Disusun oleh :
NIM : 20150610051
Kelas : A
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu karakteristik agama Islam pada masa awal penampilannya, ialah kejayaan
di bidang politik. Penuturan sejarah Islam dipenuhi oleh kisah kejayaan itu sejak nabi
Muhammad s.a.w sendiri (periode Madinah) sampai masa-masa jauh sesudah beliau wafat.
Terjalin dengan kejayaan politik itu ialah sukses yang spektakuler ekspansi militer kaum
muslimin, khususnya yang terjadi di bawah pimpinan sahabat nabi. Maxim rodinson seorang
Marxis ahli Islam, menegaskan bahwa agama Islam menyuguhkan kepada para pemeluknya
suatu proyek kemayarakatan, suatu program yan harus diwujudkan di muka bumi. Karena itu,
kata Rodinson, Agama Islam tidak bisa disamakan dengan agama kristen atau budhisme,
sebab Islam tidak hanya menampilkan dirinya sendiri sebagai penghimpunan kaum beriman
yang mempercayai kebenaran satu dan sama, melainkan juga sebagai suatu masyarakat yang
total.
Kenyataan historis tersebut menjadi dasar bagi adanya pandangan yang merata dikalangan
para ahli dan awam, baik muslim maupun bukan muslim, bahwa Islam adalah agama yang
terkait erat dengan dengan kenegaraan. Tapi Nurkhollis Madjid mengatakan bahwa agama
merupakan masalah spiritual-pribadi yang tidak dapat, tidak boleh dan tidak mungkin
Diskursus mengenai Islam dan Negara ini menjadi suatu topik yang menarik untuk
dibicarakan. Pertanyaan mengenai apakah Islam mempunyai suatu tata aturan negara yang
khusus atau tidak, menjadi sorotan dalam masalah ini. Namun yang menjadi persoalan adalah
nabi tidak meninggalkan satu sunnah yang pasti bagaimana sistem penyelenggaraan negara
itu, misalnya bagaimana sistem pengangkatan kepala negara, siapa yang berhak menetapkan
undang-undang, kepada siapa kepala negara bertanggung jawab dan bagaimana bentuk
pertanggungjawaban tersebut.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Jika disebut negara, pasti ia sebuah teritorial kekuasaan (wilayah) dengan seperangkat
dengan agama, negara terasa penting sebagai wasilah pembumian konsepsi-konsepsi dalam
ranah kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebab dari situ akan dapat dikatakan sejauh mana
tingkat kebudayaan dan peradaban suatu bangsa, termasuk seberapa besar refleksi
bergantung kepada kemauannya sebagai penguasa karena annasu ‘ala dini mulukihim/
Hubungan Islam dengan negara menurut para sosiologi teotisi politik islam
merumuskan beberapa teori tentang hubungan Agama dan negara. Teori tersebut dapat
paradigma yang menempatkan agama dan negara sebagai kesatuan yang utuh.
Wilayah agama meliputi politik atau negara sekaligus. Menurut paradigma ini, kepala
paradigma ini menyakini bahwa kedaulatan berasal dan berada di "Tangan Tuhan".
Imam Al Ghazali dalam kitabnya Al Iqtishad fil I’tiqad halaman 199 berkata:
“dikatakanlah bahwa agama dan negara adalah dua saudara kembar. Dikatakan pula
bahwa agama adalah pondasi (asas) dan kekuasaan adalah penjaganya. Segala sesuatu
yang tidak berpondasi niscaya akan roboh dan segala sesuatu yang yang tidak
berpenjaga niscaya akan hilang lenyap.” Tokoh-tokoh pendukung paradigma ini
antara lain Imam khomeini, Mohammad Natsir, Zainal Abidin Ahmad. Menurut Imam
khomeini, “dalam negara Islam wewenang menetapkan hukum berada pada Tuhan.
