KELOMPOK 12
TEKNIK SIPIL
Di susun oleh :
FAKULTAS TEKNIK
PRODI TEKNIK SIPIL
INTSTITUT ADHI TAMA SURABAYA
2019
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….i
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar belakang………………………………………………………………… ii
b. Rumusan Masalah……………………………………………………………...iii
c. Tujuan………………………………………………………………………….iii
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian Politik Dan Politik Islam………………………………………..1-3
b. Islam Dan Politik Luar Negeri………………………………………………...4-5
c. Perpolitikan Dalam Negeri Menurut Islam……………………………………6-
7
d. Batas Politik Dalam Islam………………………………………………………8
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan……………………………………………………………………...9
b. Saran..…………………………………………………………………………...9
KATA PENGANTAR
1.3 Tujuan
Politik islam
A.Definisi politik islam
Politik Islam (bahasa Arab: )سياسي إسالميadalah Politik di dalam bahasa Arab
dikenal dengan istilah siyasah. Oleh sebab itu, di dalam buku-buku para ulama
dikenal istilah siyasah syar’iyyah. Dalam Al Muhith, siyasah berakar kata sâsa -
yasûsu. Dalam kalimat Sasa addawaba yasusuha siyasatan bererti Qama ‘alaiha
wa radlaha wa adabbaha (mengurusinya, melatihnya, dan mendidiknya). Bila
dikatakan sasa al amra ertinya dabbarahu (mengurusi / mengatur perkara). Bererti
secara ringkas maksud Politik Islam adalah pengurusan atas segala urusan
seluruh umat Islam.Politik Islam (bahasa Arab: )سياسي إسالميadalah Politik di dalam
bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah. Oleh sebab itu, di dalam buku-buku
para ulama dikenal istilah siyasah syar’iyyah. Dalam Al Muhith, siyasah berakar
kata sâsa - yasûsu. Dalam kalimat Sasa addawaba yasusuha siyasatan bererti
Qama ‘alaiha wa radlaha wa adabbaha (mengurusinya, melatihnya, dan
mendidiknya). Bila dikatakan sasa al amra ertinya dabbarahu (mengurusi /
mengatur perkara). Bererti secara ringkas maksud Politik Islam adalah
pengurusan atas segala urusan seluruh umat Islam.
B.Dalil politik islam
Nabi Muhammad SAW sendiri menggunakan kata politik (siyasah) dalam
sabdanya: "Adalah Bani Israil, mereka diurusi (siyasah) urusannya oleh para nabi
(tasusuhumul anbiya). Ketika seorang nabi wafat, nabi yang lain datang
menggantinya. Tidak ada nabi setelahku, namun akan ada banyak para khalifah."
(Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim) ”
Jelaslah bahawa politik atau siyasah itu bermakna adalah mengurusi
urusan masyarakat. Nabi Muhammad bersabda :
"Siapa saja yang bangun di pagi hari dan dia hanya memperhatikan urusan
dunianya, maka orang tersebut tidak berguna apa-apa di sisi Allah; dan barang
siapa yang tidak memperhatikan urusan kaum Muslimin, maka dia tidak termasuk
golongan mereka (iaitu kaum Muslim). (Hadis Riwayat Thabrani)
3. Dr. Schacht berkata : " Islam lebih dari sekadar agama, ia juga
mencerminkan teori-teori perundangan dan politik. Dalam ungkapan
yang lebih sederhana, ia merupakan sistem peradaban yang
lengkap, yang mencakup agama dan negara secara bersamaan".
4. Prof. R. Strothmann berkata : "Islam adalah suatu fenomena agama
dan politik. Kerana pembangunnya adalah seorang Nabi, yang juga
seorang politik yang bijaksana, atau "negarawan".
5. Prof D.B. Macdonald berkata : "Di sini (di Madinah) dibangun negara
Islam yang pertama, dan diletakkan prinsip-prinsip utama dalam
undang-undang Islam".
