Anda di halaman 1dari 6

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

Nama Mata Kuliah : Pemikiran Ketatanegaraan Islam


Jumlah Sks : 3 Sks
Semester/Kelas : 6/Siyasah /HTN kelas B
Tahun Ajaran : 2024
Hari/Waktu ;
Dosen : Prof.Dr.Nurrohman,MA
Petunjuk : Kerjakan masing-masing. Boleh buka catatan atau cari refernsi tapi tidak boleh kerja sama.

UTS PEMIKIRAN KETATANEGARAAN ISLAM 2024

1) Mengapa mata kuliah Pemikiran Ketatanegaraan Islam itu penting untuk jurusan HTN /Siyasah?
2) Secara teoritis bagaimana asal usul terbentuknya Negara menurut para pemikir Muslim ? Bagaimana pendapat anda sendiri !
3) Apa saja prinsip dasar bernegara yang dipraktekkan oleh Nabi Muhammad di Madinah serta apa saja aspek yang masih relevan untuk masa kini,
menurut Anda !
4) Bagaimana bentuk negara dan pemerintahan di Madinah pada masa Nabi menurut sejumlah pakar ? bagaimana menurut pendapat anda sendiri!
5) Apa pengertian khalifah dalam al-Quran dan bagaimana perkembangan penggunaannya dalam pemikiran ketatanegaraan Islam Sunni? Berikan
contoh dan pandangan anda sendiri !
6) Apa pengertian Imamah dalam al-Qur’an dan bagaimana perkembangan penggunaannya dalam pemikiran ketatanegaraan Islam Syiah ? Berikan
contoh dan pandangan anda sendiri !
7) Jelaskan , apa yang dimaksud dengan Darul Islam, Darul Harbi dan Darul Ahdi dalam pemikiran ketatanegaraan Islam ! Menurut anda , pada masa
kini, aspek apa saja yang paling penting untuk mengukur sebuah negara disebut Islami , tidak Islami tau kurang Islami !
Jawab:

1. Mata kuliah Pemikiran Ketatanegaraan Islam penting untuk jurusan Hukum Tata Negara / Siyasah karena memberikan pemahaman mendalam
tentang hubungan antara Islam dan negara serta prinsip-prinsip hukum yang mendasarinya dalam konteks Islam. Ini membantu mahasiswa memahami
landasan filosofis dan hukum yang mengatur sistem politik dan pemerintahan dalam negara yang berbasis pada prinsip-prinsip Islam.

2. Secara teoritis, para pemikir Muslim sering mengacu pada konsep "al-Wilayah al-'Amma" atau kewenangan umum sebagai asal usul terbentuknya
negara dalam konteks Islam. Mereka percaya bahwa negara adalah manifestasi dari otoritas yang diberikan kepada pemerintah oleh Allah untuk
mengelola urusan umat dan menegakkan keadilan.

Pendapat saya sendiri sejalan dengan pandangan ini, bahwa negara dalam konteks Islam bukan hanya sebuah entitas politik atau administratif, tetapi
juga memiliki dimensi moral dan spiritual yang mengatur hubungan antara individu, masyarakat, dan Tuhan. Dalam hal ini, negara bertanggung
jawab untuk melindungi hak-hak dan kepentingan umum serta memastikan keadilan dan kesejahteraan bagi semua warga negara, sesuai dengan
ajaran Islam.

3. Beberapa prinsip dasar bernegara yang dipraktekkan oleh Nabi Muhammad di Madinah antara lain:

 Keadilan: Nabi Muhammad menegakkan prinsip keadilan dalam segala aspek kehidupan, baik dalam penegakan hukum maupun distribusi sumber
daya.

 Konsultasi (Shura): Beliau melibatkan umat dalam proses pengambilan keputusan melalui musyawarah dan konsultasi.

 Perlindungan Hak Asasi Manusia: Nabi Muhammad menjamin hak-hak individu, termasuk hak atas kebebasan beragama, kebebasan berpendapat,
dan hak atas perlindungan dari kekerasan.

