Anda di halaman 1dari 3

Pemikiran Al- Maududi dan Fazlur Rahman

Oleh: Yohanes Jos Karlos


Pemikiran Al Maududi Tentang Politik Islam
Abu A’la al Maududi adalah seorang pemikir dan pelopor politik Islam. Ia mengajarkan dan
menyebarkan Tauhid, Nabi dan Rasul Allah kepada seluruh umat manusia (the unity of
Godhead) merupakan azas pokok dalam Islam. Menurut Maududi, dalam Syahadat Islam
yang menyatakan “Tidak ada Tuhan selain Allah”. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa
Allah adalah pencipta alam semesta, umat manusia, dan segala sesuatu yang ada di semesta
(QS Al A’nam: 73); Allah pencipta segala mahkluk dan punguasa dan yang mengurusi urusan
di dalamnya(QS al- A’raf: 54). Dan jika ingin terwujudnya sebuah ideologi Teo-Demokrasi
yang ideal, ia menguraikan bahwa pemerintahan manusia yang benar harus menurut al
Qur’an adalah pengakuan negara akan kepemimpinan dan kekuasaan Allah dan RasulNya
dalam bidang perundang- undangan, menyerahkan segala kekuasaan legislatif dan kedaulatan
hukum tertinggi dari keduanya, bahwa kekhalifahnya mewakili Sang Hakim yang
sebenarnya, yaitu Allah SWT. Kekuasaan-kekuasaan pemeritahan manusia memiliki batasan-
batasan yang sedikit, baik kekuasaan yang bersifat legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Pemikiran Fazlur Rahman Tentang Politik Islam
Fazlur Rahman adalah seorang filsuf dan tokoh penggerah politik Islam. Dalam pandangan
beliau bahwa Hadis atau tradisi nabi sebagai sumber otoritatif kedua setelah Al-Qur’an.
Sehingga eksistensi Hadis sepenuhnya dihargai, ditaati dan dilaksanakan dalam
kepemimpinan dan kedaulatan seorang pemimpin. Selain dari pada itu, ia menegaskan pula
bawah permasalahan- permasalahan umat Islam dapat diselesaikan dengan Syura. Syura
adalah salah satu perintah Allah bagi umat Muslim yang menanggulangi permasalahan-
permasalahan yang tercantum dalam al-Qur’an dan Hadis (Cara memimpin umat muslim
secara adil, bijaksana, tanggung jawab dan musyawarah). Fazlur Rahman menekankan nilai
dan etika dalam menjalankan kenegaraan dan pemerintahan sebagaimana di dalam Al-
Qur’an, artinya setiap umat muslim mesti memahami dan memanifestasikan nilai dan etika
dalam ayat-ayat Al-Qur’an agar mampu bertindak dan menjalankan tugas kenegaraan dan
pemerintahan.
Pandangan Abul A’la al Maududi dan Fazlur Rahman dalam Pirpres 2024 dalam framing
mengenai pemikiran dan praksis politik:
Hari -hari ini Indonesia diramaikan oleh wacana mengenai persiapan Pilpres 2024 nanti, ada
banyak hal yang dikampanyekan untuk mencari posisi dan mempertahankan elektabilitas
tiap-tiap calon. Ada strategi-strategi politis yang diupayakan, ada kerja sama partai atau
kualisi dan ada upaya eksis kinerja dalam mempertinggi dan mempertahankan prestise serta
rekam jejak kerja dan sebagainya. Media sosial telah melansirkan berbagai informasi dari
calon presiden dan wakil presiden dalam menyampaikan gagasan dan visi-msi yang ingin
direalisasikan pada agenda kerja apabila terpilih sebagai presiden dan wakil presiden.
Pesta demokrasi ini menjadi sebuah ajang perebutan kekuasaan dan kedudukan yang tinggi
maka upaya pun senantiasa dirancangkan dan dipaparkan sebagai bentuk keterlibatan dalam
memeriahkan politik negeri ini. Dalam hal ini, apabila dikaitkan dengan pemikiran dari dua
tokoh dalam Filsafat Timur, yaitu Abu A’la al Maududi dan Fazlur Rahman. Kedua tokoh
Islam ini memiliki daya pikat juga untuk mengurusi dan mengkampanyekan suatu tata politik
yang benar dan adil. Saya kira, kedua tokoh ini sangat relevan sekali bagi para calon presiden
dalam mempersiapkan diri menjadi pemimpin negara. Jikalau kita minta pandangan dari Abu
A’la al Maududi, tentu beliau akan mengatakan bahwa perjalanan dan dinamika politik yang
baik dalam praksisnya yaitu adanya meletakan kepemimpinan dan kekuasaan pada tuntunan
Allah lewat ayat-ayat Al-Qur’an. Ia juga menghendaki setiap pemimpin itu harus menguasi
dan mendalami ayat-ayat Al Qur’an dan kemudian mengejawantahkan dalam praksis kinerja
kerja sehari-hari. Hal yang diusungkan yang paling pokok ialah bahwa setiap calon presiden
harus mendasarkan kekuasaan pada otoritas ajaran Allah supaya setiap pemimpin tidak
memiliki hasrat menguasai, menindas, menyeleweng(korupsi), melanggar HAM dan bahkan