Istilah Politik berasal dari bahasa Yunani ‘polis‘ yang artinya negara-kota.
Dalam negara-kota di zaman Yunani, orang saling berinteraksi guna mencapai
kesejahteraan (kebaikan, menurut Aristoteles) dalam hidupnya. Ketika manusia
mencoba untuk untuk menentukan posisinya dalam masyarakat, ketika mereka
berusaha meraih kesejahteraan pribadi melalui sumber daya yang ada, atau
ketika mereka berupaya mempengaruhi orang lain agar menerima pandangannya,
maka mereka sibuk dengan suatu kegiatan yang kita semua namai sebagai
‘politik‘. Hal itulah yang mendasari terbentuknya pengertian politik.
secara bahasa dalam bahasa Arab disebut as-siyasah yang berarti
mengelola, mengatur, memerintah dan melarang sesuatu. Atau secara definisi
berarti prinsip prinsip dan seni mengelola persoalan publik (ensiklopedia ilmu
politik).
Katakanlah, “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian
semua.” (QS. al-A‘raf [7]: 158).
Semua ini menunjukkan bahwa prinsip politik luar negeri Islam adalah
mengemban dakwah Islam sehingga Islam tersebar luas ke seluruh dunia.
" Penghulu syuhada’ adalah Hamzah dan seseorang yang berdiri di hadapan
penguasa yang zalim lalu menasehatinya, kemudian Ia di bunuh".
" Ada seseorang yang datang menghadap kepada Rasulullah, jihad apakah yang
paling baik? Beliau mendiamkannya. Ketika beliau melempar jumrah kedua, dia
bertanya kembali kepada beliau, namun beliau pun tetap tidak menjawabnya.
Maka pada saat melempar jumrah aqabah, dimana beliau (ketika itu) sudah
memasukan kaki beliau keatas pelana (kuda) untuk menaikinya, beliau saw
bertanya :’Mana orang yang bertanya tadi ?’ Dia menjawab : ‘Saya, Ya
Rasulullah.’ Beliau kemudian bersabda : ‘ Adalah kata-kata yang hak (kalimatu
haqqin), yang diucapkan dihadapkan seorang penguasa yang zalim." (Ibnu Majah)
Salah satu tuduhan keji yang dilontarkan oleh Barat kepada Islam adalah
bahwa Islam disebarluaskan dengan darah dan peperangan. Mereka
menggambarkan para pejuang Islam yang memegang pedang di tangan kanan
dan al-Quran di tangan kiri. Memang metode penyebaran Islam adalah dengan
jihad (perang). Namun, perang adalah langkah terakhir, bukan langkah pertama
yang dilakukan Khilafah Islam.
«َار ْال ُم َه{{ا ِج ِري َْن َوأَ ْخ ِب{{رْ ُه ْم ُ ُ َ َ أ ُ ْد ُع ُه ْم إِلَى ْاإلسْ الَم َفإِنْ أَ َجاب ُْو
ِ َار ِه ْم ِالَى د ِ ك َفأ ْق ِب ْل ِم ْن ُه ْم َو ُكفَّ َع ْن ُه ْم ث َّم أ ْد ُع ُه ْم إِ َلى ال َّت َح ُّو ِل مِنْ د ِ ِ
َ ِ»أَ َّن ُه ْم إِنْ َف َعلُ ْوا َذل
ك َفلَ ُه ْم ما َ ل ِْل ُم َها ِج ِري َْن َو َعلَي ِْه ْم َما َعلَى ْال ُم َها ِج ِري َْن
﴾٩٠﴿ ُون ُ ان َوإِي َت{{ا ِء ذِي ْالقُ{{رْ َب ٰى َو َي ْن َه ٰى َع ِن ْال َفحْ َش {ا ِء َو ْال ُم ْن َك{{ر َو ْال َب ْغي ۚ َيع
َ ِظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت{ َ{ذ َّكر ِ ِ ْ {إِنَّ هَّللا َ َي{{أْ ُم ُر ِب ْال َع
ِ { {د ِل َواإْل ِحْ َس
َ أْل هَّللا
َ َوأ ْوفُوا ِب َع ْه ِد ِ إِ َذا َعا َه ْد ُت ْم َواَل َت ْنقُضُوا ا ْي َم
ان َ
Allâh Azza wa Jalla menyuruh umat manusia agar menepati janji dan
melarang semua tindakan yang melanggar penjanjian.Semua perkara yang
