Anda di halaman 1dari 4

1.

Politik adalah segala aktivitas atau sikap yang berhubugan dengan kekuasaan dan yang
bermaksud untuk mempengaruhi, dengan jalan mengubah atau mempertahankan , suatu
macam bentuk susunan masyarakat. Apabila dikaitkan dengan agama , Agama dalam
kamus diartikan sebagai “ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan manusia serta lingkungannya. Dari pengertian diatas yaitu tentang politik dan
agama dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa keduanya, yaitu politik dan agama sama-
sama berkaitan dengan bagaimana mengelola suatu urusan. Dalam politik urusan itu
adalah terfokus kepada kekuasaan dan hubungan dengan sesama warga masyarakat.
Sementara agama menjangkau lebih luas dari pada urusan dalam politik.

2. Prinsip – prinsip kekuasaan politik :

Prinsip-prinsip dasar kekuasaan politik ada dijelaskan dalam dua ayat surat An-Nissa
Ayat 58-59 yang artinya :

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.  (4: 58)

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.  (4: 59)

a. Kewajiban untuk menunaikan amanah

Dalam surat An-Nissa ayat 58-59 , bahwa Allah berfirman yang artinya “
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya”. Dari arti firman Allah tersebut diatas bahwa para ulama mengartikan
amanat sebagai suatu yang diserahkan kepada pihak lain untuk dipelihara dan
dikembalikan bila saatnya atau bila diminta oleh pemiliknya. Amanat tidak diberikan
kecuali kepada orang yang dinilai pleh pemberinya dapat memelihara dengan apa yang
telah diamanatkan.

b. Perintah menetapkan hukum yang adil

Perintah dalam ungkapan ayat diatas mengisyaratkan bahwa diantara kewajiban


seorang yang memegang kekuasan politik adalah menegakkan aturan-aturan hukum yang
ada dan juga membuat aturan hukum yang mungkin belum ada. Satu sistem politik sehebat
apapun tidak akan dapat dilaksanakan dengan baik dan tidak akan membawa kemashalatan
bersama apabila tidak didukung oleh sistem hukum yang baik dan juga penerapan hukum
yang adil dan komsisten.

c. Perintah untuk Taat kepada Allah , Rasul dan Ulil Amri


Yang dimaksud dengan ulil amri adalah orang atau sekelompok orang yang
mendapatkan tugas untuk mengurusi urusan-urusan kaum muslim baik menyangkut
masalah ibadah, pendidikan, sosial, ekonomi bahkan termasuk urusan hubungan luar
negeri dan juga pemimpin perang.

d. Perintah untuk kembali kepada Al-Quran dan as-sunnah

Sebuah fakta terhidang di hadapan kita bahwa tidak semua persoalan ada
penjelasannya secara rinci dalam Al-quran dan as-sunnah. Dalam kedua sumber suci
tersebut hanya memuat ketentuan-ketentuan pokok bagi kehidupan manusia. Dan harus
diyakini bahwa petunjuk tersebut sudah sempurna dan dapat menjadi pegangan hidup bagi
manusia.

3. Kriteria pemimpin yang ideal yang diajarkan oleh islam , yaitu :

a. Shidiq

Kriteria pertama dari seorang pemimpin haruslah memiliki sifat jujur, yang
mengidikasikan seseorang yang memiliki integritas dalam bentuknya yang sangat nyata
adalah pikiran dan ucapannya selalu benar,demikian halnya dengan tindakan.

b. Terpercaya (Amanah)

Bahwa sorang yang memegang kekuasaan politik harus dapat mengemban amanat
dengan baik. Setiap pengkhianatan terhadap amanah pasti akan menjadikan pelakunya
dicap sebagai orang –orang jahat yang akan mendapat cercaan dan bahkan siksa di dunia
terlebih juga di akhirat.

c. Tabligh

Secara bahasa tabligh artinya menyampaikan. Sifat yang baik dalam kepemimpinan
dalam era modern ini dapat kita pahami sebagai ketrampilan atau etika berkomunikasi.
Seorang yang memegang kekuasaan politik wajib hukumnya memiliki ketrampilan
mengomuikasikan ide-ide, yang tersusun dalam sebuah rencana yang baik dan matang
untuk dapat memaksimalkan potensi setiap warganya untuk mencapai tujuan bersama.

