
jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya)". Sebuah fakta terhidang di hadapan kita bahwa tidak
semua persoalan ada penjelasannya secara rinci dalam Al-quran dan as-Sunnah. Dalam
kedua sumber suci tersebut hanya memuat ketentuan-ketentuan pokok bagi
kehidupan manusia. Dan harus diyakini bahwa petunjuk tersebut sudah sempurna dan
dapat menjadi pegangan hidup bagi manusia.
3)Jelaskan juga kriteria yang diajarkan oleh Islam tentang pemimpin yang ideal!
Kriteria Pemegang Kekuasaan Politik Yang Baik
Di samping Al-quran yang begitu banyak berisi petunjuk untuk menjadi pemegang
kekuasaan politik yang baik, tentu kita tidak dapat melupakan apalagi mcngesampingkan
kepemimpinan yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad SAW. Sifat yang melekat pada
diri Rasul sebagai seorang utusan Allah: Shidiq, (selalu berkata benar), Amanah
(tepercaya), Tabligh(menyampaikan), dan Fathonah (cerdas). Islam memberi kontribusi
bagaimana seharusnya memilih dan mengangkat seorang yang akan diberi amanah untuk
memegang kekuasaan politik. Yaitu orang tersebut haruslah:
a. Seorang yang benar dalam pikiran, ucapan, dan tindakannya serta jujur.
Kriteria pertama dari seorang pemimpin haruslah memiliki sifat jujur, yang
mengindikasikan seseorang yang memiliki integritas dalam bentuknya yang sangat
nyata adalah pikiran dan ucapannya selalu benar, demikian halnya dengan tindakan.
b. Seorang yang dapat dipercaya.
Bahwa orang yang memegang kekuasaan politik harus dapat mengemban amanah
dengan baik.
c. Seorang memiliki keterampilan dalam komunikasi.
Sebagai keterampilan atau etika berkomunikasi seorang yang memegang
kekuasaan politik wajib hukumnya untuk memiliki keterampilan mengomunikasikan
ide-ide, yang tersusun dalam sebuah rencana yang baik dan matang untuk dapat
memaksimalkan potensi setiap warganya untuk mencapai tujuan bersama.
d. Seorang yang cerdas.
Seorang yang memegang kekuasaan politik sudah seharusnya memiliki kelebihan
dalam bidang kecerdasan. Kecerdasan yang dimaksud tentu bukan kecerdasan
intelektual semata (IQ) tetapi lebih dari itu adalah kecerdasan yang bersifat rnajemuk
yang menggabungkan beberapa kecerdasan yang dapat dimiliki oleh manusia.
Terutama adalah kecerdasan yang amat dibutuhkan dalam kepemimpinan.
e. Yang paling penting Anda seorang yang dapat menjadi teladan dalam kebaikan.
Di antara poin yang paling sulit dipenuhi oleh seorang pemimpin politik adalah
keteladanan. Tentu adalah keteladanan dalam berbagai aktivitas yang baik. Contoh
keteladanan Rasulullah SAW yang menjadi salah satu rahasia terbesar kesuksesan
misi dakwah Islam Beliau yang menurut para ahli dianggap sebagai agama yang
paling cepat perkembangannya di dunia.
Tolong-menolong yang dimaksud di sini tiada lain dalam konteks kebaikan dan
ketakwaan kepada Tuhan. Sebaliknya, Islam melarang tolong-menolong yang menjurus
kepada dosa dan permusuhan. Guru besar Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, Sayid Sabiq,
ketika menjelaskan makna ayat Alquran surat Al-Hujurat ayat 10 'Sesungguhnya orang-orang
mukmin itu bersaudara', antara lain menulis, ''Arti persaudaraan di sini, yang kuat melindungi
yang lemah, yang kaya bersedia membantu yang miskin. Tidak ada arti lain bagi
persaudaraan yang dimaksudkan oleh Islam kecuali dengan kriteria di atas.'' (Anashirul
Quwwah Fil Islam). Dalam kaitan ini Islam menekankan pentingnya perbuatan
kedermawanan atau filantropi, yaitu kewajiban menunaikan zakat, sedekah sunah, infak,
wakaf, hibah, hadiah, serta wasiat. Infak, sedekah, dan zakat saling terkait satu sama lain.
Infak secara umum artinya pengeluaran. Ini adalah konsep besarnya. Infak terbagi dua, yaitu
infak wajib, terdiri atas nafkah keluarga dan zakat, dan infak sunat, yaitu sedekah. Dalam
surat Al-Baqarah, kewajiban menafkahkan harta di jalan kebajikan dinyatakan setelah
penegasan kebenaran Alquran, keimanan kepada Allah dalam kegaiban, kewajiban
menegakkan shalat, dan diteruskan, ''wa mimma razaqnaahum yun fiquun (dan menafkahkan
sebagian rezeki yang Kami karuniakan).'' (Al-Baqarah: 3). Allah SWT berfirman, ''Dan
barang siapa terpelihara dari kekikiran dirinya, maka merekalah orang-orang yang
beruntung.'' (Al-Hasyar: 9). Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai
sedekah yang paling utama, Rasulullah menjawab, ''Sedekah yang paling utama ialah sedekah
yang engkau berikan dalam keadaan sehat dan memerlukan harta, dan ketika engkau khawatir
jatuh miskin dan bercita-cita menjadi kaya.'' Wallahu a'lam bis shawab. (M Fuad Nasar)