Tidak seorang pun berhak menetapkan hukum. Dan yang boleh berlaku hanya hukum
yang sempurna dan meliputi seluruh tatanan kemasyarakatan, tidak ada yang lebih
dan tidak ada yang kurang”. Menurut pandangan Mohammad Natsir tentang
hubungan agama (Islam) dan negara yang tercantum dalam bukunya yang berjudul
islam sebagai ideologie, natsir membahas masalah hubungan Islam dan negara
mendasarkan uraiannya pada ayat Al-Qur’an: “dan kami tidak jadikan manusia,
melainkan supaya mereka menyembah kepada Aku” (an-naml ayat 56) dari ayat ini
dunia ini dengan cita-cita kehidupan supaya menjadi seorang hamba Allah dengan arti
yang sepenuhnya, yakni hamba Allah yang mencapai kejayaan dunia dan kemenangan
di akhirat. Dunia dan akhirat tidak mungkin dapat dipisahkan dari idiologi mereka.
merupakan sesuatu yang mutlak bagi al-Qur’an, sebab hanya dengan itulah aturan-
aturan dan ajaran-ajarannya dapat dilaksanakan dalam kehidupan nyata. Bagi Natsir,
negara adalah alat bagi Islam untuk melaksanakan hukum-hukum Allah demi
keselamatan dan kesentosaan manusia. Karena itu Natsir membela prinsip persatuan
agama dengan negara. Menurut pandangan Zainal Abidin Ahmad dalam pidatonya di
depan Majelis Konstituante, mengajukan dua alasan pokok mengapa Islam dipilihnya
sebagai dasar negara. Pertama, kelompok penguasa harus mendapat persetujuan dari
golongan rakyat mayoritas, dan kedua golongan minoritas haruslah terjamin hak-
haknya. Syarat pertama, menurutnya, sudah jelas, sebab mayoritas rakyat Indonesia
adalah penganut Islam, tetapi bila dilihat dari sudut pandang politik, alasan semacam
ini bersifat ilusif, Ahmad mengutip pendapat seorang penulis yang mengatakan bahwa
dalam Islam “..agama untuk tuhan, dan tanah air untuk manusia bersama”, dengan
tidak memandang agama, perbedaan ras, kecenderungan politik mereka dll. Adapun
tentang prinsip kedua, Ahmad menjamin bahwa dalam suatu negara Islam seperti
yang diciptakan Nabi di Madinah, warga negaranya tidak hanya terdiri dari umat
Islam, tetapi juga orang munafik dan yahudi. Mereka semua menikmati status yang
sama. Kaum non muslim tersebut dinamakan sebagai " Mu'ahad". Mereka ini adalah
orang-orang yang bukan muslim , yang telah berjanji setia kepada negara Islam , yaitu
golongan minoritas dalam negara Islam . Dan Allah SWT menjamin hak atas
keselamatan jiwa mereka. Hadits shahih dari bukhari: Dari Abdullah bin Amru r.a.
dari Nabi saw. beliau bersabda: " Siapa yang membunuh seorang mu'ahad tidak akan
membaui bau surga, sedang baunya itu tercium sejauh perjalanan empat puluh tahun”.
Contoh-contoh negara yang menggunakan idiologi ini ialah Arab Saudi, Malaysia,
2. Paradigma Simbiotik, Paradigma ini menempatkan relasi Agama dan Negara bersifat
timbal balik dan saling memerlukan. Dalam hal ini agama memerlukan negara, karena
agama, karena dengan agama, negara dapat berkembang dalam bimbingan etika dan
instrumen untuk meneruskan misi kenabian dalam memelihara agama dan mengatur
dunia”. Argumen ini didukung oleh Ibnu Taimiyah: sesungguhnya adanya kekuasaan
yang mengatur urusan manusia merupakan kewajiban agama yang terbesar, sebab
pemisahan negara atas negara. Ali abd Ar-Raziq menjelaskan: “Islam tidak
menetapkan suatu rezim pemerintah tertentu, tidak pula mendasarkan kepada kaum
muslim suatu sistem pemerintah tertentu lewat mana mereka harus diperintah, tapi
