Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

POLITIK ISLAM

Dosen: Dr. Agus Salim, M. MPd.

NIP: 197008172000121002
DAFTAR ISI

Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Politik islam …………………………………………………………………. 3
B. Pengertian politik dan politik dalam islam…………………………......................... 4
C. Dalil berpolitik dalam islam ………………………………………………………….. 8
D. Prinsip-Prinsip Dasar Politik Islam…………………………………………………… 11
E. HAM dan Demokrasi dalam Islam ………………………………............................ 14
F.  Asas-asas Sistem Politik Islam …………………………………………………….. 15
BAB III PENUTUP 19
Kesimpulan ……………………………………………………………………………………… 19
Pesan ……………………………………………………………………………………………. 19
DaftarPustaka 20
BAB I

PEMBUKAAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya umat islam berpegang teguh dengan isi Al-Qur’an dan Al Hadist sebagai
pedoman hidupnya. Dari kedua pedoman tersebut, umat muslim tidak perlu khawatir dalam
menjalani persoalan hidup. Segala apa yang menjadi persoalan, solusi, peringatan, kebaikan dan
ancaan termuat di dalam pedoman tersebut.

Politik Islam memberikan pengurusan atas urusan seluruh umat muslim. Namun realitas
politik demikian menjadi pudar saat terjadi kebiasaan umum masyarakat dewasa ini baik
perkataan maupun perbuatannya menyimpang dari kebenaran islam yang dilakukan oleh mereka
yang berqaidah sekularisme, baik dari kalangan non muslin atau dari kalangan umat muslim,
jadilah politik disifati dengan kedustaan, tipu daya, dan penyesatan yang dilakukan oleh para
politisi maupun penguasa. Penyelewengan para politisi dari kebenaran islam, kezhaliman mereka
kepada masyarakat, sikap dan tindakan sombrono mereka dalam mengurusi masyarakat
memalingkan makna Lurus Politik tadi. Bahkan dengan pandangan seperti itu jadilah penguasa
memusuhi rakyatnya. Bukan sebagai pemerintahan yang shalih dan berbuat baik, Hal ini memicu
propaganda kaum sekularis bahwa politik itu harus dijauhkan dari agama (islam), Sebab, orang
yang paham akan agama itu terkadang takut kepada Allah SWT. Sehingga tidak cocok
berkecimpung di dalam politik.

Politik itu sendiri adalah sebuah pembahasan yang menarik karna politik itu sendiri
berkaitan langsung dengan masyarakat di Negara manapun, sistem politik menjadi sangat penting
bagi semua orang, karena apa? Karna politik menjadi pengaruh besarnya tentang kehidupan
manusia entah itu non muslim ataupun umat muslim.

namun sebenarnya jika kita taat dengan ajaran Allah SWT, dan meyakini isi dari Al-qur’an
dan hadist insya allah kita tidak terjebak dalam politik yang demekian saya sebutkan tadi, karna
didalam Al Qur’an dan Al Hadist permasalahan politik juga tertuang di dalamnya. Di antaranya
membahas: prinsip politik islam, prinsip politik luar negeri islam. Baik politik luar negeri dalam
keadaan damai maupun dalam keadaan perang.

Dan prinsip-prinsip politik yang tertuang dalam Al Qur’an dan Al Hadist merupakan dasar
politik islam yang harus diaplikasikan ke dalam sistem yang ada dan untuk lebih memahami
secara mendalam mengenai Politik Islam itu sendiri perlunya penjelasan awal yaitu pengertian dan
sejarahnya mengenai politik islam.

Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa latar belakang pembuatan makalah ini adalah insya allah
agar pembaca dapat lebih memahami politik danm lebih mengerti bagaimana pandangan islam
mengenai politik yang didasari dengan ajaran Allah SWT. Karena tanpa disadari agama islam itu
sendiri sebenarnya berkaitan erat dengan sistem dasar politik
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Politik Islam

Dalam ajaran islam, masalah politik termasuk dalam kajian fiqih siyasah. 
Fiqih siyasah adalah salah satu disiplin ilmu tentang seluk beluk pengaturan kepentingan umat
manusia pada umumnya, dan negara pada khususnya, berupa hukum, peraturan, dan kebijakan
yang dibuat oleh pemegang kekuasaan yang bernafaskan ajaran islam.
Al Quran tidak menyatakan secara eksplisit bagaimana sistem politik itu muncul, tetapi
menegaskan bahwa kekuasaan politik dijanjikan kepada orang-orang beriman dan beramal
shaleh. Ini berarti kekuasaan politik terkait dengan kedua faktor tersebut. Pada sisi lain politik juga
terkait dengan ruang dan waktu. Ini berarti  ia adalah budaya manusia sehingga keberadaanya
tidak dapat dilepaskan dari dimensi kesejarahan.
Sistem pemerintahan islam sudah dimulai sejak masa Rasulullah SAW. Dua tahun setelah hijrah
dari mekkah ke madinah, tepatnya pada tahun 622 M, Rasulullah SAW bersama seluruh
komponen masyarakat Madinah memaklumkan piagam yang disebut Piagam Madinah. Adapun
isi dari piagam Madinah ini ialah :
1.     Tiap kelompokdijamin kebebasannya dalam beragama
2.     Tipa kelompok berhak menghukum anggota kelompoknya yang bersalah
3.     Tiap kelompok harus saling membantu dalam mempertahankan Madinah, baik yang
muslim maupun non muslim
4.     Semua penduduk Madinah sepakat mengangkat Muhammad sebagai pemimpinya dan
memberi keputusan hukum segala  perkara yang dihadapkan kepadanya.

