Anda di halaman 1dari 15

RELASI AGAMA DAN NEGARA

DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Kharisma mutiara sani


Jurusan psikologi islam
Fakultas ushuluddin adab dan dakwah
IAIN Tulungagung
e-mail : mutiarakharisma15@gmail.com

Abstract

One of the topics discussed by Islamic politics is about the relationship of religion and the
state in general there are at least three paradigms of thought about the relationship between
religion and state, the first is the secularistic paradigm, which says that Islam has nothing to
do with the state, because Islam does not regulate life state or government. Second, is the
formalistic paradigm, which assumes that Islam is a complete religion, encompassing
everything including the problem of the state or political system. Third is the substantial
paradigm, which rejects the notion that Islam encompasses everything and also rejects the
view that Islam only regulates the relationship between humans and their creators. This
article will reveal these three paradigms. And in the context of Indonesianness, the
relationship between religion and the state had become contradictory at the beginning of
independence.
Abstrak

Salah satu topik yang dibicarakan oleh politik islam ialah mengenai relasi agama dan negara
secara garis besar paling tidak ada tiga paradigma pemikiran tentang hubungan agama dan
negara,yang pertama ialah paradigma sekuleristik, yang mengatakan bahwa islam tidak ada
hubungannya dengan negara, karena islam tidak mengatur kehidupan bernegara atau
pemerintahan. Kedua, ialah paradigma formalistik,yang menganggaap bahwa islam ialah
agama yang paripurna ,mencakup segala-galanya termasuk masalah negara atau sistem
politik . Ketiga ialah paradigma substansialitik,yang menolak pendapat bahwa islam
mencakup segala-galanya dan juga menolak pandangan bahwa islam hanya mengatur
hubungan antara manusia dan penciptanya. Artikel ini akan mengungkap ketiga paradigma
tersebut .Dan dalam konteks keindonesiaan, relasi agama dan negara telah menjadi
pertentangan pada awal kemerdekaan.

Keywords: islam,negara,politik
1. Pendahuluan

Islam memiliki keragaman pemikiran politik yang diantaranya menyangkut


tentang pemikiran hubungan agama dan negara.Dan ada satu memori kolektif yang
kuat dalam kalangan umat islam,yaitu adanya doktrin yang berbunyi al-islam huwa
al-din wa ‘i-dawlah,1 .Islam adalah agama dan sekaligus kekuasaan.Dari implikasi ini
hubungan antara agama dan negara sangat erat kaitannya dengan aspek ritual dan
politik.

Hubungan antara agama dan negara dalam islam sangat kaya akan penafsiran.
Seiring dengan kemunduran di dunia islam,muncul para ahli filsuf modernis yang
membawa gagasan untuk memisahkan agama dan negara dengan pijakan kemajuan
dunia barat.Dalam islam ,pemikiran politik mengenai hubungan agama dan negara
masih menjadi perdebatan di kalangan para ahli2.Dalam konteks ini di satu sisi umat
islam percaya akan prinsip-prinsip islam dalam kehidupan politik (bernegara),namun
di sisi lain, adanya pandangan tidak yang seragam tetang bagaimana islam dan politik
ada kaitannya.Dari sini terdapat tiga paradigma mengenai hubungan agama dan
negara .Pertama,yang berpendirian bahwa islam tidak ada hubungannya dengan
negara, karena islam tidak mengatur kehidupan bernegara atau pemerintahan.
Paradigma kedua beranggapan bahwa islam ialah agama yang paripurna, mencakup
segala-galanya termasuk masalah negara atau sistem politik. Tokoh- tokoh paradigma
ini ialah Hasan al-banna,Sayyid quthub,Rasyid Ridhadan tentu saja Abu al-a’la al-
Maududi. Ketiga, yang menolak pendapat bahwa islam mencakup segala-galanya dan
juga menolak pandangan bahwa islam hanya mengatur hubungan antara manusia dan
penciptanya. Paradigma ini beranggapan memang tidak mencakup segala-galanya tapi
mencakup seperangkat prinsip dan tata nilai etika tentang kehidupan bermasyarakat
termasuk bernegara.Tokoh dalam paradigma ini adalah Muhammad ‘abduh dan
Muhammad Husein Haikal. Pada artikel ini akan membahas bagaimana pandangan
mengenai ketiga paradigma tersebut dengan menampilkan beberapa tokohnya .