sesuai dengan kondisi-kondisi intelektual, sosial, dan ekonomi yang kita milki dan
yang tidak dapat, tidak boleh, dan tidak mungkin mencampuri urusan kenegaraan yang
merupakan masalah rasional kolektif. Agama dan negara mempunyai dimensi sendiri-sendiri
dengan jalur pendekatan yang berbeda pula. Oleh karena itu, menurut Nurkholis Madjid
identitas Islam tidak mungkin diterapkan kepada negara, karena negara adalah salah satu segi
kehidupan duniawi yang dimensinya rasional dan kolektif, sedangkan agama adalah aspek
kehidupan lain (ukhrawi) yang dimensinya adalah spiritual dan pribadi. Contoh Negara
sebgai berikut:
Perkataan amanah tercantum dalam Al Qur’an, surah An Nisaa ayat 58. Apabila
sebagaimana diajarkan oleh hazairin dan dikembangkan oleh sayuti Thalib, maka dari itu
dapat ditarik dua garis hukum yaitu (1). Manusia diwajibkan menyampaikan amanah atau
amanat kepada yang berhak menerimanya. Dan (2). Manusia diwajibkan menetapkan
Dalam nomokrasi Islam kekuasaan adalah suatu karunia atau ni’mat Allah artinya
ia merupakan rahmat dan kebahagiaan bak bagi yang menerima kekuasaan itu maupun
bagi rakyatnya. Ini dapat terjadi, apabila kekuasaan itu diimplementasikan menurut
petunjuk Al Qur’an dan tradisi nabi Muhammad, sebaliknya jika kekuasaan itu diterapkan
dengan cara yang menyimpang atau bertentangan dengan prinsip dasar Al Qur’an dan
Sunnah maka akan hilanglah makna hakiki kekuasaan yaitu merupakan karunia atau
nikmat Allah. Dalam keadaan begini kekuasaan bukan lagi merupakan karunia Allah dan
nikmat Allah melainkan kekuasaan yang semacam ini akan menjadi bencana dan laknat
Allah.
2. Prinsip Musyawarah.
Dalam sebuah hadist nabi digambarkan sebagai orang yang paling banyak
melakukan musyawarah. Beliau melakukan hal ini karena prinsip musyawarah adalah
merupakan suatu perintah Allah sebagaimana digariskan dalam ayat yang kedua yang
dengan tegas menyebutkan perintah itu dalam surat Ali Imron ayat 159. Yang artinya “…
kemasyarakatan”. Ayat yang terakhir ini apabila dijadikan sebagai suatu garis hukum
Atau secara lebih umum ”umat islam wajib bermusyawarah dalam memecahkan setiap
3. Prinsip Keadilan
Perkataan keadilan bersumber dari Al Qur’an cukup banyak ayat Al qur’an yang
menggambarkan tentang keadilan. Dalam surat An Nisaa ayat 135, Dapat dtarik tiga garis
hukum dari ayat tersebut, yaitu: (1). Menegakkan keadilan adaah kewajiban orang-orang
yang berima; (2). Setiap mukmin apabila menjadi saksi ia diwajibkan menjadi saksi
karena Allah dengan sejujur-jujurnya dan adil; (3). Manusia dilarang mengikuti hawa
Dalam ayat lain Allah mengulangi lagi kewajiban manusia menegakkan keadilan
dan menjadi saksi yang adil. Ayat ini tercantum dalam surat Al maidah ayat 8. Marsel A
Boisard menegaskan bahwa dalam doktrin islam keadilan merupakan gerak dari nilai-
nilai yang pokok. Maka keadilan merupakan salah satu prinsip yang sangat penting dalam
Al Qur’an. Apabila prinsip keadilan dikaitkan dengan nomokrasi islam, maka ia harus
selalu dilihat dari segi fungsi kekuasaan Negara. Fungsi itu mencakup tiga kewajiban
pokok bagi penyelenggara Negara atau suatu pemerintahan sebagai pemegang kekuasaan
yaitu:
Keadilan yang timbul dari kekuasaan Negara dalam bidang politik dan
pemerintahan semua rakyat harus dapat memperoleh hak-haknya secara adil tanpa
diskriminasi.