Di dalam kepustakaan dapat dijumpai pemikiran politik yang dikembangkan


oleh golongan Khawarij, Syi'ah, Muktazilah. Di kalangan Sunni terdapat juga pemikiran politik
baik di zaman klasik maupun di abad pertengahan tentang proses terbentuknya negara, unsur-
unsur dan sendi-sendi negara, eksistensi lembaga pemerintahan, pengangkatan kepala negara,
syarat-syarat (menjadi) kepala negara, tujuan dan tugas pemerintahan, pemberhentian kepala
negara, sumber kekuasaan, bentuk pemerintahan.
B. Pengertian politik dan politik dalam islam

Perkataan politik berasal dari bahasa Latin politicus dan bahasa Yunani politicos, artinya
(sesuatu yang) berhubungan dengan warga negara atau warga kota. Kedua kata itu berasal dari
kata polis maknanya kota. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), pengertian politik
sebagai kata benda ada tiga. Jika dikaitkan dengan ilmu artinya
1. pengetahuan mengenai kenegaraan (tentang sistem pemerintahan, dasar-dasar
pemerintahan)
2. segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat dan sebagainya) mengenai
pemerintahan atau terhadap negara lain
3. kebijakan, cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah).

Karena maknanya yang banyak itu, dalam kepustakaan ilmu politik bermacam-macam definisi
tentang politik. Keaneka macaman definisi itu, disebabkan karena setiap sarjana ilmu politik hanya
melihat satu aspek atau satu unsur politik saja.
Menurut Miriam Budiardjo ada lima unsur sebagai konsep pokok dalam politik, yaitu
1. negara,
2. kekuasaan
3. pengambilan keputusan
4. kebijaksanaan (kebijakan)
5. pembagian dan penjatahan nilai-nilai dalam masyarakat.

Kelima unsur politik yang dikemukakannya itu berdasarkan definisi politik yang dirumuskannya. la
menyatakan bahwa "politik (politics) adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik
(atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan sistem itu dan melaksanakan
tujuan-tujuan itu. Untuk melaksanakan tujuan-tujuan sistem politik itulah diperlukan kelima unsur di
atas.

Politik Islam di dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah.Oleh sebab itu, di dalam
buku-buku para ulama dikenal istilah siyasah syar’iyyah. Dalam Al Muhith, siyasah berakar
kata sâsa - yasûsu. Dalam kalimat Sasa addawaba yasusuha siyasatan bererti Qama ‘alaiha wa
radlaha wa adabbaha (mengurusinya, melatihnya, dan mendidiknya).
Politik islam terdiri dari dua aspek yaitu politk dan Islam. Politk berarti suatu cara bagaimana
penguasa memperngaruhi perilaku kelompok yang dikuasai agar sesuai dengan keingian
penguasa. Sedangkan islam berarti penataan dan islam sebaga organisasi penataan menurut
ajaran Allah, yaiu Al-Qur’an dan menurut sunnah rasulnya.
Pengertian politik (al-siyasah) dalam fiqih Islam menurut ulama Hanbali, adalah sikap,
perilaku dan kebijakan kemasyarakatan yang mendekatkan pada kemaslahatan, sekaligus
menjauhkan dari kemafsadahan, rneskipun belum pernah ditentukan oleh Rasulullah SAW.

Ulama Hanafiyah memberikan pengertian lain, yaitu mendorong kemaslahatan makhluk


dengan rnemberikan petunjuk dan jalan yang menyelamatkan mereka di dunia dan akhirat. Bagi
para Nabi terhadap kaumnya, menurut pendapat ini, tugas itu meliputi keselamatan batin dan lahir.
Bagi para ulama pewaris Nabi, tugas itu hanya meliputi urusan lahiriyah saja.

Sedangkan menurut ulama Syafi'iyah mengatakan, politik harus sesuai dengan syari'at Islam,
yaitu setiap upaya, sikap dan kebijakan untuk mencapai tujuan umum prinsip syari'at. Tujuan itu
ialah:

(1) Memelihara, mengembangkan dan mengamalkan agama Islam.

(2) Memelihara rasio dan mengembangkan cakrawalanya untuk kepentingan ummat.