d. Cerdas

Seorang yang memegang kekuasaan politik sudah seharusnya memiliki kelebihan


dalam bidang kecerdasan. Kita sulit membayangkan kalau ada seorang yang memegang
kekuasaan politik tetapi kecerdasan yang dimiliki pas-pasan saja. Kecerdasan yang
dimaksud tentu bukan kecerdasan intelektual semata tetapi lebih dari itu adalah
kecerdasan yang bersifat majemuk yang menggabungkan beberapa kecerdasan yang dapat
dimiliki oleh manusia. Terutama adalah kecerdasan yang amat dibutuhkan dalam
kepemimpinan.

e. Keteladanan (uswah)
Diantara poin yang paling sulit dipenuhi oleh pemimpin politik adalah keteladanan.
Tentu keteladanan dalam berbagai aktivitas yang baik. Kalau untuk berbicara dengan
pembicaraan yang menggugah tentu banyak yang dapat melakukan tetapi memberi teladan
yang baik dalam berbagai bidang aktivitas kebaikan tentu bukan sesuatu yang mudah.

4. Al-quran mengajarkan bahwa kehidupan politik harus dilandasi dengan empat hal yang
pokok yaitu:

1. Melaksanakan amanat.

2. Menegakkan hukum dengan adil.

3. Tetap dalam koridor taat kepada Allah, Rasu-Nya, dan ulil amri.

4. Selalu berusaha kembali kepada Al-quran dan Sunnah Nabi SAW.

Islam memberi kontribusi bagaimana seharusnya memilih dan mengangkat seorang yang
akan diberi amanah untuk memegang kekuasaan politik. Yaitu orang tersebut haruslah:

1. Orang yang benar dalam pikiran, ucapan, dan tindakannya serta jujur.

2. Orang yang dapat dipercaya.

3. Orang memiliki keterampilan dalam komunikasi.

4. Orang yang cerdas.

5. Orang yang dapat menjadi teladan dalam kebaikan.

Manusia tidak dapat hidup secara individual. Sifat sosial pada hakikatnya adalah anugerah
yang diberikan oleh Allah SWT agar manusia dapat menjalani hidupnya dengan baik. Dalam
faktanya manusia memiliki banyak perbedaan antara satu individu dengan individu lainnya,
di samping tentunya sejumlah persamaan. Perbedaan tersebut kalau tidak dikelola dengan
baik tentu akan menimbulkan konflik dan perpecahan dalam kehidupan bermasyarakat. Dari
kenyataan tersebut perlu dicari sebuah cara untuk dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan.
Pendekatan terbaik untuk melakukan tersebut adalah melalui agama. Secara normatif agama
Islam lebih khusus Al-quran banyak memberi tuntunan dalam rangka mewujudkan persatuan
dan kesatuan.

5. a. Prinsip persamaan

Manusia berasal dari satu keturunan, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan
perempuan, kecil dan besar, beragama atau tidak beragama . Semua dituntut untuk
mewujudkan persatuan dan rasa aman dalam masyarakat, serta saling menghormati hak-
hak asasi manusia.

b. Prinsip persatuan

Allah menciptakan manusia sebagai makhluk sosial yang saling berkaitan dan saling
membutuhkan. Mereka sejak dahulu hingga kini baru dapat hidup jika bantu membantu
sebagai satu umat, yakni kelompok yang memiliki persamaan dan keterikatan. Karena
kodrat mereka demikian, tentu saja mereka harus berbeda-beda dalam profesi dan
kecenderungan. Ini karena kepentingan mereka banyak, sehingga dengan perbedaan
tersebut masing-masing dapat memenuhi kebutuhannya.

c. Prinsip tolong menolong

Manusia adalah makluk sosial, tidak mungkin seseoang dapat bertahan hidup
sendirian tanpa bantuan pihak lain. Coba kita bayangkan bagaimana besarnya sifat
ketergantungan manusia kepada pihak lain .Tolong menolong adalah prinsip utama dalam
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.Kita dapat bayangkan seandainya satu komunitas
sudah luntur nilai saling tolong menolong maka cepat atau lambat masyarakat tersebut
pasti akan hancur.

Anda mungkin juga menyukai