4. Prinsip Persamaan
Mencakup persamaan dalam segala bidang kehidupan. Persamaan itu meliputi ika ada
sementara pihak bidang hukum, politik, ekonomi, social dan lainnya. Persamaan dalam
bidang hukum memberikan jaminan akan perlakuan dan perlindungan hukum yang sama
terhadap semua manusia tanpa memandang kedudukannya. Prinsip ini telah ditegakkan
oleh Rasul Muhammad sebagai kepala Negara Madinah, ketika ada pihak yang
menginginkan dispensasi karena tersangka berasal dari kelompok elit. Nabi berkata dalam
hal tersebut: Demi Allah seandainya Fatimah putriku mencuri tetap akan kupotong
tangannya:”
Hadist diatas menunjukkan bahwa hukum harus dilaksanakan terhadap siapa saja, tanpa
Dalam nomokrasi islam hak-hak asasi manusia bukan hanya diakui tetapi juga
dilindungi sepenuhnya. Karena itu, dalam hubungan ini ada dua prinsip yang sangat
penting yaitu prinsip pengakuan hak-hak asasi manusia dan prinsip perlindungan terhadap
hak-hak tersebut.
kepadanya. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi dalam nomokrasi islam
ditekankan pada tiga hal utama yaitu: (1). Persamaan manusia, (2). Martabat manusia (3).
paragraph yang lalu Al Qur’an telah menggariskan dan menetapkan suatu status atau
kedudukan yang sama bagi semua manusia. Karena itu Al Qur’an menentang dan
menolak setiap bentuk perlakuan dan sikap yang mungkin dapat menghancurkan prinsip
Prinsip ini berkaitan erat dengan prinsip keadilan dan persamaan. Dalam
nomokrasi islam seseorang hakim memiliki kewenangan yang bebas dalam makna setiap
putusan yang diambil bebas dari pengaruh siapapun. Hakim wajib menerapkan prinsip
keadilan dan persamaan terhadap siapapun. Al Qur’an menetapkan suatu garis hukum:’…
apabila kamu menetapkan hukum antara manusia hendaklah kamu tetapkan dengan adil”.
Putusan hakim harus mencerminkan rasa keadilan hukum terhadap siapapun. Seorang
yuris islam terkenal Abu hanifah berpendapat bahwa kekuasaan kehakiman harus
memiliki kebebasan dari segala bentuk tekanan dan campur tangan kekuasaan eksekutif,
keputusan pada seorang penguasa apabila melanggar hak-hak rakyat. Prinsip peradilan
bebas dalam nomokrasi islam bukan hanya sekedar ciri bagi suatu Negara hukum, tetapi
juga merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan bagi setiap hakim. Peradilan
bebas merupakan persyaratan bagi tegaknya prinsip keadilan dan persamaan hukum.
Dalam nomokrasi islam, hakim memiliki kedudukan yang bebas dari pengaruh
memiliki suatu kewenangan untuk melakukan ijtihad dalam penegakan hukum. Ketika
muadz bin jabal diangkat oleh nabi sebagai hakim di yaman, nabi sebagai kepala Negara
madinah bertanya kepada muadz sebelum ia menempati posnya. Dengan apa engkau
mengadilik suatu perkara? Jawab muadz dengan Al Quran, jika didalamnya tidak engkau
jumpai ketentuan hukumnya ? kata nabi selanjutnya. Muadz menjawab dengan sunnah
Rasul, kalau dalam sunahku juga tidak ada? Saya akan berijtihad dengan menggunakan
7. Prinsip Perdamaian
Salah satu tugas pokok yang dibawa rasulullah melalui ajaran islam adalah
mewujudkan perdamaian bagi seluruh manusia dimuka bumi ini. Arti perkataan islam itu
sendiri kecuali penundukan diri kepada Allah, keselamatan, kesejahteraan dan pula ia
mengandung suatu makna yang didambakan oleh setiap orang yaitu perdamaian. Al
Qur’an dengan tegas menyeru manusia yang beriman agar masuk kedalam perdamaian;”
Negara-negara lain harus djalin dan berpegang pada prinsip perdamaian. Pada dasarnya
sikap permusuhan atau perang merupakan suatu yang terlarang dalam Al-Qur’an. Perang
hanya merupakan suatu tindakan darurat dan bersifat defensive atau membela diri. Al-
Qur’an hanya mengizinkan tindakan kekerasan atau perang apabila pihak lain memulai
sebagaimana digariskan dalam Surat Al Baqarah 194. Artinya: dan terhadap orang yang
menyerangmu, maka seranglah ia seperti ia menyerang kamu”. Begitu juga dalam surat
Al Baqarah ayat 190: Artinya: berperanglah demi Allah melawan orang-orang yang
memerangi kamu tetapi janganlah kamu memulai permusuhan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang memulai permusuhan. Apabila tindakan kekerasan atau perang
terpaksa dilakukan, maka nabi Muhammad Saw. Telah memberikan beberapa kaedah
dalam hukum perang. Dengan menggunakan prinsip kewajaran dan kasih sayang terhadap
sesama manusia.
