Anda di halaman 1dari 5

Nama : Falmoza Tsabita

NIM : 22129146

Prodi : PGSD

Sesi : 202211280442

POLITIK DALAM ISLAM

A. Konsep Politik dalam Islam: pengertian, dasar, prinsip dan tujuan


1. Pengertian ,dasar, prinsip dan tujuan
Di Madinah rasulullah membangun negara Islam yang pertama dan meletakkan prinsip-prinsip
utama undang-undang Islam, beliau pada waktu yang sama menjadi kepala agama dan kepala
Negara. Dalam KBBI, politik adalah segala urusan dan tindakan mengenai pemerintahan negara
atau terhadap negara lain. Ulama mengartikan hikmah sebagai kebijaksanaan atau kemampuan
menangani satu masalah sehingga mendatangkan manfaat atau menghindarkan mudharat. M.
Quraish Shihab mengartikan politik sebagai segala urusan dan tindakan berupa kebijakan dan
siasat mengenai pemerintah negara dan terhadap negara lain dengan tujuan untuk
kemashlahatan bersama. Dalam tema politik Islam, politik itu identic dengan siasah, yang secara
pembahasan artinya mengatur. Fikih siasah adalah aspek ajaran Islam yang mengatur sistem
kekuasaan dan pemerintahan. Politik berarti kebijakan atau cara bertindak suatu negara dalam
menghadapi atau menangani suatu masalah. Dalam fikih siasag disebutkan bahwa garis besar
fikih siasah meliputi:
a) Siasah Dusturiyyah (Tata Negara dalam Islam)
b) Siasah Dauloyyah (Politik yang mengatur hubungan antara satu negara Islam yang lain atau
dengan negara atau dengan negara sekuler lainnya)
c) Siasah Maaliyah (Sistem ekonomi negara) Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi yang dapat
mempersatukan kekuatan-kekuatan dan aliran-aliran yang berbeda-beda di masyarakat.

Dalam konsep Islam, kekuasaan tertinggi adalah Allah SWT. Ekspresi kekuasaan dan kehendak
Allah tertuang dalam Al-Quran dan Sunnah Rasul. Kekuasaan adalah amanah Allah yang
diberikan kepada orang-orang yang berhak memilikinya. Oleh karena itu pemegang amanah
harus sesuai dengan prinsip-prinsip dasar yang telah ditetapkan Al-Quran dan Sunnah Rasul.

2. Prinsip-Prinsip Dasar Politik Islam


a. Tauhid, pandangan Islam terhadap kekuasaan tidak terlepas dari ajaran tauhid bahwa
penguasaan tertinggi dalam kehidupan manusia, termasuk dalam kehidupan politik dan
bernegara adalah Allah SWT (QS 5: 18).
b. Risalah, manusia baik dia pejabat pemerintahan atau rakyat jelata adalah khalifah-Nya,
mendataris atau pelaksana amanah-Nya dalam kehidupan ini (QS 2: 30).
c. Khalifah, pemerintahan baru wajib dipatuhi kalua politik dan kebijaksanaannya merujuk
kepada Al-Quran dan hadis atau tidak bertentangan dengan kedunya. Prinsip-prinsip dasar
siasyah dalam Islam meliput antara lain:
a) Musyawarah
b) Pembahasan bersama
c) Tujuan bersama, yakni untuk mencapai suatu keputusan
d) Keputusan itu merupakan penyelesaian dari suatu masalah yang dihadapi bersama
e) Keadilan
f) Al-Musyawarah atau persamaan
g) Al-Hurriyyah (kemerdekaan/kebebasan)
h) Perlindungan jiwa raga dan harta masyarakat

B. Etika berpolitik dalam Islam


Dalam sejarahnya, Islam juga meletakan fondasi etika moral dalam konteks bersosial dan berpolitik
yaitu Piagam Madinah, Piagam Madinah adalah bukti nyata bagaimana Nabi membuat kesepakatan
dan negosiasi politik antara Komunitas Islam, Kristen dan Yahudi di Madinah.Dalam agama Islam
dikenal dengan nama As Siyasah As Syariah (Politik Syariah), Siyasah berarti pengaturan,
pengasuhan, pendidikan karakter dan perbaikan hal itu. Piagam Madinah menjadi salah satu
dokumen politik pertama dalam sejarah.

C. Demokrasi dan HAM dalam Islam


1. Demokrasi
Di dalamnya tercakup definisi khusus dan pengakuan terhadap kedaulatan rakyat, tekanan pada
kesamaan derajat manusia, dan kewajiban rakyat sebagai pengemban pemerintah. Demokrasi
Islam dianggap sebagai sistem yang mengukuhkan konsep-konsep Islam yang sudah lama
berakar, yaitu musyawarah (syura), persetujuan (ijma‟), dan penilaian interpreatif yang mandiri
(ijtihad). Perlunya musyawarah merupakan konsekuensi politik kekhalifahan manusia. Masalah
musyawarah ini dengan jelas juga disebutkan dalam QS 42: 28. Konsep consensus memberikan
dasar bagi penerimaan sistem yang mengakui suara mayuritas. Musyawarah, consensus, dan
ijtihad merupakan konsepkonsep yang sangat penting bagi artikulasi demokrasi Islam dalam
kerangka Keesaan Tuhan dan kewajiban-kewajiban manusia sebagai khalifah-Nya.
2. Hak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia (HAM) sebagai suatu hak dasar yang melekat pada diri tiap manusia. Hak
asasi manusia menurut pandangan Barat semata-mata bersifat antroposentris, artinya segala
sesuatu berpusat kepada manusia. Dengan demikian manusia sangat dipentingkan. Sebaliknya,
hakhak asasi manusia di titik dari sudut pandangan Islam bersifat teosentris, artinya segala
sesuatu berpusat kepada Tuhan. Pemikiran Barat menempatkan manusia pada posisi bahwa
manusialah yang menjadi tolak ukur segala sesuatu, maka di dalam Islam melalui firmanNya,
Allahlah yang menjadi tolak ukur segala sesuatu, sedangkan manusia adalah ciptaan Allah untuk
mengabdi kepada-Nya. Makna teosentris bagi orang Islam adalah manusia pertama-tama harus
meyakini ajaran pokok Islam yang dirumuskan dalam dua kalimat syahadat yakni pengakuan
tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusanNya. Barulah setelah itu manusia
melakukan perbuatan-perbuatan yang baik menurut isi keyakinannya itu. Menurut ajaran Islam,
manusia mengakui hak-hak dari manusia lain, karena hal itu merupakan sebuah kewajiban yang
dibebankan oleh hukum agama untuk mematuhi Allah. Kewajiban yang diperintahkan kepada
umat manusia dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu huququllah dan huququl „ibad.
Huququllah (hak-hak Allah) adalah kewajiba-kewajibab manusia terhadap Allah SWT yang
diwujudkan dalam berbagai ritual ibadah, sedangkan huququl „ibad (hakhak manusia)
merupakan kewajiban-kewajiban manusia terhadap sesamanya dan terhadap makhluk-makhluk
Allah lainnya. Perbedaan HAM barat dan HAM islam:

Ham dalam Pandangan Barat

1. Bersumber pada pemikiran filosofis Semata


2. Bersifat antrofosentrik
3. Lebih mengutamakan hak dari pada Kewajiban
4. Cenderung bersifat individualistik
5. 5.Manusia dilihat sebagi pemilik sepenuhnya hak-hak dasar.

HAM dalam perspektif islam

1. Bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi


2. Bersifat teosentrik
3. Menjaga keseimbangan antara HAK dan kewajiban
4. Kepentingan social sangat diperhatikan
5. Manusia dilihat sebagai makhluk yang dititipi hak-hak dasar oleh Tuhan dan oleh karena
itu mereka wajib mensyukuri dan memeliharanya.

3. Masyarakat Madani

Adalah masyarakat yang menjadikan nilai-nilai peradaban sebagai ciri utama. Masyarakat
Madani menjadi symbol idealism yang diharapkan oleh setiap masyarakat. Di dalam Al-Quran,
Allah SWT memberikan ilustrasi masyarakat ideal, sebagai gambaran dari masyarakat Madani
dengan firman-Nya dalam Al-Quran yang artinya “(Negerimu) adalah negeri yang baik dan
(Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun” (Saba‟ 34: 15). Masyarakat Madani sebagai
masyarakat yang ideal itu memiliki karakteristik sebagai berikut:

 Bertuhan
 Damai
 Tolong menolong
 Toleran
 Keseimbangan antara hak dan kewajiban social
 Berperadaban tinggi
 Berakhlak mulia

D. Kesetaraan Gender dalam Islam

Gender berarti jenis kelamin. Jenis kelaman merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis
kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu.
Misalnya, yang disebut jenis laki-laki adalah yang bercirikan

a. memiliki penis/zakar
b. memilki jakala (kala menjing) dan
c. memproduksi sperma disamping ciri-ciri fisik umum yang biasa dimiliki oleh kaum lelaki.

Sedangkan kaum perempuan bercirikan antara lain

a. memiliki vagina/faraj
b. memilki buah dada sebagai alat untuk menyusukan bayinya
c. memiliki alat reproduksi yang disebut rahim atau peranakan.

Perbedaan jender laki dan perempuan tidak hanya didukung oleh ciri fisik biologis tapi juga oleh
konstruksi sosial dan pandangan hidup dalam suatu masyarakat. Banyak hal yang dapat
mempengeruhinya antara lain; adat istiadat, kultur dan pandangan keagamaan. Gender adalah
“pembagian peran serta tanggung jawab baik laki-laki maupun perempuan yang ditetapkan secara
sosial maupun cultural (social and cultural constructed)”. Islam mengakui perbedaan laki-laki dengan
perempuan baik dari segi fisik biologis maupun dari segi kejiwaan. Karena itu, banyak ayat dan hadis
menjelaskan terkait dengan kedua hal tersebut. Antara lain seperti pernyataanpernyataan di berikut
ini:

1. Asal kejadian laki-laki dan perempuan adalah sama. Firman Allah dalam
(Q.S.49:13): “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal”. Sehubungan dengan ayat ini, Al-Maraghi menegaskan bahwa Allah
menciptakan laki-laki dan perempuan dari asal kejadiannya yang sama yakni Adam dan
Hawa (Tafsir Al-Maraghi Jld. IX:195).
2. Laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk bekerja dan menerima
imbalan dari pekerjaannya.
(Q.S. 16:97): “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik[839] dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala
yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.
3. Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat
kesempatan yang sama untuk berkarya dan menerima imbalan dari pekerjaannya itu.
(Q.S. 3:195): “Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman):
Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu,
baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang
lain.....” Menurut Ibnu Katsir, baik laki maupun perempuan yang beramal akan dibalasi
dengan pahala yang sesuai dengan timbangan amalnya (Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir Juz.
I:278).
4. Laki-laki dan perempuan sama-sama berhak mendapatkan karunia Allah
(Q.S.4:32): Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada
bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian
dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
5. Laki-laki dan perempuan sama-sama berhak menerima harta warisan
(Q.S.4:7): “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan
kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa
dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan”.

Anda mungkin juga menyukai