Abstract
One of the topics discussed by Islamic politics is about the relationship of religion and the
state in general there are at least three paradigms of thought about the relationship between
religion and state, the first is the secularistic paradigm, which says that Islam has nothing to
do with the state, because Islam does not regulate life state or government. Second, is the
formalistic paradigm, which assumes that Islam is a complete religion, encompassing
everything including the problem of the state or political system. Third is the substantial
paradigm, which rejects the notion that Islam encompasses everything and also rejects the
view that Islam only regulates the relationship between humans and their creators. This
article will reveal these three paradigms. And in the context of Indonesianness, the
relationship between religion and the state had become contradictory at the beginning of
independence.
Abstrak
Salah satu topik yang dibicarakan oleh politik islam ialah mengenai relasi agama dan negara
secara garis besar paling tidak ada tiga paradigma pemikiran tentang hubungan agama dan
negara,yang pertama ialah paradigma sekuleristik, yang mengatakan bahwa islam tidak ada
hubungannya dengan negara, karena islam tidak mengatur kehidupan bernegara atau
pemerintahan. Kedua, ialah paradigma formalistik,yang menganggaap bahwa islam ialah
agama yang paripurna ,mencakup segala-galanya termasuk masalah negara atau sistem
politik . Ketiga ialah paradigma substansialitik,yang menolak pendapat bahwa islam
mencakup segala-galanya dan juga menolak pandangan bahwa islam hanya mengatur
hubungan antara manusia dan penciptanya. Artikel ini akan mengungkap ketiga paradigma
tersebut .Dan dalam konteks keindonesiaan, relasi agama dan negara telah menjadi
pertentangan pada awal kemerdekaan.
Keywords: islam,negara,politik
1. Pendahuluan
Hubungan antara agama dan negara dalam islam sangat kaya akan penafsiran.
Seiring dengan kemunduran di dunia islam,muncul para ahli filsuf modernis yang
membawa gagasan untuk memisahkan agama dan negara dengan pijakan kemajuan
dunia barat.Dalam islam ,pemikiran politik mengenai hubungan agama dan negara
masih menjadi perdebatan di kalangan para ahli2.Dalam konteks ini di satu sisi umat
islam percaya akan prinsip-prinsip islam dalam kehidupan politik (bernegara),namun
di sisi lain, adanya pandangan tidak yang seragam tetang bagaimana islam dan politik
ada kaitannya.Dari sini terdapat tiga paradigma mengenai hubungan agama dan
negara .Pertama,yang berpendirian bahwa islam tidak ada hubungannya dengan
negara, karena islam tidak mengatur kehidupan bernegara atau pemerintahan.
Paradigma kedua beranggapan bahwa islam ialah agama yang paripurna, mencakup
segala-galanya termasuk masalah negara atau sistem politik. Tokoh- tokoh paradigma
ini ialah Hasan al-banna,Sayyid quthub,Rasyid Ridhadan tentu saja Abu al-a’la al-
Maududi. Ketiga, yang menolak pendapat bahwa islam mencakup segala-galanya dan
juga menolak pandangan bahwa islam hanya mengatur hubungan antara manusia dan
penciptanya. Paradigma ini beranggapan memang tidak mencakup segala-galanya tapi
mencakup seperangkat prinsip dan tata nilai etika tentang kehidupan bermasyarakat
termasuk bernegara.Tokoh dalam paradigma ini adalah Muhammad ‘abduh dan
Muhammad Husein Haikal. Pada artikel ini akan membahas bagaimana pandangan
mengenai ketiga paradigma tersebut dengan menampilkan beberapa tokohnya .
1
.mengenai doktrin bisa dilihat dalam Dale F.Eickleman & James Piscatori,Ekspresi politik muslim, terj Rofik
Suhud (Bandung:Mizan,1998) h. 71-72
2
Menurut Azra perdebatan tersebut sampai saat ini belum juga tuntas,Azyumardi Azra,pergolakan politik
islam ,(Jakarta:paramadina,1996)h.1.
2. Metode
Metode dalam penulisan ini ialah dengan metode komparatif membandingkan ketiga
pandangan paradigma mengenai hubungan agama dan negara dengan beberapa
tokohnya untuk kemudian di analisis.Kemudian dilakukan pencarian Sumber data –
data yang relevan terkait dengan kajian tentang agama dan negara berasal dari Jurnal-
jurnal terkait secara induktif serta selanjutnya dilakukan analisis sehingga
menghasilkan gagasan-gagasan
Masalah hubungan agama dan negara telah menjadi perdebatan dalam polemik dunia
islam.salah satunya terjadi pada peristiwa revolusi di Turki di bawah pimpinan
mustafa kemal pada tahun 1924,yang berujung terjadinya penghapusan khilafah di
turki.Dilepaskannya islam sebagai agama resmi negara dan dihapuskannya syariah
sebagai sumber hukum tinggi dalam negara3.Kemudian Turki lahir dengan negara
republik sekuler yang memisahkan urusan kenegaraan dengan urusan keagamaan.