 Pembangunan Masyarakat: Beliau membangun komunitas yang berdasarkan persaudaraan, saling tolong-menolong, dan mempromosikan
kebersamaan.
 Hukum dan Ketertiban: Nabi Muhammad menegakkan hukum dan ketertiban dalam masyarakat, serta memastikan penegakan hukum yang adil dan
transparan.

Aspek-aspek yang masih relevan untuk masa kini adalah prinsip keadilan, konsultasi dalam pengambilan keputusan, perlindungan hak asasi manusia,
dan pembangunan masyarakat yang inklusif dan berkelanjutan. Selain itu, prinsip penegakan hukum yang adil dan transparan juga tetap relevan untuk
memastikan stabilitas dan keamanan dalam masyarakat modern.

4. Menurut sejumlah pakar, bentuk negara dan pemerintahan di Madinah pada masa Nabi Muhammad dapat digambarkan sebagai negara yang berbasis
pada prinsip-prinsip Islam dengan ciri-ciri sebagai berikut:

 Sistem Konsultasi (Shura): Pemerintahan Madinah melibatkan musyawarah dan konsultasi dalam pengambilan keputusan, di mana Nabi Muhammad
bersama para sahabatnya secara kolektif memutuskan hal-hal penting bagi umat Islam.

 Pemerintahan Berdasarkan Hukum Islam: Pemerintahan Madinah didasarkan pada hukum Islam yang diambil dari Al-Quran dan Sunnah Nabi
Muhammad, dan diterapkan untuk menegakkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat.

 Perlindungan Hak Asasi Manusia: Negara Madinah memberikan perlindungan kepada semua warga negaranya, tanpa memandang suku, agama, atau
etnis, serta menjamin hak-hak dasar seperti hak atas kebebasan beragama dan hak atas keadilan.

 Kepemimpinan yang Adil: Nabi Muhammad sebagai pemimpin negara Madinah menunjukkan sifat-sifat kepemimpinan yang adil, bijaksana, dan
penuh kasih sayang terhadap umatnya.

Pendapat saya sendiri sejalan dengan pandangan para pakar tersebut. Saya juga percaya bahwa negara Madinah pada masa Nabi Muhammad
merupakan contoh ideal dari pemerintahan yang berdasarkan nilai-nilai Islam, dengan fokus utama pada keadilan, kebersamaan, dan kesejahteraan
masyarakat.

5. Pengertian khalifah dalam Al-Quran mengacu pada representasi kepemimpinan manusia atas bumi dan pengelolaan amanah Allah di dunia. Istilah
khalifah secara harfiah berarti "pengganti" atau "wakil". Dalam Al-Quran, Adam disebut sebagai khalifah di bumi (QS. Al-Baqarah: 30), yang
menunjukkan bahwa manusia memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan mengelola bumi sesuai dengan kehendak Allah.
Dalam pemikiran ketatanegaraan Islam Sunni, penggunaan konsep khalifah berkembang menjadi posisi kepemimpinan politik dalam negara Islam
yang dianggap sebagai pemimpin spiritual dan politik umat Muslim. Khalifah dianggap sebagai penerus langsung Nabi Muhammad dan bertanggung
jawab atas pemerintahan, penegakan hukum, dan perlindungan umat Muslim.

Contoh perkembangan penggunaan konsep khalifah dalam pemikiran ketatanegaraan Islam Sunni adalah pada masa Kekhalifahan Rasyidin yang
dimulai setelah kewafatan Nabi Muhammad. Kekhalifahan Rasyidin dipimpin oleh empat khalifah pertama, yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab,
Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, yang dianggap sebagai pemimpin yang adil dan bertaqwa.

Pandangan saya sendiri adalah bahwa konsep khalifah memiliki nilai historis yang penting dalam pemikiran politik Islam, tetapi interpretasinya bisa
beragam tergantung pada konteks sejarah dan budaya. Sementara itu, dalam konteks modern, penting untuk memahami bahwa prinsip-prinsip
keadilan, partisipasi, dan akuntabilitas juga harus ditegakkan dalam pemerintahan Islam, tidak hanya memusatkan perhatian pada institusi khalifah
sebagai satu-satunya bentuk pemerintahan yang sah.

