Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejak zaman rasululloh agama islam tidak terfokus mengenai perihal


akhirat saja tetapi juga mengurusi masalah duniawi diantaranya politik.
Dalam perkembanganya setelah wafatnya rosululloh terjadi perpecahan yang
akhirnya timbul tiga golongan politik dan dari tiga golongan itu pemahaman
aliranya masih ada sampai sekarang.

Lembaga pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai


keberhasilan proses pendidikan karena lembaga berfungsi sebagai mediator
dalam mengatur jalannya pendidikan. Dan pada zaman sekarang ini
tampaknya tidaklah disebut pendidikan jika tidak ada lembaganya.

Keluarga, masjid, pondok pesantren dan madrasah merupakan lembaga-


lembaga pendidikan islam yang mutlak diperlukan di suatu negara secara
umum atau disebuah kota secara khususnya, karena lembaga-lembaga itu
ibarat mesin pencetak uang yang akan menghasilkan sesuatu yang sangat
berharga, yang mana lembaga-lembaga pendidikan itu sendiri akan mencetak
sumber daya manusia yang berkualitas dan mantap dalam aqidah keislaman.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas masalah yang
berkaitan dengan lembaga pendidikan islam tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu aspek politik islam?
2. Bagaimana perkembangan politik islam?
3. Apa itu kelembagaan islam?
4. Bagaimana perkembangan kelembagaan islam?
2

C. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui apa yang dimaksud aspek politik dan kelembagaan


dalam islam

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Menambah wawasan tentang politik dan kelembagan islam
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Politik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “politik” diartikan dengan (1)
(pengetahuan) yang berkenaan dengan ketatanegaraan atau kenegaraan
(seperti sistem pemerintahan dan dasar pemerintahan); (2) Segala urusan dan
tindakan (kebijakan, siasat dsb.) mengenai pemerintahan negara atau terhadap
negara lain; (3). Cara bertindak (dalam menghadapi dan menangani suatu
masalah).
Kata turunan dari kata “politik”, seperti “politikus” atau “politisi” berarti
orang yang ahli di bidang politik atau ahli ketatanegaan atau orang yang
berkecimpung di bidang politik. Kata, “politis” berarti bersifat politik atau
bersangkutan dengan politik, dan “politisasi” berarti membuat keadaan
(perbuatan, gagasan dan sebagainya) bersifat politis.

B. Aspek politik
Persoalan yang pertama-tama timbul dalam islam menurut sejarah
bukanlah persoalan tentang keyakinan malahan persoalan politik. Lebih lanjut
Harun Nasution menjelaskan sewaktu nabi mulai menyiarkan agama islam di
mekah beliau belum dapat membentuk masyarakat yang kuat lagi berdiri
sendiri. Umat islam diwaktu itu baru dalam kedudukan lemah., tidak sanggup
menentang kekuasaan yang dipegang kaum quraisy yang ada di mekah.
Akhirnya nabi Bersama sahabat dan umat islam lainnya, seperti diketahui
terpaksa meninggalkan mekah dan pindah ke yastrib atau lebih dikenal
sebagai kota suci Madinah.
Dikota ini keadaan nabi dan umat islam mengalami perubahan yang besar,
di Madinah mereka mempunyai kedudukan yang baik dan segera merupakan
umat yang kuat dan dapat berdiri sendiri. Nabi sendiri menjadi kepala dalam
masyarakat yang baru dibentuk itu dan yang akhirnye menjadi suatu negara
4

dengan kata lain di Madinah nabi Muhammad bukan lagi hanya mempunyai
sifat Rasul Allah, tetapi juga mempunyai sifat kepala negara (Harun
Nasution: 1985, 92).
Jadi sesudah nabi wafat, beliau mesti diganti oleh orang lain untuk
memimpin negara yang beliau tinggalkan. Dalam kedudukan sebagai rasul
beliau tentu tidak dapat diganti. Sebagai yang kita ketahui penggantian ini
disebut khalifah yang dimana khalifah pertama ialah Abu bakar, kemudian
setelah Abu bakar wafat, Umar bin khatab selanjutnya menggantikan beliau
sebagai khalifah kedua, dilanjut dengan Utsman ibn Affan yang ketiga dan
selanjutkan digantikan oleh Ali ibn Thalib sebagai khalifah keempat dalam
Khulafaur Rasyidin. Pasang surut politik Khulafa’ur Rasyidin yang dikenal
sistem demokrasi religius membawa kemajuan dalam umat islam yang
sangat pesat dan luas.

