Hubungan Islam dan negara adalah hubungan fungsional, yaitu bagaimana agar
Islam dapat menjalankan fungsinya dalam wilayah dan komunitas sebuah negara di satu
sisi, dan demikian pula, bagaimana agar negara dapat menjalankan fungsinya sebagai
badan organisasi yang warga dan wilayahnya adalah komunitas mayoritas penganut
Islam, di sisi yang lain.
Sejarah Islam Indonesia juga menunjukkan bahwa sejak awal kelahiran Indonesia
sampai pada era reformasi ini, pemikiran dan cita-cita integral antara negara dan agama
masih dominan, dibandingkan dengan pandangan sekularistik, seperti yang berlaku di
Turki.
2. Paradigma Simbiotik
Menganut konsep hubungan agama dan negara berada pada posisi saling
membutuhkan dan bersifat timbal balik.
Agama membutuhkan negara sebagai instrumen dalam melestarikan dan
mengembangkan agama
Negara membutuhkan agama sebagai sumber moral, etika, dan spiritualitas
warganya
Model ini antara lain dianut oleh Mesir dan Indonesia
3. Paradigma Sekularistik
Menganut paham pemisahan yang jelas antara agama dan negara
Agama adalah urusan privat atau pribadi
Negara adalah urusan publik
Konsep ini dianut oleh negara-negara Barat, seperti Amerika, Perancis, Inggris,
atau Turki
Islam merupakan agama yang paripurna, artinya bahwa dalam islam ada sistem politik.
Oleh karena itu, dalam bernegara umat muslim tidak perlu menirukan sistem politik
barat. Melainkan dapat merujuk kepada pola politik al-Khulafaur, al-Roshidiin.
Kekuasaan tertinggi, artinya kedaulatan tertinggi dalam politik Islam ada di tangan
Tuhan, sedangkan manusia adalah hanya pelaksana kedaulatan tuhan sebagai Khalifah-
khalifah Allah di bumi. Sistem politik Islam adalah universal artinya hukum Islam
meliputi seluruh ulama yang tidak dibatasi oleh batas–batas daerah, bahasa dan
kebangsaan.
H.A.R Gibb dalam Wither Islam menyatakan bahwa Islam bukan hanya a system of
theology namun lebih dari itu Islam merupakan a complete civilization.
Nasir mengatakan bahwa Islam tidak dapat dipisahkan dalam seluruh dimensi
kehidupan, sebab Islam tidak memisahkan persoalan-persoalan rohani dengan
persoalan-persoalan dunia, melainkan mencakup kedua segi tersebut.
Hukum Islam (syariat) mengatur keduanya yaitu hubungan manusia dengan Tuhan dan
hubungan manusia dengan sesamanya
2. Demokrasi
Sistem pemerintahan republik demokrasi menetapkan kedaulatan milik rakyat.
Jadi rakyatlah yang menerapkan hukum dan rakyat juga yang berhak memilih dan
mencopot jabatan penguasa dan rakyat juga berhak menerapkan konstitusi.
F. variasi pandangan umat Islam dalam melihat relasi Islam dan negara
Menurut Zaprulkhan menyatakan secara garis besar paling tidak ada tiga
paradigma pemikiran tentang hubungan agama dan negara.
1. Pertama, paradigma sekularistik, yang mengatakan bahwa Islam tidak ada hubungannya dengan negara,
karena Islam tidak mengatur kehidupan bernegara atau pemerintahan. ‘Ali ‘Abd alRaziq menjelaskan
pandangannya dengan beberapa prinsip. Prinsip pertama, tidak ada sistem khilāfah dalam al-Qur’an dan Sunnah.
(Zaprulkhan 2014: 107)
2. kedua, paradigm formalistic, yang menganggap bahwa Islam adalah agama yang paripurna, yang
mencakup segala-galanya, termasuk masalah negara atau sistem politik
Upaya nya baru berhasil pada tahun 1857, penjajah mulai berhasil tatkala berdiri Masyarakat
Ilmiah Syiria yang menyerukan nasionalisme Arab. Nasionalisme berasal dari dua kata yakni «nasional» dan
“isme” yaitu paham kebangsaan yang mengandung makna kesadaran dan semangat cinta tanah air. Selain
itu Nasionalisme berasal dari kata «nation» yang dipadankan dengan bangsa. Dalam pengertian
antropologis dan sosiologis, bangsa adalah suatu masyarakat yang merupakan suatu persekutuan hidup
yang berdiri sendiri dan masing-masing anggota persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan
ras, bahasa, agama, sejarah, dan adat istiadat.
Sedangkan bangsa dalam pengertian politik adalah masyarakat dalam suatu daerah yang
sama, dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya segabai suatu kekuasaan tertinggi. «Kata agama
menurut kamus Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dan manusia serta lingkungannya. Selain itu agama atau religi berasal dari bahasa latin religio
yang berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti mengikat kembali, yang maksudnya mengikat diri dirinya
pada Tuhan. Terdapat berbagai bentuk dari nasionalisme salah satunya nasionalisme religius, yaitu suatu
nasionalisme yang menunjukkan negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama.
Sebagai contoh, nasionalisme Turki modern yang muncul sebagai reaksi terhadap kehancuran Turki
Pada awalnya, nasionalisme Turki merupakan gerakan agama dengan kecenderungan progresif dan
modernis. Turki, nasionalisme kemudian berubah menjadi sekuler. Nasionalisme religius adalah konsep dan
karakter kebangsaan paling cocok dan relevan bagi negara Indonesia yang di dalamnya memiliki
masyarakat plural . Sedangkan Pancasila merupakan kalimah sawa` pluralitas agama, etnis dan budaya
yang menjadi idelogi dan dasar Negara.
UUD 1945 adalah konstitusi dasar yang merupakan turunan Pancasila. Terbukti mereka mampu
merumuskan dan mengonstruksi negara yang religius, dengan dasar ideologi Pancasila yang dalam sila
pertamanya terpampang Ketuhanan Yang Maha Esa, menyimbolkan keagamaan yang telah menyatu dalam
nasionalisme. falsafah nasionalisme seperti ini, setiap umat beragama dan aliran kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta setiap etnis dan budaya dapat memainkan perannya dalam membangun
bangsa. Umat Islam sebagai warga bangsa terbesar di negeri ini memiliki kesempatan dan peluang yang
terbuka lebar untuk berjihad mengisi Pancasila dengan nilai agama .
Dalam surah tersebut menurut para ahli tafsir menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan tentara bergajah
ialah tentara yang dipimpin oleh Abrahah Gubernur Yaman yang hendak menghancurkan Ka'bah. sebelum
masuk ke kota Mekah tentara tersebut diserang burungburung yang melemparinya dengan batu-batu kecil
sehingga mereka musnah. Ayat ini mengindikasikan bahwa perjuangan membela keutuhan tempat tinggal
yang akan diserang oleh penjajah mengindikasikan sikap nasionalisme yang harus dipupuk bersama demi
keutuhan tanah air. Selain itu semangat nasionalisme juga terdapat pada QS.
At-Taubah 9:38-39 ayat ini menjelaskan tentang pentingnya berjuang di jalan Allah untuk berperang
melawan orang kafir yang menindas dan menyerang kaum Islam. Ayat ini memberikan semangat
nasionalisme religius yang harus dipertahankan dari tangan penjajah yang nota benenya dari kalangan
orang kafir. Selanjutnya, jihad mengawal kebijakan yang berkeadilan dan berkemaslahatan bagi rakyat.