(3) Memelihara jiwa raga dari bahaya dan memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang primer,
sekunder mau pun suplementer.

(4) Memelihara harta kekayaan dengan pengembangan usaha komoditasnya dan


menggunakannya tanpa melampaui batas maksimal dan mengurangi batas minimal.

(5) Memelihara keturunan dengan memenuhi kebutuhan fisik mau pun rohani.

Politik islam dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mempengaruhi anggota masyarakat,
agar berprilaku sesuai dengan ajaran allah menurut sunah rasulnya. Dalam konsep islam
kekuasaan tertinggi adalah Allah SWT. Eksprsi kekuasaan Allah tertuang dalam Al-Qur’an
menurut sunnah rasul.
Penguasa tidak memiliki kekuasaan yang mutlak. Ia hanya wakil( khalifah) Allah di muka bumi
yang berfungsi untuk menegakkan ajaran Allah dalam kehidpan nyata
Alsiyah Juga berarti mengatur, mengendalikan, mengurus, atau membuat
keputusan,mengatur kaum, memerintah, dan memimpinya. Secara tersirat dalam pengertian
siyasah terkandung dua dimensi yang berkaitan satu sama lain, yaitu:
1. Tujuan yang hendak di capai melalui proses pengendalian,
2. Cara pengendalian menuju tujuan tersebut

      Secera istilah politik islam adalah pengurusan kemaslahatan umat manusia  sesuai dengan
syara’. Pengertian siyasah  lainya oleh Ibn A’qil, sebagaimana yang dikutip oleh Ibnu Qayyim,
politik Islam adalah segala perbuatan yang membawa manusia lebih dekat kepada kemaslahatan
dan lebih jauh dari kemafsadatan, sekalipun Rasullah tidak menetapkannya dan (bahkan) Allah
SWT tidak menentukanya.[2] Pandangan politik menurut syara’, realitanya pasti berhubungan
dengan masalah mengatur urusan rakyat baik oleh negara maupun rakyat.Sehingga definisi dasar
menurut realita dasar ini adalah netral. Hanya saja tiap ideologi (kapitalisme, sosialisme, dan
Islam) punya pandangan tersendiri tentang aturan dan hukum mengatur sistem politik mereka.Dari
sinilah muncul pengertian politik yang mengandung pandangan hidup tertentu dan tidak lagi
“netral”.[3]

Di dalam Islam, kekuasaan politik kait mengait dengan al-hukm. Perkataan al-hukm dan
kata-kata yang terbentuk dari kata tersebut dipergunakan 210 kali dalam Al-Qur'an. Dalam bahasa
Indonesia, perkataan al-hukm yang telah dialih-bahasakan menjadi hukum intinya adalah
peraturan, undang-undang, patokan atau kaidah, dan keputusan atau vonis (pengadilan).Di dalam
bahasa Arab, kata tersebut yang berpola masdar (kata benda yang diturunkan dari kata kerja)
dapat dipergunakan dalam arti perbuatan atau sifat. Dengan demikian, sebagai perbuatan hukum
bermakna membuat atau menjalankan keputusan dan sebagai kata sifat kata itu merujuk pada
sesuatu yang diputuskan yakni keputusan atau peraturan perundang-undangan . Seperti dikenal
dalam bahasa Indonesia mengenai (sebagian) arti perkataan hukum. Kalau makna perbuatan itu
dikaitkan dengan kehidupan masyarakat, arti perbuatan dalam hubungan ini adalah kebijaksanaan
(kebijakan) atau pelaksanaan perbuatan sebagai upaya pengaturan masyarakat. Di sini jelas
kelihatan hubungan alhukm dengan konsep atau unsur politik yang telah dikemukakan di atas,
dan kaitan kata itu dengan kekuasaan politik. Wujud kekuasaan politik menurut agama dan ajaran
Islam adalah sebuah sistem politik yang diselenggarakan berdasarkan dan menurut hukum Allah
yang terkandung dalam Al-Qur'an (Abd. Muin Salim, 1994:161,293).
Jika kata hukm yang berasal dari kata kerja hakama yang terdapat dalam surat Al-Qalam
(68): 36,39 dan 48 dan kata hukm dalam surat Al-Maidah (5): 50 dan 95 diperhatikan dengan
seksama, jelas bahwa arti kata hukm dalam ayat-ayat itu tidak hanya bersandar pada Tuhan,
tetapi juga pada manusia. Ini berarti bahwa menurut agama dan ajaran Islam ada dua hukum.
Pertama adalah hukum (yang ditetapkan) Tuhan dan kedua adalah hukum buatan manusia.
Hukum buatan manusia harus bersandar dan tidak boleh bertentangan dengan hukum Tuhan
yang terdapat dalam Al-Qur'an seperti yang telah disebutkan di atas,

Al-Qur'an memperkenalkan konsep tentang manusia dengan menggunakan istilah-istilah


antara lain insan dan basyar. Masing-masing istilah berhubungan dengan dimensi yang berbeda
yang dimiliki manusia. Insan menunjuk pada hakikat manusia sebagai makhluk sosial budaya dan
ekonomi yaitu makhluk yang memiliki kodrat hidup bermasyarakat dan berpotensi
(berkemampuan) mengembangkan kehidupannya dengan mengolah dan memanfaatkan alam
lingkungannya menurut pengetahuan yang diperolehnya. Sedangkan basyar berkenaan dengan
hakikat manusia sebagai makhluk politik yakni makhluk yang diberi tanggung jawab dan
kemampuan untuk mengatur kehidupannya dengan menegakkan hukum-hukum dan ajaran-ajaran
agama.