C. Perkembangan politik dalam islam


Pada 622 M, sebagai pengakuan atas klaim untuk kenabian, Nabi
Muhammad diundang untuk memerintah kota Madinah. Pada saat itu suku-
suku arab lokal Aus dan Khazraj didominasi kota dan berada dalam konflik
konstan. Mereka melihat Nabi Muhammad orang luar tidak memihak yang
bisa menyelesaikan konflik tersebut. Nabi Muhammad akhirmya menyusun
piagam Madinah. Dokumen ini dibuat nabi Muhammad sebagai penguasa dan
mengenalinya sebagai nabi Allah. Undang-undang nabi Muhammad dibuat
dan didirikan selama pemerintahannya. Berdasarkan ayat-ayat suci al-Qur’an
dan dianggap oelh umat islam sebagai Syariah atau hokum islam. Nabi
Muhammad memperluas pemerintahannya kekota mekah dan kemudian
menyebar kesemenajung arab melalui jalan diplomasi serta penaklukan
militer.
Setelah kematian Nabi Muhammad negara memerlukan pemimpin baru,
sehingga muncul istilah khalifah yang berarti “pengganti” dengan demikian
kerajaan islam dikenal sebagai kekhalifahan. Pada pertumbuhan kerajaan
umayyah, perkembangan politik islam pada periode ini mengalami
5

perpecahan antara muslim sunni dan muslim syiah, dimana mereka


mengalami sengketa dalam memilih khalifah. Muslim sunni percaya khalifah
itu pilihan dan setiap amggota suku nabi, quraisy. Di sisi lain syiah percaya
khalifah harus keturunan dalam garis nabi dan demikin semua khalifah
kecuali ali, adalah perampasan kekuasaan.
Al-Mawardi, seorang ahli hukum islam dari sekolah syafi’I, telah menulis
bahwa khalifah harus quraisy. Abu Bakar Al-Baqillani, seorang sarjana islam
ashari dan pengacara Maliki, menulis bahwa pemimpin kaum muslim hanya
harus berasal dari mayoritas. Abu Hanifah an-Numan, pendiri madzhab
Hanafi fiqh sunni, juga menulis bahwa pemimpin harus berasal dari
mayoritas. Para kandidat biasanya berasal dari garis keturunan yang sama
dengan almarhum pemimpin sebelumnya tapi mereka tidak harus anak-
anaknya. Orang-orang yang mampu memimpin denga baik lebih dipilih
dibandingkan pewaris namun tidak efektif, memilik sifat adil, berilmu,
sanggup mengadakan ijtihad, sehat mental dan fisik, berani dan tegas.
Pemimpin dipilih oleh orang-orang yang memiliki sifat adil, mengetahui
syarat syarat yang diperlukan menjadi khalifah dan kesanggupan untuk
menentukan dengan bijaksana siapa yang terbaik di antara calon-calon yang
ada.
Namun kaum khawarij berpendapat bahwa yang berhak menjadi kepala
negara ialah semua orang islam dan cara penentuan dan pengankatannya
dengan cara pemilihan. Syi’ah sebaliknya, mereka berpendapat bahwa hanya
keturunan ali yang berhak menjadi kepala negara dan hak itu bersifat turun
temurun. Sementara itu timbul pula perbedaan paham tentang sifat dari
kekuasaan kepala negara. Syiah dua belas dan syiah fatimiah berkeyakinan
bahwa Nabi Muhammad, sebelum beliau wafat telah menentukan ali sebagai
wasi (‫ )و صى‬yang memiliki arti pengganti Nabi Muhammad yang kepadanya
dilimpahkan Nabi sepenuh kepercayaan. Wasi setelah ali adalah hasan,
kemudian Husein dan demikian seterusnya kepada cucu-cucu Nabi.
Imam mempunyai sifat kekudusan yang diwarisi dari nabi. Dalam arti ali
mewarikan dari nabi, Hasan dan Husein mewarisi dari ali dan seterusnya
6