6. Pengertian Imamah dalam Al-Quran mengacu pada konsep kepemimpinan spiritual dan politik yang diangkat oleh Allah untuk menunjukkan jalan
yang benar dan menegakkan keadilan di muka bumi. Konsep ini secara khusus terkait dengan kepemimpinan para imam atau pemimpin yang dipilih
oleh Allah untuk membimbing umat manusia.

Dalam pemikiran ketatanegaraan Islam Syiah, penggunaan konsep Imamah berkembang menjadi posisi kepemimpinan yang dianggap sebagai
penerus Nabi Muhammad dan pewaris otoritas ilahi. Imamah dalam konteks Syiah merujuk pada pemimpin spiritual yang memiliki otoritas ilahi
untuk membimbing umat dan menjaga ajaran Islam.

Contoh perkembangan penggunaan konsep Imamah dalam pemikiran ketatanegaraan Islam Syiah adalah doktrin Dua Belas Imam, yang menganggap
bahwa ada dua belas Imam yang dipilih oleh Allah untuk memimpin umat Muslim setelah wafatnya Nabi Muhammad. Imam-imam ini diyakini
memiliki otoritas spiritual dan keilmuan yang sempurna.

Pandangan saya sendiri adalah bahwa konsep Imamah memiliki peran penting dalam pemikiran politik Islam Syiah, dengan menekankan pentingnya
otoritas spiritual dan keilmuan dalam pemerintahan. Namun, seperti halnya dengan konsep-konsep politik lainnya, interpretasi dan aplikasinya dapat
beragam tergantung pada konteks sejarah dan budaya. Dalam konteks modern, prinsip-prinsip keadilan, partisipasi, dan akuntabilitas tetap menjadi
hal penting dalam membangun sistem pemerintahan yang berkelanjutan dan adil.
7. Dalam pemikiran ketatanegaraan Islam, istilah "Darul Islam" mengacu pada wilayah atau negara yang diatur berdasarkan prinsip-prinsip Islam dan
memiliki otoritas yang mengakui Islam sebagai agama resmi. Sementara itu, "Darul Harbi" merujuk pada wilayah atau negara yang bukan bagian dari
Darul Islam dan cenderung berada dalam konflik atau perang dengan negara-negara Islam. "Darul Ahdi" mengacu pada wilayah yang memiliki
perjanjian damai atau perlindungan dengan negara Islam.

Pada masa kini, aspek yang paling penting untuk mengukur apakah sebuah negara disebut Islami, tidak Islami, atau kurang Islami dapat meliputi
beberapa hal:

 Keadilan Sosial: Sejauh mana negara memastikan distribusi sumber daya secara adil, melindungi hak-hak individu, dan mengatasi kesenjangan sosial.

 Kebebasan Beragama: Sejauh mana negara mengakui dan melindungi kebebasan beragama bagi semua warga, tanpa diskriminasi atau penindasan
terhadap minoritas agama.

 Penegakan Hukum: Sejauh mana negara menegakkan hukum yang adil dan transparan, serta memberikan perlindungan hukum yang sama bagi semua
warga.

 Perlindungan Hak Asasi Manusia: Sejauh mana negara melindungi hak-hak asasi manusia, termasuk hak atas kehidupan, kebebasan, dan martabat
manusia.

 Pendidikan dan Kesejahteraan: Sejauh mana negara memberikan akses yang merata terhadap pendidikan berkualitas dan layanan kesehatan, serta
memastikan kesejahteraan sosial bagi semua warga.

Menurut saya, aspek-aspek di atas merupakan hal yang penting untuk dipertimbangkan dalam menilai apakah sebuah negara dapat disebut Islami,
tidak Islami, atau kurang Islami pada masa kini. Sistem pemerintahan yang mengutamakan keadilan, kebebasan, dan kesejahteraan bagi semua warga
merupakan ciri utama dari negara yang berdasarkan prinsip-prinsip Islam.

Anda mungkin juga menyukai