1
.mengenai doktrin bisa dilihat dalam Dale F.Eickleman & James Piscatori,Ekspresi politik muslim, terj Rofik
Suhud (Bandung:Mizan,1998) h. 71-72
2
Menurut Azra perdebatan tersebut sampai saat ini belum juga tuntas,Azyumardi Azra,pergolakan politik
islam ,(Jakarta:paramadina,1996)h.1.
2. Metode

Metode dalam penulisan ini ialah dengan metode komparatif membandingkan ketiga
pandangan paradigma mengenai hubungan agama dan negara dengan beberapa
tokohnya untuk kemudian di analisis.Kemudian dilakukan pencarian Sumber data –
data yang relevan terkait dengan kajian tentang agama dan negara berasal dari Jurnal-
jurnal terkait secara induktif serta selanjutnya dilakukan analisis sehingga
menghasilkan gagasan-gagasan

3. Hasil dan pembahasan

Agama dan Negara dalam sejarah dunia islam

Masalah hubungan agama dan negara telah menjadi perdebatan dalam polemik dunia
islam.salah satunya terjadi pada peristiwa revolusi di Turki di bawah pimpinan
mustafa kemal pada tahun 1924,yang berujung terjadinya penghapusan khilafah di
turki.Dilepaskannya islam sebagai agama resmi negara dan dihapuskannya syariah
sebagai sumber hukum tinggi dalam negara3.Kemudian Turki lahir dengan negara
republik sekuler yang memisahkan urusan kenegaraan dengan urusan keagamaan.

Dalam sejarah perkembangan islam,periode makkah berakhir setelah Nabi


Muhammad dan para sahabat berhijrah ke Madinah.Masyarakat madinah yang
memiliki potensi timbulnya konflik.Karena itu, Nabi Muhammad mengadakan
penataan dan pengendalian sosial untuk mengatur hubungan antar golongan dalam
kehidupan sosial,ekonomi ,agama dan budaya melalui tiga langkah politik.
pertama,membangun masjid sebagai sarana tempatibadah,pengajaran,penyiaran
islam,pembinaan akhlak serta sarana mempererat ikatan antar sesama umat islam.
Kedua, mewujudkan persaudaraan antar kaum muhajirin dengan kaum anshor. Ketiga,
Membuat perjanjian tertulis yang ditujukan kepada seluruh penduduk Madinah yang
menekankan pada persatuan antar kaum Muslimin dan Yahudi dalam kehidupan
sosial politik.Bentuk masyarakat inilah yang disebut oleh para pemikir muslim
sebagai masyarakat islam ideal.Namun demikian muncul beragam pandangan
terhadap bentuk masyarakat tersebut .
3
(Esposito,1990)
Setelah Nabi wafat pada tahun 11 hijriah (632 M) di Madinah,Tugas-tugas
agama dan kenegaraan diteruskan oleh khulafaurr-rasyidin.Dengan kepemimpinan
mereka sebagai kepala negara dan pemimpin agama dalam mempertahankan
kemurnian ajaran islam dalam berbagai aspek kehidupan sebagaimana dicontohkan
Nabi Muhammad dalam mewujudkan kemaslahatan umat.

Pada perkembangan selanjutnya ,diera dinasti umayyah dan Dinasti Abbasiyah


(661-850 M).pemikiran olitik islam didominasi dengan perdebatan sistem
pemerintahan hubungan khilafah dan negara.perubahan nampak pada Dinasti ini
dengan sistem pemerintahan yang di terapkan sistempengangkatan kepala negara
dilakukan secara turun temurun (monarki).Kedua dinasti ini menggunakan sistem
pemerintahan politik yang tidak memisahkan agama dan negara.Namun sejak,850 M
pemikiran dan praktik politik yang dominan di dunia islam adalah memisahkan agama
dan negara.

Relasi agama dan negara di masa modern

Mengenai hubungan antara agama dan negara merupakan salah satu subyek yang
diperdebatkan dikalangan para pemikir islam.berbagai penelitian telah dilakukan di
berbagai negara tentang keselarasan antara agama dan politik.perdebatan yang terjadi
di dunia islam modern tentang agama dan negara telah melahirkan pemikir pemikir
muslim,baik kelompok yang mendukung adanya keselarasan antar agama dan negara
atau yang memisahkan hubungan antar negara atau yang mencoba mengambil jalan
tengah diantaranya.kelompok-kelompok tersebut memiliki konsep yang berbeda-beda
mengenai hubungan agama dan negara namun mengakui pentingnya prinsip islam
dalam setiap aspek kehidupan.

Kelompok pertama ialah dengan paradigma sekuleristik ‘Ali ‘Abd al-Raziq


menjelaskan pandangannya dengan beberapa prinsip.pertama, tidak ada sistem
khilafah dalam al-quran dan sunnah.Menurut Raziq khilafah merupakan
kepemimpinan umum dalam urusan agama dan dunia menggantikan Nabi SAW.Ibn
Khaldun menguraikan pengertian khilafah secara komperehensif :
‘’khilafah adalah memerintah rakyat sesuai dengan aturan shara’,demi
kebaikan akhirat mereka dan juga kebaikan dunia yang kembali pada kepentingan
akhirat .sebab menurut shara’ persoalan-persoalan dunia semuanya kembali kepada
kepentingan akhirat.Khilafah dengan demikian hakikatnya adalah menggantikan
pembuat shara’dalam menjaga eksistensi agama dan sistem politik dunia’’4

Dari defini tersebut ialah kedudukan seorang khalifah berada dalam posisi Rasul
SAW.yang bukan saja mengurus masalah agama namun juga permasalahan-
permasalahan dunia5.‘Abd al-Raziq menolak semua alasan diatas,menurutnya alquran
tidak mengemukakan persoalan tersebu,selain hanya pernyataan umum agar
menghormati mereka yang memegang kekuasaan.Hadist juga tidak mengemukakan
pendapat,selain hanya pernyataan umum tentang kepatuhan kepada imam,tanpa
satupun definisi yang jelas mengenai fungsi imam atau pernyataan mengenai
keharusannya.
Sejarah islam hampir tidak mengenal adanya khalifah melainkan bercokol para
separatis.Menurut ‘Abd Raziq nyaris semua khalifah dari zaman ke zaman dinobatkan
dan dipertahankan dengan kekuatan fisik dan mungkin dengan beberapa
pengecualian ,misalnya Abu Bakar,Umar dan Usman.6.Abd Raziq tidak menolak
sistem pemerintahan untuk menjalankan syiar agama dalam berbagai bentuk dan demi
kemaslahatan umum.Hal ini memang diperlukan namun, tidak harus dengan sistem
kekhalifahan

Kelompok kedua dengan paradigma formalistik yang memandang bahwa


agama islam sebagai agama yang sempurna lengkap yang meliputi tuntunan moral
dan peribadatan,tetapi juga petunjuk mengenai cara mengatur segala aspek kehidupan
politik,ekonomi, dan sosial. Oleh karenanya untuk pemulihan kejayaan dan
kemakmuran umat islam harus kembali kepada agamanya yang sempurna dan
komperehensif,kembali kepada kitab suci alquran dan sunnah Nabi SAW,mencontoh
pola hidup Rasul SAW dan umat islam generasi pertama,serta tidak perlu meniru pola
atau sistem politik,ekonomi,dan sosial barat7.

4
Abd Al-Rahman Ibn khaldun,Muqaddimah Ibn Khaldun(Beirut:Dar al-kutub al-ilmiyah,2002),h.151
5
Disini perlu dibedakannya istilah khilafah dan khalifah .Bila khilafah merupakan lembaga /institutya dan
khalifah ialah pejabat yangmenjalankan tugas kepemimpinan atau memimpin lembaga tersebut .’Abd al-
Rahman Ibn khaldun Muqaddimah h.151.
6
Munawir Sjadzali,Islam dan tata negara,h 141.
7
Munawir Sjadzali,Islam dan tata negara,h 148.
Aspek politik yang hendak menjadikan islam sebagai pondasi pemerintahan
yang ditampilkan oleh gerakan ikhwanul muslimin di Mesir dan mempunyai pengaruh
yang cukup luas dalam kalangan umat islam di berbagai belahan negara.Hasan al-
Banna yang merupakan pendiri dari gerakan ikhwanul muslimin untuk mendirikan
negara islam yang ditegakkan diatas ajaran islam ,menerapkan aturan-aturan sosial
dan menyebarkan dakwahnya kepada seluruh umat manusia.Secara sederhana gerakan
ikhwanul muslimin merupakan gerakan poltik yakni gerakan yang menuntut
perbaikan dari dalam terhadap pemerintah ,meluruskan persepsi yang terkait dengan
hubungan umat islam terhadap bangsa lain di luar negeri,mendidik bangsa agar
memilik kemuliaan danmenjaga identitasnya.Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa
aspek politik berkaitan dengan apa yang berhubungandengan pemerintahan tata
negara dan emerintahan rakyat.Demikian juga hubungan antar negara dengan
penjajah,dan permasalahan yang terkait.

Paradigma formalistik menemukan mometumnya pada sosok Sayyid


quthb,yang dikenal sebagai ideolog paling militan Ikhwanul muslimin.Quthb
membagi masyarakat dalam dua kategori:masyarakat yang beriman dan masyaratak
jahiliah.Realita kehidupan modernitas dalam pandangan quthb merupakan fenomena
jahiliah .Menurut quthb ,semua muslimwajib berhijrah ke tanah islam dan mereka
yang tidak melakukannya dipandang berstatus murtad dan kafir.Quthb menegaskan
bahwa kedaulatan semata ada ditangan Tuhan ,sehingga dalam masyarakat islam
tulen,Tuhanlah satu- satunya pembuat hukum dan keadilan sempurna dapat dicapai
jika penguasa sungguh-sungguh mengimplementasikan hukum Tuhan8

Masyarakat jahiliah sejatinya merupakan masyarakat yang menolak untuk


tunduk kepada Tuhan dalam ranah keimanan,ibadah,dan hukum,lewat penolakan
terhadap eksistensinya atau penggantian kedaulatan dengan tuhan-tuhan palsu .intinya
adalah penolakan terhadap kedaulatan ilahiah dan lebih memilih filsafat dan
epistemologi yang mengklaim bahwa manusia memilik hak untuk menciptakan . nilai
dan aturan bagi perilaku kolektif9.Quthb mendefinisikan masyarakat jahiliah secara
dikotomik antara islam hakiki (menurut pemahamannya) dan semua masyarakat lain
8
Khaled Abou Fadl ,selamatkan islam muslim Puritan,terj.Helmi Mustofa(Jakarta:serambi,2005)h.102
9
Quthb memandang islam juga sebagai sebuah sistem yang mencakup segala dimensi kehidupan manusia Lihat
Sayid Quthb,karakteristik konsepsi islam,terj.Muzakkir,(Bandung:Pustaka,1990)
non muslim.dalam pengamata para ahli,penafsiran militan quthb tentang islam dalam
berbagai aspeknya , tumbuh akibat kontrofontasi antara negara mesir yang represif
dan ikhwanul muslimin pada tahun 1950 an dan 1960 an.pada tahun 1950 an quthb
menjadi sosok yang berpengaruh diantara anggotayang lebih muda dan lebih militan
di ikhwanul muslimin.

Selanjutnya, dalam pandangan Said Hawwa, implementasi sistem politik


ikhwanulmuslimin secaragaris besar mencakup tiga aspek,10pertama, mencetak
kepribadian manusia dengan corak islami secara kaffah.Kedua,mendirikan negara
islam disetiap negara.Bagi Hawwa ,aspek ini merupakan kewajiban yang telah
dilupakan oleh sebagian generasi muslim dinegara-negara islam.Kewajiban setiap
muslim ialah berusaha untuk menegakkan negara islam di negaranya masing-
masing.Sebagian pemikir ikhwanul muslimin,seerti Halim Mahmud, secara tegas
memang menolak segala sistem pemerintahan roduk barat,bahkan sistem
demokrasi.Menurutnya sistem demokrasi yang ada dibarat diaplikasikan oleh
sebagian besar masyarakat Barat dan juga sebagian Eropa dewasa ini dianggap tidak
akan pernah bisa mewakili sistemyang ditawarkan islam dengan sitem
khalifahnya.Sistem khalifah merupakan sistem yang tak tergantikan oleh semua
sistem ,sekali pun sistem demokrasi .Ketiga,menyatukan umat islam dan
11

menghidupkan kembali sistem khilafah.

Kelompok ketiga dengan paradigma substansialistik,agama islam memiliki


seperangkat prinsip dan nilai-nilai tentang kehiduan bermasyarakat,termasuk sistem
pemerintahan.Berdasarkan pandangan Muhammad abduh,hakikat pemerintahan islam
tidak bersifat keagamaan tetapi juga bersifat keduniawian. Abduh menyatakan bahwa
kekuasaan politik harus didasarkan pada kedaulatan rakyat atau kehendak
publik.kedaulatan rakyat ini ,menurut ‘Abduh harus dibangun atas dasar prinsip-
prinsip kebebasan,demokrasi,dan konstitusi yang berfungsi sebagai landasan sistem
politik dan kekuasaan tersebut.

Menurut Abduh islam tidak mengenal adanya kekuasaan agama dalam


arti: .islam tidak memberikan kekuasaan kepada seseorang atau sekelompok orang
10
Said Hawwa,Jundullah,terj Hamim Thohari,dkk(Solo:Era Intermedia,2002) h.47-53
11
Halim Mahmud,Wasa’il al-Tarbiyah ‘i nda ikhwan al- muslimin,(Kairo:Dar al-Wafa’li al-Tiba’’ah wa al-
Tauzi,1993)h.44-45,48
untuk menindak orang lain atas nama agama,islam tidak membenarkan campur tangan
seseorang,penguasa sekalipun dalam kehiduan dan urusan keagamaan oranglain,islam
tidak mengakui hak seseorang untuk memaksakan pengertian,pendapat,dan
penafsirannya tentang agama atas orang lain12
Abduh mengakui bahwa islam bukan hanya agama semata melainkan
mempunyai hukum-hukum yang mengatur hubungan antar sesama muslim dan antar
sesama makhluk hidup .yang untuk pelaksanaan dan pengawasan berlakunya
memerlukan adanya enguasa lengkap dengan aparat-aparatnya.Menurutnya tugas itu
merupakan tanggung jawab kepala negara beserta perangkat pemerintahannya.

Selanjutnya menurut Muhammad Husain Haikal mengamini pandangan abduh


tentang hubungan agama islam dan negara.menurut haikal,prinsip dasar
kemasyarakatan yang diberikan oleh alquran dan sunnah tidak ada yang langsung
berkaitan dengan ketatanegaraan.islam tidak memberikan pernyataan langsung
tentang bagaimana umat islam mengatur urusan negara.Dalam kehiduan sosial dan
politik,islam hanya meniupkan keimanan pada Tuhan yang maha esa,dengan prinsip
dasar berupa persamaan,persaudaraan,dan kebebasan.menurut haikal islam hanya
meletakkan prinsip-prinsip dasar bagi manusia dan ketentuan dasar yang mengatur
perilaku manusia dalam kehidupan yang ada gilirannya akan mewarnai pola
kehidupan politik..

adapun prinsip yang diletakkan islam bagi peradaban manusia menurut haikal
ialah: iman akan keesaan tuhan,percaya tentang adanya hukum alam atau sunnah allah
yang pasti dan tidak pernah berubah,dan persamaan 13.Dalam lintas sejarah corak
pemerintahan islam sangat beragam.corak pemerintahan islam sepanjang sejarah
banyak dipengaruhi oleh banyak faktor,baik faktor internal maupun faktor
eksternal.oleh karena itu sulit untuk menunujukkan suatu sistem pemerintahan
menjadi satu sistem pemerintahan islam yang masih murni.namun bukan berarti
bahwa saat ini ajaran umum islam tentang hidup bermasyarakat dan bernegara tidak
diterapkan ,hanya saja perlu disesuaikan dengan situasi serta tingkat kemajuan
intelektual dan peradaban zaman umat islam hidup.dengan memperhatikan prinsip-
prinsip dasar yang telah diberikan islam bagi peradaban manusia.

12
.Munawir Sjadzali,islam dan tata negara.h.131.
13
Munawir Sjadzali,islam dan tata negara.h.183-187
Paradigma Substansialistik tidak memformat sistem negara islam atau dawlah
islamiyah,sebab mereka juga mengamati bahwa istilah tersebut secara terang tidak
ada dalam Al-Quran maupun sunnah.Dalam Alquran yang mendekati kata daulah
terdapat dalam surat al-hasyr ayat 7 yang menyebutkan bahwa agar kekayaan jangan
hanya beredar di kalangan orang-orang kaya saja.kemudian surat ali imran ayat 140”
masakejayaan dan kehancuran itu kami pergilirkan diantara manusia 14.Dari sudut
pandang ini bagi mereka al-quran memang bukanlah buku tentang ilmu politik.dengan
demikian,bahwa pendapat seperti ini juga tetap mengakui bahwa al-quran
mengandung nilai-nilai dan ajjaran yang bersifat etis mengenaisosial dan politik umat
manusia.

RELASI AGAMA DAN NEGARA DI INDONESIA

Konflik di Indonesia yang diwarnai antara relasi agama dan negara.konflik ini
melibatkan antar negara versus warga negara dan konflik antar warga negara.
Persoalan ini diruntut dari bagaimana relasi antara negara dan agama, serta pandangan
masyarakat terhadap negara dan agama.masalah hubungan agama dan negara telah
muncul dalam polemik dan perdebatan di awal abad 21.perdebatan yang diawali
dengan terjadinya revolusi kaum Turki,sehingga akhirnya turki menjadi negara
sekuler.ada awal abad 21,pemikiran tentang hubungan agama islam dan negara di
indonesia belum berkembang jauh.memang partai politik islam sudah ada sejak
zaman penjajahan,tetapi perhatian partai islam terpusatkan pada perjuangan
kemerdekaan indonesia sebagaimana partai-partai yang bukan islam.

Pada masa awal kemerdekaan muncul beberapa kalangan untuk menjadikan


islam sebagai dasar ideologi negara lengkap dengan sosial politik yang
menyertainya.tetapi tidaksemua kaum muslim indonesia mendukung sistem
ini.beberapa aktifis pendukung NKRI menolak gagasan tersebut dan berusaha untuk
menjinakkan pada sekitar tahun 1950.pada masa orde baru,islam politik tidak punya
kebebasan karena dicurigai tidak mendukung ideologi pancasila.

14
Laksmi pamunjtak,dkk tidak ada negara islam.(Jakarta ,djambatan,2004)h.135-136
Ada dua anggapan yang melandasi pemikiran tentang hubungan agama dan
negara dalam konteks keindonesiaan,yakni:pertama,masalah hubunganolitik islam dan
negara yang muncul dari pandangan pandangan yang berbeda di kalangan pendiri
republik ini tentang bagaimana indonesia dicita-citakan.kedua,hubungan politik antara
islam dan negara yang kurang baik.Di satu sisi beranggapan islam yang formalistik
dan disisi lain beranggapan islam secara substansial.pandangan islam yang formal
cenderung ekslusif dalam negara dan akan menimbulkan ketegangan pada masyarakat
yang heterogen sosial keagamaan dan kulturnya .sedang pandangan islam yang
substansial lebih memberikan landasan yang sesuai dalam bentuk hubungan antara
islam dan negara dengan harmonis.

Selanjutnya, perbedaan pandangan tentang enyatuan atau pemisahan antara


agama dan negara berpengaruh pada generasi baru aktifis muslim di indonesia.hal itu
nampak dalam pandangan mereka tentang negara dan bangsa indonesia dan pancasila
sebagai ideologi nasional negara.dengan pertimbangan nilai ajaran islam dan konteks
sosial keagamaan dan kultur bangsa indonesia,maka mereka memutuskan mendukung
paham negara kesatuan nasional.diantara tokoh tersebut ialah Abdurrahman
Wahid,munawir sjadzuli,nurcholis madjid yang sering menyatakan bahwa ideologis
harus dipandang sebagai tujuan final umat islam indonesia.

Secara umum pembuatan peraturan perundang-undangan di indonesia mengacu


kepada kaidah’’ kebijakan pemimpin terhadap rakyatnya berdasarkan pada
kemaslahatan’’.secara khusus sesuai dengan dasar filosofi ajaran islam,maka semua
peraturan hendaklah dapat memerkuat lima tujuan diturunkan syariat15.

Pertama ,hifdz al din.di dasarkan untuk kepentingan pemeliharaan ajara islam,oleh


karena itu baru bernilai apabila selalu didasrkan pada ajaran islam.setiap peraturan
perundangan tidak boleh bertentangan dengan hakikat ajaran islam .semua undang-undang
harus bertujuan memperkuat komitmen semua umat beragama terhadap ajaran
agamanya.oleh karena itu pertimbangan untukkepentingan syariat haruslah dietmpatkan
diatas segala-galanya.mengingat agama yang dianut oleh masyarakat indonesia mayoritas
ialah islam,maka setiap undang-undang hendaklah memberi kemudahan bagi umat lainnya
dalam mengamalkan ajaran agamanya.
15
Ibrahim, imam abu ishaq. Maqashit al syariat.2004
Kedua hifdz al nafs.setiap pelaksanaan ajaran islam harus memelihara kelangsungan
hidup manusia ,oleh karena itu tidak dibenarkan upaya kehidupan yang justru berakibat
hilangnya keberadaan manusia.seluruh peraturan perundangan harus dapat menjaga
kelangsungan kehidupan dan melindungi umat manusia.

Ketiga hifdsz al-nasl. Seluruh perundang undangan harus dapat memelihara


kelangsungan berketurunan,oleh karena itu tidak dibenarkan adanya upaya pemutusan
keturunan atas dasar alasan apapun juga.serta tidak dibenarkan ktifitas perusakan
lingkungan hidup karena dapat mengancam eksistensi kelangsunganhidup manusia.

Keempat hifdz al-mal,seluruh perundang undangan hendaklah dapat memelihara


kepemilikan harta,baik harta yang sempurna maupun kepemilikan tak sempurna dan hak-
hak kepemilikan kebendaan termasuk hak cipta maupun budaya bangsa.islam menegaskan
adanya kepemilikan perorangan dan kepemilikan syirkah.

Kelima, hifdz al aql.peraturan perundang undangan hendaklah memuliakan manusia


sebagai makluk Allah yang mulia yang memiliki akal sehat dengan kemampuan berfikir
yang baik dan benar,terbebas dari hedonisme dan materialisme,serta menjunjung tinggi
akhlak mulia,sehingga segenap kehidupan manusia menjadi aman dan bahagia (Q.S 17:70)

Berdasrakan pada prinsip tersebut, maka peraturan perundangan hendaklah dapat


melindungi semua golongan 1).melindungi semua golongan. 2)berkeadilan 3).sesuai dengan
keyakinan masyarakat yang disahkan keberadaannya di indonesia 4).sesuai dengan nilai-
nilai kepatuhan dan budaya masyarakat yang tidak bertentangan dengan agama 5).memiliki
wawasan kedepan.

Penyerapan hukum islam dalam hukum nasional adalah keniscayaan,karena sebagian


besar masyarakat indonesia menganut agama islam dimana bagian dari hukum islam yang
dapat terlaksana secara sempurna memerlukan adanya peranan dan dukungan negara.oleh
karena itu,penyerapan hukum islam dalam hukum nasional dapat diwujudkan sejalan
dengan bhineka tunggal ika dalam bingkainegara kesatuan republik indonesia.karena hukum
islam adalah semuanya membawa kemaslahatan bagi umat manusia dan alam
semesta,sehingga tidak akan terjadi diskriminasi terhadap warga negara yang berbeda
budaya maupun agama.

Relasi negara dan agama islam di indonesia diwarnai oleh ketegangan dan
moderasi.dengan demikian relasi agama dan negara di indonesia tidak selalu ditempuh
melalui jalur ketegangan yang berwatak kekerasan,namun ketegangan itu dapat dikelola
secara kreatif melalui jalur moderasi dan toleransi.

4. Kesimpulan

Islam secara teologis maupun secara sosiologis,selalu hadir dengan bentuk yang tidak
seragam.sejak wafatnya Nabi muhammad , dilanjutkan oleh khulafaur rasyidin dengan sistem
khilafah yang tidak memisahkan antara agama dan negara dandilanjutkan oleh dinasti
abbasiyah dan umyyah dengan menerpkan sistem monarki.secara umum perbedaan
paradigma mengenai hubungan antara agama dan negara menimbulkan tiga pandangan yang
berbeda.pertama beranggaan agama tidak ada kaitannya dengan negara,urusan agama dan
negara harus dipisahkan.yang kedua beranggapan bahwa islam adalah agama yang
lengkap,mengatur segala aspek kehidupan termasukdalam urusan agama dan negara.yang
ketiga berpendapat bahwa islam memang tidak terdapat sistem ketatanegaraan tetapi
didalamnya terdapat tata nilai etika bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

umat islam dihadapkan dengan beragam keyakinan,baik mengenai


ketuhanan,wahyu,kenabian maupun persoalan lainnya.islam hadir dalam wajahnya yang
beragam , dalam bentuk murjiah,syiah,khawarij,mu’tazilah maupun ahl sunnah.oleh sebab itu
bukan kesalahan terminologis jika ada sebutan islam india,islam turki,islam amerika,islam
iran,islam indonesiadengan segala variasinya dan seterusnya.orang juga menyebut islam
menurut paham muhammadiyah,paham nu,paham garis keras dan lain lain. 16Jika persektif ini
diletakkan dalam konteks kehidupan politik islam kontemporer ,maka politik islam tidak bisa
dilepaskan dari sejarah islam.di sisi lain ,hampir setiap muslim ercaya akan pentingnya
prinsip-prinsip islam dalam kehidupan politik.tidak pernah ada pandangan tunggal mengenai
bagaimana islam dan politik dikaitkan secara pas.

16
Ahmad syafi’ maarif,islam dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan(Bandung:Mizan,2009)h.19-20
Di indonesia pada awal kemerdekaan muncul pertentangan di kalangan pendiri negara
tentang hubungan antara agama dan olitik,namun pada akhirnya terjadi kesepakatan dengan
dirumuskannya pancasila sebagai dasar negara.dengan ideologi pancasila ,negara kesatuan
republik indonesia bukanlah negara agama maupun agama sekuler.berkenaan dengan hal
tersebut hubungan antara agama dan politik negara perlu dilakukan secara intensif dan
berkesinambunganl ini .hal ini untuk menumbuhkan kesadaran bahwa sesungguhnya islam
merupakan agama yang rahmatanlilalamiin.setiap muslim percaya bahwa al-quran dan hadist
merupakan dasr utama, tetapi penafsiran keduanya harus disesuaikan dengan sosial
keagamaan dan kultur umat islam.

DAFTAR PUSTAKA

Abd Al-Rahman Ibn khaldun,Muqaddimah Ibn Khaldun(Beirut:Dar al-kutub al-


ilmiyah,2002.,h.151
.
Adam charles’’maududi and the islamic state’’dalam muhammad Azkar.filsafat
politik,perbandingan antara islam dan barat.jakarta:PT.Raja gravindo,1997.
Al-Banna, Hasan,Majmu’at al-Rasa’il,Beirut:Mu’assat al-Risalah,tth

Azra,Azyumardi,Pergolakan politik islam,Jakarta:Paramadina,1996Munawir Sjadzali,islam


dan tata negara.h.183-187

Firdaus, Muhammad anang (Relasi agama dan negara:Telaah historis dan


perkembangannya,jurnal multikultural & multireligius ,2014,vol 1,1-10.

Halim Mahmud,Wasa’il al-Tarbiyah ‘i nda ikhwan al- muslimin,Kairo:Dar al-Wafa’li al-


Tiba’’ah wa al-Tauzi,1993.h.44-45,48

Ibrahim, imam abu ishaq. Maqashit al syariat.2004

Khaled Abou Fadl ,selamatkan islam muslim Puritan,terj.Helmi

Laksmi pamunjtak,dkk tidak ada negara islam.Jakarta ,djambatan,2004.h.135-136

Mustofa.Jakarta:serambi,2005.h.102

Said Hawwa,Jundullah,terj Hamim Thohari,dkk.Solo:Era Intermedia,2002 h.47-53

Zaprulkhan,Relasi agama dan negara dalam perspektif islam,Bangka belitung,2014,vol


22,107-128

Anda mungkin juga menyukai