menindak secara otoriter demi kepentingan pribadi atau kelompok. Dalam hal ini konsep Teo-
Demokrasi menghilangkan tindakan dan penyelewengan kekuasaan, pelanggaran hak asasi
manusia, dan sebagainya. Dengan demikian, hidup masyarakat akan semakin bertakwa Allah,
merasakan keadilan, kemakmuran, kesejahteraan serta penuh kebahagiaan.
Sembari kita mungkin ingin menggali pemikiran dari Fazlur Rahman untuk melihat dan
sekaligus memberikan wejangan bagi Pilpres 2024 di negeri ini terutama ketiga calon
presiden; mungkin tidak berbeda jauh dari pandangan sebelumnya. Namun dalam perspektif
beliau ialah bahwa roda pemerintahan dan praksisnya dapat berjalan apabila setiap kebijakan
dan agenda kerja harus dituntun berdasarkan ayat-ayat Hadis atau tradis nabi. Dalam
pemerintahan Islam ada Al-Qur’an sebagai hukum fundamen, sementara Hadis merupakan
hukum kedua. Dan hal ini mesti dijadikan sebagai basis persiapan membangun Indonesia ke
arah yang lebih cerah dan memiliki orientasi kesejahteraan seluruh rakyat. Beliau
menegaskan bahwa di dalam Hadis tersebut terdapat nilai dan etika dalam berpolitik praktis,
meskipun tidak secara eksplisit diterangkan. Namun apabila diinterpretasikan maka
perjalanan politik dan dinamika kekuasaan oleh seorang pemimpin dalam penerapannya
berjalan dengan baik dan adil. Artinya etika dalam Hadis mengarahkan pikiran, perbuatan,
praktik kepemimpinan seorang pemimpin tertuju demi kepentingan umum atau bonum
commune. Selain dari itu, pemimpin juga tidak sembarangan dalam menentukan kebijakan
dan keputusannya melainkan mempertimbangkan berbagai aspek konsekuensi dan dampak
riil terhadap kehidupan masyarakat. Apabila ketiga calon presiden menerapkan nilai dan etika
Hadis amat mudah dalam mengeksekusi setiap agenda-agenda kebijakan tersebut; terutama
dalam menghadapi kejanggalan-kejanggalan dalam kehidupan sosial masyarakat.
Tiga calon presiden ini telah menampilkan wacana mengenai isu-isu sosial dan lingkungan,
pembangunan infrastruktur dan masyarakat, kelanjutan pembangunan IKN, memberantas
mata rantai korupsi dan sambil mempromosikan track record masing-masing. Kita tahu
secara publik ketiga Capres ini, entah mengenai etos kerja, kepemimpinan, kebijakan-
kebijakan, ketaatan terhadap konstitusi dan melakukan restorasi terhadap isu-isu lingkungan
hidup. Untuk mengetahui dan meneropong sejauh mana arah pemikiran dan praksis politik
serta orientasi kekuasaannya, maka landasan utamanya apabila kita berkaca pada pemikiran
dan perspektif dua tokoh muslim tersebut yaitu mengenai cara kepemimpinan yang ideal dan
praksis kekuasaan seorang pemimpin. Seorang calon pemimpin maupun pemimpin yang
berkualitas dan berdedikasi terukur melalui gagasan, ide, memanfaatkan terobosan-terobosan
dan kemudian mencoba mewujudkannya dalam bentuk kerja nyata. Dengan kata lain harus
ada kesesuaian antara agenda dengan prayek kerja nyata bagi masyarakat. Landasan kedua
dari ketiga tokoh muslim tersebut bahwa seorang pemimpin tidak boleh menyalahgunakan
kedaulatan dan kepemimpinan untuk memprioritaskan kepentingan sendiri atau kelompok
melainkan pemimpin harus memperhatikan perintah konstitusi, tujuan dan etika kekuasaan
tersebut. Artinya kekuasaan itu dipakai untuk kepentingan rakyat seutuhnya dan dalam
pengaplikasian kekuasaan dengan memperhatikan pilar-pilar atau rambu-rambu yang jelas
serta amanat konstitusi agar kekuasaan tidak dicederai dan disalahgunakan sebagai ajang
memprogandakan kerakusan dan kebobrokan seorang pemimpin. Menurut saya, pimikir
Islam ini sungguh memberikan suatu stadium generale tentang etika kekuasaan bagi ketiga
Capres untuk mempersiapkan diri dalam pertarungan politik yang sengit; lebih-lebih orientasi
kekuasaan yang digunakan, apakah demi kepentingan dan keutamaan masyarakat atau malah
kekuasaan hanyalah bayang-bayang kenikmatan para pemimpin semata. Kita percaya bahwa
Pilpres 2024 akan menentukan pemimpin yang sungguh merakyat, memperhatikan amanat
UUD 1945, berintegritas, berkompeten dan bertanggungjawab terhadap nasib seluruh
rakyatnya.

Sourches:
https://www.google.com/search?
q=pemikiran+politik+al+Mawdudi&oq=pemikiran+politik+al+Mawdudi&aqs ( Minggu, 24
September 2023)
https://www.google.com/search?
q=pemikiran+politik+fazlur+Rahman&oq=pemikiran+politik+fazlur+Rahman&aqs (Minggu,
24 September 2023)

Anda mungkin juga menyukai