Al-Qur'an tidak menyebutkan dengan tegas bagaimana mewujudkan suatu sistem politik.
Di dalam beberapa ayat, AlQur'an hanya menyebut bahwa kekuasaan politik hanya dijanjikan
(akan diberikan) kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Ini berarti bahwa sistem
politik menurut agama dan ajaran Islam terkait dengan kedua faktor tersebut. Di sisi lain
keberadaan sebuah sistem politik berkaitan pula dengan ruang dan waktu. Ini berarti bahwa
sistem politik adalah budaya manusia sehingga keberadaannya tidak dapat dilepaskan dari
dimensi kesejarahan.

Dalam sub sistem politik ini, hukum-hukum Allah dapat ditegakkan meskipun dalam ruang
lingkup yang terbatas sesuai dengan kemampuan, sebagai persiapan pembentukan masyarakat
mukmin yang siap menjalankan hukum Islam dan ajaran agama.Oleh karena kesiapan
masyarakat itu dikaitkan dengan iman dan amal saleh, maka diantara langkah-langkah mendasar
yang harus dilakukan adalah pembaharuan dan peningkatan iman dan penggalakkan beramal
saleh. Untuk itu diperlukan kajian terhadap Al-Qur'an dan Al-Hadist, pemasyarakatan dan
pembudayaan hasil hasil kajian itu (Abd, Muin Salim, 1994:295,296).

kelompok/paradigma yang berkembang dalam dunia islam tentang keterkaitann antara islam dan
politik.
Paradigma tradisional/ paradigma formalistik
Bahwa islam adalah suatu agama yang serba lengkap. Didalamnya terdapat
ketatanegaraan atau politik.Kelompok ini berpendapat bahwa sistem ketatanegaraan yang harus
diteladani adalah sistem yang dilaksanakan oleh Rasululllah SAW.

Paradigma Sekuler
Bahwa islam adalah agama dalam pengertian barat. Artinya agama tidak ada
hubungannya dengan urusan kenegaraan.Muhammad hanyalah saorang Rasul yang bertugas
menyampaikan risalah Tuhan kepada segenap alam. Nabi tidak bertugas untuk mendirikan dan
memimpin suatu Negara

Paradigma Substantivistik
Kelompok yang menolak paradigma formalistik dan juga paradigma sekuler.  Aliran ini
berpendirian bahwa islam tidak terdapat sistem ketatanegaraan, tetapi terdapat seperangkat tata
nilai etika bagi kehidupan bernegara. Menurut kelompok ini, tak satu nash pun dalam al quran yg
memerintahkan didirikannnya sebuah negara islam.

C. Dalil berpolitik dalam islam

Rasulullah SAW sendiri menggunakan kata politik (siyasah) dalam sabdanya :


"Adalah Bani Israil, mereka diurusi (siyasah) urusannya oleh para nabi (tasusuhumul anbiya).
Ketika seorang nabi wafat, nabi yang lain datang menggantinya. Tidak ada nabi setelahku, namun
akan ada banyak parakhalifah." (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)
Jelaslah bahawa politik atau siyasah itu bermakna adalah mengurusi urusan masyarakat.
Rasulullah SAW. bersabda :
"Siapa saja yang bangun di pagi hari dan dia hanya memperhatikan urusan dunianya, maka orang
tersebut tidak berguna apa-apa di sisi Allah; dan barang siapa yang tidak memperhatikan urusan
kaum Muslimin, maka dia tidak termasuk golongan mereka (iaitu kaum Muslim). (Hadis Riwayat
Thabrani)
Al-Quran Diantara firman Allah swt yang bermaksud:

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:Sesungguhnya Aku akan jadikan di
atas muka bumi seorang khalifah” (Al-Baqarah: 30)

   Berhubung dengan ayat ini al-Imam Qurtubi menjelaskan di dalam tafsirnya,ayat ini menjadi
dasar pada melantik imam (ketua negara)  dan khalifah yang didengan lagi ditaati supaya umat
bersatu padu dan melaksanakan dengannya akan hukum-hukum berkaitan dengan khalifah,tiada
khalifah dari segi wajibnya perkara itu dikalangan umat Islam dan imam-imam para ulama’
melainkan riwayat dari al-Aysam seorang pemimpin muktazilah yang sesat dari kebenaran.

   Firman Allah Taala yang menunjukkan wajibnya taat kepada ulil amri (pemimpin yang
mengendalikan urusan mereka).Allah telah berfirman di dalam Al-Quran yang bermaksud:

“Wahai orang-orang yang beriman!Taatlah kamu akan Allah,taatlah kamu akan Rasul dan taatlah
kamu akan ulil amri (pemimpin yang mengendalikan urusan) dikalangan kamu”  (An-Nisa’: 59)
   Al-Imam Mawardi r.a menegaskan Allah mewajibkan ke atas kita taat kepada ulil amri
dikalangan kita mereka itu ialah pemimpin-pemimpin yang memerintah kita. Ayat-ayat yang
memerintah Rasulullahsaw supaya mengendalikan urusan dengan hukum Allah,diantaranya
firman Allah yang bermaksud:

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara dikalangan mereka menurut apa yang diturunkan oleh
Allah dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka,dan berhati-hatilah kamu terhadap
mereka supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian daripada apa yang telah
diturunkan oleh Allah kepadamu”   (Al-Maidah: 49)

   Bahkan banyak hukum-hukum yang disebut di dalam Al-Quranul Karim yang meletakkan
pelaksanaannya kepada negara Islam atau pemerintahnya,seperti hukum-hukum hudud,jihad dan
lain-lain.

Sunnah dan Sirah Rasulullah saw Diantaranya ialah sabdaRasulullah saw yang bermaksud:

“Tidaklah halal bagi tiga orang yang berada di padang belantara melainkan mereka mestilah
melantik salah seorang daripadanya menjadi ketua”

   Perjanjian yang dimeteraikan ketika berada di Madinah antara lain menegaskan:

“Ini ialah suatu perjanjian diantara Muhammad saw,diantar orang-orang mukmin dan muslimin
daripada Quraisy dan Tathrib dan sesiapa yang bergabung dengan mereka dan mempunyai
perjanjian dengan mereka sesungguhnya mereka adalah satu tanpa manusia-manusia yang lain”

   Menegakkan negara Islam menjadi sunnah amaliah (praktikal) yang dilakukan oleh Rasulullah
saw apabila berhijrah ke Madinah,dan menolak tawaran memimpin negara secara jahiliah ketika
berada di Mekah.Menunjukkan bahawa menegakkan negara itu adalah suatu perkara agama yang
sangat besar dan negara yang ditetapkan itu mestilah tang memenuhi sifat-sifat dan syarat-
syaratnya.

D. Prinsip-Prinsip Dasar Politik Islam

Islam tidak memberikan batasan sistem pemerintahan, tetapi menyerahkan kepada umat untuk
memilih dengan bebas sistem yang sesuai dengan kultur, lingkungan, zaman serta mengingat
bahwa ajakan Islam adalah dakwah universal, cocok untuk segala zaman dan tempat.

Setiap sistem pemerintahan Islam tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip politik dan perundang-
undanganya pada al-Quran, karena al-Quran merupakan sumber pokok dari perundang-undangan
tersebut.

Al-Quran memang tidak menyebutkan bagian perbagian secara terperinci. Hal tersebut tampaknya
memang dibiarkan oleh Allah, agar lewat ijtihad umat Islam mampu mengembangkannya menjadi
sistem politik dan perundang-undangan yang sesuai dengan kebutuhan waktu dan lingkungannya.

Sumber pokok kedua adalah Sunnah yang merupakan petunjuk pelaksanaan yang secara umum
melengkapi norma-norma yang ada dalam al-Quran. Karena itu prinsip-prinsip konstitusional dan
politik terikat kepada kedua sumber tersebut. Karena kedua sumber itu memang menjadi pokok
pegangan dalam segala aturan yang menyangkut seluruh aspek kehidupan setiap muslim.

Selain kedua sumber hukum tersebut, dalam sistem politik Islam juga terdapat sumber hukum
hukum Qanuni, yang bersumber dari lembaga-lembaga pemerintahan.

Secara hirarki sumber hukum yang tertinggi dalam sistem ini adalah hukum yang pertama. Karena
itu kedaulatan hukum berada dalam al-Quran, karena di dalamnya terkandung kehendak Allah
tentang tertib kehidupan manusia khususnya dan tertib alam semesta pada umumnya.

Cita-cita politik seperti yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh
yang terkandung dalam al-Quran adalah (1) Terwujudnya sebuah sistem politik. (2) Berlakunya
hukum Islam dalam masyarakat secara mantap. (3) Terwujudnya ketentraman dalam kehidupan
masyarakat.

Nilai-nilai politik yang konstitusional yang terdapat dalam al-Quran pada dasarnya terdiri atas
musyawarah, keadilan, kebebasan, persamaan, kewajiban untuk taat dan batas wewenang dan
hak penguasa.
Prinsip Musyawarah

Dalam prinsip perundang-undangan Islam, musyawarah dinilai sebagai lembaga yang amat
penting artinya. Penentuan kebijaksanaan pemerintah dalam sistem pemerintahan Islam haruslah
didasarkan atas kesepakatan musyawarah. Karena itu musyawarah merupakan prinsip penting
dalam politik Islam.

Prinsip musyawarah ini sesuai dengan ayat al-Quran Surah Ali Imran ayat 159:

Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkalah pada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertaqwa kepada Allah.

Prinsip Keadilan

Agama Islam menempatkan aspek keadilan pada posisi yang amat tinggi dalam sistem
perundang-undangannya. Banyak sekali ayat-ayat al-Quran yang memerintahkan berbuat adil
dalam segala aspek kehidupan manusia, seperti yang terkandung dalam surat An-Nahl ayat 90:

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat. Dan Allah melarang dari perbuatan keji, munkar dan bermusuhan. Dia member pelajaran
agar kamu men gambil pelajaran.

Ayat tersebut diatas memerintahkan kepada umat Islam untuk berlaku adil, sebaliknya melarang
dan mengancam dengan sanksi hukum bagi orang yang berbuat sewenang-wenang. Kewajiban
berlaku adil dan menjauhi perbuatan zalim mempunyai tingkatan yang amat tinggi dalam struktur
kehidupan manusia dalam segala aspeknya.

Keadilan merupakan tujuan umum atau tujuan akhir dalam pemerintahan Islam. Dari segi realitas
sejarah, sejarah para Khulafaur Rashidin yang nota bene mencontohkan teladan nabi adalah
prototipe yang lengkap dan sangat hidup dalam memahami makna keadilan dan memegang
prinsipnya dalam kehidupan.

Prinsip Kebebasan

Yang dimaksud dengan kebebasan di sini bukanlah kebebasan bagi warganya untuk dapat
melaksanakan kewajibanya sebagai warga negara, tetapi kebebasan di sini mengandung makna
yang lebih positif, yaitu kebebasan bagi warga negara untuk memilih suatu yang lebih baik, atau
kebebasan berfikir yang lebih baik dan mana yang lebih buruk, sehingga proses berfikir ini dapat
melakukan perbuatan yang baik sesuai dengan pemikiranya.

Kebebasan berfikir dan berbuat ini pernah diberikan oleh Allah kepada nabi Adam dan Hawa untuk
mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Allah. Sebagai mana Firman Allah Surat Taha ayat 123:

Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama sebagaimana kamu menjadi musuh bagi
sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk dariKu, lalu barang siapa yang men
gikuti petunjuk dari-Ku ia tak akan tersesat dan tidak akan celaka.

Islam mengakui adanya kebebasan berfikir. Bahkan menjamin sepenuhnya dan dinilai sebagai
ahlak dasar setiap manusia. Dalam sistem perundang-undanganya Islam juga sangat menghargai
nilai-nilai kebebasan itu. Penghargaan sistem perundang-undangan Islam terhadap kebebasan itu
tidak dapat dibandingkan dengan sistem lainya yang diciptakan manusia.

 Nilai Dasar prinsip Politik dalam Islam


Al quran sebagai sumber ajaran utama mengandung ajaran tentang nilai-nilai dasar yang harus
diaplikasikan. Nilai dasar tersebut adalah:
1.       Kemestian mewujudkan persatuan dan kesatuan umat
2.       Kemestian bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah
3.       Keharusan menunaikan amanat dan menetapkan hukum secara adil
4.       Kemestian menaati Allah, Rasulullah, dan Uli al-Amr (pemegang kekuasaan)
5.       Keniscayaan mendamaikan konflik antar kelompok dalam masyarakat islam
6.       Kemestian mempertahankan kedaulatan negara dan larangan melakukan agresi dan invasi
7.       Kemestian mementingkan perdamaian daripada permusuhan
8.       Keharusan meningkatkan kewaspadaan dalam bidang pertahanan dan keamanan
9.       Keharusan menepati janji
10.     Keharusan mengutamakan perdamaian bangsa-bangsa
11.    Kemestian peredaran harta pada seluruh lapisan masyarakat
12.    Keharusan mengikuti prinsip-prinsip pelaksanaan hukum
13.    Tentang demokrasi
14.    Tentang kepemimpinan dan pemerintahan
15.    Tentang keadilan
16.    Tentang administrasi negara
E. HAM dan Demokrasi dalam Islam

Definisi HAM
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan anugrahNya yg wajib dihormati dan dijunjung tinggi
serta dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
Sejarah HAM
Umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM dimulai dengan lahirnya Magna
Charta pada tahun 1215 di inggris yang mencanangkan bahwa raja memiliki kekuasaan absolut
(raja yang menciptakan hukum tapi ia sendiri tidak terikat pada hukum) .
Namun sejatinya, islam telah terlebih dahulu mempelopori di deklarasinya sebuah piagam yang
berisi tentang jaminan HAM yang disebut Piagam Madinah ini disepakati pada tahun 622 M oleh
Rasulullah bersama dengan seluruh masyarakat madinah yang heterogen, yaitu terdiri dari umat
islam, nasrani, yahudi dan beberapa suku arab yg belum memeluk islam.
Piagam ini berisi jaminan terhadap hak asasi warga madinah, seperti jaminan sosial, persamaan
hak, kebebsan menjalankan ibadah dan keyakinan masing-masing warga, juga persamaan dimata
hukum, dsb,    Perbedaan Prinsip antara Konsep HAM dalam Pandangan Islam dan Barat
HAM menurut pemikiran barat semata-mata bersifat antroposentris, artinya segala suatu berpusat
kepada manusi. Manusia sangat dipentingkan. sebaliknya, HAM dilihat dari sudut pandang islam
bersifat teosentris, artinya segala sesuatu berpusat kepada T uhan. Dengan demikian Tuhan
sangat dipentingkan. HAM dalam islam tidak semata-mata menekankan kepada HAM saja
melainkan hak-hak itu dilandasi kewajiban asasi manusia untu mengabdi kepada Allah sebagai
penciptanya.
Prinsip-prinsip HAM yang tercantum dalam al Quran antara lain:
Martabat manusia
Manusia mempunyai kedudukan atau martabat yan tinggi. Martabat yang tinggi yang telah
dianugerahkan Allah pada hakekatnya merupakan fitrah yg tidak dapat dipisahkan dari diri
manusia.

a.       Prinsip persamaan
Pada dasarnya semua manusia sama, karna semuanya adalah hamba Allah
b.       Prinsip kebebasan menyatakan pendapat
Al Quran memerintahkan kepada manusia agar berani menggunakan akal pikiran terutama
untuk mnyatakan pendapat yang benar
c.        Prinsip kebebsan beragama Prinsip ini mengandung makna bahwa manusia sepenuhnya
mempunyai kebebasan untuk menganut suatu keyakinan yang disenanginya
d.       Hak atas jaminan sosial
e.       Hak atas harta benda
Siapapun bahkan penguasa sekali pun tidak diperbolehkan merampas hak milik orang lain kecuali
untuk kepentingan umum

Demokrasi

Kata “demokrasi” berasal dari bahsa latin demos dan cratein atau cratos. Pengertian
demokrasi sering disebutkan sebagai suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat. Demokrasi islam dianggap sebagai sistem yang mengukuhkan konsep-konsep islami yang
sudah lama berakar, yaitu musyawarah (syura), persetujuan (ijma), dan penilaian interpretatif yang
mandiri (ijtihad)
Masalah musyawarah disebutkan dalam al Quran 42:28 yang isinya berupa perintah kepada para
pemimpin dalam kedudukan apapun untuk menyelesaikan urusan mereka dengan cara
bermusyawarah. Dengan demikian tidak terjadi kesewenang-wenangan dari seorang terhadap
rakyat yang dipimpinnya

F. Asas-asas Sistem Politik Islam    Dan Tujuan politik

Hakimiyyah Ilahiyyah
Hakimiyyah atau memberikan kuasa pengadilandan kedaulatan hukum tertinggi dalam sistem
politik Islam hanyalah hak mutlakAllah.


Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhakdisembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala puji
di dunia dan di akhirat, danbagi-Nyalah segala penentuan dan hanya kepada-Nyalah kamu
dikembalikan.” (Al-Qasas: 70)
Hakimiyyah Ilahiyyah membawa pengertian-pengertian berikut:
       Bahawasanya Allah Pemelihara alam semesta yang pada hakikatnya adalah Tuhan yang
menjadi pemelihara manusia, dan tidak ada jalan lain bagi manusia kecuali patuh dan tunduk
kepada sifat IlahiyagNya Yang Maha Esa
       Bahawasanya hak untuk menghakimi dan meng adili tidak dimiliki olehsesiap kecuali Allah
       Bahawasanya hanya Allah sahajalah yang memiliki hak mengeluarkan hokum sebab
Dialah satu-satuNya Pencipta
       Bahawasanya hanya Allah sahaja yang memiliki hak mengeluarkan peraturan-peraturan
sebab Dialah satu-satuNya Pemilik
       Bahawasanya hukum Allah adalah suatu yang benar sebabhanya Dia sahaja yang
Mengetahui hakikat segala sesuatu dan di tanganNyalah sahaja penentuan hidayah dan
penentuan jalan yang selamat dan lurus
Hakimiyyah Ilahiyyah membawa arti bahwa terutama kepada sistem politik Islam ialah tauhid
kepada Allah di segi Rububiyyah dan Uluhiyyah.

2.      Risalah
Risalah bererti bahawa kerasulan beberapaorang lelaki di kalangan manusia sejak Nabi Adam
hingga kepada Nabi Muhammads.a.w adalah suatu asas yang penting dalam sistem politik Islam.
Melaluilandasan risalah inilah maka para rasul mewakili kekuasaan tertinggi Allahdalam bidang
perundangan dalam kehidupan manusia. Para rasul meyampaikan,mentafsir dan menterjemahkan
segala wahyu Allah dengan ucapan dan perbuatan.
Dalam sistem politik Islam, Allah telahmemerintahkan agar manusia menerima segala perintah
dan larangan Rasulullahs.a.w. Manusia diwajibkan tunduk kepada perintah-oerintah Rasulullah
s.a.w dantidak mengambil selain daripada Rasulullah s.a.w untuk menjadi hakim dalamsegala
perselisihan yang terjadi di antara mereka. Firman Allah:
“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikanAllah kepada Rasul-Nya yang berasal dari
penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang
miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar diantara
orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia.
“Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (Al-Hasyr: 7)

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu
hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam
hati mereka terhadap putusan yang kamuberikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
(An-Nisa’: 65)

3.     Khilafah
Khilafah bererti perwakilan. Kedudukan manusia di atas muka bumiini adlah sebagai wakil Allah.
Oleh itu, dengan kekuasaan yang telah diamanahkan ini, maka manusia hendaklah melaksanakan
undang-undang Allah dalam batas yang ditetapkan. Di atas landasan ini, maka manusia bukanlah
penguasa atau pemilik tetapi hanyalah khalifah atau  wakil Allah yang menjadi Pemilik yang
sebenar.
“Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di mukabumi sesudah mereka,
supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat.” (Yunus: 14)

Seseorang khalifah hanya menjadi khalifah yang sah selama mana iabenar-benar mengikuti
hukum-hukum Allah. Ia menuntun agar tugas khalifah dipegang oleh orang-orang yang memenuhi
syarat-syarat berikut:
       Terdiri daripada orang-orang yang benar-benar boleh menerima dan mendukung
prinsip-prinsip tanggng jawab yang terangkum dalam pengertian khilafah
       Tidak terdiri dari pada orang-orang zalim, fasiq, fajir dan lalai terhadap Allah serta
bertindak melanggar batas-batas yang ditetapkan olehNya
       Terdiri daripada orang-orang yang berilmu, berakal sihat, memiliki kecerdasan, kearifan
serta kemampuan intelek dan fizikal
       Terdiri daripada orang-orang yang amanah sehingga dapat dipikulkan tanggung jawab
kepada mereka dengan yakin  dan tanpa keraguan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Politik merupakan pemikiran yang mengurus kepentingan masyarakat.Pemikiran tersebut


berupa pedoman, keyakinan hokum atau aktivitas dan informasi. Beberapa prinsip politik islam
berisi: mewujudkan persatuan dan kesatuan bermusyawarah, menjalankan amanah dan
menetapkan hokum secara adil atau dapat dikatakan bertanggung jawab, mentaati Allah,
Rasulullahdan Ulill Amr (pemegang kekuasaan) dan menepati janji. Korelasi pengertian politik
islam dengan politik menghalalkan segala cara merupakan dua hal yang sangat bertentangan.
Islam menolak dengan tegas mengenai politik yang menghalalkan segala cara.
Pemerintahan yang otoriter adalah pemerintahan yang menekan dan memaksakan kehendaknya
kepada rakyat. Setiap pemerintahan harus dapat melindungi, mengayomi masyarakat.Sedangkan
penyimpangan yang terjadi adalah pemerintahan yang tidak mengabdi pada rakyatnya; menekan
rakyatnya. Sehingga pemerintahan yang terjadi adalah otoriter. Yaitu bentuk pemerintahan yang
menyimpang dari prinsip-prinsip islam.Tujuan politik islam pada hakikatnya menuju kemaslahatan
dan kesejahteraan seluruh umat.

B. Saran

Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat Lebih memahami maksud dari Politik Islam itu
sendiri dan dapat membedakan bagaimanakah system politik dari baik sisi baik dan buruknya.
 Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat memahami pentingnya HAM dalam kehidupan
kita dan kewajiban kita untuk menjaganya. Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat
mengerti apa itu hukum islam.
Daftar Pustaka

Al-an ‘bariy, Khalid Ali Muhammad.1994.[hal.32]


“Sistem Politik islam”, Al-mawardi, Imam. 2001 [hal.12]
Al-Ahkam As-syulthaniyyah Hukum-hukum penyelenggaraan Negara dalam syariat islam, Ash-
Sdhr, Syaid Muhammad baqir. “Sistem politik Islam sebuah pengantar.” [hal.78]
Khumaini, Imam. 2010. “Pemikiran Politik islam dalam pemerintahan.” [hal.24]
Fuad, Abu. 2003. 37 Soal Jawab Tentang Ekonomi, Politik, dan Dakwah Islam. “Definisi Politik”
[hal. 1]
Zallum, Abdul Qadim. 2001. Pemikiran Politik Islam. “Pemikiran Politik” [hal.5]
Sunanto, Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.

Anda mungkin juga menyukai