8. Prinsip Kesejahteraan.
keadilan social dan keadilan ekonomi bagi seluruh anggota masyarakat. Tugas itu
dalam nomokrasi islam bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan materiil atau
kebendaan saja. Akan tetapi mencakup pula pemenuhan kebutuhan spiritual dari seluruh
rakyat. Negara berkewajiabn memperhatikan dua macam kebutuhan itu dan menyediakan
bagi anggota masyarakat yang memerlukannya dengan berpedoman pada prinsip keadilan
social dan keadilan ekonomi. Sumber-sumber dana tersebut antara lain adalah Zakat,
infaq Sodaqoh, hibah dan wakaf dengan tidak menutup kemungkinan bagi pendapatan
pendapatan Negara dari sumber-sumber lain, seperti pajak, bea dan lain-lain. Nomokrasi
islam keadilan social dan keadilan ekonomi dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
masyarakat lainnya mengalami kemiskinan. Salah satu misi islam ialah memerangi
mampu dan yang tidak mampu. Pendirian Al Qur’an mengenai kedudukan harta ialah
bahwa harta milik seseorang mempunyai fungsi social karena itu bukan merupakan
kepemilikan yang bersifat mutlak. Al Qur’an menegaskan bahwa didalam harta milik
golongan hartawan itu ada hak orang lain yang membutuhkannya, maka ada kewajiban
Al-Qur’an telah menetapkan suatu prinsip yang dapat dinamakan sebagai prinsip
ketaatan rakyat prinsip itu ditegaskan didalam surah An Nisaa:59 yang artinya: hai orang-
orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasulnya serta orang-orang
yang berwenang dianara kamu. Apabila kamu berbeda pendapat tentang suatu hal maka
kembalilah kepada Allah (Al Qur’an) dan rasulnya (sunah) jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kiamat, yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih
baik akibatnya.
Prinsip ketaatan rakyat mengandung makna bahwa seluruh rakyat tanpa kecuali
(tiran atau otoriter/dictator) selama itu pula rakyat wajib taat dan tunduk kepada penguasa
atau pemerintah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hubungan Islam dan negara menjadi suatu dasar pemikiran mengenai apakah Islam
harus menjadi landasan atau ideologi untuk diselenggarakannya sebuah tata negara terutama
penerapannyapun di setiap negara berbeda, ada yang benar-benar menjadikan Islam sebagai
ideologi bangsa dan ada pula yang memisahkan antara keduanya. Sikap bangsa yang
demikian tentu karena lahir dari cara pandangannya mengenai relasi agama dan negara.
Nomokrasi islam adalah suatu Negara hukum yang memiliki prinsip-prinsip umum
sebagai berikut:
2. Prinsip Musyawarah,
3. Prinsip Keadilan;
4. Prinsip Persamaan;
7. Prinsip perdamaian,
8. Prinsip kesejahteraan;
DAFTAR PUSTAKA
Kafie, Jamaluddin. Islam, Agama, dan Negara. 1983. Surabaya : PT. Bina Ilmu
Husaini, Adian. Wajah Peradaban Barat : Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular-
M. Hasbi Amirudin, 2000, Konsep Islam menurut Fazlur Rahman, Yogyakarta : UII Press.
Misrawi, Zuhairi, 2004, Doktrin Islam Progresif : Islam Sebagai Ajaran Rahmat, Jakarta:
LSIP Jakarta.
http://www.voa-islam.com/islamia/aqidah/2011/09/13/16110/siapakah-pemimpin-muslim-
amirul-mukminin-itu/
http://reocities.com/capitolhill/embassy/4083/tarbiyah/konsepnegara.html
http://hilmanmuchsin.blogspot.co.id/2015/01/konsep-negara-hukum-menurut-syariah.html