kepada cucu-cucu beliau. Di samping itu imam memiliki kekuasaan dalam


membentuk suatu hukum. Perbuatan-perbuatan serta ucapan-ucapan tidak
bertentangan dengan syariat dengan demikian bagi kaum syiah imam hampir
sama sifat dan kekuasaanya seperti Nabi. Imam dan Nabi sama-sama tidak
bisa berbuat salah dan sama-sama bisa membuat hukum. Perbedaannya
terletak nabi menerima wahyu sedangkan imam tidak.
Paham-paham tersebut sama-sama dianut oleh kaum syiah dua belas dan
syiah Ismailiyah. Sehubung dengan kesucian imam, mereka berpendapat
bahwa jika imam berbuat sesuatu kesalahan layaknya manusia, bagi mereka
itu tidak merupakan sebuah kesalahan. Imam mempunyai keilmuan batin
dengan ilmu ini imam dapat mengetahui hal-hal yang tidak diketahui manusia
biasa.
Ahli sunnah tidak menerima pendapat paham tersebut bagi mereka ali dan
keturunannya adalah manusia biasa sama dengan kita.

D. Pengertian Kelembagaan islam


1. Pengertian Lembaga Islam
Sebelum masuk ke dalam pembahasan mengenai pengertian
lembaga Islam, perlu diketahui bahwa ada beberapa istilah yang
berhubungan dengan lembaga sosial atau lembaga kemasyarakatan. Kata
lembaga mengandung arti sama dengan istilah dalam bahasa inggris yaitu
Institution. Dalam Sosiologi kata Institution sering dirangkai dengan kata
social institution yang oleh Soerjono Soekanto diterjemahkan dengan
istilah “lembaga kemasyarakatan”. Istilah lain yang diusulkan adalah
“bangunan sosial” terjemahan dari bahasa jerman soziale gebilde. 1
Lembaga sosial didalam setiap masyarakat senantiasa saling pengaruh
mempengaruhi dan mempunyai hubungan yang bersifat fungsional. 2
Suatu lembaga pendidikan misalnya, senantiasa berkaitan dengan

1
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers,
1987), hlm 177.
2
Soerjono Soekanto, Memperkenalkan Sosiologi,( Jakarta: Rajawali Pers,
1988), hlm 34.
7

lembaga ekonomi, hukum, agama dan seterusnya. Apabila terjadi


hubungan yang dwifungsional maka dapat diduga bahwa masyarakat akan
mengalami kegoncangan.
dari data di atas dapat disimpulkan bahwa Lembaga memiliki 3
pengertian yaitu Pranata (Norma atau Aturan-aturan), Institusi (Tempat
atau wadah) dan Assosiasi (Perkumpulan atau Organisasi). Sehingga
Lembaga merupakan Subuah wadah atau tempat yang berisi perkumpulan
orang-orang dengan memiliki aturan-aturan atau norma-norma untuk
mencapai tujuan yang sama. Kemudian untuk pembahasan yang lebih
khusus lagi tentang lembaga Islam, bahwa pengertian Lembaga Islam
adalah sistem norma yang didasarkan pada ajaran Islam, yang sengaja
diadakan untuk memenuhi kebutuhan umat Islam yang sangat beragam
mengikuti perkembangan zaman. Kebutuhan tersebut diantaranya adalah
kebutuhan keluarga, kebutuhan pendidikan, kebutuhan hukum, kebutuhan
ekonomi, politik, sosial, dan budaya.3

