Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG

Umat muslim, dalam hidupnya berpegang teguh pada Al Qur’an dan


Al Hadist sebagai pedoman hidupnya. Dari kedua pedoman tersebut, umat
muslim tidak perlu khawatir dalam menjalani persoalan hidup. Segala apa
yang menjadi persoalan, solusi, peringatan, kebaikan dan ancaan termuat di
dalam pedoman tersebut. Bahkan dalam Al-Qur’andan Al Hadist
permasalahan politik juga tertuang didalamnya.
.
Politik merupakan hal yang tidak terlepas dari kekuasaan sehingga dalam
berpolitik dibutuhkan penguasa yang dipercaya oleh rakyat dan untuk
rakyat. Politik memiliki sistem politik yang di dalamnya yang memiliki unsur-
unsur yang saling berkaitan (interrelated) dan saling bergantung
(interdependent). Sedangkan politik berarti berbagai macam kegiatan yang
terjadi di dalam suatu Negara yang berkaitan dengan proses menetapkan tujuan
dan bagaimana mencapai tujuan tersebut

Setiap politik terdiri dari dua unsur, yaitu penguasa dan masyarakat
beserta organisasi yang dibentuknya. Proses menuju panggung politik bisa
ditempuh atau dilakukan oleh siapa saja selama memiliki kapasitas. Politik
tidak hanya dijalankan atau dilakukan oleh orang-orang yang memiliki
kekuasaan tetapi bisa juga dilakukan oleh para ulama. Ulama memiliki
sumber daya yang sangat luar biasa untuk mempengaruhi massa.

Politik merupakam pembahasan yang tidak terlepas dari pembentukan Negara.


Negara membutuhkan seorang pemimpin untuk menyelamatkan umat.
Memanglah dalam Alquran maupun hadis tidak ditemukan secara gamblang
konsep tentang Negara. Hal ini tentu bisa dimaklumi karena konsep Negara atau
nation-state seperti sekarang ini baru muncul pada abad ke-16 yang dikemukakan
oleh Nicolo Machiavelli. Namun demikian, bukan berarti bahwa konsep Negara
1
itu tidak ada sama sekali dalam Islam. Secara substantif, terdapat sejumlah ayat
Alquran dan hadis yang menunjukkan adanya pemerintahan pada umat Islam

B.     RUMUSAN MASALAH
1.              Fase-Fase Era Kenabian
2.      Islam Dan Politik 
3.      Bukti-bukti Sejarah
4.      Pengertian Politik dalam Islam
5.      Konstribusi yang dilakukan agama islam dalam kehidupan politik
berbangsa dan bernegara
6.      Tersiarnya islam di ndonesia
7.      Pergerakan yang berada di Indonesia
8.      Asas-asas sistem politik dalam Islam
9.      Prinsip-prinsip sistem politik
10.  Tujuan politik dalam islam
11.  Dasar-dasar politik dalam Islam
12.  Eksistensi Islam dan Hukum islam dalam sistem hukum di Indonesia

C.     TUJUAN
1.      untuk mengetahui hakikat politik dalam agama
2.      Memberikan Penjelasan tentang Islam dan Politik & Bukti-bukti sejarahnya

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. ERA KENABIAN
              Era ini merupakan era pertama dalam sejarah Islam. Yaitu dimulai semenjak
Rasulullah SAW memulai berdakwah mengajak manusia untuk menyembah Allah
SWT hingga meninggalnya beliau. Era ini paling baik jika kita namakan sebagai era
"kenabian" atau"wahyu". Karena era itu memiliki sifat tertentu yang membedakannya
dari era-era yang lain. Ia merupakan era ideal yang padanya ideal-ideal Islam
terwujudkan dengan amat sempurna. Era ini terbagi menjadi dua masa, yang
keduanya dipisahkan oleh hijrah. Kedua fase itu tidak memiliki perbedaan dan
kelainan satu sama lain, seperti yang diklaim oleh beberapa orientalis. Bahkan fase
yang pertama merupakan fase yang menjadi titik tolak bagi fase kedua. Pada fase
pertama, embrio 'masyarakat Islam' mulai tumbuh, dan telah ditetapkan kaidah-kaidah
pokok Islam secara general. Kemudian pada fase kedua bangun 'masyarakat Islam' itu
berhasil dibentuk, dan kaidah-kaidah yang sebelumnya bersifat general selesai
dijabarkan secara mendetail. Syari'at Islam disempurnakan dengan mendeklarasikan
prinsip-prinsip baru, dan dimulailah pengaplikasian dan pelaksanaan prinsip-prinsip
itu seluruhnya. Sehingga tampillah Islam dalam bentuk sosialnya secara integral dan
aktif, yang semuanya menuju kepada tujuan-tujuan yang satu.

B. PENGERTIAN POLITIK MENURUT ISLAM


                 Politik dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah. Oleh karena itu,
di dalam buku-buku para ulama salafush shalih dikenal istilah siyasah syar’iyyah,
misalnya. Dalam Al-Muhith, siyasah berakar kata sasa-yasusu. Dalam kalimat Sasa
addawaba yasusaha siyasatan berarti Qama ‘alaiha wa radlaha wa adabbaha
(mengurusi, melihatnya, dan mendidiknya). Bila dikatakan sasa al amra artinya
dabbrahu (mengurusi/mengatur perkara). Asal makna siyasah (politik) diterapkan
pada pengurusan dan pelatihan pengembalaan.

3
.    Menurut Hasan Al-Bana menyimpulkan bahwa pilar utama untuk membangun
pilar kekuatan utama ummat ialah: kesabaran (ash-shabru), keteguhan (ats-tsabat),
kearifan (al-hikmah), dan ketenangan ( al-anat) semua itu bersangkutan dengan
kekuatan kejiwaan (al-quwwah an- nafsiyah) suatu bangsa. Hasan Al-Banna
menyimpulkan adanya lima babak yang akan dilalui yaitu: kelemahan (adh-dho fu),
kepemimpinan (az-zuaamah), pertarungan (ash-shiraa u), iman (al-iman), dan
pertolongan Allah (al-intishar).

C.  KEDUDUKAN POLITIK DALAM ISLAM

      Terdapat tiga pendapat  di kalangan pemikir muslim  tentang kedudukan politik


dalam syariat Islam. Yaitu :
                 Pertama, kelompok  yang menyatakan bahwa Islam adalah suatu agama
yang serbah lengkap didalamnya terdapat pula antara lain system ketatanegaraan atau
politik. Kemudian lahir sebuah istilah yang disebut dengan fikih siasah (system
ketatanegaraan dalam islam) merupakan bagian integral dari ajaran islam.  Lebih jauh
kelompok ini berpendapat bahwa system ketatanegaraan yang harus diteladani adalah
system yang telah dilaksanakan oleh nabi Muhammad SAW dan oleh para khulafah
al-rasyidin yaitu sitem khilafah.
                 Kedua, kelompok yang berpendirian bahwa islam adalah agama dalam
pengertian barat. Artinya agamatidak ada hubungannya dengan kenegaraan. Menurut
aliran ini nabi Muhammad hanyalah seorang rasul, seperti rasul-rasul yang lain
bertugas menyampaikan risalah Tuhan kepada segenap alam. Nabi tidak bertugas
untuk mendirikan dan memimpin suatu Negara.
                 Ketiga, menolak bahwa Islam adalah agama yang serba lengkap yang
terdapat didalamnya segala sistem ketatanegaraan, tetapi juga menolak pendapat
bahwa Islam sebagaimana pandanagan barat yang hanya mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan. Aliran ini berpendirian bahwa dalam Islam tidak teredapat sistem
ketatanegaraan, tetapai terdapat seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara.
     Sejarah membuktikan bahwa nabi kecuali sebagai rasul, meminjam istilah harun
nasution, kepala agama, juga beliau adalah kepala negara. Nabi menguasai suatu
wilayah yaitu yastrib yang kemudian menjadi Madinah Al-Munawwarah sebagai
wilayah kekuasaan nabi sekaligus manjadi pusat pemerintahannya dengan piagam

4
Madinah sebagai aturan dasar kenegaraannya. Sepeninggal nabi, kedudukan beliau
sebagai kepala negara digantikan abu bakar yang merupakan hasil kesepakatan tokoh-
tokoh sahabat, selanjutnya disebut khalifah. Sistem pemerintahannya disebut
“khalifah”. Sistem “khalifah” ini berlangsung hingga kepemimpinan berada dibawah
kekuasaan khalifah terakhir, ali “karramah allahu wajhahu”.

D. DEMOKRASI DALAM ISLAM

                  Kedaulatan mutlak dan keesaan tuhanyang terkandung dalam konsep


tauhid dan peranan manusia yang terkandung. Dalam konsep khalifah memberikan
kerangka yang dengannya para cendikiawan belakangan ini mengembangkan teori
politik tertentu yang dianggap demokratis. Didalamnya tercakup definisi khusus dan
pengakuan terhadap kedaulatan rakyat, tekanan pada kesamaan derajat, manusia, dan
kewajiban rakyat sebagai pengemban pemerintahan.
     Demokrasi islam dianggap sebagai sistem yang mengekuhkan konsep-konsep
islam yang sudah lama berakar, yaitu musyawarah {syura}, persetujuan {ijma’}, dan
penilaian interpretative yang mandiri {ijtihad}.
     Musyawarah, konsensus, dan ijtihad merupakan konsep-konsep yang sangat
penting bagi artikulasi demokrasi islam dalam kerangka keesaan tuhan dan
kewajiban-kewajiban manusia sebagai khalifah-Nya. Meskipun istilah-istilah ini
banyak diperdebatkan maknanya, namunlepas dari ramainya perdebatan maknanya
didunia Islam, istilah-istilah ini memberi landasan yang efektif untuk memahami
hubungan antara islam dan demokrasi di dunia kontemporer.
     Islam mengandung ajaran yang berlimpah tentang etika dan moralitas
kemanusiaan, termasuk etika dan moralitas politik. Karena itu, wacana politik tidak
bisa dilepaskan dari dimensi etika dan moralitas. Melepaskan politik dari gatra moral-
etis, berarti mereduksi Islam yang komprehensif dan mencabut akar doktrin Islam
yang sangat fundamental, yakni akhlak politik. Dengan demikian, muatan etika dalam
wacana politik merupakan keniscayaan yang tak terbantahkan.
     Al-Mawardi, ahli politik Islam klasik terkemuka (w.975 M) merumuskan syarat-
syarat seorang politisi sebagai berikut: Bersifat dan berlaku adil, Mempunyai
kapasitas intelektual dan berwawasan luas., Profesional., Mempunyai visi yang jelas,
Berani berjuang untuk membela kepentingan rakyat.

5
     Politik dalam Islam menjuruskan kegiatan umat kepada usaha untuk mendukung
dan melaksanakan syari’at Allah melalui sistem kenegaraan dan pemerintahan. la
bertujuan untuk menyimpulkan segala sudut Islam yang syumul melalui satu institusi
yang mempunyai syahk siyyah untuk menerajui dan melaksanakan undang undang.
     Pengertian ini bertepatan dengan firman Allah yang mafhumnya: “Dan katakanlah:
Ya Tuhan ku, masukkanlah aku dengan cara yang baik dan keluarkanlah aku dengan
cara yang baik dan berikanlah kepadaku daripada sisi Mu kekuasaan yang menolong.”
(AI Isra’: 80).
MASYARAKAT MADANI
                 Masayarakat madani adalah masyarakat yang beradap, menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan
teknologi. Karena itu didalam ilmu filsafat, sejak filsafat Yunani sampai masa filsafat
Islam juga dikenal istilah madinah atau polis, yang berarti kota yaitu masyarakat yang
maju dan berperadaban. Masyarakat Madinah menjadi simbol idealisme yang
diharapkan oleh setiap masyarakat.

E. ASAS-ASAS SISTEM POLITIK ISLAM

     1. HAKIMIYAAH ILAHIYYAH

                 Hakimiyyah atau memberikan kuasa pengadilan dan kedaulatan hukum


tertinggi dalam sistem politik Islam hanyalah hak mutlak
Allah. Hakimiyyah Ilahiyyah membawa arti bahwa terasutama kepada
sistem politik Islam ialah tauhid kepada Allah di segi Rububiyyahdan
Uluhiyyah.

     2. RISALAH
                  Risalah bererti bahawa kerasulan beberapa orang lelaki di kalangan
manusia sejak Nabi Adam hingga kepada Nabi Muhammad saw adalah
suatu asas yang penting dalam sistem politik Islam. Melalui landasan
risalah inilah maka para rasul mewakili kekuasaan tertinggi Allah dalam
bidang perundangan dalam kehidupan manusia. Para rasul meyampaikan,

6
mentafsir dan menterjemahkan segala wahyu Allah dengan ucapan dan
perbuatan.

     3. KHILAFAH
                 Khilafah bererti perwakilan. Kedudukan manusia di atas muka bumi
ini adalah sebagai wakil Allah. Oleh itu, dengan kekuasaan yang telah
diamanahkan ini, maka manusia hendaklah melaksanakan undang-undang
Allah dalam batas yang ditetapkan. Di atas landasan ini, maka manusia
bukanlah penguasa atau pemilik tetapi hanyalah khalifah atau  wakil Allah
yang menjadi Pemilik yang sebenar.

F. PRINSIP-PRINSIP UTAMA SISTEM POLITIK ISLAM

     1. MUSYAWARAH
                 Asas musyawarah yang paling utama adalah berkenaan dengan
pemilihan ketua negara dan oarang-oarang yang akan menjawab tugas-
tugas utama dalam pentatbiran ummat. Asas musyawarah yang kedua
adalah berkenaan dengan penentuan jalan dan cara pelaksanaan undang-
undang yang telah dimaktubkan di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Asas
musyawarah yang seterusnya ialah berkenaan dengan jalan-jalan bagi
menetukan perkara-perkara baru yang timbul dikalangan ummat melalui
proses ijtihad.

     2. KEADILAN
                 Prinsip ini adalah berkaitan dengan keadilan sosial yang dijamin oleh
sistem sosial dan sistem ekonomi Islam. Dalam pelaksanaannya yang luas,
prinsip keadilan yang terkandung dalam sistem politik Islam meliputi dan
merangkumi segala jenis perhubungan yang berlaku dalam kehidupan
manusia, termasuk keadilan di antara rakyat dan pemerintah, di antara dua
pihak yang bersengketa di hadapan pihak pengadilan, di antara pasangan
suami isteri dan di antara ibu bapa dan anak-anaknya.

     3. KEBEBASAN

7
                 Kebebasan yang diipelihara oleh sistem politik Islam ialah kebebasan
yang berteruskan kepada makruf dan kebajikan. Menegakkan prinsip
kebebasan yang sebenar adalah tujuan terpenting bagi sistem politik dan
pemerintahan Islam serta menjadi asas-asas utama bagi undang-undang
perlembagaan negara Islam.
     4. PERSAMAAN
                 Persamaan di sini terdiri daripada persamaan dalam mendapatkan dan
menuntut hak, persamaan dalam memikul tanggung jawab menurut
peringkat-peringkat yang ditetapkan oleh undang-undang perlembagaan
dan persamaan berada di bawah kuatkuasa undang-undang.
5. HAK MENGHISAB PIHAK PEMERINTAH
                 Hak rakyat untuk menghisab pihak pemerintah dan hak mendapat
penjelasan terhadap tindak tanduknya. Prinsip ini berdasarkan kepada
kewajiban pihak pemerintah untuk melakukan musyawarah dalam hal-hal
yang berkaitan dengan urusan dan pentatbiran negara dan ummat. Hak
rakyat untuk disyurakan adalah bererti kewajipan setiap anggota dalam
masyarakat untuk menegakkan kebenaran dan menghapuskan
kemungkaran. Dalam pengertian yang luas, ini juga bererti bahawa rakyat
berhak untuk mengawasi dan menghisab tindak tanduk dan keputusan-
keputusan pihak pemerintah.

G. TUJUAN POLITIK MENURUT ISLAM

                 Tujuan sistem politik Islam adalah untuk membangunkan sebuah sistem


pemerintahan dan kenegaraan yang tegak di atas dasar untuk melaksanakan seluruh
hukum syariat Islam.  Tujuan utamanya ialah menegakkan sebuah negara Islam atau
Darul Islam.  Dengan adanya pemerintahan yang mendukung syariat, maka akan
tertegaklah  Ad-Dindan berterusanlah segala urusan manusia menurut tuntutan-
tuntutan Ad-Dintersebut. Para fuqahak Islam telah menggariskan 10 perkara penting
sebagai tujuan kepada sistem politik dan pemerintahan Islam:

8
–        Memelihara keimanan menurut prinsip-prinsip yang telah disepakati
oleh ulamak salaf daripada kalangan umat Islam.
–        Melaksanakan proses pengadilan dikalangan rakyat dan
menyelesaikan masalah dikalangan orang-orang yang berselisih.
–        Menjaga keamanan daerah-daerah Islam agar manusia dapat hidup
dalam keadaan aman dan damai.
–        Melaksanakan hukuman-hukuman yang telah ditetapkan syarak
demi melindungi hak-hak manusia.
–        Menjaga perbatasan negara dengan pelbagai persenjataan bagi
menghadapi kemungkinan serangan daripada pihak luar.
–        Melancarkan jihad terhadap golongan yang menentang Islam.
–        Mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat, dan sedekah
sebagaimana yang ditetapkan syarak.
–        Mengatur anggaran belanjawan dan perbelanjaan daripada
perbendaharaan negara agar tidak digunakan secara boros atau kikir.
–        Melantik pegawai-pegawai yang cekap dan jujur bagi mengawal
kekayaan negara dan menguruskan hal-ahwal pentadbiran negara.
–        Menjalankan pengawalan dan pemeriksaan yang rapi dalam hal-hal
awam demi untuk memimpin negara dan melindungi  Ad-Din.

H. HAKIKAT TUJUAN POLTIK

Pertama, politik ialah usaha-usaha yang ditempuh warga negara untuk membicarakan
dan mewujudkan kebaikan bersama. Kedua, politik merupakan segala hal yang
berkaitan dengan penyelenggara negara dan pemerintahan. Ketiga, politik sebagai
segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam
masyarakat. Keempat, politik sebagai kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan umum. Kelima, politik sebagai konflik dalam rangka mencari
atau mempertahankan sumber-sumber yang dianggap penting.

Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan, bahwasanya politik itu
baik. Sebab, politik merupakan usaha untuk mengurusi sebuah tatanan kenegaraan

9
yang tentunya mempunyai tujuan baik pula. Apabila kita mengaitkan dengan
terminologi islam, politik juga bisa disebut “siyasah” yang berarti mengurusi.
Mengurusi di sini ialah, condong kepada kebaikan. Oleh sebab itu, mari kita tegakkan
kebaikan, dan melawan kebatilan.

Tujuan politik ialah sebuah keadilan (justice). Ini disebabkan karena, keadilan
merupakan hal yang esensial bagi pemenuhan kecenderungan alamiah manusia.
Bahkan Allah mengharuskan untuk menegakkan keadilan walaupun dengan keluarga
dan kerabat terdekat kita. Surat al-Nisa Ayat 135, Allah berfirman:

۟ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬


۟ ُ‫وا ُكون‬
َ‫وا قَ ٰ َّو ِمينَ بِ ْٱلقِ ْس ِط ُشهَدَآ َء هَّلِل ِ َولَوْ َعلَ ٰ ٓى أَنفُ ِس ُك ْم أَ ِو ْٱل ٰ َولِ َدي ِْن َوٱأْل َ ْق َربِين‬ َ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan,


menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu
bapak dan kaum kerabatmu.”

Namun, Thomas Hobbes meiliki pandangan lain, pada dasarnya manusia itu
mementingkan diri sendiri dan bersifat rasional. Oleh sebab itu, secara alamiah
manusia cenderung berkonflik dengan sesamanya. Sifat mementingkan diri sendiri
tampak dalam persaingan memperebutkan perolehan kekayaan, ketidakberanian demi
keselamatan, dan kemuliaan demi reputasi. Sifat individual inilah yang ditentang oleh
islam.

Oleh sebab itu, dari adanya asumsi mayarakat bahwa politik itu buruk, sebenarnya
telah terpatahkan dengan pendapat yang ada di atas. Dengan demikian politik
merupakan ilmu yang sangat urgen yang “wajib”  dimiliki setiap individu masing-
masing. Karena di dalamya mengandung sebuah kebaikan. Untuk mari berpolitik
untuk menciptakan sebuah keadilan yang semoga diridhoi oleh Allah SWT, amiin.

I. WAWASAN POLITIK DALAM AL-QURAN

Dalam Al-Quran ditemukan sekian banyak ayat yang berbicara tentang hukm (Arab).
Pengamatan sepintas, boleh jadi mengantarkan orang yang berkata, bahwa ada ayat
Al-Quran yang secara tegas mengkhususkannya hanya kepada dan bersumber dari
10
Allah yakni ayat yang menyatakan, 

Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah (QS Al-An'am [6]: 57)

Kelompok Khawarij yang tidak menyetujui kebiiaksanaan Khalifah keempat Ali bin
Abi Thalib pernah mengangkat slogan yang bunyinya sama dengan redaksi penggalan
ayat tersebut, tetapi ditanggapi oleh Ali r.a. dengan berkata: "Kalimat yang benar,
tetapi yang dimaksudkan adalah batil". 

Memang ada empat ayat Al-Quran yang menggunakan redaksi tersebut, tetapi ada dua
hal yang harus digarisbawahi dalam hubungan ini. 

Pertama, keempat ayat yang menggunakan redaksi tersebut dikemukakan dalam


konteks tertentu. Perhatikan ayat-ayat berikut: 

Katakanlah, "Sesungguhnya aku dilarang menyembah apa-apa yang kamu sembah


selain Allah". Katakanlah, "Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu. Sungguh
tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-orang
yang mendapat petunjuk". Katakanlah, "Sesungguhnya aku berada di atas bukti yang
nyata (Al-Quran). Bukanlah wewenangku untuk menurunkan azab yang kamu tuntut
disegerakan kedatangannya. Menetapkan hukum hanyalah hak Allah. Dia
menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi Keputusan yang baik" (QS Al-
An'am [6]: 56-57)

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
                 Politik merupakan pemikiran yang mengurus kepentingan masyarakat.
Pemikiran tersebut berupa pedoman, keyakinan hukum atau aktivitas dan informasi.
Beberapa prinsip politik islam berisi: mewujudkan persatuan dan kesatuan
bermusyawarah, menjalankan amanah dan menetapkan hukum secara adil atau dapat
dikatakan bertanggung jawab, mentaati Allah, Rasulullahdan Ulill Amr (pemegang
kekuasaan) dan menepati janji. Korelasi pengertian politik islam dengan politik
menghalalkan segala cara merupakan dua hal yang sangat bertentangan. Islam
menolak dengan tegas mengenai politik yang menghalalkan segala cara.
                 Pemerintahan yang otoriter adalah pemerintahan yang menekan dan
memaksakn kehendaknya kepada rakyat. Setiap pemerintahan harus dapat
melindungi, mengayomi masyarakat. Sedangkan penyimpangan yang terjadi adalah
pemerintahan yang tidak mengabdi pada rakyatnya, menekan rakyatnya. Sehingga
pemerintahan yang terjadi adalah otoriter. Yaitu bentuk pemerintahan yang
menyimpang dari prinsip-prinsip islam. Dalam politik luar negerinya Islam
menganjurakan dan menjaga adanya perdamain. Walaupun demikan islam juga
memporbolehkan adanya perang, namun dengan sebab yang sudah jelas karena
mengancam kelangsungan umat muslim itu sendiri. Dan perang inipun telah memiliki
ketentuan-ketentuan hukum yang mengaturnya. Jadi tidak sembarangan perang dapat
dilakukan. Politik islam menuju kemaslahatan dan kesejahteraan seluruh umat.

B. SARAN
                 Ada baiknya jika kita mempelajari tentang pemikiran terutama baik tentang
pertumbuhannya, hakikatnya, sifat-sifatnya atau tujuan-tujuannya, niscaya ia
menyandang sifat ini, yaitu sifatnya sebagai suatu pemikiran politik. Syarat ini
merupakan faktor yang terpenting dalam pertumbuhan pemikiran ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al-Jabiri, Muhammad Abid. 2001. Agama, Negara: Dalam Penerapan Syariah.

Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.

 Al-Usairy, Ahmad. 2003. Sejarah Islam: Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX.

Jakarta: Akbar Media Eka Sarana.

 Ash-Shadr, Sayid Muhammad Baqir. 2001. Sistem Politik Islam: Sebuah Pengantar.

Jakarta: Lentera.

 Azra, Azyumardi, Dr. 1996. Pergolakan Politik Islam: Dari Fundamentalisme,

Modernisme Hingga Post-Modernisme. Jakarta: Paramadina.

 Nasution, Harun, Prof. Dr. 1974. Islam: Ditinjau Dari Berbagai Aspek, Jilid I.

Jakarta: UI Press.

 Pulungan, J. Suyuthi. Dr. 1993. Fiqh Siyasah: Ajaran Sejarah Dan Pemikiran.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

 Syadzali, Munawir. H. M.A. 1990. Islam Dan Tata Negara, Cet V. Jakarta: UI Press.

 Syarif, Mujar Ibnu. Drs. M.Ag. 2003. Hak-Hak Politik Minoritas Non Muslim Dalam

Komunitas Islam: Tinjauan Dari Prespektif Politik Islam. Bandung: Angkasa. 

Hasby, Subky, dkk.2007. BUKU DARAS.PPA Universitas Bramijaya ; Malang

     RisalahUsrah 3 – Sistem-sistem Islam, Abu Urwah

SUMBER : http://khamriadhye.blogspot.com/

13

Anda mungkin juga menyukai