diperintahkan maupun yang dilarang, diantaranya ada yang wajib dilaksanakan
oleh kaum Muslimin, tanpa ada pilihan lain. Yaitu perkara-perkara yang langsung
disebutkan dan dijelaskan oleh Allâh Azza wa Jalla. Perkara-perkara ini masuk
dalam firman Allâh Azza wa Jalla :
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang Mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan
yang Mukmin, apabila Allâh dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan,
akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan
barangsiapa mendurhakai Allâh dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat,
sesat yang nyata [al-Ahzâb/33:36]Semua jenis perkara di atas telah dikaji dan
alhamdulillah semuanya sesuai dengan perinsip keadilan dan hikmah serta
selaras dengan kemaslahatan dan mampu menangkalmudharat.
Disamping perkara-perkara yang telah disebutkan dengan jelas dan
gamblang, adapula perkara-perkara yang belum jelas. Dalam perkara-perkara
yang masih belum jelas, baik dasar maupun cara penerapannya, maka kaum
Muslimin diperintahkan untuk bermusyawarah dan menimbangnya dari semua
sisi; Memperhatikan syarat serta kaidah-kaidahnya juga akibatnya. Allâh Azza wa
Jalla berfirman:
Dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu
telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allâh. [Ali Imrân/3:159]
ور ٰى َب ْي َن ُه ْم
َ شُ َوأَ ْم ُر ُه ْم
إِ َذا أَ َمرْ ُت ُك ْم ِبأَمْ ٍر َفأْ ُت ْوا ِم ْن ُه َما اسْ َت َطعْ ُت ْم
Dan apabila aku perintahkan kepada kalian sebuah perkara, maka lakukanlah
sesuai dengan kemampuan kalian
D. Batas Politik Dalam Islam
Islam tidak memberikan batasan sistem pemerintahan, tetapi menyerahkan
kepada umat untuk memilih dengan bebas sistem yang sesuai dengan kultur,
lingkungan, zaman serta mengingat bahwa ajakan Islam adalah dakwah universal,
cocok untuk segala zaman dan tempat.
Setiap sistem pemerintahan Islam tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip
politik dan perundang-undanganya pada al-Quran, karena al-Quran merupakan
sumber pokok dari perundang-undangan tersebut.
Al-Quran memang tidak menyebutkan bagian perbagian secara terperinci.
Hal tersebut tampaknya memang dibiarkan oleh Allah, agar lewat ijtihad umat
Islam mampu mengembangkannya menjadi sistem politik dan perundang-
undangan yang sesuai dengan kebutuhan waktu dan lingkungannya.
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Langkah politik yang diambil kalangan Islam dalam menanggapi perubahan
situasi politik nasional era reformasi memang tidak berbeda jauh dengan
pendahulunya. Kalangan Islam mampu berdampingan dengan demokrasi sebagai
bentuk sistem politik modern. Tetapi cukup mengecewakan keadaan kalangan
Islam saat ini lebih banyak mengikutialur perpolitikan ketimbang pembuat alur.
Selain itu, pertimbangan kekuatan politik di parlemen menjadi tolok ukur untuk
menentukanl angkah-langkah perjuangan penegakan syari‟at. Bila posisi politik di
MPR mendukung (Islam sebagai mayoritas), wakil-wakil gerakan Islam atau
kalangan Islam akan membuat aturan-aturan perundang-undangan yang sesuai
dengan ajaran Islam.