2. Fungsi Lembaga Islam


Secara umum, lembaga Islam memiliki beberapa fungsi pokok,
diantaranya adalah:
a. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat muslim
tentang bagaimana mereka harus bersikap dalam menghadapi
berbagai masalah yang timbul dan berkembang di masyarakat,
terutama kebutuhan yang menyangkut kebutuhan pokok.
b. Memberikan pegangan kepada masyarakat bersangkutan
dalam melakukan pengendalian sosial menurut sistem tertentu
yaitu sistem pengawasan tingkah laku para anggotanya.
c. Menjaga keutuhan masyarakat.

Dari beberapa fungsi yang melekat pada lembaga sosial tersebut di


atas, jelas bahwa apabila seseorang hendak mempelajari dan memahami
masyarakat tertentu, maka ia harus memperhatikan dengan seksama
3
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010). Hlm. 102.
8

lembaga yang terdapat dalam masyarakat yang bersangkutan. Sehingga


mereka akan lebih mudah dalam menjalani kehidupannya dan tidak
mengalami kesulitan.

Negara Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya


beragama Islam, yang kurang lebih 88,09% mengaku beragama Islam.
Oleh karena itu, untuk memahami tingkah laku masyarakat yang ada di
Indonesia, seyogyanya harus dipelajari dan di perhatikan dengan seksama
mengenai lembaga-lembaga Islam yang mempengaruhi bahkan
menentukan pola tingkah laku dan sikap hidup umat Islam.Dan perlu di
garis bawahi bahwa tanpa adanya pembelajaran yang baik mengenai
lembaga-lembaga Islam, orang tidak mungkin dapat memberikan penilaian
yang benar tentang umat Islam.

Perlu kita ketahui bahwa kesalahan para ahli ilmu sosial dari Barat
yang meneliti kemudian menulis tentang umat Islam terletak pada
kenyataan bahwa mereka pada umumnya tidak memahami lembaga Islam
yang bersumber dari ajaran Islam. Selain itu, metode yang mereka
pergunakan tidak selaras dengan ajaran Islam, karena tradisi dan filsafat
yang mereka kembangkan dipengaruhi oleh dua aliran pikiran, yaitu aliran
Liberalis, Kapitalis dan aliran Marxis.

Aliran kapitalis liberalis adalah aliran yang mengutamakan benda


dan hanya bersifat duniawi saja. Akal pikiran serta perasaan manusia yang
dikembangkan secara bebas dan otonom oleh aliran ini diputuskan
hubungannya dengan sumber samawi yaitu sumber yang berasal dari
Tuhan.

Aliran yang berpaham sekuler ini melepaskan diri dari agama.Hal


ini tentu saja tidak sesuai dengan Islam yang lembaganya bersumber dari
ajaran agama Islam. Aliran yang kedua yaitu aliran Marxis adalah aliran
yang tumbuh dan kemudian menolak aliran pertama yang liberalis,
9

kapitalis dan sekuler serta menolak segala sesuatu yang bersangkut paut
dengan Tuhan, agama, dan akhirat.

Dari kenyataan diatas, maka diperlukan metodologi yang selaras


dengan ajaran Islam, yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam dan
sejalan dengan sumber ajaran Islam. Perkembangan selanjutnya, melihat
hal-hal tersebut maka banyak metodologi yang dikembangkan oleh para
sarjana muslim sendiri. Karena fungsinya yang sangat penting dalam
masyarakat, dahulu lembaga Islam di perkenalkan melalui kurikulum
perguruan tinggi. Sebagai contoh yaitu pada Sekolah Tinggi Hukum yang
didirikan pada tahun 1925 di Batavia memasukkan lembaga Islam
kedalam kurikulumnya dengan nama Mohammedansche Recht
Instellingen van den Islam, yang artinya adalah Hukum Islam dan
Lembaga-lembaga Islam. Selain itu juga dahulu Sekolah Tinggi Hukum
atau Recht Hogescool yang menjadi cikal bakal Fakultas Hukum serta
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dengan sadar
mencantumkan lembaga-lembaga Islam di dalam kurikulumnya. Dengan
maksud agar mereka yang bekerja di Hindia Belanda yang penduduknya
beragama Islam dapat memahami tingkah laku masyarakat Islam.