Mengenai hubungan antara agama dan negara merupakan salah satu subyek yang
diperdebatkan dikalangan para pemikir islam.berbagai penelitian telah dilakukan di
berbagai negara tentang keselarasan antara agama dan politik.perdebatan yang terjadi
di dunia islam modern tentang agama dan negara telah melahirkan pemikir pemikir
muslim,baik kelompok yang mendukung adanya keselarasan antar agama dan negara
atau yang memisahkan hubungan antar negara atau yang mencoba mengambil jalan
tengah diantaranya.kelompok-kelompok tersebut memiliki konsep yang berbeda-beda
mengenai hubungan agama dan negara namun mengakui pentingnya prinsip islam
dalam setiap aspek kehidupan.
Dari defini tersebut ialah kedudukan seorang khalifah berada dalam posisi Rasul
SAW.yang bukan saja mengurus masalah agama namun juga permasalahan-
permasalahan dunia5.‘Abd al-Raziq menolak semua alasan diatas,menurutnya alquran
tidak mengemukakan persoalan tersebu,selain hanya pernyataan umum agar
menghormati mereka yang memegang kekuasaan.Hadist juga tidak mengemukakan
pendapat,selain hanya pernyataan umum tentang kepatuhan kepada imam,tanpa
satupun definisi yang jelas mengenai fungsi imam atau pernyataan mengenai
keharusannya.
Sejarah islam hampir tidak mengenal adanya khalifah melainkan bercokol para
separatis.Menurut ‘Abd Raziq nyaris semua khalifah dari zaman ke zaman dinobatkan
dan dipertahankan dengan kekuatan fisik dan mungkin dengan beberapa
pengecualian ,misalnya Abu Bakar,Umar dan Usman.6.Abd Raziq tidak menolak
sistem pemerintahan untuk menjalankan syiar agama dalam berbagai bentuk dan demi
kemaslahatan umum.Hal ini memang diperlukan namun, tidak harus dengan sistem
kekhalifahan
4
Abd Al-Rahman Ibn khaldun,Muqaddimah Ibn Khaldun(Beirut:Dar al-kutub al-ilmiyah,2002),h.151
5
Disini perlu dibedakannya istilah khilafah dan khalifah .Bila khilafah merupakan lembaga /institutya dan
khalifah ialah pejabat yangmenjalankan tugas kepemimpinan atau memimpin lembaga tersebut .’Abd al-
Rahman Ibn khaldun Muqaddimah h.151.
6
Munawir Sjadzali,Islam dan tata negara,h 141.
7
Munawir Sjadzali,Islam dan tata negara,h 148.
Aspek politik yang hendak menjadikan islam sebagai pondasi pemerintahan
yang ditampilkan oleh gerakan ikhwanul muslimin di Mesir dan mempunyai pengaruh
yang cukup luas dalam kalangan umat islam di berbagai belahan negara.Hasan al-
Banna yang merupakan pendiri dari gerakan ikhwanul muslimin untuk mendirikan
negara islam yang ditegakkan diatas ajaran islam ,menerapkan aturan-aturan sosial
dan menyebarkan dakwahnya kepada seluruh umat manusia.Secara sederhana gerakan
ikhwanul muslimin merupakan gerakan poltik yakni gerakan yang menuntut
perbaikan dari dalam terhadap pemerintah ,meluruskan persepsi yang terkait dengan
hubungan umat islam terhadap bangsa lain di luar negeri,mendidik bangsa agar
memilik kemuliaan danmenjaga identitasnya.Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa
aspek politik berkaitan dengan apa yang berhubungandengan pemerintahan tata
negara dan emerintahan rakyat.Demikian juga hubungan antar negara dengan
penjajah,dan permasalahan yang terkait.
adapun prinsip yang diletakkan islam bagi peradaban manusia menurut haikal
ialah: iman akan keesaan tuhan,percaya tentang adanya hukum alam atau sunnah allah
yang pasti dan tidak pernah berubah,dan persamaan 13.Dalam lintas sejarah corak
pemerintahan islam sangat beragam.corak pemerintahan islam sepanjang sejarah
banyak dipengaruhi oleh banyak faktor,baik faktor internal maupun faktor
eksternal.oleh karena itu sulit untuk menunujukkan suatu sistem pemerintahan
menjadi satu sistem pemerintahan islam yang masih murni.namun bukan berarti
bahwa saat ini ajaran umum islam tentang hidup bermasyarakat dan bernegara tidak
diterapkan ,hanya saja perlu disesuaikan dengan situasi serta tingkat kemajuan
intelektual dan peradaban zaman umat islam hidup.dengan memperhatikan prinsip-
prinsip dasar yang telah diberikan islam bagi peradaban manusia.
12
.Munawir Sjadzali,islam dan tata negara.h.131.
13
Munawir Sjadzali,islam dan tata negara.h.183-187
Paradigma Substansialistik tidak memformat sistem negara islam atau dawlah
islamiyah,sebab mereka juga mengamati bahwa istilah tersebut secara terang tidak
ada dalam Al-Quran maupun sunnah.Dalam Alquran yang mendekati kata daulah
terdapat dalam surat al-hasyr ayat 7 yang menyebutkan bahwa agar kekayaan jangan
hanya beredar di kalangan orang-orang kaya saja.kemudian surat ali imran ayat 140”
masakejayaan dan kehancuran itu kami pergilirkan diantara manusia 14.Dari sudut
pandang ini bagi mereka al-quran memang bukanlah buku tentang ilmu politik.dengan
demikian,bahwa pendapat seperti ini juga tetap mengakui bahwa al-quran
mengandung nilai-nilai dan ajjaran yang bersifat etis mengenaisosial dan politik umat
manusia.
Konflik di Indonesia yang diwarnai antara relasi agama dan negara.konflik ini
melibatkan antar negara versus warga negara dan konflik antar warga negara.
Persoalan ini diruntut dari bagaimana relasi antara negara dan agama, serta pandangan
masyarakat terhadap negara dan agama.masalah hubungan agama dan negara telah
muncul dalam polemik dan perdebatan di awal abad 21.perdebatan yang diawali
dengan terjadinya revolusi kaum Turki,sehingga akhirnya turki menjadi negara
sekuler.ada awal abad 21,pemikiran tentang hubungan agama islam dan negara di
indonesia belum berkembang jauh.memang partai politik islam sudah ada sejak
zaman penjajahan,tetapi perhatian partai islam terpusatkan pada perjuangan
kemerdekaan indonesia sebagaimana partai-partai yang bukan islam.
14
Laksmi pamunjtak,dkk tidak ada negara islam.(Jakarta ,djambatan,2004)h.135-136
Ada dua anggapan yang melandasi pemikiran tentang hubungan agama dan
negara dalam konteks keindonesiaan,yakni:pertama,masalah hubunganolitik islam dan
negara yang muncul dari pandangan pandangan yang berbeda di kalangan pendiri
republik ini tentang bagaimana indonesia dicita-citakan.kedua,hubungan politik antara
islam dan negara yang kurang baik.Di satu sisi beranggapan islam yang formalistik
dan disisi lain beranggapan islam secara substansial.pandangan islam yang formal
cenderung ekslusif dalam negara dan akan menimbulkan ketegangan pada masyarakat
yang heterogen sosial keagamaan dan kulturnya .sedang pandangan islam yang
substansial lebih memberikan landasan yang sesuai dalam bentuk hubungan antara
islam dan negara dengan harmonis.
Relasi negara dan agama islam di indonesia diwarnai oleh ketegangan dan
moderasi.dengan demikian relasi agama dan negara di indonesia tidak selalu ditempuh
melalui jalur ketegangan yang berwatak kekerasan,namun ketegangan itu dapat dikelola
secara kreatif melalui jalur moderasi dan toleransi.
4. Kesimpulan
Islam secara teologis maupun secara sosiologis,selalu hadir dengan bentuk yang tidak
seragam.sejak wafatnya Nabi muhammad , dilanjutkan oleh khulafaur rasyidin dengan sistem
khilafah yang tidak memisahkan antara agama dan negara dandilanjutkan oleh dinasti
abbasiyah dan umyyah dengan menerpkan sistem monarki.secara umum perbedaan
paradigma mengenai hubungan antara agama dan negara menimbulkan tiga pandangan yang
berbeda.pertama beranggaan agama tidak ada kaitannya dengan negara,urusan agama dan
negara harus dipisahkan.yang kedua beranggapan bahwa islam adalah agama yang
lengkap,mengatur segala aspek kehidupan termasukdalam urusan agama dan negara.yang
ketiga berpendapat bahwa islam memang tidak terdapat sistem ketatanegaraan tetapi
didalamnya terdapat tata nilai etika bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
16
Ahmad syafi’ maarif,islam dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan(Bandung:Mizan,2009)h.19-20
Di indonesia pada awal kemerdekaan muncul pertentangan di kalangan pendiri negara
tentang hubungan antara agama dan olitik,namun pada akhirnya terjadi kesepakatan dengan
dirumuskannya pancasila sebagai dasar negara.dengan ideologi pancasila ,negara kesatuan
republik indonesia bukanlah negara agama maupun agama sekuler.berkenaan dengan hal
tersebut hubungan antara agama dan politik negara perlu dilakukan secara intensif dan
berkesinambunganl ini .hal ini untuk menumbuhkan kesadaran bahwa sesungguhnya islam
merupakan agama yang rahmatanlilalamiin.setiap muslim percaya bahwa al-quran dan hadist
merupakan dasr utama, tetapi penafsiran keduanya harus disesuaikan dengan sosial
keagamaan dan kultur umat islam.
DAFTAR PUSTAKA
Mustofa.Jakarta:serambi,2005.h.102