3. Macam-macam Lembaga islam


Dalam lingkungan masyarakat terbagai berbagai macam Lembaga
Islam, antara lain sebagai berikut:
a. Lembaga Politik Islam
Contoh: SDI (Serikat Dagang Islam), SI (Serikat Islam), PSII
(Partai SyarikatIslam Indonesia), MIAI (Majlis Islam A’la
Indonesia), Masyumi (Majlis Syura Muslimin Indonesia), PPP
(Partai Persatuan Pembangunan), dll.
b. Lembaga Hukum Islam
Contoh: Adat, Peradilan Agama, Peraturan Daerah Syariah dll.
c. Lembaga Ekonomi Islam
Contoh: BAZ, Wakaf, Bank Syariah, Koperasi Pesantren, dll.
10

d. Lembaga Sosial Kemasyarakatan Islam


Contoh: Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persis, Al-Irsyad,
dll.
e. Lembaga Pendidikan Islam
Contoh: Pesantren, Madrasah, Sekolah Islam, Perguruan
Tinggi Islam, dll.
f. Lembaga Kesehatan Islam
Contoh: Rumah Sakit Islam, Pengobatan Alternatif Islami
(Thibbun Nabawy dan Ruqyah)
11

g. Lembaga Budaya/ Seni Islam

Contoh: LESBUMI (Lembaga Seniman Budayawan Muslimin


Indonesia/ Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia),
Lembaga Seni Bela Diri (Islam)

h. Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam


Contoh: Lembaga Penelitian dan Pengembangan Islam
i. Lembaga Keagamaan Islam
Contoh: Ulama’, Masjid, Dakwah, Kerohanian (Tarekat dan
Majlis Dzikir)
12

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Kata atau istilah politik dalam kosakata bahasa Indonesia terambil dari
bahasa Ingris. Kata dan istilah tersebut bermakna segala hal yang berkaitan
dengan kekuasaan, terutama meliputi bagaimana ia diperoleh, digunakan
dan dipertanggungjawabkan, baik dalam skala terbatas seperti pada
keluarga, masyarakat, negara bahkan yang lebih luas lagi adalah antar
negara. Sejak zaman rasululloh agama islam tidak terfokus mengenai
perihal akhirat saja tetapi juga mengurusi masalah duniawi diantaranya
politik. Dalam perkembanganya setelah wafatnya rosululloh terjadi
perpecahan yang akhirnya timbul tiga golongan politik dan dari tiga
golongan itu pemahaman aliranya masih ada sampai sekarang yaitu sunni,
syiah, khawarij.

Agama merupakan suatu lembaga atau institusi penting yang mengatur


kehidupan rohani manusia. Kita sebagai umat beragama semaksimal
mungkin berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui
rutinitas beribadah, sehingga mencapai rohani yang sempurna
kesuciannya. Selain itu kita juga membutuhkan sebuah Lembaga.
Lembaga yang kita butuhkan adalah lembaga Islam. Dalam makalah diatas
telah dijelaskan pengertian dari Lembaga Islam yaitu suatu sistem norma
yang didasarkan pada ajaran Islam, yang sengaja diadakan untuk
memenuhi kebutuhan umat Islam yang sangat beragam mengikuti
perkembangan zaman.

B. Saran
Dari pembuatan makalah ini, kami berharap kepada pembaca agar tidak
hanya bersumber dari makalah ini saja untuk mengetahui pengertian
Aspek politik dan kelembagaan islam. Kami mengharapkan kritik maupun
13

saran bagi kami yang bersifat membantu agar kami tidak melakukan
kesalahan yang sama dalam penyusunan makalah yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai